APENDISITIS
Dosen Pembimbing :
Sulistyorini, S. Kep., Ns., M. Tr. Kep
1.2 Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan
apendisitis kronik (Sjamsuhidajat, De Jong, 2011):
1. Apendisitis akut
1.3 Etiologi
Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
factor-faktor prediposisi yang menyertai. Faktor tersering yang muncul
adalah obtruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji
jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
streptococcus
3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 –
30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks.
5. Appendik yang terlalu panjang.
6. Appendiks yang pendek.
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.
1.4 Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks.
Obst tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks
mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak,
namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi
mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan
menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan
bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks
yang diikutiganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila
dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut
appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Omentum pada anak-anak lebih pendek dan appendiks lebih panjang,
dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi. Sedangkan pada
orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
1.5 Manifestasi Klinis
Nyeri perut adalah gejala utama dari apendisitis. Perlu diingat bahwa nyeri
perut bisa terjadi akibat penyakit – penyakit dari hampir semua organ tubuh.
Tidak ada yang sederhana maupun begitu sulit untuk mendiagnosis
apendistis. Gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium sekitar umbilikus. Nyeri
perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih episode muntah dengan rasa
sakit, dan setelah beberapa jam, nyeri akan beralih ke perut kanan bawah
pada titik McBurney. Umumnya nafsu makan akan menurun. Rasa sakit
menjadi terus menerus dan lebih tajam serta lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat, akibatnya pasien menemukan gerakan
tidak nyaman dan ingin berbaring diam, dan sering dengan kaki tertekuk.
Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahar. Hal ini sangat berbahaya karena
dapat mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat rangsangan
peritoneum, biasanya penderita mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk.
1.6 Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendisitis.Adapun
jenis komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah :
a. Abses
b. Perforasi
c. Peritonitis
1.7 Penatalaksanaan
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada appendisitis
meliputi :
a. Sebelum operasi
1) Observasi
c. Pasca operasi
1 Diagnosis
1. Pre-operasi
No Kode SDKI
1. D.0077 Nyeri Akut
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Frekuensi nadi
mingkat
4. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
- 1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Proses berpikir
terganggu
4. Berfokus pada diri
sendiri
Kondisi Klinis Terkait :
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
2. D.0130 Hipertermia
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentan normal
tubuh
Penyebab :
1. Dehidrasi.
2. Terpapar lingkungan panas.
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker.)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
lingkungan.
5. Peningkatan laju metabolisme.
6. Respon trauma.
7. Aktivitas berlebihan.
8. Penggunaan incubator.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Suhu tubuh diatas
nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Kulit memerah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takpnea
5. Kulit terasa hangat.
2 Intervensi
1. Pre-operasi
SLKI SIKI
L.08066 : Tingkat Nyeri I.08238 : Manajemen Nyeri
Definisi : Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional Mengidentifikasi mengelola
yang berkaitan dengan kerusakan pengalaman sensorik atau emosional
jaringan aktual atau fungsional, yang berkaitan dengan kerusakan
dengan onset mendadak atau lambat jaringan atau fungsional dengan onset
dan berintensitas ringan hingga berat mendadak atau lambat dengan
dan konstan. berintensitas ringan hingga berat dan
Tujuan : konstan.
Setelah dilakukan intervensi Tindakan :
keperawatan, diharapkan tingkat nyeri Observasi
klien dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
hasil sebagi berikut : durasi, frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri dari skala 2 intensitas nyeri
(cukup meningkat) menjadi 2. Identifikasi nyeri non verbal
skala 4 (cukup menurun) 3. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun dari skala 2 memperberat dan memperingan
(cukup meningkat) menjadi nyeri
skala 4 (cukup menurun) Terapiutik
3. Sikap protektif menurun 2 1. Berikan teknik nonfarmakologis
(cukup meningkat) menjadi untuk mengurangi rasa nyeri.
skala 4 (cukup menurun) 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Gelisah dari skala 2 (cukup 3. Kontrol lingkungan yang
meningkat) menjadi skala 4 memperberat rasa nyeri
(cukup menurun) Edukasi
1. Jeklaskan penyebab dan pemicu
nyeri
2. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri .
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
L.14134: Termogulasi I.15506: Manajemen Hipertermia
Definisi : Definisi :
pengaturan suhu tubuh agar tetap Mengidentifikasi dan mengelola
berada pada rentang normal peningkatan suhu tubuh akibat
Tujuan : difungsi termugulasi
Setelah dilakukan intervensi Tindakan :
keperawatan, diharapkan suhu tubuh Observasi
klien dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab
hasil : hipertermia (mis. Dehhidrasi,
1. Mengigil dari skala 2 (cukup
terpapar lingkungan panas,
meningkat) menjadi skala 4
(cukup menurun) penggunaan inkubator)
2. Takikardi dari skala 2 (cukup 2. Monitor suhu tubuh.
meningkat) menjadi skala 4
3. Monitor haluaran urine.
(cukup menurun)
3. Suhu tubuh dari skala 2 (cukup Terapiutik
memburuk) menjadi skala 4 1. Sediakan lingkungan yang dingin
(cukup membaik) 2. Longgarkan dan lepas pakaian
4. Suhu kulit (cukup memburuk) 3. Berikan cairan oral
menjadi skala 4 (cukup membaik) Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
1. Post Operasi
SLKI SIKI
L.08063 : Kontrol Nyeri I.08238 : Manajemen Nyeri
Definisi : Definisi :
Tindakan untuk meredakan Mengidentifikasi mengelola
pengalaman sensorik atau emosional pengalaman sensorik atau emosional
yang tidak menyenangkan akibat yang berkaitan dengan kerusakan
kerusakan jaringan. jaringan atau fungsional dengan onset
Tujuan : mendadak atau lambat dengan
Setelah dilakukan intervensiberintensitas ringan hingga berat dan
keperawatan, diharapkan klien mampu konstan.
mengontrol nyeri dengan kriteria hasilTindakan :
sebagai berikut : Observasi
1. Melaporkan nyeri terkontrol dari 1. Identifikasi skala nyeri
skala 2 (cukup menurun) menjadi 2. Identifikasi faktor yang
skala 4 (cukup meningkat) memperberat dan memperingan
2. Kemampuan menggunakan teknik nyeri
non farmakologis dari skala 2 Terapiutik
(cukup menurun) menjadi skala 4 1. Berikan teknik non farmakologis
(cukup meningkat) untuk mengurangi rasa nyeri
3. Keluhan nyeri dari skala 2 (cukup 2. Pertimbangkan jenis dan sumber
meningkat) menjadi skala 4 (cukup nyeri dalam pemilihan strategi
menurun) nyeri
4. Penggunaan analgesik dari skala 3 Edukasi
(sedang) menjadi skala 4 (cukup 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
menurun) 2. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
L.14137 : Tingkat Infeksi I.14539 : Pencegahan Infeksi
Definisi : Definisi :
Derajat infeksi berdasarkan observasi Mengidentifikasi dan menurunkan
atau sumber informasi. risiko terserang organisme patogenik.
Tujuan : Tindakan
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan, diharapkan tingkat 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
infeksi klien dapat teratasi dengan Terapiutik
kriteria hasil sebagai berikut : 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Kebersihan tangan dari skala 2 2. Berikan perawatan kulit pada
(cukup menurun) menjadi skala 4 area edema.
(cukup meingkat)
3. Cuci tangan seblum dan
2. Kebersihan badan dari skala 2
(cukup menurun) menjadi skala 4 sesudah kontak dengan klien dan
(cukup meingkat) lingkungan klien.
3. Demam dari skala 2 (cukup 4. Pertahankan teknik aseptic
meningkat) menjadi skala 4
pada klien beresiko tinggi
(cukup menurun)
4. Kemerahan dari skala 2 (cukup Edukasi
meningkat) menjadi skala 4 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(cukup menurun) 2. Ajarkan cara mencuci tangan
5. Nyeri dari skala 2 (cukup dengan benar
meningkat) menjadi skala 4 3. Ajarkan etika batuk
(cukup menurun) 4. Anjurkan meningkatkan asupan
6. Bengkak dari skala 2 (cukup nutrisi
meningkat) menjadi skala 4 5. Anjurkan meningkatkan asupan
(cukup menurun) cairan
7. Kadar sel darah putih dari skala 2
(cukup memburuk) menjadi skala
4 (cukup membaik)
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Kasus Semu
Klien datang ke poli bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 09.40 WIB. Di poli bedah RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo klien mengatakan sudah mengalami nyeri
sekitar 1 minggu yang lalu. Klien dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan
klien di diagnosa terkena apendiksitis. Dokter menyarankan agar klien
direncanakan rawat inap untuk persiapan operasi apendiks. Klien dibawa
ke ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada tanggal 25
Januari 2016 pukul 11.30 untuk mendapatkan perawatan. Rencana
tindakan Apendiktomy pada tanggal 27 Januari 2016. Hasil pemeriksaan
Laboratorium dengan Leukosit 12910u/L.Klien mengeluh nyeri pada
perut kanan bawah sejak ± satu minggu yang lalu, klien mengalami
demam tinggi, lemas, pusing dan di perut bagian kanan bawah terasa
nyeri semakin bertambah sakit ketika bergerak dan nyeri timbul sewaktu-
waktu. Nyeri seperti diremas-remas. Nyeri perut kanan saat ditekan.
Skala nyeri 6. Klien mengatakandemam / panas sejak 2 hari yang lalu
danbadannya meriang. Klien juga mengatakan takut/merasa khawatir
tentang kondisi yang dialaminya sekarang dengan rencana tindakan
operasi yang dijadwalkan tanggal 27 januari 2021. Klien menyatakan
cemas bila mengingat penyakitnya.Pemeriksaan tanda-tanda vital klien
didapat TD: 100/70mmHg, nadi: 96 x/menit, Suhu: 37,6 0C, RR:
20x/menit.
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Nn. N
b. Umur : 15 tahun
c. Alamat : Kalierang
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Status Perkawinan : Belum Menikah
f. Pendidikan : SMP
g. Pekerjaan : Pelajar
h. Agama : Islam
i. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
j. Tanggal Masuk : 25 Januari 2021 pukul 09.40 WIB
k. No. RM : 9847XX
l. Diagnosa Medis : Apendisitis
2. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada perut kanan
bawah, klien mengatakan sekarang merasa cemas dan takut dengan
tindakan oprasi apendiktomi yang akan dijalaninya.
3. Riwayat kesehatan sekarang : Nn.N mengeluh nyeri pada perut kanan
bawah sejak ± satu minggu yang lalu, klien mengalami demam tinggi,
lemas, pusing dan di perut bagian kanan bawah terasa nyeri semakin
bertambah sakit ketika bergerak dan nyeri timbul sewaktu-waktu.
Nyeri seperti diremas-remas. Nyeri perut kanan saat ditekan. Skala
nyeri 6. Klien mengatakandemam / panas sejak 2 hari yang lalu
danbadannya meriang.
4. Riwayat kesehatan dahulu : -
5. Riwayat penyakit keluarga : Klien mengatakan tidak ada keluarga yang
mempunyai penyakit yang sama.
6. Pemeriksaan Fisik Head to Toe :
a. Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih, pertumbuhan
rambut normal, warna rambut hitam, tidak ada lesi atau benjolan,
klien tampak gelisah, ekspresi wajah tegang.
k. Ekstremitas :
- Respirasi : 20x/menit
3. Nn.N tampak gelisah
Ds : Ansietas
1. Nn.N mengatakan Apendisitis (radang
takut/merasa khawatir usus buntu )
tentang kondisi yang
dialaminya sekarang
dengan rencana Rencana operasi
tindakan operasi yang
dijadwalkan tanggal 27
januari 2021. Kekhawatiran
2. Nn.N mengatakan gelisah mengalami kegagalan
3. Do :
4. Nn. N tampak gelisah
5. Nn. N tampak tegang Ansietas
6. Pemeriksaan TTV :
- Tekanan darah : 100/70
mmHg
- Nadi : 96x/menit
- Suhu : 37,6 C 0
- Respirasi : 20x/menit
6.4 Intervensi Keperawatan
- Respirasi : 20x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Kadrianti, E., & I. (2013). Pengaruh Tindakan Mobilisasi Terhadap
Penyembuhan Luka Post Operasi Usus Buntu (Appendicitis) Di RSI Faisal
Makassar.
Sjamsuhidajat & de jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.