Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

NY. LIM LIAN DENGAN PENYAKIT POST LAPARATOMI EKSISI TUMOR


RETRONERITONEL DI RUANG 1614 KELAS 3

DISUSUN OLEH :
Melvi Rosalina Siagian
152021017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2023
DAFTAR ISI

A. Konsep Dasar Penyakit …….……………………………………………………3


 Anatomi Dan Fisiologi ………………………………………………………3
B. Definisi ……………………………………………………………………………….3
C. Etiologi Dan Faktor Resiko ………………………………………………………...3
D. Patofisiologi ………………………………………………………………………….4
E. Manifestasi Klinis …………………………………………………………………5
F. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………………….6
G. Penataan Penunjang Non Farmakologis ………………………………………..7
H. Penatalaksanaan Medis …………………………………………………………8
I. Komplikasi ……………………………………………………………………….9
J. Konsep Dasar Keperawatan ……………………………………………………10
K. Daftar Pustaka …………………………………………………………………..11
A. Konsep Dasar Penyakit

a. Anatomi Dan Fisiologi

Menurut (Hetty A. K, 2017)Bagian abdomen (perut) sering dibagi menjadi 9 area berdasarkan
posisi dari 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal yang membagi-bagi abdomen. Pembagian
berdasarkan region:
1) Regio hipokondriak kanan
2) Regio epigastrika
3) Regio hipokondriak kiri
4) Regio lumbal kanan
5) Regio umbilicus
6) Regio lumbal kiri
7) Regio iliak kanan
8) Regio hipogastrika
9) Regio iliak kiri
Bagian abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisi dari satu garis horizontal
dan 1 garis vertical yang membagi daerah abdomen (Hetty A. K, 2017).
1) Kuadran kanan atas
2) Kuadran kiri atas
3) Kuadran kanan bawah
4) Kuadran kiri bawah
b. Definisi
Tumor adalah pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dalam tubuh yang terus
berkembang tanpa kendali, tidak sesuai dengan jaringan di sekitarnya, dan tidak memiliki
manfaat bagi fungsi tubuh. Tumor retroperitoneal adalah jenis neoplasma yang berasal dari sel-
sel totipoten yang terdiri dari beberapa lapisan sel germinal, termasuk ektoderm, endoderm, dan
mesoderm. Tumor ini dapat muncul di hampir semua organ tubuh, tetapi lebih cenderung terjadi
di daerah sepanjang garis tengah tubuh (midline). (Kemenkes RI, 2015). Maka dengan ini sangat
dibutuhkan pembedahan yang efektif dan akurat. Pembedahan adalah prosedur medis yang
melibatkan metode invasif, di mana area tubuh yang memerlukan perawatan diakses melalui
sayatan yang kemudian ditutup dan dijahit setelah selesai. Anestesi adalah bagian integral dari
setiap prosedur pembedahan, dan secara umum dibagi menjadi tiga jenis: anestesi umum (GA),
anestesi regional, dan anestesi lokal.Anestesi umum, atau GA, merujuk pada hilangnya sensasi
nyeri secara keseluruhan tubuh dan kesadaran (dapat dibalikkan). Ada beberapa teknik yang
digunakan dalam anestesi umum, termasuk anestesi intravena (TIVA) dan anestesi inhalasi
dengan menggunakan masker wajah atau intubasi dengan memasang tabung endotrakeal (ET),
atau kadang-kadang kombinasi keduanya.
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan, termasuk tujuan diagnostik seperti biopsi
atau eksplorasi laparatomi, tujuan kuratif seperti pengangkatan tumor atau apendiks yang
meradang, tujuan refraktif untuk memperbaiki luka yang parah, tujuan rekonstruksi, dan juga
untuk tujuan paliatif. Manajemen anestesi dan reanimasi melibatkan evaluasi sebelum anestesi
dan reanimasi, persiapan sebelum anestesi dan reanimasi, pemilihan jenis anestesi dan reanimasi,
pemantauan standar selama operasi, dan perawatan pasca operasi.
c. Etiologi Dan Faktor Risiko
Ada beberapa alasan mengapa laparatomi perlu dilakukan, termasuk:
1. Trauma pada abdomen
2. Kondisi peritonitis
3. Perdarahan dalam saluran pencernaan
4. Obstruksi pada usus kecil dan besar
5. Keberadaan massa di dalam abdomen
d. Patofisiologi

