Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


NYERI PADA TN. D DI RUANG CAMAR
RSPAU dr. S . HARDJOLUKITO

Oleh :
Widi Astuti
211100491

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA NYERI PADA TN.D DI RUANG CAMAR
RSPAU dr.S.HARDJOLUKITO

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN DARI PEMBIBING AKADEMIK DAN LAHAN

Telah disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

DI SUSUN OLEH :
WIDI ASTUTI
211100491

Pembibing akademik Pembimbing lahan

Rika Monika ,S.Kep .,Ns,M.kep,Sp.Kep.Kom Ika Kristiyana ,S.Kep.,Ners

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES YOGYAKARTA
2022

1
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3
A. Definisi ................................................................................................................................. 3
B. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI ................................................................... 3
C. KLASIFIKASI NYERI ........................................................................................................ 4
D. MEKANISME NYERI ........................................................................................................ 5
E. PENGUKURAN NYERI ..................................................................................................... 8
F. MANIFESTASI KLINIK ( TANDA & GEJALA ) ............................................................ 9
G. PATOFISIOLOGI .............................................................................................................. 10
H. PATHWAY KEPERAWATAN......................................................................................... 11
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN ................................................................... 11
J. PENATALAKSANAAN MEDIS ..................................................................................... 12
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG ....................................................................................... 13
L. PENGKAJIAN ................................................................................................................... 14
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................... 16
N. PERENCANAAN KEPERAWATAN .............................................................................. 16
O. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 24

2
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap
kenyataan bahwa sedang atau terjadi kerusakan jaringan. Karena nilainya bagi
kelangsungan hidup , nosieptor ( reseptor nyeri ) tidak beradapatasi terhadap stimulasi yang
berulang atau berkepanjangan. Simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam
ingatan membantu kita menghindari kejadian – kejadian yang berpotensi membahayakan
di masa mendatang ( Sherwood ,2015 ).
Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi ketidaknyaman
dalammerespons suatu rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall, 2012). Nyeri
akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yangmuncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam halkerusakan
sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba
atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi
ataudiprediksi dan berlangsung < 6 bulan (NANDA, 2012). Nyeri kronis adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkanyang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam halkerusakan
sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba
atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi
ataudiprediksi dan berlangsung > 6 bulan (NANDA, 2012).

B. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Penyebab
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos, elektrik,
neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi),gangguan sirkulasi darah dan
kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis (Handayani, 2015)
Faktor predisposisi
Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi presepsi dan reaksi masing-masing
individu terhadap nyeri (Prasetyo, 2010), diantaranya :
1) Usia
Usia merupakan variabel yang paling penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu.
2) Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadapa
nyeri. Hanya beberapa budaya yang mengganggap bahwa seorang anak laki-laki harus
lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang
sama ketika merasakan nyeri.
3
3) Kebudayaan
Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam masalah nyeri
adalah sama, sehingga mencoba mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri.
4) Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri.
5) Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang
berat.
6) Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri.
7) Anxietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga akan menimbulkan ansietas.
8) Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan
kemampuan koping individu.
9) Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri
daripada individu yang mempunyai pengalaman
C. KLASIFIKASI NYERI
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat,
berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan (Bauldoff, Gerene, Karen & Priscilla,
2016).
1) Nyeri berdasarkan tempatnya:
a) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada
kulit, mukosa.
b) Deep pain, yaitu nyeri yang tersa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau
pada organ-organ tubuh visceral.
c) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuhdi daerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.

4
d) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan pada sistem saraf pusat,
spinal cord, batang otak, talamus.
2) Nyeri berdasarkan sifatnya:
a) Incedental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
b) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.
c) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul
lagi
3) Nyeri berdasarkan berat ringannya:
a) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah
b) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
c) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
4) Nyeri berdasarkan waktu lamamnya serangan :
a) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhirkurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.
b) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
D. MEKANISME NYERI
Perasangan nosiseptor menimbulkan persepsi nyeri serta respons motivasional dan
emosional. Tidak seperti modalitas somatosensorik lain, sensasi nyeri disertai respons
perilaku bermotif (menarik diri atau bertahan) serta reaksi emosional (menangis atau
takut). Tidak seperti sensasi lain persepsi subjektif nyeri dapat dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu atau sekarang (berkurangnya persepsi nyeri pada seorang atlet yang
cedera ketika sedang bertanding). Nyeri adalah pengalaman pribadi yang multidimensi
(Sherwood, 2015).
Kategori reseptor nyeri terdapat tiga kategori nosiseptor: Nosiseptor
mekanisberespons terhadap kerusakan mekanis (sayatan,terpukul dan cubitan). Nosiseptor
suhu berespons terhdap suhu ekstrim (panas). Nosiseptor polimodal berespons sama kuat
terhadap semua jenis rangsangan yang merusak terutama bahan kimia yang dikeluarkan
oleh jaringan yang cedera. Semua nosiseptor ditingkatkan kepekaannya oleh adanya
prostaglandin yang sangat meningkatkan respons reseptor terhadap rangsangan yang dapat
menimbulkan kerusakan. Prostaglandin adalah kelompok khusus turunan asam lemak yang
dipecah dari lapis – ganda lemak membrane plasma dan bekerja lokal setelah dibebaskan.
Cedera jaringan dapat menyebabkan pelepasan lokal prostaglandin. Bahan – bahan kimia
ini bekerja pada ujung perifer nosiseptor untuk menurunkan ambang pengaktifan reseptor.

5
Obat golongan aspirin menghambat pembentukan prostaglandin yang ikut berperan
menentukan sifat analgesik (Sherwood, 2015).
Serat nyeri afferent cepat dan lambat impuls nyeri berasal dari nosiseptor disalurkan
ke SSP melalui salah satu dua jenis serat afferent. Sinyal yang berasaldari nosiseptor
berespons terhadap kerusakan mekanis seperti terpotong atau kerusakan suhu yang
terbakar melalui serat A – delta halus bermielin dengan cepat (jalur nyeri cepat). Impuls
dari nosiseptor polimodal yang berespons terhadap bahan kimia dilepaskan ke CES dari
jaringan yang rusak disalurkan serat C halus tak –bermielin dengan kecepatan yang lebih
rendah (jalur nyeri lambat). Nyeri tajam dirasakan awal terjadinya sayatan yang segera
diikuti oleh nyeri yang lebih difus. Nyeri pertama kali dirasakan dirasakan sebagai sensasi
tertusuk tajam yang singkat mudah diketahui lokasinya adalah nyeri cepat yang berasal
dari nosiseptor mekanis (panas spesifik). Sensasi pegal tumpul yang lokalisasinya tidak
jelas dan menetap lebih lama disertai rasa tidak nyaman adalah nyeri lambat yang
diaktifkan oleh bahan – bahan kimia terutama bradikinin, suatu bahan yang normal inaktif
dan menjadi aktif oleh enzim – enzim yang dikelurkan ke dalam CES dari jaringan yang
rusak. Bradikinin dan senyawa – senyawa terkait tidak memicu nyeri dengan merangsang
nosiseptor polimodal tetapi berperan dalam respons peradangan terhadap cedera jaringan.
Nyeri perlahan dan menusuk bertahan dalam jangka waktu yang lama karena menetapnya
bahan – kimia yang dilepaskan setelah terhentinya rangsangan mekanisme atau suhu
penyebab kerusakan jaringan.Reseptor perifer serat C aferen diaktifkan kapasaisin
mengikat resptor nyeri dan berikatan dengan dengan reseptor suhu karena timbul rasa
panas ketika kita makan cabai pedas (Sherwood, 2015).
Pemprosesan masukan nyeri ditingkat yang lebih tinggi banyak struktur yang
berperan dalam pemrosesan nyeri. Serat nyeri aferen primer, jalur nyeri asendens di korda
spinalis, dan daerah – daerah otak terlibat persepsi nyeri. Serat nyeri aferen primer
bersinaps dengan antarneuron ordo – kedua spesifik di tanduk dorsak korda spinalis.
Sebagai respons potensial aksi yang dipicu rangsangan, serat nyeri aferen mengeluarkan
neurotransmitter yang memengaruhi neuron – neuron. Dua neurotransmitter paling banyak
adalah substansia P dan glutamat. Substansia P mengaktifkan jalur-jalur asendens yang
menyalurkan sinyal nosiseptif ke tingkat lebih tinggi untuk pemrosesan lebih lanjut. Jalur
nyeri asendens memiliki tujuan berbeda – beda di korteks, thalamus, dan formasio
retikularis. Daerah pemprosesan somatosensoris di korteks menentukan lokasi nyeri ,
sementara daerah korteks yang lain ikut serta dalam komponen sadar dalam pengalaman
nyeri lainnya (refleks tentang kejadian). Nyeri dapat dirasakan tanpa adanya korteks di
tingkat thalamus. Formasio retikularis menungkatkan derajat kewaspadaan berkaitan
dengan rangsangan yang rusak. Interkoneksi dari thalamus dan formasio retikularis ke
hypothalamus dan system limbik memicu respons perilaku dan emosi menyertai
pengalaman yang menimbulkan nyeri. System limbik mepersepsikan aspek nyeri yang
tidak menyenangkan. Glutamat, neurotransmitter lainnya dikeluarkan dari terminal nyeri
aferen primer adalah neurotransmitter eksitatorik utama. Glutamat berkerja pada dua
reseptor membran plasma berbeda di antarneuron eksitatorik tanduk dorsal dengan dua
efek yang berbeda. Pertama, mengikat glutamat dengan reseptor AMPA-nya menyebabkan
perubahan permeabilitas yang akhirnya menyebabkan pembentukan potensial aksi di sel

6
tanduk dorsal. Potensial aksi mengirim pesan nyeri ke pusat – pusat lebih tinggi. Kedua,
mengikat glutamat dengan reseptor NMDA – nya menyebabkan masuknya Ca2+ ke dalam
sel tanduk dorsal. Jalur ini tidak terlibat dalam transmisi pesan nyeri namun Ca2+ memicu
system cara kedua yang membuat sel tanduk dorsal lebih peka daripada
biasanya.Hipereksitabilitas berperan meningkatkan sensitivitas daerah yang cedera
terhadap rangsangan nyeri bahkan bisa sampai rangsangan nyeri yang tidak biasa
dirasakan. Mekanisme lain juga berperan menyebabkan supersensitivitas suatu daerah
yang cedera. Responsivitas reseptor perifer terdekteksi nyeri dapat ditingkatkan sehingga
reseptor bereaksi lebih kuat terhadap rangsangan berikutnya. Kepekaan yang berlebihan
dapat menyebabkan mengurangi aktivitas yang dapat semakin merusak atau mengganggu
penyembuhan daerah yang cedera dan hipersensitivitas biasanya mereda setelah cedera
sembuh (Sherwood, 2015).
Nyeri kronik yang persisten dan kadang – kadang sangat mengganggu dansering
terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan. Berbeda dengan nyeri akut menyertai cedera
jaringan perifer berfungsi sebagai mekanisme proteaktif normal untuk memberitahu tubuh
akan kerusakan yang terjadi, keadaan nyeri kronik abnormal terjadi akibat hipersensitivitas
berkepanjangan dalam jalur – jalur transmisi nyeri di saraf perifer atau SSP (sistem saraf
pusat) yaitu nyeri dirasakan karena terbentuknya sinyal abnormal dalam jalur – jalur nyeri
tanpa adanya rangsangan nyeri biasa. Eksitabilitas yang abnormal dan menetap di antara
neuron jalur nyeri mengarah ke nyeri kronik dari hasil saling memengaruhi antara neuron
yang terlibat, sel glia, dan sel imun. Sel ini banyak melepaskan tipe cara kimia antarsel
ditujukan untuk menolong dengan meningkatkan kekuatan sinaptik mendorong
penyembuhan respons jaringan yang cedera. Banyak molekul yang terlibat suatu keadaan
dapat bertahan lama setelah kerusakan awal disembuhkan. Melepaskan reaksi yang
berlebihan terhadap rangsangan terlalu ringan memicu respons neuron yang sangat
sensitive berlanjut mencetuskan dan menghantar sinyal nyeri yang terjadi secara spontan
tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata. Nyeri kronik digolongkan sebagai nyeri
neuropatik (Sherwood, 2015).
Otak memiliki system analgesik inheren. Selain rangkaian neuron yang
menghubungkan nosiseptor perifer dengan struktur – struktur SSP (sistem saraf pusat)
yang lebih tinggi untuk persepsi nyeri mengandung system analgesik yang menekan
penyaluran impuls di jalur nyeri sewaktu impuls masuk ke korda spinalis. Tiga region
batang otak merupakan bagian jalur analgesik desendens ini: substansia grisea
perikuaduktus (substansia grisea yang mengelilingi akuaduktus serebrum suatu saluran
sempit yang menghubungkan rongga ventrikel ketiga dan keempat)serta nucleus spesifik
di daerah medulla dan formasio retikularis. Rangsangan listrik pada ketiga bagian otak ini
menghasilkan efek analgesia kuat. Substansia grisea periakuaduktus merangsang neuron
tertentu yang badan selnya terletak di medula dan formasio retikularis yang berakhir di
antarneuron inhibitor kornu dorsalis medula spinalis. Opiat endogen berfungsi sebagai
neurotransmitter analgesik. Mengikat enfekalin dari kornu dorsalis antarneuron inhibitorik
dengan terminal serat nyeri aferen menekan pelepasan substansia P melalui inhibisi
prasinaps sehingga transmisi sinyal nyeri dihambat. Morfin berikatan dengan reseptor opiat
yang sama sangat berperan dalam sifat analgesiknya. Injeksi morfin ke substansia grisea

