Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MAKANAN GIZI

SEIMBANG DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM

TUGAS KE-2
AUDRY CHOIRUNISSA (1910105063)
FALKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
Jalan Ringroad Barat No.63, Mlangi Nogotirto, Gamping, Area Sawah, Nogotirto, Kec. Gamping,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 5559
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga makalah ini bisa
disusun dengan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, April 2020

ii
DAFTAR ISI

BAB 1................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................. 4
a. Tujuan Penelitian................................................................................................................... 5
b. Manfaat Penelitian................................................................................................................. 5
BAB II.................................................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................... 5
1. Pengertian................................................................................................................................. 5
a. Faktor yang mempengaruhi kejadian ibu nifas dengan luka parineum................................... 6
b. Bentuk-bentuk Penyembuhan Luka....................................................................................... 6
c. fase-fase penyembuhan luka perineum pada ibu nifas............................................................ 7
2. Status Gizi Ibu Nifas................................................................................................................ 7
a. Gizi Dalam Masa Nifas.......................................................................................................... 7
b. Pengukuran Status Gizi.......................................................................................................... 8
c. Faktor Tidak Langsung Yang Mempengaruhi Status Gizi..................................................... 8
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA..................................................... 8
B. SIMPULAN..................................................................................................................................... 9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu target yang telah ditetapkan dalam tujuan
Millennium Development Goal’s (MDG’s) ke-5 yaitu peningkatan kesehatan ibu, dimana
target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah
kematian ibu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Sehingga diperlukan kerja keras untuk
mencapai target tersebut. Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan terlatih cukup tinggi.

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) tergolong masih tinggi dibandingkan dengan
Negara-negara ASEAN yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut 3-6
kali dari AKI Negara-negara ASEAN dan 50 kali AKI Negara-negara maju, dan salah
.
satunya disebabkan karena infeksi nifas dengan proporsi 20-30% Di Propinsi Riau tingkat
kematian ibu saat melahirkan pada tahun 2014 di Propinsi Riau tercatat jumlah angka

kematian ibu melahirkan adalah158/100.000 kelahiran. Penyebab kematian tersebut yaitu


perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi masa nifas.

Masa nifas merupakan periode mulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Asuhan ibu nifas adalah asuhan ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya
tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca
persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-
29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan (Anonim, 2015). Asuhan masa nifas diperlukan
dalam periode ini karena masa kritis baik ibu maupun bayinya, diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian pada masa nifas.
Menurut Prawirahardjo (2005), dengan melakukan pemantauan yang ketat pada ibu dan bayi,
maka dapat mencegah beberapa kematian ibu pada masa nifas. Bila ibu nifas mampu
melakukan perawatan luka perineum dengan benar selama di rumah, ditunjang dengan status
gizi yang baik maka proses penyembuhan luka akan berjalan dengan normal sesuai masa
penyembuhan luka. dan resiko terjadinya infeksi masa nifas dapat dihindari.

Status gizi seimbang ibu nifas sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka.
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat
– zat gizi. Zat gizi ini berfungsi untuk membantu proses metabolisme, pemeliharaan dan
pembentukan jaringan baru. Selain itu, gizi yang seimbang juga merupakan zat yang
diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas
terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan
karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan
bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa (Retna, 2010).

Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas sipayung, jumlah
ibu nifas dengan luka parineum ada 60 orang, masih tingginya kejadian ibu nifas dengan
parineum di wilayah kerja puskesmas sipayung ini disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain ibu nifas kurang memperoleh pengetahuan tentang gizi seimbang dan perawatan

4
perineum, banyak ibu nifas yang mengabaikan tentang kebersihan perineum, kebanyakan
dari mereka takut untuk menyentuh luka jahitan atau membersihkan perineum dari atas
kebelakang sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi karena kebersihan
perineum kurang dijaga (Aditya dan Elliana, 2013)

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Makanan Gizi Seimbang Dengan
Penyembuhan Luka Perineum Diwilayah Kerja Puskesmas Sipayung Indragiri Hulu”.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.
Data pengetahuan ibu nifas tentang makanan gizi seimbang dengan penyembuhan luka
perineum diperoleh dengan menggunakan instrumen kuisioner. Adapun subjek penelitian
yang digunakan adalah ibu nifas dengan luka perineum. Penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Sipayung Indragiri Hulu. Analisis data dilakukan secara univariat

untuk mempresentasikan gambaran distribusi dari semua variabel dan analisis bivariat untuk
melihat hubungan antar variabel.

a. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas
tentang makanan gizi seimbang dengan penyembuhan luka perineum di wilayah kerja
puskesmas sipayung.

b. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Secara teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya ilmu kebidanan
2. Secara praktis
Bagi ibu nifas
Memberi masukan unntuk meningkatkan kesejahteraan ibu nifas dengan mengikut
sertakan suami.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Masa nifas merupakan periode mulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan. Asuhan ibu nifas adalah asuhan ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai
dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28

5
pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan
(Anonim, 2015).

a. Faktor yang mempengaruhi kejadian ibu nifas dengan luka parineum


 Ibu nifas kurang memperoleh pengetahuan tentang gizi seimbang
 dan perawatan perineum
banyak ibu nifas yang mengabaikan tentang kebersihan perineum, kebanyakan
dari mereka takut untuk menyentuh luka jahitan atau membersihkan perineum dari
atas kebelakang sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi
karena kebersihan perineum kurang dijaga (Aditya dan Elliana, 2013 Masih
adanya kesembuhan luka perineum yang tidak baik yaitu tidak terbentuk jaringan
parut minimal dalam waktu 6 hari setelah melahirkan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain cara perawatan dan aktivitas berat dan berlebih. Perawatan yang
tidak benar menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan. Aktivitas
berat dan berlebih juga merupakan faktor yang mengganggu penyembuhan luka
karena dapat menghambat perapatan tepi luka (Herawati, 2010). Mengalami
penyembuhan luka tidak normal.
Hal ini bisa disebabkan oleh personal hygiene yang kurang, ibu -ibu kurang
memperhatikan daerah perineum dan tidak merawat perineum dengan baik
dan benar.

b. Bentuk-bentuk Penyembuhan Luka


Ada beberapa bentuk dari penyembuhan luka menurut Boyle (2013), adalah :

 Primary Intention (Proses Utama) Luka dapat sembuh melalui proses utama yang
terjadi ketika tepi luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika luk
dijahit, terjadi penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang
kosong. Oleh karena itu dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan
kontraksi sedikit berperan. Epitelium akan bermigrasi di sepanjang garis jahitan,
dan penyembuhan terjadi terutama oleh timbunan jaringan penghubung.

 Secondary Intention (Proses Skunder)


Penyembuhan melalui proses skunder membutuhkan pembentukan jaringan
ganulasi dan kontraksi luka. Hal ini dapat terjadi dengan meningkatnya jumlah
densitas (perapatan), jaringan parut fibrosa, dan penyembuhan ini
membutuhkan waktu yang lebih lama. Luka jahitan yang rusak tepian lukanya
dibiarkan terbuka dan penyembuhan terjadi dari bawah melalui jaringan
granulasi dan kontraksi luka.

 Third Intention (Proses Primer Terlambat)


Terjadi pada luka terkontaminasi yang pada awalnya dibiarkan terbuka, yaitu
dengan memasang tampon, memungkinkan respons inflamasi berlangsung dan
terjadi peningkatan pertumbuhan daerah baru di tepian luka. Setelah beberapa
hari, tampon dibuka dan luka dijah

6
c. fase-fase penyembuhan luka perineum pada ibu nifas
 fase inflamasi (1 sampai 4 hari),
Setelah terjadi trauma, pembuluh darah yang terputus pada luka akan
menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya,
pengerutan ujung pembuluh darah yang terputus (retraksi), reaksi hemostasis
serta terjadi reaksi inflamasi (peradangan).
Respon peradangan adalah suatu reaksi normal yang merupakan hal penting
untuk memastikan penyembuhan luka. Peradangan berfungsi mengisolasi
jaringan yang rusak dan mengurangi penyebaran infeksi.
 fase proliferatif (5 sampai 20 hari),
Fase proliferasi adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis
kolagen. Sintesis kolagen dimulai dalam 24 jam setelah cidera dan akan
mencapai puncaknya pada hari ke 5 sampai hari ke 7, kemudian akan
berkurang secara perlahan-lahan. Kolagen disekresi oleh fibroblas sebagai
tropokolagen imatur yang mengalami hidroksilasi (tergantung vitamin C)
untuk menghasilkan polimer yang stabil. Proses fibroplasia yaitu penggantian
parenkrim yang tidak dapat beregenerasi dengan jaringan ikat. Pada fase
proliferasi, serat-serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian
diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut, sehingga
menyebabkan tarikan pada tepi luka.
 fase maturasi (21 sampai sebulan atau bahkan tahunan).
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan Kembali
jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya
perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dinyatakan berakhir
jika semua tanda radang sudah hilang dan bisa berlangsung berbulan-bulan.
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena
proses penyembuhan. Oedema dan sel radang diserap, sel muda menjadi
matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih
diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada.

2. Status Gizi Ibu Nifas


Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat – zat gizi. Zat gizi ini berfungsi untuk membantu proses
metabolisme, pemeliharaan dan pembentukan jaringan baru. Selain itu, gizi yang
seimbang juga merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya.

a. Gizi Dalam Masa Nifas


Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan
setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu.
Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1). Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2). Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral
3). Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4). Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
7
5). Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit (Saifuddin, 2012) Menurut Rahma
(2014).

b. Pengukuran Status Gizi


Salah satu cara digunakan mengetahui status gizi ibu yaitu dengan melaksanakan
pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Hal ini disebabkan karena pengukuran
lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak dibawah kulit dimana pada pengukuran yang lain tidak diperoleh.
Apabila LILA ≥23,5 cm menunjukkan gizi normal dan jika LILA <23,5 cm
menunjukkan gizi kurang atau biasa disebut gizi buruk. Ukuran LILA pada ibu
<23,5 cm merupakan indikator yang kuat untuk mengetahui gizi ibu yang kurang.

c. Faktor Tidak Langsung Yang Mempengaruhi Status Gizi


ibu memiliki pengetahuan cukup mengenai gizi ibu nifas tetapi jika ibu
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang maka ibu nifas akan memiliki
penyembuhan luka perineum yang baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Aditya dan Elliana, (2013), menunjukkan bahwa adanya
hubungan pengetahuan ibu nifas tentang gizi dengan proses penyembuhan luka
perineum.
Hal ini diperkuat adanya responden dengan tingkat pengetahuan kurang
mengalami proses penyembuhan luka tidak normal (64%) tetapi ada juga
responden dengan tingkat pengetahuan kurang mengalami proses penyembuhan
normal (36%). Ini bisa disebabkan oleh karena lokasi responden tersebut
berdekatan dengan petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan sehingga
memudahkan mendapat pengobatan. Ada 30% responden dengan tingkat
pengetahuan baik tetapi mengalami penyembuhan luka tidak normal. Hal ini bisa
disebabkan oleh personal hygiene yang kurang, ibu-ibu kurang memperhatikan
daerah perineum dan tidak merawat perineum dengan baik dan benar.

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA


adalah pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri
(kecuali orang kidal diukur lengan kanan), lengan harus dalam keadaan posisi
bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang, alat
pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat
sehingga permukaanya sudah tidak rata (Supariasa dkk, 2012).

8
B. SIMPULAN

Pengetahuan ibu nifas tentang makanan gizi seimbang mayoritas adalah cukup
sebanyak 36 orang (60%), dan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas
mayoritas adalah baik sebanyak 35 orang (58%) dan ada hubungan antara
pengetahuan ibu nifas tentang makanan gizi seimbang dengan penyembuhan luka
perineum di wilayah kerja puskesmas sipayung (Pvalue <0,05) (Pvalue=0,038).

Journal Endurance 2(1) February 2017 (31-36)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MAKANAN GIZI


SEIMBANG DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM

Abdul Khodir Jaelani, Monifa Putri, Nelvi Aldrina Lubis

DIII Kebidanan, Akademi Kebidanan Indragiri, 29312 Rengat Pekanbaru Riau

Email: abdulkhodirapt@gmail.com

Submitted : 26-10-2016, Reviewed: 20-11-2016, Accepted: 23-11-2016


DOI: http://dx.doi.org/10.22216/jen.v2i1.1120

Abstrak

Ibu nifas dengan luka perineum harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang perawatan luka supaya
resiko infeksi masa nifas dapat dihindari. Selain itu status gizi seimbang ibu nifas juga merupakan hal
penting yang harus diperhatikan sejak masa kehamilan. Status gizi seimbang yang baik sangat dibutuhkan
untuk memulihkan kesehatan ibu setelah melahirkan terutama untuk membantu pemulihan luka perineum.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas tentang makanan gizi seimbang
dengan penyembuhan luka perineum di wilayah kerja puskesmas
9
sipayung. Jenis penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan crossectional.
Pengambilan data dilakukan secara prospektif (Oktober-Desember 2015). Populasi dalam penelitian
ini adalah ibu-ibu nifas dengan luka perineum di Puskesmas Sipayung Indragiri Hulu. Pengambilan
sampel dengan menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Analisis data
menggunkan uji univariat dan uji bivariat. Hasil penelitian diperoleh pengetahuan ibu nifas tentang makanan gizi
seimbang mayoritas adalah baik sebanyak 36 orang (60%), penyembuhan luka perineum pada ibu nifas mayoritas adalah
baik sebanyak 35 orang (58%) dan ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu nifas tentang
makanan gizi seimbang dengan penyembuhan luka perineum (Pvalue <0,05) (Pvalue=0,038).

Kata kunci: Pengetahuan, Status gizi, luka perineum

Abstract

Puerperal women with perineal wound should have sufficient knowledge of wound care so that the
risk of infection during childbirth could be avoided. In addition postpartum mothers balanced
nutritional status is also an important thing that must be considered during pregnancy. Well balanced
nutritional status is needed to restore the health of women after childbirth, especially to aid wound
healing of the perineum. The purpose of this study to determine the relationship of postpartum
mothers knowledge about food nutrition balanced with perineal wound healing in the working area
Sipayung health centers. This research is an analytic observational with cross sectional approach.
Data were collected prospectively (October-December 2015). The population in this study were
mothers with postpartum perineal wound in Puskesmas Sipayung Indragiri Hulu. Sampling by using
total sampling with a sample size of 60 people. Analysis of the data using the univariate and bivariate
test. The results were obtained knowledge about postpartum mothers nutritionally balanced food is
good majority of 36 people (60%), perineal wound healing on postpartum mother is a good majority
of 35 people (58%) and there was a significant relationship between postpartum maternal knowledge
about nutritional food balanced with perineal wound healing (Pvalue <0.05) (Pvalue = 0.03).

Keywords: Knowledge, Nutritional status, perineal wound

Kopertis Wilayah X 31

10
Jaelani, dkk – Hubungan Pengetahuan... Journal Endurance 2(1) February
2017
2015). Asuhan masa nifas diperlukan dalam
periode ini
PENDAHULUAN

karena masa kritis baik ibu maupun bayinya,


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah
diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
salah satu target yang telah ditetapkan
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
dalam tujuan Millennium Development
dan 50% kematian pada masa nifas. Menurut
Goal’s (MDG’s) ke-5 yaitu peningkatan
Prawirahardjo (2005), dengan melakukan
kesehatan ibu, dimana target yang akan
pemantauan yang ketat pada ibu dan bayi,
dicapai sampai tahun 2015 adalah
maka dapat mencegah beberapa kematian
mengurangi sampai ¾ resiko jumlah
ibu pada masa nifas. Bila ibu nifas mampu
kematian ibu sebesar 102 per 100.000
melakukan perawatan luka perineum dengan
kelahiran hidup. Sehingga diperlukan kerja
benar selama di rumah, ditunjang dengan
keras untuk mencapai target tersebut.
status gizi yang baik maka proses
Walaupun pelayanan antenatal dan
penyembuhan luka akan berjalan dengan
pertolongan persalinan oleh tenaga
normal sesuai masa penyembuhan luka. dan
kesehatan terlatih cukup tinggi.
resiko terjadinya infeksi masa nifas dapat
dihindari.
Di Indonesia Angka Kematian Ibu
(AKI) tergolong masih tinggi dibandingkan
dengan Negara-negara ASEAN yaitu sebesar Status gizi seimbang ibu nifas sangat
390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka berpengaruh terhadap proses penyembuhan
tersebut 3-6 kali dari AKI Negara-negara luka. Status gizi merupakan keadaan tubuh
ASEAN dan 50 kali AKI Negara-negara sebagai akibat konsumsi makanan dan
maju, dan salah satunya disebabkan karena penggunaan zat – zat gizi. Zat gizi ini
. berfungsi untuk membantu proses
infeksi nifas dengan proporsi 20-30% Di
Propinsi Riau tingkat kematian ibu saat
metabolisme, pemeliharaan dan
melahirkan pada tahun 2014 di Propinsi
Riau tercatat jumlah angka pembentukan jaringan baru. Selain itu, gizi
yang seimbang juga merupakan zat yang
diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
kematian ibu melahirkan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada
adalah158/100.000 kelahiran. Penyebab
masa nifas terutama bila menyusui akan
kematian tersebut yaitu perdarahan,
meningkat 25%, karena berguna untuk
hipertensi dalam kehamilan dan infeksi
proses kesembuhan karena sehabis
masa nifas.
melahirkan dan untuk memproduksi air
susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
Masa nifas merupakan periode mulai
Semua itu akan meningkat tiga kali dari
dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca
kebutuhan biasa (Retna, 2010).
persalinan. Asuhan ibu nifas adalah asuhan ibu
nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-
Berdasarkan uji pendahuluan yang
kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang
dilakukan di wilayah kerja puskesmas
dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai
sipayung, jumlah ibu nifas dengan luka
dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke
parineum ada 60 orang, masih tingginya
empat sampai dengan hari ke-28 pasca
kejadian ibu nifas dengan parineum di
persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan
wilayah kerja puskesmas sipayung ini
hari ke-42 pasca persalinan (Anonim,

11
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
ibu nifas kurang memperoleh pengetahuan

12
Jaelani, dkk – Hubungan Pengetahuan... Journal Endurance 2(1) February
2017

Pendidikan
SD 17 28

SMP 13 22
tentang gizi seimbang dan perawatan
SMA 21 35
perineum, banyak ibu nifas yang
Perguruan Tinggi 9 15
mengabaikan tentang kebersihan perineum,
kebanyakan dari mereka takut untuk Pekerjaan

menyentuh luka jahitan atau membersihkan Tidak Bekerja 18 30


perineum dari atas kebelakang sehingga hal PNS 2 3
tersebut dapat menyebabkan terjadinya
Petani 10 17
infeksi karena kebersihan perineum kurang
Pedagang 6 10
dijaga (Aditya dan Elliana, 2013)
Kariyawan 12 20

Dari latar belakang diatas maka


peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tabel 1 didapatkan
Nifas Tentang Makanan Gizi Seimbang hasil bahwa mayoritas usia ibu nifas dengan
Dengan Penyembuhan Luka Perineum luka perineum di wilayah puskesmas
Diwilayah Kerja Puskesmas Sipayung sipayung adalah <25 tahun yaitu sebanyak
Indragiri Hulu”. 63 %. Menurut Herawati (2010), Faktor

Penelitian ini merupakan penelitian


analitik observasional dengan pendekatan
METODE PENELITIAN
cross sectional. Data pengetahuan ibu nifas
tentang makanan gizi seimbang dengan
penyembuhan luka perineum diperoleh
Gambaran Umum
dengan menggunakan instrumen kuisioner.
Adapun subjek penelitian yang digunakan
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu adalah ibu nifas dengan luka perineum.
nifas tentang makanan gizi seimbang Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Sipayung Indragiri Hulu.
dengan penyembuhan luka Perineum Analisis data dilakukan secara univariat
diwilayah kerja puskesmas Sipayung
untuk mempresentasikan gambaran
Karakteristik Responden distribusi dari semua variabel dan analisis
Tabel 1. Karakteristik Pasien Ibu Nifas Dengan Luka bivariat untuk melihat hubungan antar
variabel.
Parineum di Wilayah Kerja

Pusesmas Sipayng Indragiri Hulu


HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Variabel Frekuensi %

Umur indragiri hulu. Penelitian ini dilakukan


<25 tahun 38 63 pada bulan Oktober- Desember 2015.
>25 tahun 22 37 Populasi dalam penelitian adalah semua
ibu nifas berjumlah 60 orang.

13
tingginya tingkat pendidikan (Tabel 1).
Mayoritas ibu nifas berpendidikan akhir
SMA yaitu 21 responden (35 %). Menurut
usia sangat berpengaruh, dimana Koentjoroningrat (2002), makin tinggi
penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada pendidikan seseorang, makin mudah
menerima informasi, sehingga makin banyak
usia muda dari pada orang tua. Orang yang
pula pengetahuan yang dimiliki dan
sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir
sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan
stres seperti trauma jaringan atau infeksi, menghambat perkembangan sikap seseorang
sehingga penyembuhannya akan memakan terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
waktu lebih lama. Tingkat pendidikan yang tinggi akan
mempermudah seseorang menerima
informasi (Nursalam and Pariani,
Perawatan luka perineum pada ibu
nifas akan lebih baik bila ditunjang dengan

Kopertis Wilayah X

14
Jaelani, dkk – Hubungan Pengetahuan... Journal Endurance 2(1) February
2017
penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba.

2002), sehingga makin banyak pula Hasil identifikasi kesembuhan luka


pengetahuan yang dimiliki khususnya perineum pada ibu nifas dalam penelitian ini
mengenai perawatan luka perineum. dari 60 responden terbagi menjadi 2
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca kategori yaitu responden yang kesembuhan
persalinan sangat menentukan lama lukanya baik sebanyak 35 orang (58%) dan
penyembuhan luka perineum. Apabila selebihnya kesembuhan lukanya tidak baik
pengetahuan ibu kurang, terlebih masalah yaitu 25 orang (42 %) (Tabel 2).
kebersihan maka penyembuhan lukapun
akan berlangsung lama (Herawati, 2010). Berdasarkan penelitian Smeltzer
dkk (2002), fase-fase penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas ada fase inflamasi
Analisis Univariat
Selain itu, pekerjaan juga
mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan
perawatan perineum, dimana ibu yang
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh bekerja akan mudah mendapatkan
informasi bahwa mayoritas ibu nifas informasi dibandingkan dengan ibu yang
memiliki pengetahuan cukup tentang gizi tidak bekerja. Berdasarkan tabel 1
seimbang sebanyak 36 responden (60%). mayoritas ibu nifas tidak bekerja sebanyak
Hal ini dapat memberikan gambaran 30 responden (30%).
bahwa sebagian besar ibu nifas di wilayah
puskesmas sipayung indragiri hulu kurang
mengetahi tentang gizi seimbang.

(1 sampai 4 hari), fase proliferatif (5 sampai


Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas 20 hari), fase maturasi (21 sampai sebulan
Tentang Gizi Seimbang dengan Proses Penyembuhan
Luka Perineum
atau bahkan tahunan). Sedangkan menurut
Aditya dan Elliana, (2013), kecepatan
penyembuhan tergantung pada letak dan
Variabel Frekuensi %
kedalaman insisi. Kebanyakan episiotomi
sembuh sebelum minggu keenam
postpartum. Luka dikatakan sembuh jika
Tingkat Pengetahuan terjadi kontinuitas lapisan kulit dan
Gizi Seimbang
kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak
Baik 17 28 mengganggu untuk melakukan aktivitas
yang normal.
Cukup 36 60
Kurang 7 12 Masih adanya kesembuhan luka
Proses Penyembuhan perineum yang tidak baik yaitu tidak
terbentuk jaringan parut minimal dalam
Luka Perineum waktu 6 hari setelah melahirkan
Sembu 35 58
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain cara perawatan dan aktivitas berat dan
Belum Sembuh 25 42 berlebih. Perawatan yang tidak benar
menyebabkan infeksi dan memperlambat
penyembuhan. Aktivitas berat dan berlebih
juga merupakan faktor yang mengganggu
Pendapat ini sesuai dengan
Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa penyembuhan luka karena dapat
pengetahuan merupakan hasil tahu setelah menghambat perapatan tepi luka
orang mengadakan pengindraan terhadap (Herawati, 2010).
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra

15
Analisis Bivariat (7%), dan yang mempunyai pengetahuan
cukup berjumlah 36 orang (60%) dengan
penyembuhan baik berjumlah 20 orang
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat (33%) dan penyembuhan buruk 16 orang
bahwa dari 60 responden yang mempunyai
pengetahuan gizi seimbang yang baik (27%), dan yang mempunyai pengetahuan
berjumlah 17 orang (28%) dengan kurang berjumlah 7 orang (12%) dengan
penyembuhan luka perineum baik penyembuhan baik berjumlah 5 orang
berjumlah 13 orang (22%) dan (8%) dan dengan penyembuhan buruk
penyembuhan buruk berjumlah 4 orang berjumlah 2 orang (3%).

Kopertis Wilayah X
3

16
Jaelani, dkk – Hubungan Pengetahuan... Journal Endurance 2(1) February
2017

Tabel 3. Hasil Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Makanan Gizi Seimbang

Dengan Penyembuhan Luka Perineum Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sipayung Indragiri Hulu

TINGKAT PENYEMBUHAN LUKA


PENGETAHUAN PERINEUM

TOTAL
GIZI P

BAIK BURUK
Value

N % N % N %
BAIK 13 76% 4 24% 17 100%

CUKUP 20 56% 16 44% 36 100% 0,038

KURANG 2 29% 5 71% 7 100%

JUMLAH 35 58% 25 42% 60 100%

Hal ini diperkuat adanya responden


Dari hasil uji statistik diperoleh dengan tingkat pengetahuan kurang mengalami
nilai P > 0,05 ( P = 0,038), maka Ha proses penyembuhan luka tidak normal (64%)
diterima dan Ho ditolak berarti ada tetapi ada juga responden dengan tingkat
hubungan antara pengetahuan ibu nifas pengetahuan kurang mengalami proses
tentang makanan gizi seimbang dengan penyembuhan normal (36%). Ini bisa disebabkan
penyembuhan luka perineum di wilayah oleh karena lokasi responden tersebut berdekatan
kerja puskesmas sipayung. dengan petugas kesehatan atau fasilitas
kesehatan sehingga memudahkan mendapat
Keadaan ini dapat disebabkan karena pengobatan. Ada 30% responden dengan tingkat
pengetahuan ibu merupakan faktor tidak
pengetahuan baik tetapi
langsung yang mempengaruhi status gizi oleh
karena itu meskipun ibu memiliki pengetahuan mengalami penyembuhan luka tidak normal.
cukup mengenai gizi ibu nifas tetapi jika ibu Hal ini bisa disebabkan oleh personal hygiene
mengkonsumsi makanan yang bergizi yang kurang, ibu-ibu kurang memperhatikan
daerah perineum dan tidak merawat perineum
seimbang maka ibu nifas akan memiliki dengan baik dan benar.
penyembuhan luka perineum yang baik. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Aditya dan Elliana, (2013),
menunjukkan bahwa adanya hubungan
pengetahuan ibu nifas tentang gizi dengan
proses penyembuhan luka perineum.

17
UCAPAN TERIMAKASIH Puskesmas Sipayung Indragiri Hulu yang
sudah memfasilitasi penelitian ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan jurnal ini.
Allhamdulillahirobbil’alamin, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan jurnal yang
SIMPULAN
berjudul Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Makanan Gizi Seimbang Dengan Pengetahuan ibu nifas tentang makanan
Penyembuhan Luka Perineum. Penulis gizi seimbang mayoritas adalah cukup
menyadari jurnal ini tidak akan selesai tanpa sebanyak 36 orang (60%), dan penyembuhan
luka perineum pada ibu nifas mayoritas
bantuan berbagai pihak. Penulis adalah baik sebanyak 35 orang (58%) dan
mengucapkan terimakasih kepada Direktur ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas
Akademi Kebidanan Indragiri Rengat dan tentang makanan gizi

Kopertis Wilayah X 35

18
Jaelani, dkk – Hubungan Pengetahuan... Journal Endurance 2(1) February
2017

seimbang dengan penyembuhan luka

perineum di wilayah kerja puskesmas

sipayung (Pvalue <0,05) (Pvalue=0,038).


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, R.N., Elliana, D., 2013.


Hubungan
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Gizi Dengan Proses Penyembuhan
Luka Perineum Di Bpm Ny. Nur
Aeni Farida Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang.
Akademi Kebidanan Abdi Husada

Semarang. Vol 3.
Anonim, 2015. Kementrian Profik
Kesehatan Indonesia 2014.
Kementrian RI
Herawati, P., 2010. Hubungan Perawatan
Perineum Dengan Kesembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Nifas Hari
Keenam Di Bidan Praktik Swasta
(BPS) Ny. Sri Suhersi Mojokerto
Kedawung Sragen. Program Studi
DIV Kebidanan Fak. Kedokteran.
Universitas. Sebelas. Maret
Surakarta.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta
Jkt.

Nursalam, Pariani, S., 2002. Pendekatan


Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Salemba Medika
Jakarta.
19
Prawirahardjo, S., 2005. Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Jakartat.
Retna, A.E., 2010. Asuhan Kebidanan

Nifas. Nusa Medika.


Smeltzer, Suzanne C., Bare, B.G., 2002.
Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner Dan Suddarth. EGC
Jakartat. Vol 12.

20
Kopertis Wilayah X

Anda mungkin juga menyukai