Trauma adalah cedera fisik atau dampak emosional yang serius (Dorland 2011.). Trauma
juga penyebab utama kematian pada individu di bawah usia 44 tahun. Penyalahgunaan
alkohol sering menjadi faktor yang memperburuk cedera fisik yang disebabkan oleh
berbagai jenis trauma, baik yang disengaja maupun tidak. Trauma abdomen mencakup
cedera pada daerah perut dan bisa berupa trauma tumpul atau tembus, baik yang
disengaja atau tidak. Trauma abdomen melibatkan cedera pada isi rongga perut, dengan
atau tanpa penetrasi dinding perut, dan bisa memerlukan tindakan darurat, termasuk
laparatomi.

Trauma abdomen bisa disebabkan oleh berbagai jenis peristiwa, seperti tusukan,
tembakan, pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi, atau dampak dari sabuk
pengaman. Trauma ini dapat mengakibatkan pendarahan, memar, atau cedera pada
dinding perut, kerusakan organ dalam, iritasi pada saluran pencernaan, dan kerusakan
lainnya. Trauma tembus abdomen dapat menyebabkan kehilangan fungsi organ, respons
stres dari sistem saraf simpatik, pendarahan atau pembekuan darah, kontaminasi oleh
bakteri, dan kematian sel. Kerusakan organ dan respons stres ini dapat mengakibatkan
kerusakan pada kulit, syok, pendarahan, gangguan pertukaran gas, risiko infeksi yang
tinggi, dan nyeri yang hebat.

e. Manifestasi Klinis
a. Sensasi nyeri saat tekanan diberikan pada lokasi sayatan pembedahan.
b. Fluktuasi tekanan darah, detak jantung, dan pola pernapasan.
c. Terjadinya kelemahan fisik.
d. Gangguan integumen dan jaringan subkutan
e. Konstipasi
f. Gejala mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan komponen dari proses evaluasi medis yang
dilakukan oleh seorang dokter guna menentukan dan mengonfirmasi adanya suatu
penyakit atau kondisi tertentu. Menurut (Suddarth, 2013). Endoskopi adalah metode
diagnostik yang melibatkan penggunaan tabung elastis untuk memeriksa saluran
pencernaan secara langsung. Ini memungkinkan dokter untuk memeriksa kondisi seperti
infeksi oleh Helicobacter pylori dan mengambil sampel jaringan untuk biopsi di bawah
mikroskop. Sinar X dengan barium meskipun jarang digunakan, tetapi sinar X dengan
barium kadang-kadang digunakan untuk menganalisis gangguan pencernaan. Namun,
tidak dianjurkan untuk biopsi atau mendeteksi kanker pada tahap awal. Computer
Tomography (CT) Scan pada dada dan perut dapat digunakan untuk memeriksa apakah
tumor telah menyebar ke organ lain jika kanker telah terdeteksi. Endoskopi ultrasonik,
prosedur ini membantu menilai kedalaman tumor dan dampaknya pada kelenjar getah
bening, karena memberikan gambaran lebih rinci pada lapisan saluran pencernaan.

Menurut (LeMone, 2015). Pemeriksaan radiologi penting dalam diagnosis awal


karena seringkali tanda fisik tidak cukup sensitif untuk mendeteksi tumor pada tahap
awal, ketika risiko penyebaran kanker masih rendah. Metode pemeriksaan radiologi
meliputi CT, MRI, USG, pencitraan nuklir, angiografi, dan tomografi emisi positron.

a. Computed Tomography (CT) :


CT memungkinkan visualisasi potongan melintang dari anatomi tubuh.
Keunggulan CT scan terletak pada kemampuannya untuk mendeteksi perbedaan
kepadatan jaringan yang sangat baik, sehingga lebih akurat dalam mendiagnosis
tumor.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI): MRI adalah pilihan utama dalam skrining
dan evaluasi lanjutan tumor. Selama MRI, pasien ditempatkan dalam bidang
magnetik, sinyal radio diberikan, dan komputer menganalisis karakteristik
jaringan.

c. Ultrasonografi (USG): USG mengirimkan gelombang suara ke dalam tubuh dan


mencerminkannya kembali untuk mengidentifikasi perubahan atau kelainan yang
mengindikasikan adanya tumor.

d. Pencitraan Nuklir: Pencitraan nuklir adalah metode aman untuk mengidentifikasi


tumor di berbagai jaringan tubuh. Ini sering digunakan untuk memeriksa
kemungkinan penyebaran tumor ke tulang atau organ lain.

e. Angiografi: Angiografi digunakan ketika lokasi tumor tidak dapat diidentifikasi


atau perlu memvisualisasikan pembuluh darah yang menyuplai tumor sebelum
operasi. Ini melibatkan penyuntikan bahan kontras ke dalam pembuluh darah
utama yang mendekati organ atau jaringan yang sedang diperiksa.

f. Endoskopi: Endoskopi memungkinkan visualisasi langsung dari rongga tubuh


atau saluran dengan memasukkan alat khusus. Ini memungkinkan dokter untuk
melakukan biopsi, aspirasi, dan eksisi tumor yang lebih kecil.

g. Ultrasonik: Metode ini melibatkan penggunaan gelombang suara berfrekuensi


tinggi untuk menghasilkan gambar echo yang digunakan untuk mengevaluasi
jaringan dalam tubuh.

Semua metode pemeriksaan imaging ini memiliki peran penting dalam


menegakkan diagnosis dan menentukan stadium kanker ganas.

g. Penatalaksanaan Non Farmakologis


Nyeri pasca operasi adalah kondisi yang memerlukan penanganan yang tepat.
Perawat memiliki berbagai metode untuk mengelola nyeri pasca operasi, termasuk
pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Dalam pendekatan farmakologis,
analgesik opioid digunakan untuk mengatasi nyeri yang hebat, sedangkan analgesik non-
steroid digunakan untuk nyeri ringan hingga sedang. Namun, penggunaan obat-obatan
secara terus-menerus bisa menghasilkan efek samping, seperti depresi pernapasan atau
sedasi dari analgesik opioid yang berlebihan, serta potensi ketergantungan obat.
Ketergantungan obat dan potensi pengulangan nyeri setelah efek obat hilang adalah
masalah yang perlu diperhatikan dalam penanganan nyeri pasca operasi. Oleh karena itu,
terapi non-farmakologi dapat menjadi alternatif yang efektif dalam mengelola nyeri pasca
operasi. Terapi ini memiliki sedikit efek samping pada pasien dan memungkinkan
perawat untuk melaksanakannya secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien.

Pendekatan non-farmakologi mencakup berbagai teknik, seperti stimulasi dan


pijatan kutaneus, terapi panas dan dingin, stimulasi saraf elektris transkutan, distraksi,
teknik relaksasi, aromaterapi, dan hipnosis. Salah satu contoh tindakan non-farmakologi
adalah aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial, seperti minyak lemon.
Aromaterapi bertujuan untuk mengurangi intensitas nyeri pada pasien yang telah
menjalani operasi laparatomi. Aromaterapi adalah bentuk terapi non-farmakologi yang
melibatkan penggunaan minyak esensial yang diekstraksi dari tumbuhan. Minyak ini
dapat diberikan melalui berbagai cara, seperti pijatan, inhalasi, penggunaan dalam mandi,
kompres melalui membran mukosa, atau supositoria. Aromaterapi tidak hanya
berdampak pada perasaan dan suasana hati pasien, tetapi juga memiliki efek farmakologis
yang dapat ditingkatkan melalui metode pemberian yang tepat. Aromaterapi telah
terbukti efektif dalam mengatasi masalah pernafasan, nyeri, gangguan saluran kemih,
gangguan seksual, serta masalah mental dan emosional. Ini karena aromaterapi dapat
memberikan rasa kenyamanan dan relaksasi, serta memengaruhi otak secara positif,
membantu mengurangi stres.

