Disusun Oleh :
Nim : 1910105003
2020/2021
Kata pengatar
Karya tulis ilmiah (KTI) merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan oleh
mahasiswa kebidanan jenjang DIII karena sebagai salah satu syarat guna mencapai
penyelesaian tugas Asuhan Kebidanan Metode Penelitian. Penyusunan karya tulis ilmiah ini
bertujuan agar mahasiswa memahami fenomena masalah kebidanan yang tersistematis dalam
laporan hasil penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut panduan penyusunan KTI ini
disusun guna memberikan acuan bagi mahasiswa dalam menyusun KTI dengan baik,
sekaligus dapat juga dijadikan acuan bagi dosen dalam memberikan bimbingan KTI.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan panduan penyusunan KTI ini. Semoga panduan penyusunan KTI ini dapat
meningkatkan kualitas proses penyusunan karya tulis dan mendukung tercapainya
kompetensi tugas akhir
Penyusunan panduan KTI ini memerlukan waktu dan pikiran yang mendalam, dan
sudah disusun seoptimal mungkin. Jika masih terdapat kekurangan maka tidak menutup
kemungkinan ada perbaikan/ revisi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi perbaikan penulisan di masa mendatang serta lebih memperjelas proses
pembimbingan kepada mahasiswa mengenai penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan benar
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam
penyusunan buku panduan ini.
Ketua
Jenjang DIII
Daftar isi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia pada tahun 2010 angka kejadian anemia masih cukup tinggi yaitu 50-70 juta
jiwa, anemia defisiensi besi (anemia yang disebabkan kurang zat besi) mencapai 20%-33%.
Sedangkan 40,1% anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah 11 gr/dl (Lestari, 2010). Anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,0 gram/100 milimeter
(10gram/desiliter) (Varney, 2006). Sebagian besar wanita hamil mengalami anemia yang tidak
membahayakan. Tetapi anemia akibat kelainan bawaan pada hemoglobin bisa mempersulit
kehamilan. Kelainan tersebut meningkatkan risiko penyakit dan kematian pada bayi baru lahir dan
meningkatkan penyakit pada ibu (Maulana, 2008).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kematian ibu salah satunya disebabkan karena
anemia dalam kehamilan. Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia,lebih sering disebut
kurang darah, kadar sel darah merah (Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya adalah kurangnya zat
besi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering
terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (Rukiyah, 2010).Zat besi pada masa kehamilan
digunakan
untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah merah, dan untuk kebutuhan basal
tubuh. Zat besi yang diperlukan dapat diperoleh dari makanan dan tablet besi. Akan tetapi, seperti
halnya konsumsi zat gizi secara umum, konsumsi zat besi seringkali belum memenuhi kebutuhan
dalam tubuh (Darlina, 2003). Apabila kadar zat besi di dalam tubuh ibu hamil kurang, maka akan
terjadi suatu keadaan yang disebut anemia. Hal itu dikarenakan zat besi merupakan mikroelemenang
esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah), yaitu dalam
sintesa hemoglobin. Sebagaimana telah diketahui bahwa rendahnya kadar hemoglobin dalam darah
mengakibatkan
suatu keadaan yang disebut anemia (Sediaoetama 1987, dalam Tristiyanti 2006).
Di Indonesia pada tahun 2010 angka kejadian anemia masih cukup tinggi yaitu 50-70
jutajiwa, anemia defisiensi besi (anemia yang disebabkan kurang zat besi) mencapai 20%-33%.
Sedangkan 40,1% anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah 11 gr/dl (Lestari, 2010).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin kurang
dari10,0gram/100 milimeter (10gram/desiliter) (Varney, 2006). Sebagian besar wanita hamil
mengalami anemia yang tidak membahayakan. Tetapi anemia akibat kelainan bawaan pada
hemoglobin bisa mempersulit kehamilan. Kelainan tersebut meningkatkan risiko penyakit dan
kematian pada bayi baru lahir dan meningkatkan penyakit pada ibu (Maulana, 2008).
Menurut data dari dinas kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan, anemia pada ibu hamil tahun
2012 terdapat 692 (1,51%) orang dari 45.652 ibu hamil, pada tahun 2013 terdapat ibu hamil dengan
anemia sebanyak 646 (1,77%) orang dari 36.487 ibu hamil, sedangkan pada tahun 2014 terdapat ibu
hamil dengan anemia 675 (1,4%) orang dari 48.235 ibu hamil (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan,
2014).
Petugas kesehatan diharapkan untuk lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil
tentang pentingnya melakukan KB setelah persalinan dan membatasi jumlah anak, sehingga kejadian
anemia
A. Rumusan masalah:
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Tujuan khusus:
untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di Rumah Sakit BARI
Palembang tahun 2015
C. Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan maupun wawasan tentang kepatuhan pada
ibu hamil penderita anemia.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat sebagai
bahan dan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian tentang Kajian Asupan Protein dan Zat Besi pada Kejadian Anemia Ibu
Hamil di Rumah Sakit BARI Palembang.
E. Keaslian Karya
Siti Amallia, Rahmalia Afriyani, Siska Putri Utami dengan judul “Faktor Risiko Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil di Rumah Sakit BARI Palembang” Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di Rumah Sakit BARI Palembang tahun
2015. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Rumah
Sakit BARI Palembang tahun 2015. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random
sampling, dengan jumlah sampel 236 responden. Data dianalisis dengan mengunakan uji
frequensi, uji chi square dan uji regresi logistic. Hasil penelitian menunjukan bahwa 31
hubungan antara usia dan paritas ibu hamil dengan kejadian anemia dengan nilai usia (ρ-
value=0,032), paritas (ρ-value=0,005) dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dan pekerjaan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Uji regresi logistic menunjukan bahwa
faktor usia dan paritas mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil dan faktor paritas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah
atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen
keseluruh jaringan (Tarwoto, 2007).
Menurut WHO (2014) anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau
kemampuan pengangkutan oksigen oleh sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan normal
yang berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin, ketinggian (diatas permukaan laut),
kebiasaan merokok, dan kehamilan. Anemia sering disebut KD (kurang darah) yaitu keadaan dimana
kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (< 12 gr/dl) yang berakibat penurunan pada
daya tahan tubuh, kebugaran tubuh, kemampuan dan konsentrasi belajar, dan menghambat tumbuh
kembang serta membahayakan kehamilan di masa yang akan datang.
Penyebab yang umum adalah kekurangan zat besi dan asam folat. Jumlah darah dalam tubuh
wanita hamil meningkat 20-30% sehingga memerlukan peningkatan pasokan zat besi. Penting dalam
periode ini melakukan pemeriksaan Hb untuk mendeteksi anemia. Anemia pada ibu hamil sangat
memengaruhi keadaan ibu dan janin selama proses persalinan. Ibu hamil yang menderita anemia berat
dapat meningkatkan risiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur juga lebih besar (Proverawati, 2011).
Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb)
dalam darahnya kurang dari 11gr/dl sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah
merah (Erythtopoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan konsentrasi Hb pada tingkat
normal (WHO, 2014). Menurut Sharma and Meenakshi (2010), terdapat komplikasi pada anemia
dalam kehamilan, komplikasi tersebut dapat terjadi pada ibu dan bayi. Ibu bisa mengalami
palpitasi, takhikardi, sesak nafas, meningkatkan cardiac output dan mengarah kepada cardiac stress
yang dapat menyebabkan dekompensasi dan gagal jantung yang fatal sedangkan pada janin
mengakibatkan BBLR.
Faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil diantaranya
dipengaruhi oleh faktor umur ibu, paritas, jarak kehamilan, status gizi, tingkat pendidikan,
frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) dan konsumsi suplementasi besi. Program pemberian
suplementasi tablet besi di Indonesia merupakan salah satu alternatif untuk mencegah terjadinya
anemia pada ibu hamil. Hal ini didasarkan pada hanya sedikit wanita hamil di negara berkembang
seperti Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan melalui makanan
sehari-hari karena sumber utama zat besi yang mudah diserap oleh tubuh (heme) relative mahal
harganya (Depkes RI, 2010). Tablet besi dianjurkan diminum di antara dua kali waktu makan,
karena bioavailibilitasnya lebih tinggi pada waktu perut kosong, kecuali ketika terjadi efek samping
maka tablet besi dapat diminum pada waktu makan
2.1.5 Gambaran Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia
1,2