TINJAUAN PUSTAKA
b. Faktor hormonal
Perkembangan genitalia pada laki laki merupakan proses
yang kompleks dan melibatkan berbagai gen serta interaksi
hormon yang ada pada ibu hamil. Proses pembentukan saluran
uretra ini terjadi pada minggu ke-6 trimester pertama dan
bersifat androgendependent, sehingga ketidak normalan
metabolisme 8 androgen seperti defisiensi reseptor androgen di
penis, kegagalan konversi dari testosteron ke dihidrotestoteron,
serta penurunan ikatan antara dihidrostestoteron dengan reseptor
androgen mungkin dapat menyebabkan terjadinya hipospadia
(Noegroho et al., 2018).
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dicurigai sebagai salah satu faktor
penyebab hipospadia seperti terdapat paparan estrogen atau
progestin pada ibu hamil di awal kehamilan, paparan estrogen
tersebut biasanya terdapat pada pestisida yang menempel pada
buah, sayuran, tanaman, dan obat obatan yang dikonsumsi oleh
ibu hamil. Pada ibu hamil yang mengkonsumsi obat-obatan anti
epilepsi seperti asam valporat juga diduga meningkatkan resiko
hipospadia tetapi untuk pil kontrasepsi yang mengandung
hormon estrogen dan progestin diketahui tidak menyebabkan
hipospadia (Krisna & Maulana, 2017).
d. Lain-lain
Pada anak laki-laki yang lahir dengan program Intra-
cystolasmic sperm Injection (ICSI) atau In Vitro Fertilization
(IVF) memiliki insiden yang tinggi pada hipospadia (Krisna &
Maulana, 2017). Selain itu faktor ibu yang hamil dengan usia
terlalu muda atau terlalu tua juga sangat berpengaruh, diketahui
bayi yang lahir dari ibu yang berusia >35 tahun beresiko
mengalami hipospadia berat. Kelahiran prematur serta berat bayi
lahir rendah, bayi kembar juga sering dikaitkan dengan kejadian
hipospadia (Widjajana, 2017).
3. Patofisiologi
4. Klasifikasi
c. Tipe Posterior
Pada tipe posterior, biasanya akan mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan penis, seringkali disertai dengan skrotum bifida,
meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun. Yang
termasuk hipospadia posterior dianataranya yaitu hipospadia tipe 10
perenial, lubang kencing berada di antara anus dan skrotum, dan
hipospadia tipe scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan
skrotum.
Gambar 2.2 Klasifikasi Hipopasdia berdasarkan letak lubang
saluran kemih
5. Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
Komplikasi pasca operasi yang sering terjadi dibedakan dalam
jangka waktu pendek (edema, perdarahan, nekrosis glans penis, dehisiensi
luka operasi) dan jangka waktu panjang (fistel uretrokutan, stenosis muara
uretra, striktur uretra, torsio penis). Fistel uretrokutan merupakan
komplikasi yang cukup sering terjadi. Secara umum fistel terjadi kurang
dari 10%, namun resiko fistel pada hipospadia yang berat kurang lebih
40%. nekrosis glans penis biasanya terjadi karena tidak adekuatnya suplai
darah pada daerah distal uretra, hal ini lebih mudah dicegah daripada
diperbaiki. Bila vaskularisasi kurang baik, teknik operasi pada waktu
menutup lapisan flap harus bagus, sehingga dapat menjamin kekurangan
vaskularisasi tadi.
Untuk menghindari timbulnya komplikasi maka teknik
pembedahan harus baik dan hati-hati, pemilihan benang yang tepat dan
penutupan jahitan yang baik dengan lapisan kulit. Antibiotika pasca
operasi diberikan sampai stent atau kateter dilepas.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Rongten
2. USG sistem kemih kelamin
3. BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai
dengan kelainan kongenital ginjal
4. Kultur urine (anak – hipospadia).
8. Penatalaksanaan
Penanganan hipospadia dilakukan dalam 2 tahapan :
1. Operasi reseksi chorda (chordectomy atau release chorda )
a. Bertujuan aar penis tidak melengung ketika ereksi.
b. Tahap pertama dilakukan pada usia 2 tahun ( dapat ditunda ),
dengan syarat dilakukan tes endokrinologi anak (kadar hormon
testoteron ) terlebih dahulu karena pada hipospadia biasanya
disertai undescensus testis.
c. Jika kadar hormon rendah sebaiknyya segera di operasi, bila
normal maka operasi dapat di tunda 6 bulan lagi.
2. Uretroplasty
a. Dilakukan 6 bulan setelah chordectomy, untuk menempatkan
OUE pada tempatnya.
b. Sebelum usia 4 tahun seluruh tahapan operasii harus selesai,
karena bila tidak dapat enyebabkan gangguan psikis anak.
9. Pathway
Gambar 2.3 Web Of Caussation Hipospadia
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Tetralogy Of Fallot (TOF)
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai
layanan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
humanistik, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pasien.
Proses keperawatan adalah suatu mode yang sistematis dan
terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, hal ini difokuskan pada
reaksi dan respon individu terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik
aktual maupun potensial sehingga kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga diketahui
permasalahan yang dialami oleh klien.
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal
lahir, berat badan lahir serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak,
anak ke berapa, jumlah saudara dan identitas orangtua.
Nama : sesuai nama klien
Umur : sering terjadi pada bayi
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : mulai dari pendidikan rendah hingga tinggi
Pekerjaan : berpotensi pada semua jenis pekerjaan
Diagnosa medis : Hipospadia.
2) Keluhan Utama
Biasanya orang tua klien mengeluh dengan kondisi anaknya
karena penis yang tidak sesuai dengan anatomis penis biasa karena
melengkung kebawah dan terdapat lubang kencing yang tidak pada
tempatnya.
3) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada klien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang
kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan belum diketahui
dengan pasti penyebabnya.
(2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat ketidakseimbangan hormon dan faktor
lingkungan yang mempengaruhi kehamilan ibu, seperti 13 terpapar
dengan zat atau polutan yang bersifat tertogenik yang
menyebabkan terjadinya mutasi gen yang dapat menyebabkan
pembentukan penis yang tidak sempurna.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat keturunan atau genetik dari orang tua atau
saudara kandung dari klien yang pernah mengalami hipospadia.
5) Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Pada pemeriksaan darah akan diketahui apakah terjadi tanda infeksi
atau tidak
2) USG
USG Ginjal disarankan untuk mengetahui adanya kelainan lainnya
pada saluran kemih.
2. Diagnosa Keperawatan Teoritis
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu
klien, keluarga, dan komunitas terhadap maslaah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (PPNI, 2016) . Diagnosa keperawatan yang munkin muncul pada
kline Anak dengan Tetralogy Of Fallot adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu
tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, diaforesis
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu kerusakan
jaringat atau lapisan kulit, perdarahan, kemerahan, hematoma, dan
nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dengan tanda dan
gejala yang mungkin muncul yaitu merasa bingung, merasa
khawatir dengan akibat, sulit berkonsenstrasi, tampak gelisah,
tampak tegang, sulit tidur
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dengan
tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu menolak melakukan
perawatan diri, tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri, minat melakukan
perawatan diri kurang
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu mengeluh
sulit tidur, engeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur,
mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
6. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan Teoritis
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Teoritis.(SIKI, 2016) (SLKI,
2016) (SDKI, 2016).
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Edukasi:
- Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur
berhubungan dengan keperawatan, selama 1x24 jam Observasi :
hambatan diharapkan pola tidur - Identifikasi pola aktivitas dan
lingkungan (D.0055) tidur
membaik ,dengan kriteria hasil:
- Identifikasi faktor pengganggu
1. Keluhan sulit tidur tidur
membaik
2. Keluhan pola tidur Terapeutik :
membaik - Modifikasi lingkungan (misal:
3. Istirahat cukup - pencahayaan, kebisingan, suhu,
meningkat matras dan tempat tidur)
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan dokter terkait
pemberian antibiotic
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan kepercayaan
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan Edukasi
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perl
- Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan 10. Latih
teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
kepada klien dan keluarga
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar kepada klien dan
keluarga
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
A. Kesimpulan
Kelainan kongenital adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh
adanya kegagalan dalam proses pembentukan organ saat fase
organogenesis di trimester pertama. Hipospadia merupaka salah satu
kelainan bawaan sejak lahir pada alat genetalia laki-laki.
Kata Hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu Hypo, yang berarti
dibawah, dan Spadon, yang berarti lubang (Vikaningrum, 2020).
Hipospadia dapat didefinisikan sebagai adanya muara uretra yang terletak
di ventral atau proksimal dari lokasi yang seharusnya.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Anak dengan
Hipospadia adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu
tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, diaforesis
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu kerusakan
jaringat atau lapisan kulit, perdarahan, kemerahan, hematoma, dan
nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dengan tanda dan
gejala yang mungkin muncul yaitu merasa bingung, merasa
khawatir dengan akibat, sulit berkonsenstrasi, tampak gelisah,
tampak tegang, sulit tidur
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dengan
tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu menolak melakukan
perawatan diri, tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri, minat melakukan
perawatan diri kurang
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu mengeluh
sulit tidur, engeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur,
mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
6. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
B. Saran
Asuhan keperawatan teoritis ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan, keterampilan dan wawasan penulis sendiri dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan hipospadia . Diharapkan penulis dapat
melakukan pengkajian sampai dengan intervensi keperawatan secara teoritis
agar asuhan keperawatan dapat tercapai tepat sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada klien.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan bahwa:
1. Diharapkan kepada perawat dalam mengumpulkan data agar
menggunakan berbagai sumber informasi dengan menggunakan
teknik-teknik wawancara, observasi, pengkajian fisik dan
dokumentasi agar data yang terkumpul akurat dan komprehensif.
2. Untuk meningkatkan mutu keperawatan maka diperlukan
pendokumentasian proses keperawatan sebagai salah satu bukti
pertanggung jawaban terhadap usaha yang telah diberikan maka
sebaiknya rumah sakit menyiapkan format untuk
pendokumentasian
3. Dalam menetapkan diagnose keperawatan diharapkan perawat
agar memperhatikan respon klien yang berbeda-beda terhadap
masalah kesehatan melalui pengkajian biopsikososial spiritual dan
cultural yang komprehensif.