Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SWAMEDIKASI

PRAKTIKUM MANAJEMEN FARMASI II

“Nyeri”

Disusun Oleh :

1. Resty Nurvianti (03422118324)


2. Zhalsa Devanti (03422118432)

PROGRAM STUDI D III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga pada akhirnya penulis bisa menyelesaikan Makalah Swamedikasi
tentang Nyeri.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat pada Program Mata Kuliah
Praktikum Manajemen Farmasi II.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak yang telah membantu baik secara materi maupun non
materil, sehingga makalah ini dapat tersusun sebagaiman mestinya.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan dan ketindak sempurnaan. Dengan demikian kami selaku
penulis mengharapkan koreksi dan saran yang membangun demi kesempurnaan
susunan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi
positif bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program Studi Farmasi STIKES
IKIFA Jakarta.

Jakarta, 07 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
1.1. Gambaran Umum Penyakit.............................................................................3
1.1.1. Definisi Nyeri............................................................................................3
1.1.2. Fisiologi nyeri............................................................................................4
1.1.3. Klasifikasi nyeri..........................................................................................5
1.1.4. Tingkatan nyeri........................................................................................6
1.1.5. Faktor yang mempengaruhi nyeri...........................................................7
1.1.6. Pengenalan gejala nyeri...........................................................................8
1.1.7. Pengobatan OTC dan OWA....................................................................8
1.1.8. Obat-obat yang paling sering digunakan dalam pengobatan nyeri,
sebagai berikut:........................................................................................................9
1.1.9. Pemilihan Obat yang rasional...............................................................11
1.1.10. Info yang tepat........................................................................................11
2.1. Obat nyeri.........................................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
Dialog percakapan.........................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Swamedikasi didefinisikan oleh WHO sebagai kegiatan seleksi dan
penggunaan obat oleh pasien secara mandiri/sendiri untuk mengobati
suatu penyakit dan/atau gejalanya. Seperti pusing, mual, muntah,
maag, lemas, dan beberapa gejala ringan lainnya.
Dalam perkembangannya swamedikasi juga didefinisikan sebagai
penggunaan obat untuk pengobatan terhadap gejala-gejala yang
muncul atau pengobatan kelanjutan dari obat yang diresepkan
sebelumnya untuk penyakit kronis atau kekambuhan suatu penyakit
kronis. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-
keluhan dan penyakit ringan saja, seperti demam, nyeri, sakit kepala,
pusing, batuk, flu, sakit tenggorokan, sakit maag, cancingan, diare, dan
beberapa penyakit kulit. WHO memang mempromosikan praktek
pengobatan diri yang efektik dan cepat tanpa konsultasi medis agar
dapat mengurangi beban pada layanan perawatan kesehatan, yang
sering kali kekurangan dan susah diakses di perdesaan dan daerah
terpencil. Tetapi pada pelaksanaanya ternyata menjadi sumber
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) contoh : terjadinya
kesalahan medis dalam diagnosis dan keterlambatan dalam pengobatan
yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan
obat dan cara penggunaanya.
Nyeri merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati dengan
swamedikasi. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstrensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (Latin) atau pain (Inggris)
adalah kata-kata yang artinya bernada negative, menimbulkan perasaan
dan reaksi yang kurang menyenangkan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum dari nyeri?
2. Bagaimana pengenalan gejala terhadap nyeri?
3. Apa saja pengobatan yang dapat dilakukan dengan OTC dan
OWA terhadap nyeri?
4. Apa saja obat yang rasional yang digunakan pada nyeri?
5. Apa saja info tepat yang dapat diberikan pada pasien yang
menderita nyeri?

C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum dari nyeri.
2. Mengetahui pengenalan gejala terhadap nyeri.
3. Mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan dengan OTC dan
OWA terhadap nyeri.
4. Mengetahui obat yang rasional yang digunakan pada nyeri.
5. Mengetahui info tepat yang dapat diberikan pada pasien menderita
nyeri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Gambaran Umum Penyakit


1.1.1. Definisi Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor
(Latin) atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya
bernada negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang
kurang menyenangkan. Walaupun demikian, kita semua
menyadari bahwa rasa sakit kerap kali berguna, antara lain
sebagai tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang
kurang baik di dalam diri manusia.
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai
pengertian:
a. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaan
diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya.
b. Wolf Weisel Feurst (1974), nyeri merupakan suatu
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan
yang bias menimbulkan ketegangan.
c. Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu
mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
d. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik
dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh

3
reaksi fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan emosional.

1.1.2. Fisiologi nyeri


Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas
dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nociceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nociceptor) ada
yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari
syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nociceptor dapat
dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu kulit
(Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada
daerah visceral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah,
nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nociceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub
kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah
untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit
(kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu reseptor A
delta dan serabut C.
a. Reseptor A Delta
 Merupakan serabut bernyelin.
 Mengirimkan pesan secara cepat.
 Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan
lokasi nyerinya.
 Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan
struktur dalam seperti otot tendon, dll.
 Biasanya sering ada pada injury akut.

4
 Diamternya besar.
b. Serabut C
 Tidak bernyelin.
 Diamternya sangat kecil.
 Lambat dalam menghantarkan impuls.
 Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan
impulsnya bersifat persisten.
 Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu
hangat, dan tekanan halus.
 Reseptor terletak distruktur permukaan.

1.1.3. Klasifikasi nyeri


a. Berdasarkan sumbernya
 Cutaneus / Superficial
Yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh:
terkena ujung pisau atau gunting.
 Deep somatic / nyeri dalam
Yaitu nyeri yang muncul dari ligment, pembuluh
darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama
dari pada cutaneus. Contoh: sprain sendi.
 Visceral (pada organ dalam)
Stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme
otot, iskemia, regangan jaringan.
b. Berdasarkan penyebab
 Fisik
Biasanya terjadi karena stimulus fisik. Contoh: fraktur
femur.
 Psycogenic

5
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan
biasanya tidak disadari. Contoh: orang yang marah-
marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.

c. Berdasarkan lama/durasinya
 Nyeri akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan
ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.
 Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori
nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatis.

1.1.4. Tingkatan nyeri


a. Skala intensitas
 10 : Sangat dan tidak dikontrol.
 9,8,7 : Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol
oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan.
 6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk.
 5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
 4 : Nyeri seperti krama tau kaku.
 3 : Nyeri seperti perih atau mules.
 2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul.
 1 : Nyeri seperti gatal, tersentrum atau
Nyut-nyutan.
 0 : Tidak ada nyeri.
b. Tipe nyeri

6
 10 : Tipe nyeri sangat berat.
 9-7 : Tipe nyeri berat.
 6-4 : Tipe nyeri sedang.
 3-1 : Tiper nyeri ringan.

1.1.5. Faktor yang mempengaruhi nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya adalah :
a. Arti nyeri
Bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hamper
Sebagian arti nyeri merupakan negative, seperti
membahayakan, merusak dll. Keadaan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial budaya, lingkungan, dan pengalam.
b. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative kognitif).
Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu
stimulasi nociceptor
c. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intesitas nyeri
yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-
obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan
pehrtian kepercayaan yang kuat, dsb. Sedangkan faktir
yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa
ramah, bosam, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang,
sakit, dll.
d. Reaksi terhadap nyeri

7
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk repons
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah,
cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan
bentuk respons nyeri yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan social
kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia dll.

1.1.6. Pengenalan gejala nyeri


Gejala dan tanda :
 Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar,
geli (tingling) , menyetak (shooting) yang bervariasi
dalam intesitas dan lokasinya.
 Suatu stimulus yang sama dapat menyebabkan gejala
nyeri yang berubah sama sekali (mis. Tajam menjadi
tumpul).
 Gejala kadang bersifat nonspesifik.
 Nyeri akut dapat mencetuskan hipertensi, takikardi,
midriasi tapi tidak bersifat diagnostic.
 Untuk nyeri kronis seringkali tidak ada tanda yang nyata
 Perlu diingat : nyeri bersifar subyektif

1.1.7. Pengobatan OTC dan OWA


 Macam analgesic non-opiat :
a. Paracetamol
b. Salisilat
- Aspirin
- Mg-Salisilat
- Diflunisal
c. Fenamat
- Meklofenamat
- Asam mefenamat

8
d. Asam Asetat
- Natrium diklofenak
e. Antalgin
f. Asam Propionat
- Ibuprofen
- Ketoprofen
- Naproksen
g. Asam pirolizin karbosilat
- Ketorolac
h. Inhibitor COX-2
- Celecoxib
- Valdecobix

1.1.8. Obat-obat yang paling sering digunakan dalam


pengobatan nyeri, sebagai berikut:
a. Paracetamol (asetaminofen)
 Memiliki khasiat analgetic dan antipiretik yang
baik.
 Menghambat pembentukan prostaglandin secara
sentral, namun tidak di jaringan, sehingga tidak
berefek sebagai anti-inflamasi.
 Tidak memiliki efek antiplatelet.
 Efek samping ringan dan jarang, relative tidak
menyebabkan gangguan lambung.
 Pada dosis besar (6-12 g) dapat menyebabkan
kerusakan hati.
 Pada dosis terapinya, merupakan pilihan yang aman
bagi banyak kondisi kesehatan, termasuk untuk
anak-anak dan ibu hamil/menyusui.
b. Asetosal (asam asetilsalisilat, aspirin)
 Memiliki aktivitas analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi.

9
 Memiliki efek antiplatelet sehingga dapat mencegah
pembekuan darah. Sebaiknya tidak digunakan pada
pasien dengan gangguan pembekuan darah
(misalnya hemofili), sirosis hati, trombositopenia,
atau pasca operasi.
 Bersifat asam, dapat menyebabkan iritasi mukosa
lambung. Sebaiknya jangan diminum Ketika
lambung kosong. Tidak direkomendasikan bagi
pasien yang memiliki riwayat gangguan lambung.
 Dapat menyebabkan Reye’s syndrome digunakan
pada anak-anak dibawah 12 tahun.
 20% pasien asma memiliki sensitivitas/alergi
terhadap aspirin. Sebaliknya tidak digunakan pada
pasien dengan riwayat alergi (rinitas, urtikaria,
asma, anafilaksis, dll).
 Aspirin sebaiknya tidak digunakan pada wanita
hamil karena dapat memperpanjang waktu
kelahiran.
c. Antalgin (mentampiron, metamizol, dipiron)
 Memiliki efek analgetic, antipiretik, dan anti-
inflamasi yang kuat.
 Merupakan obat lama, memiliki efek samping yang
cukup berbahaya yaitu leukopenia dan
agranulositosis yang dapat berakibat kematian (5%)
di Amerika, Inggris, Swedia sudah ditarik dari
perdaban.
d. Asam mefenamat
 Memiliki khasiat analgetic, antipiretik dan anti-
inflamasi yang cukup, tapi tidak lebih kuat dari
pada asetosal.

10
 Bersifat asam, dapat menyebabkan gangguan
lambung. Sebaiknya jangan diminum pada saat
perut kosong, atau pada pasien dengan riwayat
gangguan saluran cerna/lambung.
 Banyak menyebabkan efek samping : diare,
trombositopenia, anemia, hemolitik, dan ruam kulit.
 Tidak direkomendasikan untuk penggunaan pada
anak-anak dan wanita hamil.
 Sebaiknya tidak digunakan dalam jangka waktu
lebih dari seminggu, dan pada pemakaian lama
perlu dilakukan pemeriksaan darah.

1.1.9. Pemilihan Obat yang rasional


Pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesic yang
paling ringan sampai ke yang paling kuat. Berikut
tahapannya:
 Tahap I analgesic non-opiat : AINS.
 Tahap II analgesic AINS + ajuvan (antidepresan).
 Tahap III analgesic opiat lemah + AINS + ajuvan
 Tahap IV analgesic opiat kuat + AINS + ajuvan
Contoh ajuvan : antidepresan, antikonvulsan, agonis.

1.1.10. Info yang tepat


Pendekatan non farmakologi biasanya menggunakan terapi
perilaku (hipnotis, biofeedback), pelemas otot/relaksasi,
akunputur, terapi kognitif (distraksi), restrukturisasi kognisi,
imajinasi dan terapi fisik. Nyeri bukan hanya unik karena
sangat berbeda satu dengan yang lainnya mengingat sifatnya
yang individual, termasuk dalam penangananya pun kita
seringkali menemukan keunikan tersebut, baik itu yang

11
memang dapat kita terima dengan kajian logika maupun yang
sama sekali tidak bisa kita nalar walaupun kita telah berusaha
memaksakan untuk menalarkannya.

12
2.1. Obat nyeri
a. Parasetamol
Indikasi : Untuk meredakan gejala demam dan nyeri
pada berbagai penyakit.
Efek samping : Demam, sakit tenggorokan, nyeri
punggung
tubuh terasa lemah, timbul memar pada
kulit
Kegunaan : Obat untuk penurun demam dan pereda
nyeri, seperti nyeri haid, dan sakit gigi.
Paracetamol bekerja dengan cara
mengurangi produksi zat penyebab
peradangan, yaitu prostaglandin.
Bentuk sediaan :
 Paracetamol tablet 500 mg dan 600 mg
 Sirup
 Drop
 Suppositoria
 Infus
Dosis :
 Dewasa : 325-650 mg tiap 4-6 jam atau 1.000 mg tiap 6-8
jam. Paracetamol biasanya tersedia dalam bentuk tablet
dengan kandungan 500 mg. Paracetamol 500 mg dapat
diminum tiap 4-6 jam sekali untuk meredakan demam.
 Anak < 2 bulan : 10-15 mg/kgBB, tiap 6-8 jam sekali atau
sesuai dengan ajuran dokter.
 Anak 2 bulan – 12 tahun : 10-15 mg/kgBB, tiap 4-6 jam
sekali atau sesuai anjuran dokter. Dosis maksimal 5 kali
pemberian dalam 24 jam.
 Anak > 12 tahun : 325-650 mg per 4-6 jam atau 1.000 mg
tiap 6-8 jam

13
b. Ibuprofen
Indikasi : Sebagai antiinflamasi untuk rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, gout, dan juvenile
rheumatoid arthritis.
Efek samping : Perut kembung, mual dan muntah, sakit
maag, demam, sakit kepala.
Kegunaan : Mampu meredakan rasa sakit yang ringan
hingga menengah.
Bentuk sediaan :
 Ibuprofen tablet 200 mg
 Ibuprofen kaplet 400 mg
 Ibuprofen suspensi 100 mg/5 mL, 200 mg/5 mL.
Dosis :
 Dosis dewasa : 200-800 mg, 3-4 kali sehari. Dosis
maksimal per hari adalah 3,2 gram.
 Dosis anak :
- Kondisi nyeri dan demam :
Dosis anak usia 6 bulan ke atas : 4-10mg/kgBB setiap
6-8 jam. Dosis maksimal per hari 40 mg/kgBB.
- Kondisi penyakit juvenile idiopathic arthritis (radang
sendi pada anak) :
Dosis 30-50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 3 kali
pemberian. Dosis maksimal 2,4 gram per hari.

14
 Dosis awal 10 mg/kgBB yang diberikan melalui infus
selama 15 menit, kemudian dilanjutkan dengan dosis 5
mg/kgBB setelah 24 jam dan 5 mg/kgBB setelah 48 jam.

c. Asam mefenamat
Indikasi : Obat digunakan untuk meredakan nyeri
ringan hingga sedang seperti sakit kepala,
sakit gigi, nyeri haid, nyeri pada otot.
Efek samping : Hilang nafsu makan, mual dan muntah,
diare, gangguan pencernaan.
Kegunaan : Untuk meredakan nyeri, seperti sakit gigi,
sakit kepala, dan nyeri haid.
Bentuk sediaan :
 Tablet : 250 mg, 500 mg
 Sirup
Dosis :
 Dewasa : 500 mg untuk dosis pertama, dilanjutkan dengan
250 mg tiap 6 jam selama 7 hari.
 Anak-anak > 14 tahun : dosis ditentukan oleh dokter

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Nyeri adalah perasaan dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang terkait dengan adanya kerusakan jaringan
potensial atau aktual. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang
berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri. Reseptor nyeri disebut
juga nociceptor.
2. Gejala dan nyeri :
 Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar, geli
(tingling), menyetak (shooting) yang bervariasi dalam intensitas
dan lokasi.
 Nyeri akut dapat mencentuskan hipertensi, takikardi, midriasis tapi
tidak bersifar diagnostic.
 Untuk nyeri kronis sering kali tidak ada tanda yang nyata.
3. Pengobatan dengan OTC dan OWA
 Paracetamol
 Salisilat
 Fenamat
 Asam asetat
 Antalgin
4. Pengobatan yang rasional untuk nyeri yaitu dimulai dengan analgesic
yang paling ringan sampai ke yang paling kuat.
5. Info yang tepat untuk pengobatan nyeri sebelum terapi farmakologi
adalah dengan pendekatan non farmakologi. Pendekatan non
farmakologi biasanya menggunakan terapi perilaku
(hipnotis/feedback), pelemas otot/reklasasi, akupuntur, restrukturisasi
kognisi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008, Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar klien. Salemba Medika, Jakarta

Purba JS. Penggunaan Obat Antiepilepsi sebagai terapi Nyeri Neuropatik.


http://www.dexamedica.com

Richeiner S. Understanding neuropathic pain. http://www.spineuniverse.com

17
Dialog percakapan
Apoteker : Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?

Pasien : Siang mba. Saya mau beli obat untuk mengatasi nyeri gigi yang

saya alami mba, obat yang bagus apa ya mba?

Apoteker : Sebelumnya untuk bengkak atau nyeri saja mba?

Pasien : Bengkak juga mba

Apoteker : Mba punya riwayat sakit magh atau darah tinggi?

Pasien : Tidak punya mba

Apoteker : Tunggu sebentar ya, saya ambilkan obatnya.

Apoteker : Ini untuk obatnya, asam mefenamat sama dexamethasone. Asam

mefenamat untuk Pereda nyeri dan dexamethasone untuk


peradangan sama bengkaknya.

Pasien : Minumnya berapa kali ya?

Apoteker : Diminum tiga kali sehari sesudah makan, dengan jarak waktu

delapan jam agar proses penyerapan maksimal.

Pasien : Kok selang waktu delapan jam mba? Tidak kelamaan?

Apoteker : Begini mba, dalam sehari kan ada 24 jam. Nah dalam 24 jam itu

nanti dibagi beberapa kali minum obat. Jika tiga kali sehari, maka

24 : 3 = 8 jadi selang waktunya delapan jam.

Pasien : Seperti itu ya mba. Jadi beraoa semuanya?

Apoteker : Iya mba. Semua jadi lima belas ribu saja mba.

Pasien : Ini uangnya mba.

Apoteker : Terimakasih. Semoga lekas sembuh.

18

Anda mungkin juga menyukai