7
periakuaduktus dan medula menyebabkan efek analgesia kuat dan menunjukkan opiat
endogen dilepaskan secara sentral untuk menghambat nyeri. Penekan nyeri alami
diaktifkan dalam keadaan normal. Faktor – faktor yang mengalami proses perubahan nyeri
adalah olahraga, stress, dan akupunktur. Endorfin dibebaskan selama olahraga
berkepanjangan menimbulkan rasa nikmat yang dialami. Reaksi normal terhadap nyeri
oleh oerganisme yang sedang mengalami stress akan merugikan. Sensasi somatic dideteksi
oleh reseptor yang tersebar luas memberi informasi tentang interaksi tubuh dengan
lingkungan secara umum, masing – masing indera khusus memiliki reseptor sangat
spesialitik dan terlokalisasi berespons terhadap rangsangan lingkungan tertentu
(Sherwood, 2015).

E. PENGUKURAN NYERI
1. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah divalidasi. Berat dan ringannya rasa sakit
atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala
numeric dari 0 (nol) hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).
Skala 0 : Tanpa nyeri
Skala 1-3 : Nyeri ringan
Skala 4-6 : Nyeri sedang
Skala 7-9 : Nyeri berat
Skala 10 : Nyeri sangat berat

1. Visual Analog Scale (VAS)


Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas mengekspresikan
nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah
kira-kira nyeri sedang (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).

8
2. Verbal Rating Scale (VRS)
Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif untuk menilai nyeri akut, dianggap
sederhana dan mudah dimengerti, ranking nyerinya dimulai dari tidak nyeri sampai
nyeri yang tidak tertahankan (Khoirunnisa & Novitasari, 2015).

3. Skala Wajah dan Barker


Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda, menampilkan wajah bahagia
hingga wajah sedih. Digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri pada anak mulai usia
3 (tiga) tahun (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).

F. MANIFESTASI KLINIK ( TANDA & GEJALA )


Tanda dan gejala menurut Muttaqin, 2015 yaitu :
1. Gangguan tidur

9
2. Posisi menghindari nyeri
3. Raut wajah kesakitan
4. Perubahan nafsu makan
5. Tekanan darah meningkat
6. Nadi meningkat
7. Gerakan menghindari nyeri
8. Pernafasan meningkat
G. PATOFISIOLOGI
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
kerusakan tersebut.Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi.
Rangsang nyeri diterima oleh nosiseptor di kulit dan visera. Sel yang nekrotik akan
melepaskan K+ dan protein intrasel yang dapat mengakibatkan inflamasi. Mediator
penyebab nyeri akan dilepaskan. Leukotrien, prostatglandin E2, dan histamine akan
mensensitisasi nosiseptor selain itu lesi jaringan juga mengaktifkan pembekuan darah
sehingga melepaskan bradikinin dan serotonin. Jika terdapat penyumbatan pembuluh
darah, akan terjadi iskemia dan penimbunan K+ dan H+ ekstrasel yang diakibatkan akan
semakin mengaktifkan nosiseptor yang telah tersensitasi. Perangsangan nosiseptor
melepaskan substansi peptide P (SP) dan peptide yang berhubungan dengan gen kalsitonin
(CGRP), yang meningkatkan respon inflamasi dan menyebabkan vasodilatasi serta
meningkatkan permeabilitas vaskular.(Mochamad Bahrudin ,2017)

10
H. PATHWAY KEPERAWATAN

(ilmiyatus sadiyah ,2015)

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Manajemen Non Farmakologi


Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tidakan menurunkan respon nyeri tanpa
menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan intervensi keperawatan/kebidanan,
manajemen non farmakologi merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien
(Sulistyo, 2013).
a) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
c) Beri rasa aman

11
d) Sentuhan therapeutik. Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai
keseimbanganenergy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada
ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada pasien, diharapkanada
transfer energy.
e) Akupressure Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
f) Guided imagery Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan,tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta
konsentrasi dari pasien.
g)DistraksiMengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang.Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi audio
(mendengarmusik), distraksi sentuhan massage, memegang mainan), distraksi
intelektual(merangkai puzzle).
h)Anticipatory guidanceMemodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan
nyeri.
i)HipnotisMembantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
j)BiofeedbackTerapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi
tentangrespon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap
respon.Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan
caramemasang elektroda pada pelipis

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Manajemen Farmakologi
Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang mengunakan obat- obatan dalam
praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan instruksi dari medis. Ada
beberapa strategi menggunakan pendekatan farmakologis dengan manajemen nyeri
persalinan dengan penggunaan analgesia maupun anastesi (Sulistyo, 2013).
1.Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya
keridakpercayaan,kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan.
2.Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik –tekhnik berikut ini:
 Teknik latihan pengalihan :
a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music

 Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru
dengan udara,menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot

12
tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus
berkonsentrasi hingga didapatrasa nyaman, tenang dan rileks.

 Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
3.Pemberian obat analgesicMerupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri
karena obat ini membloktransmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikalterhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan nyeri
dengan efektif, perawatdan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesic
dalam penanganan nyerikarena informasi obat yang tidak benar, karena adanya
kekhawatiran klien akan mengalamiketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan
dalam menggunakan analgetik narkotik,dan pemberian obat yang kurang dari yang
diresepkan.Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a. Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b. Analgesik narkotik atau opiatec. Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
4. Pemberian stimulator listrikYaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri
dengan stimulus yang dirasakan.Bentuk stimulator metode stimulus listrik
meliputi:Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk ,engendalikan
stimulusmanual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode diluar.
 Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat
stimulatorsumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan dibawah kulit
dengantransistortimah penerima yang dimasukkan kedalam kulit pada daerah epidural
dan columnavertebrae.
 Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat
penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit intraclavicula atau abdomen,
yaituelectrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut (Doenges dalam Jitowiyono, 2016) yaitu :


1. Pemeriksaan rontgen
2. Menentukan lokasi/luanya fraktur/trauma
3. Scan tulang, scan CT/MRI
4. Memperlihatkan fraktur,juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
5. Arteriogram

13
6. Dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
7. Hitung darah lengkap
8. HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna pada
sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada mulltipel.
9. Kreatinin
10. Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
11. Profil kagulasi
12. Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau cidera hati

L. PENGKAJIAN
Menurut (ilmiyatus dalam ejournal academia ,2015) yaitu :
a. IdentitasMendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
 Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
 Riwayat kesehatan keluarga
 Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
 Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.Hal ini
berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuanseseorang
menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tahananterhadap nyeri
adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang dapatmenurunkan
tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeriyang tak
kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

b) Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.Contoh
sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi, dan lain-lain.
Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien menggunakan bahasa
yang dia ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.

c) R (Region), daerah perjalanan nyeri.Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat


meminta utnuk menunjukkan semua daerah yangdirasa tidak nyaman. Untuk
melokalisasi nyeri dengan baik dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien
untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. meliputi beberapa tempat atau
melibatkan segmen terbesar tubuh.

14
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.Karakteristik paling subjektif
pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeritersebut. Klien seringkali
diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan,sedang atau parah. Namun
makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dariwaktu ke waktu informasi
jenis ini juga sulit untuk dipastikan.

e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.Perawat mengajukan
pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan rangsangan nyeri.Kapan nyeri mulai
dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan? Apakah nyeriyang dirasakan
terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembalikambuh?
 Macam skala nyeri
1. Skala Numerik NyeriSkala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat
ringannya rasa sakit ataunyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan
pendapat subyektif nyeri. Skalanumerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga
sebagai Visual Analog Scale(VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,
sedangkan sepuluh (10) ,suatu nyeri yang sangat hebat.

Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

2. Visual Analog ScaleTerdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka.
Bisa bebasmengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
tertahankan,dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.

15
3. Skala WajahSkala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan
wajah bahagiahingga wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri.
Skala ini dapatdipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-SpiritualKebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi


bernapas, makan, minum, eleminasi,gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri,
pengaturan suhu, rasa aman dannyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan
produktivitas, pengetahuan, rekreasidan ibadah.
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
 Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna
kulit,turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Gejala Kardinal. Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi.
 Keadaan Fisik. Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai
ekstremitas bawah:
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatansirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara,sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan,
atau suaranapas tambahan.

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik
2. Intoleransi aktivitas
3. Ansietas
4. Gangguan rasa nyaman

N. PERENCANAAN KEPERAWATAN

16
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperwatan
Gangguan Mobilitas fisik ( SLKI Dukungan mobilisasi ( SIKI Observasi :
mobilitas L.05042) I.05173) - Untuk
fisik (SDKI Tujuan : Observasi : mengetahui
D.0054) - Setelah dilakukan - Identifikasi adanya adanya nyeri
tindakan nyeri atau keluahan atau keluhan
keperawatan fisik lainya fisik pada
selama ...x24 jam - Identifikasi toleransi pasien
diharapkan fisik melakukan - Untuk
gangguan pergerakan mengetahui
mobilitas fisik - Monitor frekuensi toleransi fisik
berubungan jantung dan tekanan melakukan
dengan nyeri darah sebelum memulai pergerakan
tertasi dengan mobilisasi - Untuk
kriteria hasil: - Monitor kondisi umum mengetahui
1. Pergerakan selama melakukan frekuensi
ekstermitas mobilisasi jantung dan
meningkat tekanan darah
2. Kekuatan otot Terapeutik : sebelum
meningkat - Fasilitasi aktivitas memulai
3. Rentan gerak mobilisasi dengan alat mobilisasi
(ROM) bantu - Untuk
meningkat - Fasilitasi melakukan mengetahui
4. Nyeri pergerakan,jika perlu kondisi umum
menurun - Libatkan keluarga untuk selama
5. Kecemasan membantu pasien dalam melakukan
menurun meningkatkan mobilisasi
6. Kaku sendi pergerakan Terapeutik :
menurun - Untuk
7. Gerakan tidak Edukasi : memfasilitasi
terkoordinasi - Jelaskan tujuan dan aktivitas
menurun prosedur mobilisasi mobilisasi
8. Gerakan - Anjurkan melakukan - Untuk
terbatas mobilisasi dini memfasilitasi
menurun - Ajarkan mobilisasi saat pasien
9. Kelemahan sederhana yang harus melakukan
fisik menurun dilakukan pergerakan ,jika
perlu
- Agar keluarga
mengetahui
peningkatan
ambulasi pada
pasien
Edukasi :

17
- Agar pasien
mengetahui
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
- Untuk
mencegah
terjadinya
masalah /
cidera kepada
pasien
- Untuk
mencegah
terjadinya
masalah /
cidera pada
pasien
Intoleransi Toleransi Aktivitas ( SLKI Manajemen energi (SIKI i.05178) Observasi :
aktivitas L.05047) Observasi : - Untuk
(SDKI Tujuan : - Identifikasi gangguan mengetahui
D.0054) - Setelah dilakukan fungsi tubuh yang gangguan
tindakan mengakibatkan fungsi tubuh
keperawata kelelahan pada pasien
selama ...x24jam - Monitor kelelahan dan yang
diharapkan emosional mengakibatkan
masalah - Monitor pola dan jam kelelahan
intoleransi tidur - Untuk
aktivitas dapat - Monitor lokasi dan mengetahui
teratasi dengan ketidaknyamanan kelelahan dan
hasil : selama melakukan emosional
1. Frekuensi aktivitas pasien
nadi Terapeutik : - Untuk
meningkat - Sediakan lingkungan mengetahui
2. Saturasi nyman dan rendah pola dan tidur
oksigen stimulus pasien
meningkat - Lakukan latihan rentan - Untuk
3. Kemudahan gerak pasif dan aktif Terapeutik :
dalam - Berikan aktivitas - Untuk
melakukan distraksi yang membuat
aktivitas menenangkan lingkungan
sehari-hari - Fasilitasi duduk di sisi yang nyaman
meningkat tempat tidur ,jika tidak dan rendah
4. Kecepatan dapat berpindah atau stimul bagi
berjalan berjalan pasien
meningkat - Untuk melatih
dan

18
5. Jarak berjalan Edukasi : meningkatkan
meningkat - Anjurkan tirah baring masa gerak otot
6. Kekuatan - Anjurkan melakukan - Untuk
tubuh bagian aktivitas secara mengalihkan
atas bertahap rasa
meningkat - Anjurkan menghubungi ketidaknyaman
7. Kekuatan perawat jika tanda dan an pada pasien
tubuh bagian gejala kelelahan tidak - Untuk
bawah berkurang memfasilitasi
8. Toleransi - Ajarkan strategi koping duduk disisi
dalam untuk mengurangi tempat tidur
menaiki kelelahan ,jika tidak dapat
tangga Kolaborasi : berpindah atau
meningkat - Kolaborasi dengan ahli berjalan
9. Keluhan lelah gizi tentang cara Edukasi :
menurun meningkatkan asupan - Untuk
10. Dispnea saat makanan memberikan
aktivitas kenyamanan
menurun berisitirahat
11. Dispnea - Untuk
setelah menunjang
aktivitas proses
menurun kesembuhan
12. Perasaan pasien secara
lemah bertahap
menurun - Agar perawat
13. Aritmia saat bisa
aktivitas mengetahui
menurun tanda gejala
14. Aritmia kelelahan yang
setelah tidak berkurang
beraktivitas - Agar pasien
menurun bisa
15. Sianosis mengetahui
menurun strategi koping
16. Warna kulit untuk
membaik mengurangi
17. Tekanan kelelahan
darah Kolaborasi :
membaik - Untuk
18. Frekuensi meningkatkan
napas asupan
membaik makanan pada
19. Ekg iskemia pasien
membaik

19
Ansietas Tingkat ansietas (SLKI Reduksi anseitas ( SIKI I.09314) Observasi :
(SDKI L.09093) Observasi : - Untuk
D.0080) Tujuan : - Identifikasi saat tingkat mengetahui
- Setelah dilakukan ansietas berubah saat tingkat
tindakan - Identifikasikan ansietas
keperawata kemampuan mengambil berkurang
selama ...x24 jam keputusan - Untuk
diharapkan - Monitor tanda – tanda mengetahui
masalah ansietas ansietas kemampuan
dapat teratasi Terapeutik : pasien dalam
dengan kriteria - Ciptakan suasana mengambil
hasil : terapeutik untuk keputusan
1. Verbalisasi menumbuhkan - Untuk
kebingungan kepercayaan mengetahui
kebingungan - Temani pasien untuk tanda- tanda
menurun mengurangi kecemasan ansietas pada
2. Verbalisasi ,jika memungkinkan pasien
khawatir - Pahami situasi yang Terapeutik :
akibat kondisi membuat ansietas - Untuk
yang diadapi - Dengarkan dengan menciptakan
menurun penuh perhatian suasana
3. Perilaku - Gunakan pendekatan terapeutik
gelisah yang tenang dan untuk
menurun meyakinkan menumbuhkan
4. Perilaku - Tempatkan barang rasa
tegang pribadi yang kepercayaan
menurun memberikan pasien
5. Keluhan kenyamanan - Untuk
pusing - Motivasi mengurangi
menurun mengidentifikasi situasi rasa kecemasan
6. Anoreksia yang memicu pada pasien
menurun kecemasan - Untuk
7. Palpitasi Edukasi : memahami
menurun - Informasikan secara situasi yang
8. Palpitasi faktual mengenai membuat
menurun diagnosis ,pengobatan , ansietas
9. Frekuensi dan prognosis - Agar pasien
pernafasan - Anjurkan merasa
menurun mengungkapakan dipedulikan /
10. Frekuensi perasaan dan presepsi diperhatikan
nadi menurun - Latih kegiatan - Agar pasien
11. Tekanan pengalihan untuk merasa nyaman
darah mengursngi ketegangan dan percaya
menurun Kolaborasi : terhadap
12. Diaforesis perawat
menurun

20
13. Tremor - Kolaborasi pemberian - Untuk
menurun obat antiansietas, jika meningkatan
14. Pucat perlu kenayamanan
menurun pada pasien
15. Konsentrasi - Untuk
membaik memotivasi
16. Pola tidur pasien terkait
membaik situasi
17. Perasaan membuat
keberdayaan kecemasan
membaik Edukasi :
18. Kontak ata - Agar pasien
membaik dan
19. Pola keluarganya tau
berkemih mengenai
membaik diagnosis,
20. Orientasi pengoabatan
membaik dan prognosis
penyakit pasien
- Agar pasien
lebih terbuka
untuk
mengungkap
Kan perasaan
dan presepsinya
- Untuk
mengurangi
ketegangan
pada pasien
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas
,jika perlu
Gangguan Status kenyamanan ( SLKI Perawatan kenyamanan ( SIKI I. Observasi :
rasa L.08064) 08245) - Untuk
nyaman ( Tujuan : Observasi : mengetahui
SDKI - Setelah dilakukan - Identifikasi gejala yang gejala yang
D.0074) tindakan tidak menyenangkan ( tidak
keperawatan mis menyenangkan
selama ...x24jam mual,nyeri,gatal,sesak ) pada pasien
diharapkan - Identifikasi pemahaman - Untuk
masalah tentang kondisi ,situasi mengathui
gangguan rasa dan perasaanya pemahan
nyaman dapat - Identifikasi masalah kondisi,situasi
emosional dan spiritual

21
teratasi dengan Terapeutik : dan perasaan
kriteria hasil : - Berikan posisi yang pasien
1. Kesejahteraan nyaman - Untuk
fisik - Berikan kompres dingin mengetahui
meningkat atau hangat masalah
2. Kesejahteraan - Ciptakan lingkungan emosional dan
psikologis yang nyaman spiritual pada
meningkat - Berikan pemijatan pasien
3. Dukungan - Berikan terapi Terapeutik :
sosial dari akupresure - Agar posisi
keluarga - Berikan terapi hipnosis pasien tetap
meningkat - Dukung keluarga dan nyaman
4. Dukungan pengasuh terlibat dalam - Agar badan
sosial dari terapi / pengobatan pasien terasa
teman - Diskusikan mengenai lebih nyaman
meningkat situasi dan pilihan terapi - Agar
5. Perawatan /pengobatan yang lingkungan
sesuai diinginkan disekita pasien
keyakinan Edukasi : tetap nyaman
budaya - Jelaskan mengenai - Agar badan
meningkat kondisi dan pilihan pasien rileks
6. Perawatan terapi / pengobatan dan nyaman
sesuai - Ajarkan terapi relaksasi - Untuk
kebutuhan - Ajarkan latihan mengurangi
meningkat pernapasan rasa sakit pada
7. Kebebasan - Ajarkan teknik distraksi pasien
melakukan dan imajinasi - Agar pasien
ibadah terbimbing merasa dirinya
meningkat Kolaborasi : memiliki
8. Rileks - Kolaborasi pemberian dukungan
meningkat obat analgesik, dalam proses
9. Keluhan tidak antipruritus,antihistamin kesembuhannya
nyaman ,jika perlu - Agar pasien
menurun mengetahui dan
10. Gelisah memilih terapi
menurun yang
11. Kebisingan diinginkan
menurun Edukasi :
12. Keluhan sulit - Agar pasien
tidur dan
menurun keluarganya
13. Keluhan mengetahui
kedinginan tentang kondisi
menurun dan pemilihan
pengobatan

22
14. Keluhan - Agar pasien
kepanasan dan keluarga
menurun mengetahui
15. Gatal cara terapi
menurun relaksasi
16. Mual - Agar pasien
menurun mengetahui
17. Lelah Relaksasi
menurun pernapasan
18. Merintih - Agar pasien
menurun dan keluarga
19. Menangis mengetahui
menurun teknik
20. Iritabilitas dikstraksi dan
menurun imajinasi
21. Menyalahkan terbimbing
diri sendiri Kolaborasi :
menurun - Kolaborasi
22. Konfusi pemberian obat
menurun analgesi ,
23. Konsumsi Antipruristus,
alkohol Antihistamin
menurun untuk pasien
24. Penggunaan jika perlu
zat menurun
25. Percobaan
bunuh diri
menurun
26. Memori masa
lalu membaik
27. Suhu ruangan
membaik
28. Pola
eliminasi
membaik
29. Postur tubuh
membaik
30. Kewaspadaan
membaik
31. Pola hidup
membaik
32. Pola tidur
membaik

23
O. DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2008. Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika
Dongoes , Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Eka.2020 .Karya Tulis Ilmiah : Pemeriksaan Penunjang Nyeri . Jombang :
https://repo.stikesicme-jbg.ac.id/3772/7/KTI%20AGUSTINA%20EKA.pdf
Herlman, T. Heather.2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : ECG
Hidyat .2015. Laporan Pendahuluan Nyeri : Ilmu Keperawatan. Surabaya :
http://repository.um-surabaya.ac.id/
Irma.2016. Keperawatan Manajemen Nyeri : Ilmu Keperawatan. Semarang :
http://eprints.undip.ac.id/44795/8/Irma_Amalia_22010110120005_BAB0KTI.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai