Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KIMIA ANALITIK

“ISOLASI MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK


MENGGUNAKAN METODE DESTILASI UAP”

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Dedy Suhendra, M.Si., Ph.D
Dr. rer. nat. Lalu Rudyat Telly Savalas, M.Si

DISUSUN OLEH:

ULYANUR KHAIRUNNUFUS
(I2E019021)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MATARAM
2020

1
LAPORAN PRAKTIKUM
ISOLASI MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK MENGGUNAKAN
METODE DESTILASI UAP

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum :

2. Hari, tanggal praktikum : Selasa, 1 September 2020


3. Tempat Praktikum : Laboratorium MIPA, Fakultas MIPA,
Universitas Mataram

B. LANDASAN TEORI
Indonesia mempunyai sumber daya alam hayati yang sangat banyak dan beragam
yang sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Diantara
keanekaragaman hayati itu terdapat tanaman penghasil minyak atsiri yang sampai
sekarang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia menghasilkan 40–50
jenis tanaman penghasil minyak atsiri dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di
dunia dan baru sebagian dari jenis minyak atsiri tersebut yang memasuki pasar dunia,
diantaranya nilam, sereh wangi, gaharu, cengkeh, melati, kenanga, kayu putih, cendana,
dan akar wangi. Meskipun Indonesia merupakan salah satu pemasok minyak atsiri dunia,
tetapi kenyataannya ada sejumlah minyak atsiri yang juga diimpor. Padahal minyak atsiri
yang diimpor tersebut dapat diproduksi oleh Indonesia sebagai contoh, bergamot, orange,
lemon, lime, citrus, geranium, jasmine, lavender, peppermint, cornmint, dan vetiver
(Muhtadin, dkk., 2013).
Kulit buah jeruk, biasanya dibuang setelah diambil daging buahnya akibat kurangnya
pengetahuan akan manfaatnya. Secara umum, ekstrak kulit buah jeruk mengandung asam
sitrat, asam amino, dan minyak atsiri. Dari ketiga senyawa tersebut, presentase
kandungan minyak atsiri adalah yang tertinggi (Kartika dkk 2013). Kulit jeruk
mengandung minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil) banyak
dimanfaatkan oleh industri kimia parfum, menambah aroma jeruk pada minuman dan
makanan, serta di bidang kesehatan digunakan sebagai anti oksidan dan anti kanker.
Dalam kurun waktu tersebut teknologi yang digunakan telah berkembang dari semula
penyulingan dilakukan dengan alat yang sederhana dari drum biasa sekarang ini sudah
ada yang menggunakan ketel yang terbuat dari stainless steel. Bahkan, teknologi tersebut
1
dikembangkan dengan menggunakan microwave dimana dapat menjadi alternatif
pengganti teknik penyulingan yang konvensional sehingga lebih efektif dan efisien
(Chemat dan Lucchesi, 2008).
Minyak atsiri banyak dimanfaatkan di bidang perindustrian untuk minyak
wangi/parfum, obat-obatan, kosmetik, dan makanan. Pada minyak atsiri terkandung
terpen, sesquiterpen, aldehida, ester, dan sterol dengan rincian komponen sebagai berikut:
limonene (95%), myrcene (2%), noctanal (1%), pinene (0,4%), linanool (0,3%), decanal
(0,3%), sabiene (0,2%), geranial (0,1%), dodecanal (0,1%), neral (0,1%), dan senyawa
minor lain (0,5%). Dari komponen-komponen tersebut, limonene memiliki prosentase
terbesar dan merupakan bahan aktif yang paling berperan disbanding yang lainnya
(Kurniawan, dkk., 2008).
Minyak atsiri kulit jeruk mengandung senyawa limonen sebagai senyawa monoterpen
siklik mayor. Limonen mempunyai peran penting dalam karakteristik minyak atsiri
(Pauline, dkk., 2015). Limonen adalah cairan berwarna pada suhu kamar dengan bau yang
sangat kuat dari jeruk (Hidayati, 2012). Limonene berfungsi untuk aditif bahan makanan,
kosmetik, bahan tambahan perasa, dan aroma tambahan. Limonene sangat bermanfaat
jika dapat diambil dari limbah kulit jeruk sebagai minyak atsiri. Selain mengurangi
kuantitas sumber sampah, minyak atsiri yang dihasilkan memiliki nilai jual yang tinggi.
Ada beberapa teknik ekstraksi untuk mendapatkan minyak atsiri: destilasi air, destilasi
uap dan destilasi air-uap. Dari ketiga metode tersebut, rendemen terendah diperoleh dari
destilasi air (0,35-0,37%), diikuti destilasi uap (0,6%) (Muhtadin, dkk., 2013), sedangkan
rendemen tertinggi didapat dengan destilasi air-uap (2,38%). Disamping itu, minyak atsiri
yang didapat melalui metode destilasi air-uap memiliki kadar limonene tinggi (sekitar
98,27%) (Nainggolan, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak atsiri
secara garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut: jenis dan kualitas bahan baku,
serta proses pengambilan minyak atsiri.
Dalam proses ekstraksi minyak atsiri, perbandingan pelarut dengan bahan baku
mempengaruhi rendemen dan kualitas minyak atsiri. Pelarut yang terlalu sedikit dapat
menyebabkan solut tidak seluruhnya terlarut dengan maksimal, sedangkan pelarut yang
terlalu banyak dapat menyebabkan minyak atsiri yang dihasilkan terlalu encer. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan rasio pelarut dengan bahan
baku yang optimal terhadap hasil ekstraksi. Pelarut yang digunakan dalam praktikum ini
adalah air karena air mampu melarutkan solut dengan baik dan viskositasnya rendah
sehingga dapat disirkulasikan dengan baik, serta harganya yang relatif murah.
2
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman genus Citrus memiliki potensi sebagai
insektisida alami yang dapat digunakan sebagai pengontrol nyamuk. Insektisida yang
dihasilkan dari suatu tanaman Citrus dapat mematikan larva nyamuk, nyamuk dewasa dan
perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Senyawa kimia yang dihasilkan dari tanaman
yang berpotensi sebagai insektisida memegang peranan penting dalam menghentikan
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Senyawa-senyawa monoterpen
seperti limonen, geraniol, α-Pinene dan sitronelol telah diuji bioaktifitasnya dan
menunjukkan penolakan yang kuat terhadap nyamuk Aedes aegeypti (Astarini, Burhan
dan Zetra, 2010).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Pisau
b. Seperangkat alat destilasi uap
2. Bahan
a. Kulit jeruk
b. Air

D. LANGKAH KERJA
1. Persiapan sampel
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Disiapkan sampel yakni kulit jeruk, kemudian dirajang hingga berukuran kecil.
c. Ditimbang sampel yang sudah dirajang sebanyak 150 gram.
2. Proses destilasi uap
a. Dipasang set alat destilasi uap.
b. Dimasukkan air ke dalam labu alas datar.
c. Dinyalakan mantel dan diatur suhunya.
d. Dinyalakan pompa air untuk kondensor.
e. Dimasukkan sampel ke dalam labu ekstraktor.
f. Sampel didestilasi uap selama 3 jam.
g. Dipisahkan minyak atsiri dari air.
h. Ditimbang berat minyak atsiri.
i. Diukur persentase rendemen minyak atsiri

3
massa minyak atsiri
Persentase rendemen minyak atsiri: x 100 %
massa kulit jeruk
j. Minyak atsiri disimpan di dalam botol vial dan ditutup agar tidak menguap.

E. ANALISIS DATA
massa minyak atsiri
Persentase rendemen minyak atsiri : x 100 %
massa kulit jeruk
2 gram
: x 100 %
150 gram
: 1,33%
Jadi, presentase rendemen minyak atsiri dari kulit jeruk adalah 1,33%.

F. PEMBAHASAN
Indonesia adalah salah satu negara yang beriklim tropis sehingga menjadikan
Indonesia kaya akan berbagi jenis flora fauna yang dimiliki. Indonesia memiliki sekitar
25.000-30.000 spesies tanaman yang menjadikan Indonesia sebagai negara terkaya nomor
dua di dunia setelah Brazil dalam hal kekayaan biodiversitasnya (Pramono, 2002). Pola
hidup masyarakat yang cenderung lebih memilih produk herbal daripada produk sintesis
membuka peluang besar dalam pasar sesuai dengan permintaan yang ada.
Minyak atsiri atau essential oil adalah metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
tanaman dan sebagai salah satu komoditas yang memiliki permintaan pasar yang besar.
Minyak atsiri biasanya berwujud cair dan memiliki aroma khas sesuai dengan sumber
tanamannya. Pemanfaatan minyak atsiri sangat luas mulai dari kosmetika, parfum,
industri makanan dan minuman, sampai industri obat-obatan (Julianto, 2016). Ekstraksi
minyak atsiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti destilasi, enflurge, esktrasi
dengan pelarut non polar, sampai yang terbaru adalah metode Supercritical Fluid
Extraction (SFE). Metode ekstraksi yang paling umum digunakan adalah dengan
destilasi. Destilasi adalah suatu metode pemisahan analit dari komponennya dengan
menggunakan prinsip dasar perbedaan titik didih. Destilasi dapat dibagi menjadi tiga jenis
yaitu destilasi air, destilasi uap, dan destilasi uap-air (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kulit jeruk merupakan salah satu sumber minyak atsiri yang sangat potensial karena
pemanfaatannya yang masih belum maksimal dan lebih banyak menjadi limbah. Minyak
atsiri kulit jeruk mengandung berbagai komponen di dalamnya antara lain limonene,
linalool, α-pinen, β-pinen, mirsen, oktanal, dekanal. Dengan komponen limonene dan

4
linalool adalah komponen mayor yang ada didalamnya (Alfianur, 2017). Linalool yang
merupakan salah satu senyawa mayor dalam minyak atsiri kulit jeruk memiliki efek
farmakologis yang luas seperti antioksidan, anti aging, antibakteri, dan antivirus (Zahra
dan Iskandar, 2017).
Pada praktikum ini, kulit jeruk diekstraksi dengan menggunakan metode destilasi uap.
Langkah pertama yang dilakukan adalah perajangan sampel kulit jeruk. Proses perajangan
bertujuan untuk membuka kelenjar minyak secara optimal, sehingga terjadi penguapan
minyak atsiri dari sampel lebih cepat saat proses ekstraksi selain itu pengecilan ukuran
partikel juga agar meningkatkan luas permukaan kontak ketika diekstraksi (Yustinah dan
Fanandara, 2016). Setelah perajangan, sampel kulit buah jeruk didestilasi uap selama 3
jam. Destilasi uap memungkinkan terjadinya hidrodifusi uap air kedalam jaringan sel
tanaman sehingga pecah dan menyebabkan minyak akan terdorong keluar (Abdjul dkk.,
2013). Kelenjar minyak diantara Flavedo dan Albedo pada kulit jeruk akan terbawa
dengan mudah oleh uap air setelah dinding sel pada kulit jeruk pecah atau lisis. Dinding
kulit jeruk yang lisis disebabkan oleh kontak antara uap air dengan kulit jeruk (Alfianur,
2017).
Sampel kulit jeruk yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel basah. Dimana,
hasil rendemen minyak atsiri yang diperoleh yaitu 1,3%. Sesuai dengan pernyataan
bahwa jika tidak dilakukan pemanasan pada sampel, maka akan berpengaruh terhadap
rendemen minyak atisiri yang diperoleh (Kusuma dan Uswatun, 2014). Hal ini
dikarenakan sampel basah memiliki kelembaban yang tinggi sehingga menghambat
minyak atsiri keluar. Menurut Muhtadin dkk. (2013) pemanasan dengan oven dapat
membuka pori-pori pada kulit jeruk manis. Semakin banyak dan besar pori-pori yang
terbuka meningkatkan penguapan dari minyak atsiri pada sampel.

G. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan

2. Saran

5
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai