Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Kritis
Program Study S1 Keperawatan
Dosen Pengampu : Andri Nugraha, M.Kep
3B S1-Keperawatan
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI
KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT Tahun Ajaran 2021-2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah memberi
rahmatnya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas Makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Craniotomy” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan didalamnya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Andri Nugraha, M.Kep. Yang telah membingbing dan memberikan dan
memberikan tugas ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian , dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
4.3 Tujuan........................................................................................................1
4.1 Definisi......................................................................................................3
4.3 Etiologi......................................................................................................4
4.4 Klasifikasi..................................................................................................5
4.5 Patofisiologi...............................................................................................6
4.7 Komplikasi................................................................................................8
4.1 PENGKAJIAN........................................................................................15
BAB IV PENUTUP..............................................................................................31
4.1 Kesimpulan..............................................................................................31
4.2 Saran........................................................................................................31
ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal penting pada diri manusia, dimana setiap
orang pasti menginginkan hidupnya sehat daripada sakit.
Kraniotomi adalah operasi pembukaan tulang tengkorak. Pada pasien
hidrosepalus, tumor otak, cedera kepala, dan berbagai penyakit yang
mengenai bagian dalam tengkorak sangat membutuhkan tindakan ini tapi
tindakan ini masih jarang dipilih masyarakat karena dampak yang
ditimbulkannya.
Kecemasan sebelum operasi merupakan hal yang lumrah karena
dalam operasi ini tulang tengkorak akan dibuka dan umumnya masyarakat
awam membayangkan hal ini merupakan hal yang sangat mengerikan. Dalam
makalah ini akan memperjelas tentang kraniotomi sehingga dapat meluruskan
pandangan yang salah tentang kraniotomi selama ini.
4.3 Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui definisi dari craniotomy.
1
2
3
4
a. Serebrum (otak besar). Merupakan bagian terluas dan terbesar dari otak,
berbentuk telur mengisi peuh depan ats rongga pada otak besar ditemukan
lobus-lobus yaitu :
1) Lobus Frontalis adalah bagian depan dari serebrum yang terletak di
depan sulkus sentralis. Lobus Frontalis pada korteks serebri terutama
mengendalikan keahlian motorik ( misalnya menulis, memainkan alat
musik atau mengikat tali sepatu) lobus frontalis juga mengatur ekspresi
wajah dan isyarat tangan.
2) Lobus Parietalis, terdapat dibawah lateral dari fisura serebralis dan di
depan lobus oksipitalis. Lobus paretalis pada korteks serebri
menggabungkan kesan dari bentuk tekstur dan berat badan ke dalam
persepsi umum, kemampuan matematika dan bahasa berasal dari daerah
ini, juga membantu mengarhkan posisi pada ruang sekitarnya dan
mersakan posisi dari bagian tubuhnya.
3) Lobus temporalis, terdapat di bawah lateral dari fisura serebralis dan di
depan lobus oksipitalis. Lobus temporalis mengolah kejadian yang baru
saja terjadi menjadi mengingatnya sebagai memori jangka panjang, juga
memahami suara dan gambaran, menyimpan memori dan mengingatnya
kembali serta menghasilkan jalur emosional.
4) Lobus Oksipitalis, yang mengisi bagian belakang dari cerebrum.
b. Batang Otak (trunkus serebri). Disensepalon ke ats berhubungan dengan
serebrum dan medula oblongata ke bawah dengan medula spinalis.
Serebrum melukat pada batang otak di bagian medula oblongata, pons
varoli dan mensesepalon.
c. Serebrum (otak kecil). Terletak pada bagian bawah dan belakang
tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh fisura transversalis
dibelakang oleh pons varoli dan di atas medula oblongata. Oragn ini
banyak menerima serabut aferent sensoris merupakan pusat koordinasi dan
intelegensi. (Hudak dan Gallo.1996)
4.3 Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
5
1. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari
beberapa gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant
termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
2. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus
menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi
hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma
selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan
saraf pusat belum diketahui.
4.4 Klasifikasi
1. Glioma
Jumlah ½ tumor otak. Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari
terutama ke jaringan hemisfer cerebral. Tumbuh sangat cepat, sebagian
orang bias hidup beberapa bulan sampai tahun.
2. Meningoma
Dari 13 % sampai 18 % merupakan tumor primer intracranial. Tumbuh
dari selaput meningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi
maligna. Biasanya berkapsul dan penyembuhan melaui bedah sangat
mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin
3. Tumor Pituitari
Tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita.
Tumbuh dari berbagai jenis jaringan. Pendekatan pembedahan biasanya
berhasil. Kekembuhan kembali mungkin.
4. Neuroma (Schwannoma, neuro)
Neuroma akustik sangat sering. Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam
meatus auditori pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak
6
bisa berubah menjadi maligna. Akan tmbuh kembali bila tidak terangkat
lengkap. Reseksi bedah sukar karena lokasinya.
5. Tumor Metastase
Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi metastase ke otak Sel
kanker menjangkau otak lewat sistem sirkulasi. Reaksi bedah sangat
sukar, pemgobatan kurang berhasil. Pemulihan dibawah satu tahun atau
dua tahun tidak biasa.
4.5 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor
yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan
intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan
otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor yaitu bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema
sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak. Semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke
ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
7
3. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran
darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase.
5. Psikologi
Tujuan penatalaksanaan unit gawat darurat pada injury kepala pasien
yang post-operative adalah sama sepeti pre-operativ, yakni: optimisasi
physiologic. Prinsip kontrol tekanan intracranial dan optimisasi perfusi
tekanan cerebral seperti halnya pemeliharaan oxygenation yang cukup
dari perfusi darah :
a. Ventilasi
Hyperventilation bukanlah suatu therapy yang tidak
berbahaya ( disebabkan alkalosis, hypokalemia, vasoconstricsi
dengan ischemia) dan bagaimanapun secara relatif tidak efektif
dalam pengerutan pembuluh darah cerebral setelah beberapa jam.
Normocapnia harus dirawat sedapat mungkin. Drainase CSF dari
suatu kateter/pipa ventricular dalam saluran tubuh lebih disukai
untuk mereduksi/mengurangi ICP ( dan optimisasi pada tekanan
perfusion cerebral) untuk metabolically deranging therapies seperti
hyperventilation dan diuresis.
b. Fluids/cairan
Walaupun penggantian cairan bukan sebagian besar
diantaranya intracranial sebagai intra-abdominal atau perawatan
intrathoracic post operasi trauma kepala penatalaksanaan cairan
adalah komplikasi perawatan pada kontrol hipertensi intracranial
seperti diuresis dan hyperventilation kedua-duanya yang mana
cenderung menyebabkan berkurangnya volume dan metabolisme
alkalosis. Solusinya Isotonik IV harus digunakan dalam semua
11
e. Sistem Muskuloskeletal
Akibat dari post craniotomy dapat mempengaruhi gerakan
tubuh. Hemisfer atau hemiplegia dapat terjadi sebagai akibat dari
kerusakan pada area motorik otak. Selain itu, pasien dapat mempunyai
control volunter terhadap gerakan dalam menghadapi kesulitan
perawatan diri dan kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan
postur, spastisitas atau kontraktur.
Gerakan volunter terjadi sebagai akibat dari hubungan sinapsis
dari 2 kelompok neuron yang besar. Sel saraf pada kelompok pertama
muncul pada bagian posterior lobus frontalis yang disebut girus
presentral atau “strip motorik “. Di sini kedua bagian saraf itu
bersinaps dengan kelompok neuron-neuron motorik bawah yang
berjalan dari batang otak atau medulla spinalis atau otot-otot tertentu.
Masing-masing dari kelompok neuron ini mentransmisikan informasi
tertentu pada gerakan. Sehingga, pasien akan menunjukan gejala
khusus jika ada salah satu dari jaras neuron ini cidera.
Pada disfungsi hemisfer bilateral atau disfungsi pada tingkat
batang otak, terdapat kehilangan penghambatan serebral dari gerakan
involunter. Terdapat gangguan tonus otot dan penampilan postur
abnormal, yang pada saatnya dapat membuat komplikasi seperti
peningkatan saptisitas dan kontraktur.
4.11 Indikasi Kraniotomy
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah
sebagai berikut :
a. Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
b. Mengurangi tekanan intrakranial.
c. Mengevakuasi bekuan darah .
d. Mengontrol bekuan darah,
e. Pembenahan organ-organ intrakranial,
f. Tumor otak,
g. Perdarahan (hemorrage),
h. Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
14
15
16
iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit à
depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal à gangguan cardiovasculair atau rata-rata
metabolisme yang meningkat.
- Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan
diafragma, retraksi sternal à efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
3) Circulating:
- Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi.
Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan
parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat,
merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).
- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.
4) Disability : berfokus pada status neurologi
- Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata, respon motorik dan
tanda-tanda vital.
- Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara, kesulitan menelan,
kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan visual dan gelisah.
5) Exposure
- Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan
b. Secondary Survey : Pemeriksaan fisik
Pasien nampak tegang, wajah menahan sakit, lemah. Kesadaran somnolent,
apatis, GCS : 4-5-6, T 120/80 mmHg, N 98 x/menit, S 374 0C, RR 20 X/menit.
1) Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah iga,dan limpa tidak
membesar, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan
pada gastrointestinal.
2) Ekstremitas
25
Mampu mengangkat tangan dan kaki.Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan
ekstremitas bawah 4-4., akral dingin dan pucat.
3) Integumen.
Kulit keriput, pucat. Turgor sedang
4) Pemeriksaan neurologis
Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada
nervus cranialis, maka dapat terjadi :
- Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
- Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia.
- Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
- Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
- Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
- Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah
satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
c. Tersiery Survey
1) Kardiovaskuler
Klien nampak lemah, kulit dan kunjungtiva pucat dan akral hangat. Tekanan
darah 120/70 mmhg, nadi 120x/menit, kapiler refill 2 detik. Pemeriksaan
laboratorium: HB = 9,9 gr%, HCT= 32 dan PLT = 235.
2) Brain
Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15), klien nampak lemah, refleks
dalam batas normal.
3) Blader
Klien terpasang doewer chateter urine tertampung 200 cc, warna kuning
kecoklatan.
26
Menunjukkan
3.lakukan perawatan luka
penyembuhan luka tepat
dan hygiene sesudah
waktu. pasien
mandi, lalu keringkan kulit
menukjukkan
dengan hati hati.
Pasien menunjukkan
perilaku untuk 4.berikan priopritas untuk
meningkatkan meningkatkan
penyembuhan dan kenyamanan dan kehilanan
mencegah komplikasi. pasien.
indikasi
6. Pola nafas inefektif Tujuan: 1.Evaluasi frekuensi
berhubungan dengan pernafasan dan kedalaman.
setelah dilakukan tindakan
efek anastesi.
perawatan pasien menunjukkan 2.Auskultasi bunyi nafas.
pola nafas yang efektif.
3.Lihat kulit dan membran
Kriteria hasil: mukosa untuk melihat
adanya sianosis.
volume nafas adekuat.
klien dapat 4.Berikan tambahan
mempertahankan pola oksigen sesuai kebutuhan.
nafas normal dan efektif
dan tidak ada tanda
hipoksia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau pengangkatan
pertumbuhan atau abnormalitas di dalam kranium, terdiri atas pengangkatan
dan penggantian tulang tengkorak untuk memberikan pencapaian pada
struktur intracranial. Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak
(tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki
kerusakan otak.
Penyebab craniotomy akibat cedera kepala antara lain : kecelakaan lalu
lintas, perkelahian, jatuh, cedera saat berolahraga dan cedera kepala terbuka
atau yang sering disebabkan oleh peluru atau pisau.
4.2 Saran
Agar pembaca memahami dari penjelasan craniotomy, mulai dari
klasifikasi, etiologi, patofiologi, manifestasi klinik, komplikasi, dampak bagi
tubuh yang lain, serta penatalaksanaan medis dari kraniotomy.
33
DAFTAR PUSTAKA