DISUSUN OLEH:
2. INDRIANI (A.18.10.026)
4. FITRIYAH MURSYIDAH(A.18.10.022)
DOSEN PEMBIMBING
TENRIWATI, S.KEP,NS,M.KES
Tujuan Khusus:
a. Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,
3. Manfaat : Agar dapat mengetahui apa itu penyakit mioma dan membantu
mahasiswa mempelajari lebih dalam bagian-bagian yang ada pada system
reproduksi ini tepatanya pada penyakit mioma.
2. TINJAUAN TEORI
Konsep Medis
a. Defenisi :
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan
dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer,
2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak
berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa
juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.
Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif.
Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan
mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan
malpresentasi (Crum, 2003).
b. Etiologi :
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia
reproduksi dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun
(Suhatno, 2007). Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke
(sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause
mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
daripada jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri. (Parker, 2007).
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri.
(Parker, 2007).
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena
tingginya kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma
uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan
multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat
frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992).
c. Patofisiologi :
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding
miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan
pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari
sel imatur. Penyebab dari Mioma Uteri ini belum diketahui namun ada faktor
predisposisinya antra lain,mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara,
faktor keturunan juga berperan,umur, dan fungsi ovarium.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak
menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor
di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma,akan tetapi mioma biasanya
banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka
korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan
uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan
mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi.
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah
pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan
rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan
abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa
mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak
bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
d. Komplikasi :
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen
akut.
3. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari
semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa
tahun tidak membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu
terjadi sesudah menopause.
4. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada
kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksisekunder.
e. Penatalaksanaan:
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma
uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga
biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta
mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Penanganan mioma uteri terbagi atas
penanganan konservatif, medikamentosa, operatif dan radiasi.
1. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari
kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi.
2. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia padasaat ini. Terapi medikamentosa
masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon Agonist), progesteron, danazol,
gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti
gossypol dan amantadine. (Swine, 2009).
3. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri
uterus.
Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosa pada mioma
geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma servisis uteri.
Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri
uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan
menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah
UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak
dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat. (Swine,2009)
4. Radiasi dengan radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada
beberapa kasus.
h. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori
dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
6) Pola kognitif/persepsi
a. Kaji status mental klien
b. Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami
sesuatu
c. Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien
d. Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
e. Kaji apakah klien mengalami vertigo
f. Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada
kulit.
7) Pola persepsi dan konsep diri
a. Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
b. Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut
c. Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8) Pola peran hubungan
a. Tanyakan apa pekerjaan pasien
b. Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman, dll.
c. Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien
9) Pola seksualitas/reproduksi
a. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
b. Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
c. Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
10) Pola koping-toleransi stress
a. Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )
b. Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat
untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan
orang-orang terdekat.
11) Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.Orang
yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
1. Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan muka : tidak ada masalah
2. Mata : kalau perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat,
sklera putih.
3. Telinga : tidak terdapat masalah
4. Hidung : tidak terdapat masalah
5. Mulut dan Gigi : tidak terdapat masalah
6. Leher : tidak terdapat masalah
7. Dada : biasanya terdapat sesak nafas karena pembesaran mioma menekan
diafragma
8. Abdomen : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, teraba massa
pada uterus
9. Genetalia : adanya keluaran darah
10. Anus : timbul rasa sakit saat defekasi
11. Ekstremitas : atas : kadang terdapat oedem bawah : kadang terdapat
edema tungkai
2. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma,
diagnosis banding dengan kehamilan.
j. Pemeriksaan Luar
Teraba masa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas.
k. Pemeriksaan Dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahimdan pergerakan tumor dapat terbatas atau
bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
3. Diagnose Keperawatan :
o Nyeri akut
o Gangguan eliminasi
o Gangguan citra tubuh
4. Pathway :
5.PENUTUP
Kesimpulan :
Mioma uteri paling banyak ditemukan pada wanita dengan usia reproduktif
usia kurang lebih 50 tahun dan masih haid. Mioma uteri paling banyak sampel
yang memiliki indeks massa tubuh obesitas dan berat badan lebih serta sebagian
besar sampel mioma uteri memiliki paritas nullipara-primipara. Mioma juga
terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian mioma uteri dan
memiliki hubungan antara paritas dengan kejadian mioma uteri.
Saran :
Bagi masyarakat sebaiknya lebih aktif dalam melakukan pencegahan
terhadap mioma uteri seperti melakukan pemeliharaan berat badan,
memperlihatkan jumlah anak dan melakukan general chek up agar dapat di deteksi
secara dini jika terdapat gangguan.
Bagi tenaga kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan informasi mengenai
factor risiko dan hal yang berkaitan dengan mioma uteri.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/upload-document?
archive_doc=306287824&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web
%22%7D
https://id.scribd.com/doc/296390317/LP-MIOMA-UTERI-baruuuuuuuu-docx
PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia : defenisi dan kriteria hasil
DISUSUN OLEH:
2. INDRIANI (A.18.10.026)
DOSEN PEMBIMBING
TENRIWATI, S.KEP,NS,M.KES
Ruangan/RS : -
Tgl masuk RS : -
Saat sakit :
- Selera makan : Menurun
- Menu : Ikan bakar dan ikan masak serta sayur bening
- Frekwensic:
- Makanan kesukaan : Buah kurma
- Makanan pantangan : Daging
- Masalah : -
2. Cairan
Sebelum sakit :
- Jenis minuman : The manis
- Frekwensi Kebutuhan cairan : Tidak menentu
- Cara pemenuhan : Saat mengomsumsi makanan
- Masalah : -
Saat sakit :
- Jenis minuman : Air hangat
- Frekwensi : Tidak menentu
- Kebutuhan cairan : 2,3 L
- Cara pemenuhan : Minum air sebelum haus dan saat merasa lapar
- Masalah : -
3. Istirahat/Tidur
Sebelum sakit :
- Jam tidur siang : Jam 10 atau 11
- Jam tidur malam : 00:00
- Pola tidur : Menurun
- Kebiasan sebelum tidur : Main Handphone
- Masalah : -
Saat sakit :
- Jam tidur siang : Tidak menentu
- Jam tidur malam : 10:00
- Pola tidur : Meningkat
- Kebiasan sebelum tidur : Main Handphone
- Masalah : -
4. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum sakit :
- Frekwensi : 1-3x sehari
- Volume : 145 kg
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kecoklatan atau kekuningan
- Penggunaan pencahar : Tidak ada
- Bau : Normal
Saat sakit :
- Frekwensi : 2x sehari
- Volume : Tidak menentu
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kecoklatan atau kekuningan
- Penggunaan pencahar Bau : Tidak ada
- Lain-lain : -
5. Eliminasi urine/BAK
Sebelum sakit :
- Frekwensi : 4-8 kali
- Volume : -
- Kejernihan : Normal
- Warna : Kuning muda
- Penggunaan alat bantu : Tidak ada
- Bau : Normal
- Lain-lain
Saat sakit :
- Frekwensi : 4-8 kali
- Volume : -
- Konsistensi : -
- Warna : Kuning muda
- Penggunaan alat bantu : Tidak ada
- Bau : Amonia
- Lain-lain : -
Saat sakit
- Kegiatan rutin sehari-hari : Bermain Handphone
- Pengaturan jadwal : -
- Penggunaan alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu
- Masalah : Tidak terdapat masalah
- P : 20 x/menit
g. Jika terdapat nyeri/ketidaknyamanan :
- Faktor pencetus : Terlalu lama bekerja
- Sensasi nyeri : Tidak menyengkan
- Lokasi dan penyebaran nyeri : Pinggang
- Intensitas/skala nyeri : -
- Frekuensi dan durasi : -
- Cara mengatasi nyeri : Dipijat
Yang mengkaji,
DIAN ALFIONITA & INDRIANI
ANAJIHAD ISLAMIYAH,FITRIYAH MURSYIDAH
NIM:A.18.10.015&A.18.10.026&A.18.10.010&A.18.10.022
KLASIFIKASI DATA
Ruang Rawat :-
ANALISA DATA
- Mengeluh nyeri
DO :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
1. Nyeri akut
2. Gangguan eliminasi
RENCANA KEPERAWATAN
NO TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
& DATA
PENINJANG
1. 30,Des,2020 Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri
berdasarkan agen dilakukan Observasi
pencedera fisik tindakan - Identifikasi
keperawatan lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
diharapkan - Identifikasi skala nyeri
nyeri akut - Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun dengan - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
kriteria hasil - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Gelisah :
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
cukup
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
meningkat
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
(2)
diberikan
- Kesulitan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
tidur :
Terpeutik
cukup
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
menurun (4)
nyeri (mis, TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
- Berfokus
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
pada diri
tebimbing, kompres hangat/dingin, tarapi bermain)
sendiri :
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu
cukup
meningkat ruangan, pencahayaan, kebisingan)
(2) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Perasaan - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
depresi/terte strategi meredakan nyeri
kan : Edukasi
meningkat - Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
(1) - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Pola tidur : - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
sedang (3) - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan tekhik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
- Fungsi
nyeri
berkemih :
Kolaborasi
cukup
- kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
memburuk
(2)
- Pola nafas :
cukup
memburuk :
(2)
-
-
CATATAN PERKEMBANGAN
nyeri terasa.
2. Memberikan dukungan
positif pada keluarga.
3. Menjelaskan cara
penanganan nyeri ketika
nyeri terasa seperti
meninggikan daerah
yang sakit/nyeri dan
menganjurkan relaksasi
dan distraksi.