Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja dengan Anemia

DISUSUN OLEH

1. ADRIAN PRASETYO
2. ASTRID
3. NILUH PUTRI ZEIN
4. AZIZ
5. ANNELINUS

KELAS : NR 7 C

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas 2

PROGRAM STUDI NERS

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelompok remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Data demografi
menunjukkan bahwa remaja secara keseluruhan merupakan populasi terbesar, sekitar
seperlima penduduk di dunia adalah remaja dan sekitar 900 juta berada di Negara
berkembang, bahkan di wilayah Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari
penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja (Soetjiningsih, 2004), sedangkan di Indonesia
menurut Biro Pusat Statistik kelompok remaja sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja
laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Nancy, 2002).
Anemia dipengaruhi dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari
yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia dapat
terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat
menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat gizi yang masuk sedikit. Secara umum,
konsumsi makanan berkait dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai
nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi
kurang nilai gizinya, maka dapat menyebabkan kekurangan gizi. Selain itu, perilaku
konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh faktor intrinsik, yaitu usia, jenis kelamin dan
keyakinan, serta faktor ekstrinsik, yaitu tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman, iklan,
tempat tinggal, lingkungan sosial dan kebudayaan (Suharto). Salah satu masalah yang sering
ditemukan pada remaja, terutama remaja putri adalah anemia defisiensi Fe. Hal ini sebagai
akibat bahwa remaja putri setiap bulan mengalami haid yang tidak diimbangi dengan asupan
gizi yang cukup. Anemia akan mengakibatkan sel-sel tubuh kekurangan oksigen yang
mengakibatkan fungsi jaringan/organ tidak optimal termasuk otak (Guyton, 1999).
Kualitas remaja sebagai generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang
dilakukan agar masa remaja dapat dilewati dengan baik. Pemahaman yang baik tentang
remaja baik dalam upaya pencegahan maupun dalam upaya penanggulangan menjadi sangat
penting untuk remaja sendiri, keluarga dan masyarakat termasuk para ahli yang mencurahkan
perhatiannya terhadap remaja (Soetjiningsih, 2004). Perhatian pada kelompok umur ini

2
sangat penting karena kualitas generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang
dilakukan agar masa remaja dapat dilewati dengan baik (Marhaeni, 2004).
Keperawatan komunitas sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki
peranan strategis dalam meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya remaja dalam
melaksanakan upaya-upaya kesehatan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Upaya-
upaya kesehatan dalam keperawatan komunitas lebih difokuskan pada aspek promotif dan
preventif untuk meningkatkan kemandirian remaja dalam memelihara kesehatannya.
Keperawatan komunitas memperlakukan agregat remaja sebagai mitra kerja dalam berbagai
upaya yang menunjang kesehatan, oleh karena itu pelayanan keperawatan komunitas dikelola
berdasarkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.

B. Tujuan
a. Memberikan gambaran konsep teori terkait masalah anemia
b. Memberikan gambaran praktek asuhan keperawatan pada kasus anemia melalui
pendekatan model community as partner

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Anemia
A. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitungan eritrosit
yang berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Dengan
demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Price & Wilson,2006).

B. Etiologi
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu :
a) Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
b) Darah menstruasi yang berlebihan
Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi
bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
c) Kehamilan
Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin
untuk pertumbuhannya.
d) Penyakit tertentu
Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti
gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
e) Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
f) Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi)
Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung ini dapat menyebabkan anemia
karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.

4
g) Penyakit radang kronis
Misalnya seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid,
beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.

C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala
ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain muncul adalah warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan,
kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).

D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (mis., berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi), terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini, bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma. (Konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar di atas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera.)
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi

5
biasanya dapat diperoleh dengan dasar :1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Tes penyaring
Tes ini dikerjakan ada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan
ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini :
kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV dan MCHC), apusan darah tepi.
b) Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan hitung retikuosit.
c) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai
keadaan sistem hematopoesis.
d) Pemeriksaan atas indikasi khusus pemeriksaan ini untuk mengonfirmasi dugaan
diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :
 Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transverin dan feritin
serum
 Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
 Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes kombos, dan elektroresis Hb.
 Anemia pada leukemia akut biasa dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal edokrin, asam urat, faal
hati, biakan kuman.
3. Radiologi : toraks, bone survey, USG atau limfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain reaksion, FISH =
fluoresensel in situ hyghbridization).

6
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyabab dan mengganti darah yang
hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya yaitu :
a. Anemia aplastik
Dengan tranplantasi sumsum tulang dan terapi imunosupresif dengan antithimositi
globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis
buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat
diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat. Kalo
tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang mendasarinya maka anemia akan
terobati dengan sendirinya.
d. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulasferosus 3x10 mg/hari. Transusi darah diberikan bila kadar Hb < 5 gr%.
e. Anemia megaloblastik
a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila defisiensi
disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedianya faktor intrinsic dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 selama hidup pasien
yang menderita anemia prenisiosa atau malabsobsi yang tidak dapat dikoreksi.
c) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
d) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM.
f. Anemia pasca pendarahan
Dengan memberikan tranfusi darah dan plasma dalam keadaan darurat diberikan
cairan intravena dengan cairan apa saja yang tesedia.

7
g. Anemia himolitik
Dengan pemberian tranfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

2.2 Konsep Teori Remaja


A. Pengertian Remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia
13-20 tahun. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 tahun. Namun jika
pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa.
Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal
pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan
mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan
abstraksi.
B. Perkembangan
a. Perkembangan Kognitif Remaja
1) Abstrak (teoritis)
Menghubungkan ide, pemikiran atau konsep pengertian guna menganalisa dan
memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah abstrak ; aljabar.
2) Idealistik
Berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun masalah social
kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya.
3) Logika
Berfikir seperti seorang ilmuwan, membuat suatu perencanaan untukmemecahkan
suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemcahan secara runtut, tratur dan
sistematis.
b. Perkembangan Psikososial Remaja
1) Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis – psikologis
2) Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
3) Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain
4) Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

8
5) Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis

2.3 Asuhan Keperawatan pada Kasus Anemia


A. Pengkajian
Penerapan model Commmunity as Partner dalam pengkajian populasi/aggregat remaja
dengan resiko anemia :
1. Inti Komunitas
a. Demografi dan Sejarah
Sejarah terbentuknya komunitas, sejarah tentang riwayat daerah yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja. Jumlah populasi khususnya
remaja dengan karakteristik umurnya dan jenis kelamin. Metoda yang digunakan
dalam mencari data ini adalah literatur review dari laporan Puskesmas dan
Kelurahan.
b. Statistik Penting
Angka kesakitan : meliputi jumlah remaja dengan anemia. Metode yang
digunakan dalam mencari data ini adalah literatur review dari laporan Puskesmas.
c. Etnisitas
1) Kegiatan di kelompok masyarakat dan remaja sesuai dengan budaya yang
dianut, apakah berpengaruh terhadap kejadian anemia, seperti kebiasaan
memasak, pola makan, menu makan.
2) Gaya hidup kelompok masyarakat terutama dalam pola makan, pola
pemanfaatan layanan kesehatan, pola penggunaan obat dan zat.
Sumber data dari keluarga yang mempunyai remaja dengan menggunakan metoda
kuisioner.
d. Nilai-nilai dan Kepercayaan
Agama, nilai dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga terkait nutrisi meliputi
pantangan makanan dan keyakinan pada makanan, warisan budaya/pola
kebiasaan, pengaruh modernisasi pada gaya hidup terutama pola makan. Sumber
dari remaja dengan metoda kuisioner.

9
2. Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
Hal-hal yang dikaji meliputi keadaan atau kondisi rumah, kebersihan dan
pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pemenuhan nutrisi, adanya
warung atau toko tempat menjual makanan dan sayuran, adanya peternakan atau
kolam ikan untuk pemenuhan nutrisi. Sumber data dari orangtua dan lingkungan
dengan menggunakan metode Winshild Survey.
b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan
1) Fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam maupun diluar komunitas :
 Rumah sakit
 Praktik dokter, bidan, perawat
 Puskesmas termasuk program kesehatan yang ada
2) Pelayanan kesehatan khusus bagi remaja (PKPR)
Fasilitas pelayanan sosial baik didalam maupun diluar komunitas :
 Counseling support services
 Pelayanan khusus (social worker)
Catatan :
Dari kedua tempat pelayanan tersebut, aspek – aspek / data – data yang perlu
dikumpulkan adalah sebagai berikut :
 Pelayananya (waktu, ongkos, rencana kerja)
 Sumber daya (tenaga, tempat, dana, & perencanaan)
 Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana transportasi)
 Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan
 Kebutuhan pelayanan seperti deteksi dini, konsultasi, pengobatan
c. Ekonomi
1) Karakteristik pendapatan keluarga / rumah tangga
 Rata – rata pendapatan keluarga / rumah tangga
2) Karakteristik pekerjaan
Sumber data dari responden melalui metode kuisioner.

10
d. Transportasi dan keamanan/keselamatan
Hal yang dikaji meliputi transportasi mencapai fasilitas kesehatan, kemudahan
mencapai akses kesehatan, kemudahan mendapat sumber makanan. Keamanan
makanan, akses terhadap bahan makanan. Sumber data dari responden, metode
yang digunakan adalah kuisioner dan Winshield Survey.
e. Politik dan Pemerintah
Apakah masyarakat terlibat dalam pembuatan keputusan dalam mengatasi
masalah, penyusunan program di masyarakat khususnya dalam penanganan
anemia pada remaja ? Adakah bantuan dari pemerintah atau swasta dalam
mengatasi masalah anemia/masalah gizi contohnya program beras miskin.
Sumber data dari tokoh masyarakat dan puskesmas melalui metode wawancara.
f. Komunikasi
Media komunikasi apa yang digunakan remaja dalam berkomunikasi dengan
keluarga dan teman sebayanya, pola komunikasi yang diterapkan. Sumber data
dari responden menggunakan metode kuisioner.
g. Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah, kegiatan penyuluhan bagi remaja terkait
masalah anemia. Sumber data dari remaja dan komunitas melalui metode
winshield survey dan kuisioner.
h. Rekreasi
 Dimana tempat remaja berkumpul ?
 Apa saja bentuk rekreasi utama remaja ?
 Fasilitas untuk rekreasi apa yang anda lihat ? Apakah bisa membantu dalam
pemenuhan nutrisi remaja ?
Sumber data dari remaja dengan metode kuesioner dan melalui Winshield Survey.

3. Persepsi Penduduk
 Bagaiamana persepsi masyarakat tentang anemia pada remaja ?
 Bagaiamana persepsi remaja tentang anemia ?

11
 Masalah-masalah ? (Tanyakan beberapa orang dari kelompok berbeda misalnya
tokoh masyarakat, kader kesehatan, tokoh formal, PKK dan ibu rumah tangga)
tentang program penanggulangan masalah gizi yang dijalankan , hambatan,
keuntungan dan kerugiannya.

B. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :

1.      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan)).

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.

4.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

5.      Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan


sirkulasi dan neurologist.

6.      Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan


proses pencernaan; efek samping terapi obat.

7.      Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah


interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

C. Intervensi Keperawatan

1/    Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :

·        mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.

12
·        meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI RASIONAL

·        Tingkatkan cuci tangan yang baik ; ·        mencegah kontaminasi


oleh pemberi perawatan dan pasien. silang/kolonisasi bacterial. Catatan :
pasien dengan anemia berat/aplastik
·        Pertahankan teknik aseptic ketat pada dapat berisiko akibat flora normal kulit.
prosedur/perawatan luka.
·        menurunkan risiko kolonisasi/infeksi
·        Berikan perawatan kulit, perianal dan bakteri
oral dengan cermat.
·        menurunkan risiko kerusakan
·        Motivasi perubahan posisi/ambulasi kulit/jaringan dan infeksi.
yang sering, latihan batuk dan napas
dalam. ·        meningkatkan ventilasi semua segmen
paru dan membantu memobilisasi
·        Tingkatkan masukkan cairan adekuat sekresi untuk mencegah pneumonia.

·        Pantau/batasi pengunjung. Berikan ·        membantu dalam pengenceran secret


isolasi bila memungkinkan pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan
·        Pantau suhu tubuh. Catat adanya tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam. ·        membatasi pemajanan pada
bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
·        Amati eritema/cairan luka dibutuhkan pada anemia aplastik, bila
respons imun sangat terganggu.
·        Ambil specimen untuk
kultur/sensitivitas sesuai indikasi ·        adanya proses inflamasi/infeksi
(kolaborasi) membutuhkan evaluasi/pengobatan.
·        Berikan antiseptic topical ; antibiotic ·        indikator infeksi lokal. Catatan :
sistemik (kolaborasi). pembentukan pus mungkin tidak ada
bila granulosit tertekan.

·        membedakan adanya infeksi,


mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.

·        mungkin digunakan secara propilaktik


untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.

13
2)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi


Kriteria hasil :

·        menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium


normal.

·        tidak mengalami tanda mal nutrisi.

·        Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau


mempertahankan berat badan yang sesuai.

INTERVENSI RASIONAL

·        Kaji riwayat nutrisi, termasuk ·        mengidentifikasi defisiensi,


makan yang disukai. mengawasi masukkan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi
·        Observasi dan catat masukkan makanan.
makanan pasien. memudahkan intervensi

·        Timbang berat badan setiap hari ·        mengawasi penurunan berat badan


atau efektivitas intervensi nutrisi.
·        Berikan makan sedikit dengan
frekuensi sering dan atau makan ·        menurunkan kelemahan,
diantara waktu makan. meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster.
·        Observasi dan catat kejadian
mual/muntah, flatus dan dan gejala ·        gejala GI dapat menunjukkan efek
lain yang berhubungan anemia (hipoksia) pada organ.

·        Berikan dan Bantu hygiene mulut ·        meningkatkan nafsu makan dan


yang baik ; sebelum dan sesudah pemasukkan oral. Menurunkan
makan, gunakan sikat gigi halus pertumbuhan bakteri, meminimalkan
untuk penyikatan yang lembut. kemungkinan infeksi. Teknik
Berikan pencuci mulut yang di

14
encerkan bila mukosa oral luka. perawatan mulut khusus mungkin
diperlukan bila jaringan
·        Kolaborasi pada ahli gizi untuk rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
rencana diet. berat.

·        Kolaborasi ; pantau hasil ·        membantu dalam rencana diet


pemeriksaan laboraturium. untuk memenuhi kebutuhan
individual.
·        Kolaborasi ; berikan obat sesuai
indikasi ·        meningkatakan efektivitas program
pengobatan, termasuk sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.

·        kebutuhan penggantian tergantung


pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan
defisiensi yang diidentifikasi.

3)      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :

·        melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

·        menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan


tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI RASIONAL

·        Kaji kemampuan ADL pasien. ·     mempengaruhi pilihan


intervensi/bantuan.
·        Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan ·     menunjukkan perubahan neurology
otot. karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko
·        Observasi tanda-tanda vital sebelum cedera.
dan sesudah aktivitas.
·     manifestasi kardiopulmonal dari upaya
·        Berikan lingkungan tenang, batasi jantung dan paru untuk membawa jumlah
pengunjung, dan kurangi suara bising, oksigen adekuat ke jaringan.
pertahankan tirah baring bila di

15
indikasikan. ·     meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
·        Gunakan teknik menghemat energi, menurunkan regangan jantung dan paru.
anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan ·     meningkatkan aktivitas secara bertahap
pasien melakukan aktivitas semampunya sampai normal dan memperbaiki tonus
(tanpa memaksakan diri). otot/stamina tanpa kelemahan.
Meingkatkan harga diri dan rasa
terkontrol.

4)      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI RASIONAL

·        Awasi tanda vital kaji pengisian ·     memberikan informasi tentang


kapiler, warna kulit/membrane mukosa, derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
dasar kuku. membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
·        Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi. ·     meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk
·        Awasi upaya pernapasan ; auskultasi kebutuhan seluler. Catatan :
bunyi napas perhatikan bunyi kontraindikasi bila ada hipotensi.
adventisius.
·     dispnea, gemericik menununjukkan
·        Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. gangguan jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi
·        Hindari penggunaan botol penghangat curah jantung.
atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer. ·     iskemia seluler mempengaruhi jaringan
miokardial/ potensial risiko infark.
·        Kolaborasi pengawasan hasil
pemeriksaan laboraturium. Berikan sel ·     termoreseptor jaringan dermal dangkal
darah merah lengkap/packed produk karena gangguan oksigen.
darah sesuai indikasi.
·     mengidentifikasi defisiensi dan
·        Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan pengobatan /respons terhadap
indikasi. terapi.

16
·     memaksimalkan transport oksigen ke
jaringan.

5)      Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan


sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera
dermal.

INTERVENSI RASIONAL

·        Kaji integritas kulit, catat perubahan ·        kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi,
pada turgor, gangguan warna, hangat nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
local, eritema, ekskoriasi. menjadi rapuh dan cenderung untuk
infeksi dan rusak.
·        Reposisi secara periodic dan pijat
permukaan tulang apabila pasien tidak ·        meningkatkan sirkulasi kesemua kulit,
bergerak atau ditempat tidur. membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
·        Anjurkan pemukaan kulit kering dan
bersih. Batasi penggunaan sabun. ·        area lembab, terkontaminasi,
memberikan media yang sangat baik
·        Bantu untuk latihan rentang gerak. untuk pertumbuhan organisme patogenik.
Sabun dapat mengeringkan kulit secara
·        Gunakan alat pelindung, misalnya kulit berlebihan.
domba, keranjang, kasur tekanan
udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal ·        meningkatkan sirkulasi jaringan,
sesuai indikasi. (kolaborasi) mencegah stasis.

·        menghindari kerusakan kulit dengan


mencegah /menurunkan tekanan terhadap
permukaan kulit.

6)      Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.

17
INTERVENSI RASIONAL

·        Observasi warna feses, konsistensi, ·     membantu mengidentifikasi penyebab


frekuensi dan jumlah. /factor pemberat dan intervensi yang tepat.

·        Auskultasi bunyi usus. ·     bunyi usus secara umum meningkat pada


diare dan menurun pada konstipasi.
·        Awasi intake dan output (makanan dan
cairan). ·     dapat mengidentifikasi dehidrasi,
kehilangan berlebihan atau alat dalam
·        Dorong masukkan cairan 2500-3000 mengidentifikasi defisiensi diet.
ml/hari dalam toleransi jantung.
·     membantu dalam memperbaiki
·        Hindari makanan yang membentuk gas. konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi
·        Kaji kondisi kulit perianal dengan pada diare.
sering, catat perubahan kondisi kulit atau
mulai kerusakan. Lakukan perawatan ·     menurunkan distress gastric dan distensi
perianal setiap defekasi bila terjadi diare. abdomen.

·        Kolaborasi ahli gizi untuk diet ·     mencegah ekskoriasi kulit dan


siembang dengan tinggi serat dan bulk. kerusakan.

·        Berikan pelembek feses, stimulant ·     serat menahan enzim pencernaan dan


ringan, laksatif pembentuk bulk atau mengabsorpsi air dalam alirannya
enema sesuai indikasi. Pantau sepanjang traktus intestinal dan dengan
keefektifan. (kolaborasi). demikian menghasilkan bulk, yang bekerja
sebagai perangsang untuk defekasi.
·        Berikan obat antidiare, misalnya
Defenoxilat Hidroklorida dengan ·     mempermudah defekasi bila konstipasi
atropine (Lomotil) dan obat terjadi.
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
(kolaborasi). ·     Rasional : menurunkan motilitas usus
bila diare terjadi.

7)      Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi


informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil :

·        pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.

·        mengidentifikasi factor penyebab.

18
·        Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI RASIONAL

·        Berikan informasi tentang anemia memberikan dasar pengetahuan sehingga


spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
terapi tergantung pada tipe dan beratnya Menurunkan ansietas dan dapat
anemia. meningkatkan kerjasama dalam program
terapi.
·        Tinjau tujuan dan persiapan untuk
pemeriksaan diagnostic. ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan
meningkatkan stress, selanjutnya
·        Kaji tingkat pengetahuan klien dan meningkatkan beban jantung.
keluarga tentang penyakitnya. Pengetahuan menurunkan ansietas.

·        Berikan penjelasan pada klien tentang megetahui seberapa jauh pengalaman dan
penyakitnya dan kondisinya sekarang pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
·        Anjurkan klien dan keluarga untuk
memperhatikan diet makanan nya. dengan mengetahui penyakit dan kondisinya
sekarang, klien dan keluarganya akan
·        Minta klien dan keluarga mengulangi merasa tenang dan mengurangi rasa
kembali tentang materi yang telah cemas.
diberikan.
Diet dan pola makan yang tepat membantu
proses penyembuhan.

mengetahui seberapa jauh pemahaman klien


dan keluarga serta menilai keberhasilan
dari tindakan yang dilakukan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beberapa ahli epidemiologi mengkalkulasikan sedikitnya satu setengah populasi di dunia
yang menderita anemia. Data tersebut memberi gambaran bahwa masalah anemia perlu
mendapat perhatian dan penanganan yang baik karena kalau tidak akan menimbulkan
komplikasi. Dalam hal ini perawat penting memberi penyuluhan tentang istirahat, pola
makanan yang baik serta pengobatan yang teratur untuk membantu dalam proses
penyembuhan dan peningkatan penyakit.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai anemia
khususnya pada remaja. Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu diharapkan pembaca dapat memberikan masukan, kritik dan saran
yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA
20
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan

Pendokumentasian Pasien. EGC : Jakarta

Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah. Penerbit Buku

Kedokteran: Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai