A. TEMA
Ekstraksi Corpus Alienum Hidung dan Telinga.
B. TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi pasien dengan corpus
alienum telinga dan hidung serta dapat melakukan tindakan dan
terapi.
C. LEVEL KOMPETENSI
Level
No. Jenis Kompetensi
Kompetensi
Pengambilan serumen menggunakan kait atau
1. I 2 3 4
kuret.
2. Pengambilan benda asing di telinga I 2 3 4
3. Pengambilan benda asing dari hidung I 2 3 4
D. ALAT DAN BAHAN
1. Meja dan kursi periksa
2. Lampu kepala
3. Spekulum
4. Otoskop
5. Forcep cunam/forcep aligator
6. Manekin hidung dan telinga
7. Pinset berujung lancip/pinset bayonet
8. Pengait ujun g tumpul/haak
Gambar 9. (a) Forsep alligator; (b) Spekulurn; (c) Pinset bayonet; (d) Hook
extractor
E. SKENARIO
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun diantar oleh ibunya
datang ke praktek dokter urnurn dengan keluhan hidung sebelah
kanan kemasukan biji jagung setelah bermain dengan kakaknya
hari ini. Ibu pasien juga mengatakan ada sisa cotton bud pada
telinga kanan. Keluhan lain disan gkal. Pada perneriksaan fisik
didapatkan tanda-tanda vital N 90x/menit, RR 22x/menit, T 38°C.
Pada perneriksaan menggunakan spekulum dan otoskop tarnpak
biji jagung dan cotton bud.
F. DASAR TEORI
CORPUS ALIENUM TELINGA
Benda asing (corpus alienum) yang berada di liang telinga
bervariasi sekali. Lebih sering terjadi pada anak tetapi dapat pula
terjadi pada dewasa. Bisa berupa benda rnati, benda hidup,
binatang, kornponen turnbuhan dan mineral. Kacang hijau, rnanik,
mainan, baterai jam tangan, dan karet penghapus banyak
diternukan pada pasien anak-anak. Pasien dewasa seringkali
berupa potongan korek api dan binatang, seperti kecoa, semut,
dan nyarnuk.
Komplikasi:
• Otitis eksterna (radang telinga luar)
• Otitis media jika corpus alienum menimbulkan perforasi
spontan
• Kerusakan telinga tengah dan telinga dalam
G. PROSEDUR
Cara mengeluarkan benda asing (corpus alienum) dari hang
telinga:
1. Informed consent
2. Persiapan alat. Pemilihan alat berdasarkan benda asing pada
telinga.
3. Memposisikan pasien, meminta orang tua untuk turut
membantu.
4. Mengidentifikasi secara pasti benda yang terdapat pada
telinga.
5. Melakukan tindakan ekstraksi benda asing.
H. DAFTAR PUSTAKA
1) Sosialisman H. Kelainan telinga luar dalam buku ajar ilmu
kesehatan telinga, hid ung , tenggo rok, kepala & leher. Edisi ke-
6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
2) Tamin S. Benda asing saluran napas dan cema. Satelit Simposium
Penanganan Mutakhir Kasus Telinga Hidung Tenggorok.
3) Kurnaedi W, Purwanto B. Benda asing pada bronkus. Dalam:
Kumpulan naskah ilmiah kongres nasional XII. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro; 1999.
4) Boies HA. Buku ajar penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 1997.
I. EVALUASI
CEKLIST LATIHAN
No. LANGKAH KLINIK YANG DINILAI Umpan Balik
INTERPERSONAL
1. Membina sambung rasa (senyum, salam, sapa,
dan menunjukkan sikap kesediaan meluangkan
waktu untuk berbicara den gannya,
kesejajaran).
2. PF untuk mema stikan benda asing
3. Informed conse nt
KONTEN
3. Persiapan alat.
4. Cuci tangan tangan WHO, pakai handschoen.
Pengangkatan Corpus Alienum Telinga
5. Memposisikan pasien dengan baik, orang tua
membantu dengan satu tangan memeluk
kepala pasien kedada orang tuanya, dan
tangan yang lain memegang badan agar
telinga menghadap ke
arah dokter.
6. Angkat daun telinga bagian atas dan lihat
dengan menggunakan otoskop dan
mengidentifikasi secara pasti benda apa yang
terdapat pada telinga.
7. Ekstraksi corpus alienum dengan
menggunakan alat yang sesuai.
Pengangkatan Corpus Alienum Hidung
8. Memposisikan anak dalam pangkuan orang
tua dan membelakanginya. Orang tua
memeluk badan dan kedua tangannya serta
mengusahakan agar kepala anak agak
mendo ngak dengan cara tangan yang satu
mendorong ringan dagu dan memfiksasi dagu.
Tangan yang lainnya memegang
kepala.
9. Gunakan spekulum dan mengidentifikasi
secara pasti benda apa yang terdapat
pada hidung.
10. Ekstrasi corpus alienum dengan
menggunakan alat yang sesuai.
PROFESIONALISME
11. Melakukan dengan penuh percaya diri.
12. Menyampaikan semua informasi sesuai
dengan konteksnya (clinical reasoning).
13. Melakukan dengan kesalahan minimal. +
prinsipi sterilitas