h. Penatalaksanaan Medis
Tindakan Pembedahan: Pembedahan adalah metode utama yang digunakan dalam
penanganan tumor ini. Biasanya, pembedahan mencakup gastrektomi subtotal atau total,
dan dapat digunakan untuk tujuan pengobatan atau paliatif. Pasien yang memiliki tumor
lambung tanpa hasil biopsi positif dan tidak ada tanda penyebaran kanker yang jauh,
perlu menjalani operasi eksplorasi perut atau laparotomi untuk menentukan apakah
tindakan bedah kuratif atau paliatif lebih tepat. Pembedahan dapat melibatkan risiko
komplikasi seperti infeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran pada sambungan usus
(anastomosis).
1. Pembedahan adalah metode utama yang digunakan dalam penanganan tumor pada
abdomen. Biasanya, pembedahan mencakup gastrektomi subtotal atau total, dan dapat
digunakan untuk tujuan pengobatan atau paliatif. Pasien yang memiliki tumor lambung
tanpa hasil biopsi positif dan tidak ada tanda penyebaran kanker yang jauh, perlu
menjalani operasi eksplorasi perut atau laparotomi untuk menentukan apakah tindakan
bedah kuratif atau paliatif lebih tepat. Pembedahan dapat melibatkan risiko komplikasi
seperti infeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran pada sambungan usus (anastomosis).
2. Radioterapi:
Radioterapi melibatkan penggunaan energi tinggi, seperti radiasi ionisasi, untuk
merusak sel-sel tumor. Radioterapi mengakibatkan perubahan pada DNA dan RNA sel
tumor. Jenis energi yang digunakan dalam radioterapi adalah radiasi ionisasi dengan
energi tertinggi dalam spektrum elektromagnetik. Tujuan radioterapi adalah
menghancurkan sel-sel tumor.

3. Kemoterapi:
Kemoterapi digunakan sebagai terapi tambahan setelah pembedahan untuk reseksi
tumor. Ini digunakan terutama untuk tumor lambung tingkat tinggi yang sudah mencapai
tahap yang lebih lanjut. Terkadang, kemoterapi digunakan dalam kombinasi dengan
radioterapi. Kemoterapi bekerja dengan cara menghambat pembelahan sel, dan biasanya
lebih efektif pada tumor dengan tingkat pembelahan yang tinggi.

4. Bioterapi:
Terapi biologis atau bioterapi adalah modalitas pengobatan keempat yang melibatkan
merangsang sistem kekebalan tubuh. Ini mencakup penggunaan berbagai agen, seperti
antibodi monoklonal, vaksin, faktor stimulasi koloni, interferon, dan interleukin.
Bioterapi bertujuan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh dalam melawan kanker.

i. Komplikasi
a. Gangguan aliran darah ke jaringan terkait dengan tromboplebitis:
Tromboplebitis biasanya muncul 7-14 hari setelah operasi. Ini dapat
menjadi masalah serius jika bekuan darah melepaskan diri dari pembuluh
darah dan mengalir ke paru-paru, hati, atau otak. Pencegahan
tromboplebitis dapat mencakup latihan kaki dan pemulangan pasien untuk
bergerak secepat mungkin setelah operasi atau ambulasi dini.
b. Infeksi Infeksi luka seringkali muncul 36-46 jam setelah operasi, dengan
organisme yang paling umum menyebabkan infeksi adalah
Staphylococcus aureus, organisme Gram positif. Infeksi ini dapat
berdampak serius pada pemulihan pasien. Pencegahan infeksi luka sangat
penting dan melibatkan perawatan luka dengan standar kebersihan yang
aseptik dan antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit : Kerusakan pada integritas kulit dapat terjadi
akibat dehisensi luka atau eviserasi.
d. Gangguan pernapasan: Ventilasi paru yang tidak memadai dapat
mengganggu pemulihan pasien pasca operasi.
e. Masalah Kardiovaskular: Gangguan kardiovaskular seperti hipertensi dan
aritmia jantung dapat terjadi setelah operasi.
f. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit: Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit dapat terjadi setelah operasi.
g. Ketidaknyamanan dan Kejadian yang Tidak Diinginkan: Pasien juga dapat
mengalami ketidaknyamanan dan mungkin terjadi kecelakaan selama
proses pemulihan

 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan dan merupakan proses
sistematis pengumpulan data, pengumpulan data meliputi:
 Identitas Klien: Data pribadi seperti nama, usia (yang seringkali lebih tinggi pada kasus-
kasus ini), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
 Keluhan Utama: Keluhan utama klien yang sering menjadi alasan untuk mencari
pertolongan kesehatan adalah nyeri abdomen.
 Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat Penyakit Sekarang: Kapan nyeri pertama kali dirasakan, dan apa
tindakan yang telah diambil sebelum klien datang ke rumah sakit untuk
pengobatan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu: Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya yang
memerlukan perawatan di rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga: Adanya riwayat penyakit dalam keluarga, seperti
hipertensi, diabetes melitus, atau riwayat stroke dari generasi sebelumnya.
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual: Faktor-faktor seperti peran pasien dalam
keluarga, perubahan status emosional, gangguan interaksi sosial, kecemasan
berlebihan, hubungan dengan tetangga, status pekerjaan, dan praktik ibadah
sehari-hari.
 Aktivitas Sehari-hari: Meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola personal hygiene, pola
istirahat dan tidur, pola aktivitas dan latihan, seksualitas/reproduksi, peran, persepsi
diri/konsep diri, kognitif diri/konsep diri, dan kognitif perseptual.
 Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala: Menilai apakah pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma,
atau riwayat operasi.
b. Mata: Memeriksa penglihatan dan apakah ada gangguan pada saraf optikus, saraf
mata, dan sebagainya.
c. Hidung: Mengamati gangguan penciuman yang mungkin disebabkan oleh kerusakan
pada saraf penciuman.
d. Mulut: Menilai gangguan pengecapan atau kesulitan menelan yang dapat terjadi.
e. Dada: Melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada dada untuk menilai
simetri, bentuk, dan kondisi kembang dan kempis dada serta mendengar suara
napas.
f. Abdomen: Melakukan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi pada abdomen
untuk menilai bentuk, pembesaran, bising usus, dan nyeri tekan pasca operasi.

g. Ekstremitas: Mengukur kekuatan otot dengan menggunakan skala penilaian


kekuatan otot dari 0 hingga 5, di mana 0 adalah tidak ada kontraksi sama sekali, dan
5 adalah kemampuan penuh untuk melawan tahanan pemeriksaan.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu terhadap masalah kesehatan actual dan
potensial. ( NANDA,2015)
a. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukanya tindakan insisi
bedah
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan atau luka
operasi laparatomi.
c. Gangguan imobilisasi berhubungan dengan pergerakan terbatas
dari anggota tubuh
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah anoreksia
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari tahapan proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan yang ditujukan untuk membantu
menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan perawat dan pelanggan.
1. Diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi
bedah.kenyamanan. (00132) 1 : kenyamanan fisik,
 Tujuan dan kriteria hasil : pasien bebas dari nyeri selama masa
Perawatan.
Objektif: dalam jangka waktu 3x24 jam pasien bebas dari nyeri
dengan, Kriteria hasil:Mampu mengontrol kecemasan, Mengontrol nyeri,
Kualitas tidur dan istirahat adekuat, Status kenyamanan meningkat.dengan
intervensinya yaitu, fisiologis dasar dengan promosi kenyamanan.
2. Diagnosa keperawatan
Daftar Pustaka
Valentino,. (2022), ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF PADA Tn.A.N DENGAN
POST OPERASI LAPARATOMI DI RUANG KELIMUTU RSUD PROF.DR.W.Z JOHANES
KUPANG. kupang
Ismail,. (2021), ASUHAN KEPERAWATAN TINJAUAN PUSTAKA BAB2. jakarta
Brunner and suddart.(2020). Textbook of medical surgical nursing.sixth edition.J.B.Lippincott
campany, philadelpia.
NANDA.(2015_.Diagnosis keperawatan NANDA:Masalah yang lazim muncul
Prasetyo, S.N.(2019) konsep dan proses keperawatan nyeri.yogyakarta:Graha ilmu

Anda mungkin juga menyukai