Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN CORPUS ALIENUM MAE DI IBS RSU Dr.SLAMET GARUT

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Keperawatan Maternitas)

Disusun Oleh:
Azzura Salsabila Ukraina KHGD23068
Cindi Rospitasari KHGD23036
Muhamad Farhan Dzulkifli KHGD23077
Neng Ayu Yuliandri KHGD23058
Putri Intan Pratiwi KHGD23079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
2023
KONSEP
A. DEFINISI
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi
seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-
kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi
penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam
telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi
gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya
sendiri.Namun, terkadang sering dianggap enteng oleh setiap orang.
Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat
infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua
patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya
sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang
telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda
yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan
peralatan dan keahlian khusus.

B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu :
1. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
2. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat
pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam
telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda
asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Predileksi benda asing di dalam telinga

Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:


1. Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke
dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan
sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat
benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri menjadi
terperangkap di dalamnya.
2. Cotton Bud
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain
kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk
selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
3. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya.
Misalnya, manik-manik mainan.
4. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian
dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat
menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.
C. PATOFISIOLOGI
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor
antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor
kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa
seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti
kemasukan air, serangga lalat, nyamuk dan lain-lain.
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius
eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan
berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk
mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda
asinr ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan
melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai,
akan menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/otalgia dan kemungkinan
adanya resiko terjadinyainfeksi.

D. MANIFESTASI KLINIS
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di tanpa
gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
1. Merasa tidak enak ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa
tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal
membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk
lagi.
2. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat
telinga terasa tersumbat.
3. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
4. Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.
5. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
a. Bersihkan serumen
b. Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
a. Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
b. Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang
gendang.
c. Kemungkinan gendang mengalami robekan.

Gambar : pemeriksaan dengan otoskopi

Gambar : benda asing pada liang telinga


2. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
a. Lepaskan semua alat bantu dengar
b. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
c. Berdirilah dengan jarak 30 cm
d. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
e. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam

3. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala


a. Uji weber
1) Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2) Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3) Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
4) Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1) Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
2) Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi:
otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
3) Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.
b. Uji Rine
1) Membandingkan konduksi udara dan tulang
2) Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3) Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak
terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
4) Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5) Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1) Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2) Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui
konduksi tulang (Rinne negatif).
F. PENATALAKSANAAN
Ada benda yang sangat kecil dapat dicoba untuk mengoyangkan secara hati-hati.
Menarik pinna telinga kearah posterior meluruskan liang telinga dan benda asing dapat
keluar dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing masuk lebih dalam maka
perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga
sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran
timpani atau dapat melukai liang telinga
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di telinga :
1. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil benda dengan
bantuan otoskop
2. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
3. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat membuat benda-benda
keluar dari liang telinga dan membersihkan debris.
4. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam
5. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit dan takut.
6. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak, lalu diirigasi
dengan air hangat.
7. Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari sampai
seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

G. PENCEGAHAN
Usaha pencegahan :
1. Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan telinga sebaiknya
dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping: kulit teling kita yang
ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di
telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika
kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan
kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka dapat melukai
atau menembus gendang telinga.
2. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi bahaya di
atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat masuknya benda asing pada telinga
Tanyakan kepada klien mengenai proses terjadinya peristiwa benda asing masuk ke
telinga, apa jenis benda asing yang masuk apakah itu serangga, manik-manik, kerikil
dll, tindakan yang sudah dilakukan di rumah.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, rasa
tidak enak ditelinga.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran
karena benda asing adalah kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga
yang tidak benar.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia,
otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasi dan
intensitas masalahnya, penyebabnya dan penanganan sebelumnya.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi daun telinga
Mekanisme
a) Dewasa: ditarik keatas-kebelakang
b) Anak: Kebelakang
c) Bayi: kebawah
Hal yang perlu diperhatikan :
a) Posisi
b) Warna
c) Ukuran
d) Bentuk
e) Kesimetrisan
f) Seluruh permukaan dan lateral
2) Palpasi
a) Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
b) Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
c) Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
2. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
3. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
4. Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional


Nyeri akut Setelah diberikan Manajemen Nyeri - Dapat mengidentifikasi
b.d. agen intervensi Observasi terjadinya komplikasi dan
 Identifikasi lokasi,
pencedera keperawatan untuk intervensi
karakteristik,
fisik selama 1x7 jam, durasi, frekuensi, selanjutnya.
maka tingkat kualitas, intensitas - Membantu klien untuk
nyeri
nyeri menurun mengurangi persepsi nyeri
 Identifikasi faktor
dengan kriteria yang memperberat atau mangalihkan perhatian
hasil : dan memperingan klien dari nyeri.
- Nyeri terkontrol nyeri - Membantu mengurangi
cukup meningkat. Terapeutik
nyeri
- Kemampuan  Berikan teknik
mengenali onset nonfarmakologis
nyeri meningkat untuk mengurangi
- Kemampuan rasa nyeri (mis.
menggunakan hypnosis, terapi
teknik non musik, terapi pijat,
farmakologis aromaterapi,
cukup meningkat. teknik imajinasi
terbimbing)
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis.suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik
Gangguan Setelah Minimalisasi - Mengetahui tingkat
persepsi Rangsangan
diberikan ketajaman
sensori Observasi
(auditori) intervensi  Periksa status pendengaran pasien
b.d. mental, status
perubahan keperawatan sensori, dan dan untuk
persepsi selama 1x7jam, tingkat menentukan
sensori kenyamanan (mis.
maka persepsi nyeri, kelelahan) intervensi
sensori membaik Terapeutik selanjutnya.
 Diskusikan tingkat
dengan kriteria toleransi terhadap - Membantu untuk
hasil: beban sensori menghindari masukan
(mis. bising,
- Verbalisasi terlalu terang) sensori pendengaran
mendengar  Batasi stimulus yang berlebihan
lingkungan (mis.
bisikan menurun cahaya, suara, dengan
- Verbalisasi aktivitas) mengutamakan
 Jadwalkan
merasakan kualitas tenang.
aktivitas harian
sesuatu melalui dan waktu - Mematuhi program
istirahat
indra perabaan,  Kombinasikan terapi akan
penciuman, dan prosedur/tindakan mempercepat proses
dalam satu waktu,
pengecapan sesuai kebutuhan penyembuhan.
menurun Edukasi
 Ajarkan cara
- Distorsi sensori meminimalisasi
menurun stimulus (mis.
mengatur
- Respons sesuai pencahayaan
stimulus ruangan,
mengurangi
membaik kebisingan,
membatasi
kunjungan)
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
yang
mempengaruhi
persepsi stimulus
Risiko Setelah diberikan Pencegahan Infeksi - Mengetahui tanda-tanda
Observasi
infeksi b.d. intervensi terjadinya infeksi dan
 Monitor tanda
efek keperawatan indicator dalam melakukan
dan gejala
prosedur selama intervensi selanjutnya
infeksi lokal
invasif 1x7jam
- Menetapkan data dasar
dan sistemik
maka tingkat
pasien, terjadi peradangan
infeksi Terapeutik
dapat diketahui dari
menurun
 Batasi jumlah penyimpangan nilai tanda
dengan
pengunjung vital.
kriteria
 Berikan - Tindakan aseptik saat
hasil :
perawatan kulit merupakan tindakan
- Demam
pada area preventif terhadap
menurun
edema kemungkinan terjadi
- Kemerahan infeksi.
 Cuci tangan
menurun
sebelum dan - Menurunkan kolonisasi
- Nyeri sesudah kontak bakteri atau jamur dan
menurun dengan pasien menurunkan risiko infeksi

- Bengkak dan lingkungan

menurun pasien

- Kadar sel  Pertahankan


darah putih teknik aseptik
membaik pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi

 Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi

 Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar

 Ajarkan etika
batuk

 Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi

 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi

 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
Defisit Setelah diberikan Edukasi Kesehatan - Mengetahui tingkat
pengetahuan intervensi Observasi pemahaman dan
b.d.kurang keperawatan  Identifikasi pengetahuan pasien tentang
terpaparnya selama 1x7jam kesiapan dan penyakitnya serta indikator
informasi maka tingkat kemampuan dalam melakukan
tentang pengetahuan menerima intervensi
penyakit, meningkat informasi - Meningkatkan pemahaman
pengobatan dengan kriteria  Identifikasi klien tentang kondisi
hasil: faktor-faktor kesehatan
- Perilaku yang dapat - Mengurangi tingkat
sesuai meningkatkan kecemasan dan membantu
anjuran dan menurunkan meningkatkan kerjasama
meningkat motivasi dalam mendukung program
- Kemampua perilaku hidup terapi yang diberikan
n bersih dan sehat
menjelaska Terapeutik
n  Sediakan materi
pengetahua dan media
n suatu Pendidikan
topik Kesehatan
meningkat  Jadwalkan
- Pertanyaan Pendidikan
tentang Kesehatan
masalah sesuai
yang kesepakatan
dihadapi  Berikan
menurun kesempatan
- Persepsi untuk bertanya
yang keliru Edukasi
terhadap  Jelaskan faktor
masalah risiko yang
menurun dapat
- Perilaku mempengaruhi
membaik
Kesehatan
 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan hasl perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai
DAFTAR PUSTAKA

Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed 6,
Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78
Mattox DE, Et all. Congenital Aural Atresia ; Embryology, Pathology, Classification,
Genetic and Surgical Management. Dalam : Paparella MM. Otolaryngology. ed 3. Vol

Russel JD, Et all : What Cause Acute Otitis Externa ? Dalam : the Journal of
Laringology and Otology, Vol 107, No. 10, 1993: 898 - 900. tanggal 16 Juli 2011. Wb.
Saunders : 1191 – 4

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Anda mungkin juga menyukai