DISUSUN OLEH
1. ADRIAN PRASETYO
2. ASTRID
3. NILUH PUTRI ZEIN
4. AZIZ
5. ANNELINUS
KELAS : NR 7 C
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Data demografi
menunjukkan bahwa remaja secara keseluruhan merupakan populasi terbesar, sekitar
seperlima penduduk di dunia adalah remaja dan sekitar 900 juta berada di Negara
berkembang, bahkan di wilayah Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari
penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja (Soetjiningsih, 2004), sedangkan di Indonesia
menurut Biro Pusat Statistik kelompok remaja sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja
laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Nancy, 2002).
Anemia dipengaruhi dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari
yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia dapat
terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat
menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat gizi yang masuk sedikit. Secara umum,
konsumsi makanan berkait dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai
nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi
kurang nilai gizinya, maka dapat menyebabkan kekurangan gizi. Selain itu, perilaku
konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh faktor intrinsik, yaitu usia, jenis kelamin dan
keyakinan, serta faktor ekstrinsik, yaitu tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman, iklan,
tempat tinggal, lingkungan sosial dan kebudayaan (Suharto). Salah satu masalah yang sering
ditemukan pada remaja, terutama remaja putri adalah anemia defisiensi Fe. Hal ini sebagai
akibat bahwa remaja putri setiap bulan mengalami haid yang tidak diimbangi dengan asupan
gizi yang cukup. Anemia akan mengakibatkan sel-sel tubuh kekurangan oksigen yang
mengakibatkan fungsi jaringan/organ tidak optimal termasuk otak (Guyton, 1999).
Kualitas remaja sebagai generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang
dilakukan agar masa remaja dapat dilewati dengan baik. Pemahaman yang baik tentang
remaja baik dalam upaya pencegahan maupun dalam upaya penanggulangan menjadi sangat
penting untuk remaja sendiri, keluarga dan masyarakat termasuk para ahli yang mencurahkan
perhatiannya terhadap remaja (Soetjiningsih, 2004). Perhatian pada kelompok umur ini
2
sangat penting karena kualitas generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang
dilakukan agar masa remaja dapat dilewati dengan baik (Marhaeni, 2004).
Keperawatan komunitas sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki
peranan strategis dalam meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya remaja dalam
melaksanakan upaya-upaya kesehatan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Upaya-
upaya kesehatan dalam keperawatan komunitas lebih difokuskan pada aspek promotif dan
preventif untuk meningkatkan kemandirian remaja dalam memelihara kesehatannya.
Keperawatan komunitas memperlakukan agregat remaja sebagai mitra kerja dalam berbagai
upaya yang menunjang kesehatan, oleh karena itu pelayanan keperawatan komunitas dikelola
berdasarkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
B. Tujuan
a. Memberikan gambaran konsep teori terkait masalah anemia
b. Memberikan gambaran praktek asuhan keperawatan pada kasus anemia melalui
pendekatan model community as partner
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Anemia
A. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitungan eritrosit
yang berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Dengan
demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Price & Wilson,2006).
B. Etiologi
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu :
a) Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
b) Darah menstruasi yang berlebihan
Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi
bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
c) Kehamilan
Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin
untuk pertumbuhannya.
d) Penyakit tertentu
Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti
gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
e) Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
f) Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi)
Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung ini dapat menyebabkan anemia
karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
4
g) Penyakit radang kronis
Misalnya seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid,
beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala
ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain muncul adalah warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan,
kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (mis., berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi), terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini, bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma. (Konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar di atas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera.)
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
5
biasanya dapat diperoleh dengan dasar :1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Tes penyaring
Tes ini dikerjakan ada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan
ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini :
kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV dan MCHC), apusan darah tepi.
b) Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan hitung retikuosit.
c) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai
keadaan sistem hematopoesis.
d) Pemeriksaan atas indikasi khusus pemeriksaan ini untuk mengonfirmasi dugaan
diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :
Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transverin dan feritin
serum
Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes kombos, dan elektroresis Hb.
Anemia pada leukemia akut biasa dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal edokrin, asam urat, faal
hati, biakan kuman.
3. Radiologi : toraks, bone survey, USG atau limfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain reaksion, FISH =
fluoresensel in situ hyghbridization).
6
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyabab dan mengganti darah yang
hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya yaitu :
a. Anemia aplastik
Dengan tranplantasi sumsum tulang dan terapi imunosupresif dengan antithimositi
globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis
buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat
diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat. Kalo
tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang mendasarinya maka anemia akan
terobati dengan sendirinya.
d. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulasferosus 3x10 mg/hari. Transusi darah diberikan bila kadar Hb < 5 gr%.
e. Anemia megaloblastik
a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila defisiensi
disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedianya faktor intrinsic dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 selama hidup pasien
yang menderita anemia prenisiosa atau malabsobsi yang tidak dapat dikoreksi.
c) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
d) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM.
f. Anemia pasca pendarahan
Dengan memberikan tranfusi darah dan plasma dalam keadaan darurat diberikan
cairan intravena dengan cairan apa saja yang tesedia.
7
g. Anemia himolitik
Dengan pemberian tranfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
8
5) Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
9
2. Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
Hal-hal yang dikaji meliputi keadaan atau kondisi rumah, kebersihan dan
pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pemenuhan nutrisi, adanya
warung atau toko tempat menjual makanan dan sayuran, adanya peternakan atau
kolam ikan untuk pemenuhan nutrisi. Sumber data dari orangtua dan lingkungan
dengan menggunakan metode Winshild Survey.
b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan
1) Fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam maupun diluar komunitas :
Rumah sakit
Praktik dokter, bidan, perawat
Puskesmas termasuk program kesehatan yang ada
2) Pelayanan kesehatan khusus bagi remaja (PKPR)
Fasilitas pelayanan sosial baik didalam maupun diluar komunitas :
Counseling support services
Pelayanan khusus (social worker)
Catatan :
Dari kedua tempat pelayanan tersebut, aspek – aspek / data – data yang perlu
dikumpulkan adalah sebagai berikut :
Pelayananya (waktu, ongkos, rencana kerja)
Sumber daya (tenaga, tempat, dana, & perencanaan)
Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana transportasi)
Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan
Kebutuhan pelayanan seperti deteksi dini, konsultasi, pengobatan
c. Ekonomi
1) Karakteristik pendapatan keluarga / rumah tangga
Rata – rata pendapatan keluarga / rumah tangga
2) Karakteristik pekerjaan
Sumber data dari responden melalui metode kuisioner.
10
d. Transportasi dan keamanan/keselamatan
Hal yang dikaji meliputi transportasi mencapai fasilitas kesehatan, kemudahan
mencapai akses kesehatan, kemudahan mendapat sumber makanan. Keamanan
makanan, akses terhadap bahan makanan. Sumber data dari responden, metode
yang digunakan adalah kuisioner dan Winshield Survey.
e. Politik dan Pemerintah
Apakah masyarakat terlibat dalam pembuatan keputusan dalam mengatasi
masalah, penyusunan program di masyarakat khususnya dalam penanganan
anemia pada remaja ? Adakah bantuan dari pemerintah atau swasta dalam
mengatasi masalah anemia/masalah gizi contohnya program beras miskin.
Sumber data dari tokoh masyarakat dan puskesmas melalui metode wawancara.
f. Komunikasi
Media komunikasi apa yang digunakan remaja dalam berkomunikasi dengan
keluarga dan teman sebayanya, pola komunikasi yang diterapkan. Sumber data
dari responden menggunakan metode kuisioner.
g. Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah, kegiatan penyuluhan bagi remaja terkait
masalah anemia. Sumber data dari remaja dan komunitas melalui metode
winshield survey dan kuisioner.
h. Rekreasi
Dimana tempat remaja berkumpul ?
Apa saja bentuk rekreasi utama remaja ?
Fasilitas untuk rekreasi apa yang anda lihat ? Apakah bisa membantu dalam
pemenuhan nutrisi remaja ?
Sumber data dari remaja dengan metode kuesioner dan melalui Winshield Survey.
3. Persepsi Penduduk
Bagaiamana persepsi masyarakat tentang anemia pada remaja ?
Bagaiamana persepsi remaja tentang anemia ?
11
Masalah-masalah ? (Tanyakan beberapa orang dari kelompok berbeda misalnya
tokoh masyarakat, kader kesehatan, tokoh formal, PKK dan ibu rumah tangga)
tentang program penanggulangan masalah gizi yang dijalankan , hambatan,
keuntungan dan kerugiannya.
B. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
C. Intervensi Keperawatan
12
· meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI RASIONAL
13
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
INTERVENSI RASIONAL
14
encerkan bila mukosa oral luka. perawatan mulut khusus mungkin
diperlukan bila jaringan
· Kolaborasi pada ahli gizi untuk rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
rencana diet. berat.
INTERVENSI RASIONAL
15
indikasikan. · meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
· Gunakan teknik menghemat energi, menurunkan regangan jantung dan paru.
anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan · meningkatkan aktivitas secara bertahap
pasien melakukan aktivitas semampunya sampai normal dan memperbaiki tonus
(tanpa memaksakan diri). otot/stamina tanpa kelemahan.
Meingkatkan harga diri dan rasa
terkontrol.
INTERVENSI RASIONAL
16
· memaksimalkan transport oksigen ke
jaringan.
INTERVENSI RASIONAL
· Kaji integritas kulit, catat perubahan · kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi,
pada turgor, gangguan warna, hangat nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
local, eritema, ekskoriasi. menjadi rapuh dan cenderung untuk
infeksi dan rusak.
· Reposisi secara periodic dan pijat
permukaan tulang apabila pasien tidak · meningkatkan sirkulasi kesemua kulit,
bergerak atau ditempat tidur. membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
· Anjurkan pemukaan kulit kering dan
bersih. Batasi penggunaan sabun. · area lembab, terkontaminasi,
memberikan media yang sangat baik
· Bantu untuk latihan rentang gerak. untuk pertumbuhan organisme patogenik.
Sabun dapat mengeringkan kulit secara
· Gunakan alat pelindung, misalnya kulit berlebihan.
domba, keranjang, kasur tekanan
udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal · meningkatkan sirkulasi jaringan,
sesuai indikasi. (kolaborasi) mencegah stasis.
6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.
17
INTERVENSI RASIONAL
18
· Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
INTERVENSI RASIONAL
· Berikan penjelasan pada klien tentang megetahui seberapa jauh pengalaman dan
penyakitnya dan kondisinya sekarang pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
· Anjurkan klien dan keluarga untuk
memperhatikan diet makanan nya. dengan mengetahui penyakit dan kondisinya
sekarang, klien dan keluarganya akan
· Minta klien dan keluarga mengulangi merasa tenang dan mengurangi rasa
kembali tentang materi yang telah cemas.
diberikan.
Diet dan pola makan yang tepat membantu
proses penyembuhan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa ahli epidemiologi mengkalkulasikan sedikitnya satu setengah populasi di dunia
yang menderita anemia. Data tersebut memberi gambaran bahwa masalah anemia perlu
mendapat perhatian dan penanganan yang baik karena kalau tidak akan menimbulkan
komplikasi. Dalam hal ini perawat penting memberi penyuluhan tentang istirahat, pola
makanan yang baik serta pengobatan yang teratur untuk membantu dalam proses
penyembuhan dan peningkatan penyakit.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai anemia
khususnya pada remaja. Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu diharapkan pembaca dapat memberikan masukan, kritik dan saran
yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
20
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran: Jakarta.
21