B. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus : 2
1. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada
tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis,
kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu
tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau
meatotomi.
2. Tipe penil/ Tipe Middle
Terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal. Pada
tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya
disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium
bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau
glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan
intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian
ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak
dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk
tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,
umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan
skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun.
Pembagian tipe hipospadia yang lain :
1) Digland disebut hipospadia glander
2) Di daerah korona disebut hipospadia penilis
3) Di daerah scromm disebut hipoepadia scrolalis
4) Di daeah perineal disebtu hipospadia penenalis
C. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011;240) faktor yang menyebabkan hipospadia
sampai saat ini masih belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan hipospadia adalah faktor genetik, endokrin dan lingkungan.
1. Faktor genetik
Sebuah kecenderungan genetik telah disarankan oleh peningkatan 8 kali
lipat dalam kejadian hipospadia antara kembar monozigot dibandingkan
dengan tunggal.
2. Faktor endokrin
Penurunan androgen atau ketidakmampuan untuk menggunakan
androgen dapat mengakibatkan hipospadia. Dalam sebuah laporan tahun
1997 oleh Aeronson dkk, 66% dari anak laki-laki dengan hipospadia
ringan dan 40% dengan hipospadia berat ditemukan memiliki cacat
dalam biosentesis testosteron testis. Mutasi alfa reductase enzim-5, yang
mengubah testosteron (T) menjadi dihidrotestosteron (DHT), secara
signifikan telah dihubungkan dengan kondisi hipospadia.
3. Faktor lingkungan
Gangguan endokrin oleh agen lingkungan adalah mendapatkan
popularitas sebagai etiologi mungkin untuk hipospadia dan sebagai
penjelasan atas kejadian yang semakin meningkat.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Suriardi (2006;142) Manisfestasi klinis dari hipospadia adalah
1. Terbuka uretral pada saat lahir, posisi ventral atau dorsal.
2. Adanya chordee (penis melengkung ke bawah ) dengan atau tanpa ereksi.
3. Adanya lekukan pada ujung penis.
4. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagian bawah penis yan6g menyerupai meatus uretra eksternus.
5. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
6. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan
sekitar.
7. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.Tunika dartos, fasia Buch dan
korpus spongiosum tidak ada.
8. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans
penis.
9. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
10. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
11. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,
menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok
pada saat BAK.
12. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri
dengan mengangkat penis keatas.
13. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
14. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
F. Komplikasi
Menurut Suriardi (2006;142) Komplikasi dari hipospadia adalah
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin
dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu )
2. Infertility
3. Resiko hernia inguinalis
4. Gangguan psikologis dan psikososial
5. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat
dewasa.
G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menunjang diagnosa hipospadia tidak diperlukan pemeriksaan
penunjang. Tetapi karena penanganan pada hipospadia adalah operasi, maka
diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Rotgen thorax
2. Laborat darah rutin dan kimia (lengkap)
3. USG abdomen
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Muttaqin (2011;243), tujuan utama dari penatalaksanaan bedah
hipospadia adalah merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus
uretra di tempat yang normal atau dekat normal sehingga arah aliran urine ke
depan melakukan koitus dengan normal. Operasi harus dilakukan sejak dini
dan sebelum operasi dilakukan, bayi atau anak tidak boleh disirkumsisi
karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti. Dikenal
banyak tehnik operai hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap
yaitu :
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi
chordee dari muara uretra sampai ke glands penis. Setelah eksisi chordee
maka penis akan menjadi lurus tetapi meatus uretra masih terletak
abnormal. Untuk melihat keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi buatan
intraoperatif dengan menyuntikkan NaCL 0,9% kedalan korpus
kavernosum.
2. Operasi uretroplasty. Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi
pertama. Uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang di insisi secara
longitudinal pararel di kedua sisi.
Tujuan pembedahan :
a) Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta
b) Perbaikan untuk kosmetik pada penis.
A. Identitas
1. Pasien
Nama pasien : An. I
Jenis Kelamin : laki - laki
Tempat/tgl lahir : Makassar 16 Agustus 2010
Umur : 11 tahun
Suku : Bugis
Alamat : Jln. Kacong daeng lalang lorong 7
Tanggal masuk RS : 20 november 2020
No RM : 507610
Diagnosa medis : Hipospadia dengan Strictuma Uretra Post
Uretroskopi, Uretrotomi Interna H+0
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Jln. Kacong daeng lalang lorong 7
Hubungan : Ibu Kandung
B. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
32 35
11
Keterangan :
: pasien
: perempuan
: laki-laki
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah
GI : Kedua orang tua klien sudah meninggal, dan ibu klien mengatakan tidak
ada riwayat penyakit yang sama
GII : Klien anak pertama dari dua bersaudara, dan saudara klien tidak ada
riwayat penyakit yang serius
GIII : Klien sedang berada di bangku pendidikan SD
E. RIWAYAT PSIKO – PSIKO-SOSIO- SPIRITUAL
1. Pola koping : Keluarga klien menerima dengan ikhlas penyakit yang
dialami klien
2. Harapan klien terhadap penyakitnya : Klien berharap penyakitnya cepat
sembuh
3. Konsep diri : Klien tidak malu atau minder dengan penyakit yang
dialaminya
4. Pengetahuan klien tentang penyakitnya : keluarga klien sudah memahami
tentang proses penyakit anaknya dan perawatan luka pada post operasi
anaknya karena sudah berpengalaman sebelumnya.
5. Adaptasi : Ibu klien mengatakan klien kurang berkomunikasi dengan yang
lain
6. Hubugan klien dengan anggota keluarga : klien mengatakan hubungan
keluarganya baik, terlihat sewaktu klien di RS
7. Hubungan dengan masyarakat : klien mengatakan hubungan baik dengan
masyarakat
8. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara : klien cukup berkomunikasi
9. Aktivitas social : klien sering berman bersama teman-temannya
10. Bahasa yang digunakan : klien mengatakan ia berbicara menggunakan
bahasa Indonesia
11. Keadaan lingkungan : klien mengatakan lingkungan tempat tinggalnya
bersih dan nyaman
12. Kegiatan keagamaan /pola ibadah : klien mengatakan sering dan rajin
melaksanakan ibadah
13. Keyakinan tentang kesehatan : klien mengatan ia yakin akan sembuh
F. KEBIASAAN DASAR /POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Makan
Sebelum sakit: Ibu klien mengatakan klien makan 3-4 kali sehari, tiap
kali makan sebanyak 1 porsi nasi dengan lauk, pasien menyukai segala
jenis makanan.
Selama sakit :
Post op : Ibu pasien menyatakan pasien belum makan karena pasien
belum kentut.
2. Minum
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan klien minum air putih ±1500 ml
sehari,
Selama sakit :
Post op : ibu klien mengatakan klien belum minum karena pasien belum
kentut
3. Tidur
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien tidur dari jam 20.00 - 05.30
WIB, pasien tidur nyenyak dan tidak sering terbangun. Pasien jarang
tidur siang karena biasanya bermain bersama teman sebaya.
Selama sakit
Post op : Ibu klien mengatakan tidak ada perubahan yang berarti antara
sebelum sakit dan selama sakit. Pasien tidur dari jam 20.00 - 06.00 WIB.
Pasien tidur nyenyak dan tidak sering terbangun. Pasien tidur siang jam
13.00 WIB-14.00 WIB
4. Eliminasi fekal / BAB dan BAK
Sebelum sakit : Ibu klien menyatakan pasien b.a.b 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak dan berwarna kuning. B.a.k sebanyak 6-7 kali , warna
kuning jernih, berbau khas urin.
Selama sakit :
Post op : Ibu klien menyatakan pasien belum b.a.b. pasien b.a.k melalui
selang kateter (DC) yang terpasang.
5. Aktifitas dan latihan
Sebelum sakit : Klien bermain sepak bola dengan teman-temannya
Selama sakit : Klien hanya terbaring di tempat tidur
6. Personal Hygine
Sebelum sakit
Kemampuan yang 0 1 2 3 4
dinilai
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas
ROM
Keterangan :
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Selama sakit
b. Post Op
Kemampuan yang 0 1 2 3 4
dinilai
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat
tidur
ROM
Keterangan :
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Ibu pasien menyatakan pasien mandi sebelum dilakukan tindakan operasi
pada pagi hari.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan umum
Post op
Tingkat kesadaran : Composmentis
2. Tanda vital
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,60C
Respirasi : 24 x/menit
TD : 120/90mmHg
3. Head toeto
a. Kulit
Kulit pasien berwarna kuning langsat. Tidak ada ikterik, warna kulit
bagian kaki dan tangan sama dengan sekitarnya. Capilarry refill <2
detik, kulit pasien teraba hangat normal
b. Kepala
Bentuk kepala pasien normocephal. Rambut pasien berwarna hitam,
lebat dan rapi. Tidak ada ketombe. Wajah pasien simetris.
c. Mata
Mata pasien tidak tampak sembab, conjungtiva tidak anemis, refleks
terhadap cahaya baik, tidak terdapat udem palpebral, tidak ada ikterik.
d. Telinga
Bentuk normal, daun dan lubang telinga pasien bersih, tidak keluar
cairan, fungsi pendengaran pasien baik.
e. Hidung
Pernapasan cuping hidung tidak ada, posisi septum simetris, tidak ada
sekret yang keluar dari hidung.
f. Mulut
Mulut utuh, tidak ada bentuk bibir sumbing, palatum utuh. Tidak ada
sariawan, membran mukosa bibir lembab..
g. Leher
Bentuk leher pasien simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan tambahan. JVP tidak meningkat. Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
h. Dada (Paru dan Jantung)
- Inspeksi
Dada simetris, tidak ada retraksi, diameter
anteroposterior:lateral 1:1. Saat bernapas pergerakan sama dan
tidak ada bagian yang tertinggal pergerakannya. Tidak ada lesi,
ikterik, keloid, warna kulit merata. Iktus kordis tidak terlihat.
- Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan. Iktus kordis teraba normal
- Perkusi
Suara sonor pada paru kanan dan kiri. Suara IC 4-5 sinistra
redup
- Auskultasi
Seluruh lapang dada terdengar suara vesikuler. Tidak ada
murmur dan gallop.
i. Abdomen
- Inspeksi
Bentuk simetris, terdapat luka bekas operasi di abdomen
kuadran kanan bawah.
- Auskultasi
Tidak terdengar suara bising usus
- Perkusi
Terdengar suara timpani di semua kuadran abdomen.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa abnormal, tidak ada
hepatomegaly dan splenomegaly.
j. Genetalia
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan genetalianya. Terpasang Dower
Catheter. Terdapat luka bedah pada penis dan terbalut kassa steril.
Luka tampak bersih, tidak ada rembesan darah, dan tidak ada tanda-
tanda inflamasi. klien menyatakan nyeri pada penis karena bekas
operasi. Pasien tampak menhan nyeri.
k. Eksremitas
- Ekstremitas atas : anggota gerak lengkap tidak ada kelainan.
Capillary refill <2 detik. Kulit bewarna putih. Akral teraba
hangat (+/+). Terpasang infus pada tangan kiri.
- Ekstremitas bawah : anggota gerak lengkap tidak ada kelainan.
Capillary refill <2 detik. Kulit bewarna putih. Akral teraba
hangat (+/+)
Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan darah
Penatalaksanaan medis
1. Pemberian infus
2. Pemeriksaan TTV
3. Pemasangan dower chateter
ANALISA DATA
Post Operasi
No Data Masalah Penyebab
1. DS : Nyeri akut Agen cidera fisik (proses
- Pasien mengatakan pembedahan)
nyeri pada penis karena
bekas operasi.
DO:
- Terdapat luka bedah
pada penis dan terbalut
kassa steril.
- Luka tampak bersih,
tidak ada rembesan
darah, dan tidak ada
tanda-tanda inflamasi.
- Pasien tampak menahan
nyeri
- Nadi: 100 x/ menit
2. DS: Risiko Infeksi Luka post pembedahan
Pasien menyatakan nyeri pada
penis karena bekas operasi
DO:
- Terdapat luka bedah
pada penis dan terbalut
kassa steril.
- Luka tampak bersih,
tidak ada rembesan
darah, dan tidak ada
tanda-tanda inflamasi.
- Pasien tampak menahan
nyeri
- Suhu: 36,60C
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (proses pembedahan)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan luka post pembedahan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN