Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS UJIAN GINEKOLOGI

MIOMA UTERI

Disusun oleh:
Rike Rizqilah
119810045

Penguji:
dr. Nunung Nurbaniwati, Sp.OG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
2021
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
BAB I LAPORAN KASUS............................................................................... 3
1. Identitas Pasien................................................................................... 3
2. Anamnesis.......................................................................................... 3
3. Pemeriksaan Fisik............................................................................... 6
4. Pemeriksaan Penunjang...................................................................... 8
5. Resume............................................................................................... 8
6. Diagnosis............................................................................................ 10
7. Penatalaksanaan.................................................................................. 10
8. Prognosis............................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 30
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan laporan
kasus ujian ginekologi ini dengan judul “Mioma Uteri“. Laporan kasus ujian
ginekologi ini diajukan untuk memenuhi ujian dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled
Kabupaten Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ujian ginekologi ini penulis banyak
menemukan kesulitan. Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya laporan kasus ujian ginekologi ini dapat diselesaikan. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nunung Nurbaniwati,
Sp.OG(K), selaku penguji. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
laporan kasus ujian ginekologi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus
ujian ginekologi ini. Akhir kata semoga laporan kasus ujian ginekologi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan
umumnya.

Cirebon, April 2021

Penulis
3

BAB I
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Desa Picungpugur Dusun Manis RT 09/02
Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon

Tanggal Masuk : 8 April 2021


Jam Masuk : 11.00 WIB

Nama Suami : Tn. J


Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Desa Picungpugur Dusun Manis RT 09/02
Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon
2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Nyeri perut bagian bawah dan keluar darah (flek) dari jalan lahir.
b. Riwayat penyakit sekarang
Seorang perempuan berusia 43 tahun dengan P5A0 datang ke poli
Kebidanan & Kandungan RSUD Waled pada tanggal 8 Februari 2021
4

pukul 12.00 WIB dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak
November 2020 dan keluar darah (flek) dari jalan lahir bersamaan dengan
nyeri perut. Nyeri perut dirasakan seperti diremas dan terbakar di perut
bagian bawah menjalar sampai ke atas. Nyeri perut dirasakan hilang
timbul sejak satu bulan yang lalu. Nyeri dirasakan semakin hebat saat
pasien melakukan aktivitas yang cukup lama seperti melakukan pekerjaan
rumah tangga dan ketika pasien tidak minum obat antinyeri serta nyeri
menghilang pada saat minum obat anti nyeri. Darah (flek) muncul
bersamaan dengan rasa nyeri perut. Darah berwarna merah segar,
gumpalan (-), lendir (-), keputihan (-), dan gatal (-). Pasien mengaku
mengetahui darah keluar pada saat BAK. Pasien sempat di rawat di RSUD
Waled karena lemas, saat itu pasien sedang haid hari ke empat tetapi darah
yang keluar banyak sehari pasien ganti 4-5 pembalut dan saat pulang
pasien di lakukan USG terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan USG
didapatkan massa pada mioma uteri menunjukkan bahwa pasien
terdiagnosis mioma uteri. Pasien saat ini mengaku hanya mengonsumsi
obat antinyeri dari mantri (asam mefenamat dan parasetamol). Keluhan
BAK dan BAB (-), penurunan nafsu makan (-), dan penurunan berat badan
(-).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan yang sama : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Pasien memiliki riwayat hipertensi
sudah 5 tahun
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
- Riwayat alergi obat/ makanan : Disangkal
- Riwayat asma : Disangkal
- Riwayat trauma : Disangkal
- Riwayat kanker/ tumor : Disangkal
5

d. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluhan yang sama : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
- Riwayat asma : Disangkal
- Riwayat kanker/ tumor : Disangkal
e. Riwayat Operasi
Pasien tidak mempunyai riwayat operasi.
f. Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien sering mengkonsumsi makanan yang berlemak, pedas, dan gurih.
Makanan yang dibakar jarang. Pasien mengaku jarang mengonsumsi buah
dan sayur. Minum air putih jarang, tidak sampai 8 gelas/ hari. Olahraga
jarang dilakukan hanya aktivitas sehari-hari. Riwayat merokok dan minum
alkohol disangkal oleh pasien. Pasien juga mengaku jarang mengganti
celana dalam 2x/ hari.
g. Riwayat menstruasi
- Menarche : 12 tahun
- Siklus haid : Teratur
- Panjang siklus : 28 hari
- Lama Haid : 5 hari
- Disminorhea : Ada
- Banyak : 2-3 pembalut
- Menopause :-
h. Riwayat obstetri
- Riwayat paritas : 5x
Anak Ke Jenis Kelamin Usia Persalinan BBL

1 Perempuan 22 tahun Normal di Bidan -

2 Perempuan 21 tahun Normal di Bidan -

3 Perempuan 18 tahun Normal di Bidan -


6

4 Laki-Laki 14 tahun Normal di Bidan -

5 Perempuan 5 tahun Di RS UMC 2000 gr

- Riwayat Abortus : disangkal


- Riwayat Infeksi Nifas : disangkal
- Riwayat Penyulit Kehamilan : disangkal
i. Riwayat pernikahan
Pernikahan ke dua. Lama menikah 5 tahun.
j. Riwayat kontrasepsi
Pasien menggunakan IUD selama 3 tahun.
k. Riwayat ginekologi
Riwayat penyakit kanker, kista ovarium, mioma uteri, dan perdarahan
pervaginam di luar menstruasi disangkal pasien.

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Composmetis
c. Vital sign :
i. Tekanan darah : 140/90 mmHg
ii. Nadi : 85x/menit
iii. Respirasi : 20x/menit
iv. Suhu : 36,4° C
d. Berat badan : 67 kg
e. Tinggi badan : 150 cm
f. Status generalis :
i. Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam, dan tidak mudah
rontok.
ii. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
iii. Hidung : Deviasi (-), sekret (-), darah (-).
iv. Telinga : Darah (-), sekret (-).
v. Mulut : Sianosis bibir (-), gusi berdarah (-), karies gigi (-).
vi. Leher : Pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-).
7

vii. Thoraks :
- Inspeksi : Simetris, retraksi ICS (-), otot bantu pernapasan (-),
ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus taktil (+)
- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, batas kanan jantung di ICS
II linea parasternalis dextra, batas pinggang jantung di
ICS III linea parasternalis sinistra, apeks jantung di
ICS V linea 2 cm medial midclavicula
- Auskultasi :
Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
viii. Abdomen :
- Inspeksi : Datar, jejas (-), jejas (-), tanda peradangan (-)
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Teraba benjolan di region pubis (+), konsistensi lunak,
mobile, ukuran 7x7 cm, nyeri tekan (+)
- Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
ix. Ekstremitas : Refleks patella (+/+), edema tungkai (-/-), CRT<2 detik
xi. Status Ginekologi:
- Inspeksi : Tampak perut datar, terlihat adanya benjolan di region
pubis, tanda peradangan (-), bekas operasi (-).
- Auskultasi : Bising usus (+).
- Palpasi : Teraba benjolan di region pubis (+), konsistensi padat,
mobile, ukuran 6x6 cm, nyeri tekan (+).
- Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen.
- Pemeriksaan dalam : V/V tidak ada kelainan, tidak nampak
perdarahan aktif, perdarahan hanya
menempel di pembalut

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8

Interpretasi: - Massa ukuran 6,15x6,7cm.


- Mioma uteri

5. RESUME
6. Seorang perempuan berusia 43 tahun dengan P5A0 datang ke poli
Kebidanan & Kandungan RSUD Waled pada tanggal 8 Februari 2021
pukul 12.00 WIB dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak
November 2020 dan keluar darah (flek) dari jalan lahir bersamaan dengan
nyeri perut. Nyeri perut dirasakan seperti diremas dan terbakar di perut
bagian bawah menjalar sampai ke atas. Nyeri perut dirasakan hilang
timbul sejak satu bulan yang lalu. Nyeri dirasakan semakin hebat saat
pasien melakukan aktivitas yang cukup lama seperti melakukan pekerjaan
rumah tangga dan ketika pasien tidak minum obat antinyeri serta nyeri
menghilang pada saat minum obat anti nyeri. Darah (flek) muncul
bersamaan dengan rasa nyeri perut. Darah berwarna merah segar,
gumpalan (-), lendir (-), keputihan (-), dan gatal (-). Pasien mengaku
mengetahui darah keluar pada saat BAK. Pasien sempat di rawat di RSUD
Waled karena lemas, saat itu pasien sedang haid hari ke empat tetapi darah
yang keluar banyak sehari pasien ganti 4-5 pembalut dan saat pulang
pasien di lakukan USG terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan USG
didapatkan massa pada mioma uteri menunjukkan bahwa pasien
terdiagnosis mioma uteri. Pasien saat ini mengaku hanya mengonsumsi
9

obat antinyeri dari mantri (asam mefenamat dan parasetamol). Keluhan


BAK dan BAB (-), penurunan nafsu makan (-), dan penurunan berat badan
(-).
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, Riwayat
DM, penyakit jantung, penyakit ginjal, alergi obat/ makanan, asma, trauma,
kanker/ tumor disangkal maupun riwayat dari keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat operasi disangkal oleh pasien. Pasien sering mengkonsumsi makanan
yang berlemak, pedas, dan gurih. Makanan yang dibakar jarang. Pasien
mengaku jarang mengonsumsi buah dan sayur. Minum air putih jarang, tidak
sampai 8 gelas/ hari. Olahraga jarang dilakukan hanya aktivitas sehari-hari.
Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal oleh pasien. Pasien juga
mengaku jarang mengganti celana dalam 2x/ hari.
Pasien mengaku bahwa pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun
dengan siklus yang teratur selama 5 hari disertai nyeri pada saat menstruasi
(dismenorea) dan mengganti pembalut 2-3 kali dalam sehari. Pasien belum
menopause.
Pasien mengaku bahwa ini merupakan pernikahan yang kedua dengan.
Pasien mengaku sebelumnya tidak memakai kontrasepsi KB (-). Pernikahan
yang pertama pasien di karunia 4 anak pada pernikahan yang ke 2 pasien
dikaruniai 1 anak. Anak pertama perempuan usia 22 tahun lahir di bian
dengan persalinan spontan dan berat badan lahir tidak diketahui. Anak kedua
perempuan usia 21 tahun lahir di bian dengan persalinan spontan dan berat
badan lahir tidak diketahui. Anak ketiga perempuan usia 18 tahun lahir di
bidan dengan persalinan spontan dan berat badan lahir tidak diketahui. Anak
keempat usia 14 tahun lahir di bidan dengan persalinan spontan dan berat
badan lahir tidak diketahui. Anak kelima usia 5 tahun lahir di RS UMC
dengan persalinan spontan dan berat badan lahir 2300 gr. Anak ke lima lahir
dengan penyulit hipertensi. Riwayat abortus, infeksi nifas, disangkal oleh
pasien. Riwayat penyakit kanker, kista ovarium, mioma uteri, dan perdarahan
pervaginam di luar menstruasi disangkal pasien.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak sakit sedang
dengan kesadaran composmentis, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 85
10

x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,4°C, berat badan 67 kg, dan tinggi
badan 150 cm. Status generalis pasien dalam batas normal. Pada status
ginekologi, pada pemeriksaan inspeksi tampak perut datar, terlihat adanya
benjolan di region pubis, tanda peradangan (-), bekas operasi (-). Pemeriksaan
auskultasi bising usus (+). Pemeriksaan palpasi teraba benjolan di region
pubis (+), konsistensi padat, mobile, ukuran 6x6 cm, nyeri tekan (+).
Pemeriksaan perkusi timpani pada seluruh lapang abdomen. Pemeriksaan
dalam: V/V tidak ada kelainan, tidak nampak perdarahan aktif, perdarahan
hanya menempel di pembalut.

7. DIAGNOSIS
P5A0 dengan Mioma uteri

8. PENATALAKSANAAN
a) Umum
 Anti nyeri (ibuprofen 3x1)
 Advice dr. Deni, Sp.OG
b) Khusus
 Cek Laboratorium
 Pro Histerektomi

9. PROGNOSIS
- Ad vitam : Ad Bonam
- Ad functionam : Ad Bonam
- Ad Sanationam : Ad Bonam

BAB II
11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MIOMA UTERI


Mioma uteri atau sering disebut fibroid merupakan tumor jinak yang
berasal dari otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena mutasi genetik,
kemudian berkembang akibat induksi hormon estrogen dan progesteron.
Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal, tumor ini jarang
mengenai usia prapubertas serta progresivitasnya akan menurun pada masa
menopause. Leiomioma uteri merupakan jenis tumor jinak yang dapat
menyerang segala usia. Sebagian kasus asimptomatis sehingga sering didapati
secara tidak sengaja saat ke dokter karena keluhan lain. Gejala paling sering
adalah perdarahan vagina. Tumor ini sering menjadi penyebab subfertilitas
wanita dan pada kehamilan dapat menyebabkan abortus dan prematuritas.1
2.2.1 DEFINISI
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-
sel jaringan otot polos, jaringan fibroid, dan kolagen. Beberapa istilah
untuk mioma uteri antara lain fibromioma, miofibroma,
leiomiofibroma, fibroma, dan fibroid. 1
Mioma merupakan tumor monoclonal yang berasal otot halus
miometrium terdiri dari matriks ektraseluler yang mengandung
kolagen, fibronektin, dan proteoglikan.9

2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi menunjukkan bahwa mioma terjadi pada 50-
60% wanita dengan 70% kasus terjadi pada usia 50 tahun, di mana 30-
40% kasus pada masa perimenopause dan 20-25% kasus pada wanita
usia reproduksi. 1,9
a. Global
Mioma uteri dapat mengenai semua ras, paling banyak pada
18% ras kulit hitam, 10% pada wanita Hispanik, 8% menyerang
wanita kulit putih, dan paling jarang mengenai wanita Asia.
Sebagian besar kasus tidak bergejala sama sekali, hanya 30% kasus
12

yang simptomatis. Sejumlah 80% mioma uteri multipel dan sekitar


10,7% terjadi pada wanita hamil.
b. Indonesia
Sampai saat ini data statistik nasional mioma uteri belum
tersedia. Penelitian retrospektif di Manado mendapatkan bahwa
persentase terbanyak pada rentang usia 36-45 tahun dengan status
dominan nulipara.
c. Mortalitas
Mortalitas umumnya karena anemia berat akibat perdarahan
hebat. Mortalitas akibat komplikasi pembedahan 0,4-1,1 per 1000
operasi. 1

2.2.3 ETIOLOGI
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, menurut
teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor
yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi
pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari
penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase
diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler.
Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan
mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari
hormone steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini
merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.2,3,4
Etiologi mioma uteri adalah abrnomalitas gen karena mutasi
genetik HMG1, HMG1-C, HMG1 (Y) HMGA2, COL4A5, COL4A6,
dan MEDI2. Kelainan kromosom terjadi akibat gangguan translokasi
kromosom 10, 12, dan 14, delesi kromosom 3 dan 7 serta aberasi
kromosom 6. 1
Tidak didapat bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai
penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam
pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya
13

namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon


progesteron meningkatkan aktivitas mitotik dari mioma pada wanita
muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak
diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor
dengan cara downregulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan matriks ekstraseluler.
2,3,4

2.2.4 FAKTOR RISIKO


Kejadian mioma uteri dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor
risiko, antara lain faktor endogen tubuh misalnya ras, usia, pola hidup
sedentair, faktor diet dan obesitas, pengaruh siklus haid, dan status
paritas serta penyakit komorbid. 1
a. Genetik dan Ras
Risiko kejadian tumor akan meningkat 2,5 kali lipat pada
keturunan pertama pasien mioma uteri. Ras Afrika cenderung lebih
sering mengalami mioma uteri dengan prevalensi terbanyak kasus
mioma multipel; gejala umumnya lebih berat serta lebih progresif.
b. Usia
Usia di atas 30 tahun meningkatkan risiko mioma uteri.
c. Gaya Hidup
Gaya hidup sedentary menjadi faktor risiko karena
peningkatan risiko obesitas dan pengaruhnya terhadap disregulasi
hormonal.
d. Diet
Makanan indeks glikemik tinggi dan tinggi asam lemak
omega-3 terutama marine fatty acid (MFA) akan meningkatkan
kejadian tumor melalui jalur induksi hormonal akibat penumpukan
lemak. Studi klinis mengaitkan pertumbuhan sel tumor dengan
konsumsi kafein dan alkohol, karena kedua zat akan mempengaruhi
kadar hormon namun perlu pembuktian lebih lanjut dengan variasi
demografi.
14

e. Overweight/Obesitas
Setiap pertambahan berat badan sebesar 10 kg, akan
meningkatkan risiko mioma uteri sebesar 21%. Penumpukan
jaringan lemak >30% juga menjadi pemicu karena peningkatan
konversi androgen menjadi estrogen dan penurunan sex hormone
binding globulin (SHBG).
f. Menarche Prematur dan Menopause Terlambat
Menarche dini pada usia kurang dari 10 tahun dan menopause
terlambat akan meningkatkan risiko mioma uteri akibat sel rahim
terus terpapar estrogen. Nulipara Wanita yang belum pernah hamil
berisiko terkena mioma uteri; dikaitkan dengan pengaruh paparan
hormon seks, estrogen, dan progesteron.
g. Kontrasepsi Hormonal
Prevalensi mioma uteri akan meningkat pada penggunaan
kontrasepsi hormonal mengandung hormon estrogen baik estrogen
murni maupun kombinasi.
h. Penyakit Komorbid
Hipertensi, polycystic ovary syndrome (PCOS), dan diabetes
merupakan tiga penyakit yang umumnya berasosiasi dengan
kejadian mioma. Peningkatan insulin dan IGF-I serta
hiperandrogen menjadi faktor pemicu PCOS dan diabetes, pada
hipertensi terjadi pelepasan sitokin yang merangsang proliferasi
jaringan tumor.
i. Infeksi/Iritasi
Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan meningkatkan risiko
mioma uteri melalui induksi growth factor.
j. Stres
Pada stres terjadi pelepasan kortisol dan perangsangan
hypothalamo-pituitaryadrenal gland axis yang akan menyebabkan
peningkatan estrogen dan progesteron.
2.2.5 PATOFISIOLOGI
15

Sejumlah faktor dihubungkan dengan kejadian mioma uteri yang


dikenal dengan nama lain leiomioma uteri, yakni: hormonal, proses
inflamasi, dan growth factor. 1

Gambar 1 Patofisiologi Perdarahan di Luar Siklus Menstruasi Gejala Mioma


Uteri

Gambar 2 Peranan Obat-Obatan Dalam Patofisiologi Perdarahan di Luar Siklus


Menstruasi
a. Hormonal
16

Estrogen Sebagian besar studi membuktikan bahwa ada


peningkatan reseptor estrogen pada mioma uteri dibandingkan
dengan miometrium normal. Penelitian lain menyatakan bahwa
reseptor esterogen alfa dan beta terdapat pada mioma uteri dan
mengalami peningkatan (up-regulasi) dibandingkan miometrium
normal. Yamoyo et al menunjukkan bahwa adanya penurunan
pertukaran estradiol menjadi estron pada kasus mioma uteri
dibandingkan dengan miometrium normal. Hal ini terjadi akibat
penurunan kerja enzim 17-beta hydroxysteroid dehydrogenase atau
dengan peningkatan enzim aromatase. Tujuannya adalah
menghasilkan senyawa estrogenik yang berpotensi merangsang sel
myometrium dan meningkatkan sel yang bersifat leiomioma.
Aktivitas estrogenik juga ditingkatkan melalui modifikasi molekul
estradiol. Leihr et al mendemonstrasikan bahwa tingginya
konsentrasi metabolit C4 hydroxylated estradiol pada mioma uteri,
merupakan hasil dari peningkatan aktivitas enzim estradiol 4-
hydroxylase. 2,3,4
Mutasi genetik menyebabkan produksi reseptor estrogen di
bagian dalam miometrium bertambah signifikan. Sebagai
kompensasi, kadar estrogen menjadi meningkat akibat aktivitas
aromatase yang tinggi. Enzim ini membantu proses aromatisasi
androgen menjadi estrogen. Estrogen akan meningkatkan
proliferasi sel dengan cara menghambat jalur apoptosis, serta
merangsang produksi sitokin dan platelet derived growth factor
(PDGF) dan epidermal growth factor (EGF). Estrogen juga akan
merangsang terbentuknya reseptor progesteron terutama di bagian
luar miometrium. 1
Reseptor progesteron juga ditemukan mengalami peningkatan
konsentrasi pada mioma uteri. Meskipun bersifat kontroversi,
reseptor progesteron pada mioma uteri ditemukan meningkat
konsentrasinya di semua siklus menstruasi. Reseptor progesteron
yang didapati pada mioma uteri yaitu reseptor progesteron A dan
17

B. Jumlah reseptor progesteron A lebih banyak dari reseptor


progesteron B pada mioma uteri dan jaringan miometrium normal.
Sifat yang berlawanan dengan estrogen menyebabkan kadar
progesteron tidak meningkat pada mioma uteri jika dibandingkan
dengan endometrium yang mengelilinginya. Akan tetapi,
peningkatan kadar progesteron telah menunjukkan peningkatan
aktivitas mitosis pada mioma uteri, yang berpotensi menumbuhkan
mioma uteri baik selama siklus menstruasi dan jika mendapat
pemasukan eksogen. Kawaguchi menganalisa efek progesteron dan
estrogen pada sel otot mioma yang dikultur. Ternyata didapatkan
hasil bahwa sel yang dikultur dengan media progesteron dan
estrogen lebih aktif pertumbuhan dan perkembangannya
dibandingkan dengan media estrogen saja. Kadar serum
progesteron tidak meningkat pada wanita mioma uteri. Kecuali jika
mendapat pemasukan dari luar tubuh, dimana pengaruh progesteron
terbatas pada mekanisme autokrin dan parakrin tingkat molekular
mempunyai nilai yang bermakna atau signifikan dalam
pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri. 2,3,4
Progesteron mendasari terbentuknya tumor melalui
perangsangan insulin like growth factor (IGF-1), transforming
growth factor (TGF), dan EGF. Maruo et al meneliti peranan
progesteron yang merangsang proto-onkogen, BCL-2 (beta cell
lymphoma-2), suatu inhibitor apoptosis dan menemukan bukti
bahwa gen ini lebih banyak diproduksi saat fase sekretori siklus
menstruasi. Siklus hormonal inilah yang melatarbelakangi
berkurangnya volume tumor pada saat menopause. 1
b. Proses Inflamasi
Masa menstruasi merupakan proses inflamasi ringan yang
ditandai dengan hipoksia dan kerusakan pembuluh darah yang
dikompensasi tubuh berupa pelepasan zat vasokonstriksi. Proses
peradangan yang berulang kali setiap siklus haid akan memicu
percepatan terbentuknya matriks ekstraseluler yang merangsang
18

proliferasi sel. Obesitas yang merupakan faktor risiko mioma


ternyata juga merupakan proses inflamasi kronis; pada penelitian in
vitro, pada obesitas terjadi peningkatan TNF-α. Selain TNF-α,
sejumlah sitokin lain juga memiliki peranan dalam terjadinya tumor
antara lain IL1, IL-6, dan eritropoietin. 1
c. Growth Factor
Beberapa growth factor yang melandasi tumorigenesis adalah
epidermal growth factor (EGF), insulin like growth factor (IGF I-
II), transforming growth factor-B, platelet derived growth factor,
acidic fibroblast growth factor (aFGF), basic fibroblast growth
factor (bFGF), heparin-binding epidermal growth factor (HBGF),
dan vascular endothelial growth factor (VEG-F). Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencetak DNA-DNA baru, induksi proses
mitosis sel dan berperan dalam angiogenesis tumor. Matriks
ekstraseluler sebagai tempat penyimpanan growth factor juga
menjadi faktor pemicu mioma uteri karena dapat mempengaruhi
proliferasi sel. 1
Maruo et al menunjukkan bahwa estrogen meningkatkan
produksi lokal EGF, sementara progesteron meningkatkan EGF-R
secara sinergis pada sel mioma uteri. Beberapa ahli juga
mengungkapkan bahwa pentingnya faktor-faktor hormon
pertumbuhan ini dalam perkembangan mioma uteri. Jumlah
transforming growth factor ß3 (TGFß3) mRNA mencapai 5 kali
lebih tinggi pada mioma uteri dibandingkan dengan miometrium
normal. Faktor ini mempunyai kontribusi dalam peningkatan
potensi mitogenik sel mioma uteri dan juga meningkatkan deposisi
matriks ekstraseluler. 2,3,4
Meyer dan De Snoo, mengajukan teori Cell nest atau teori
genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada
kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik
pada permukaan maupun pada tempat lain pada abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
19

progesteron atau testosteron. Puukka et al menyatakan bahwa


reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada
miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur,
bukan sel selaput otot yang matur. 2,3,4

2.2.6 PATOLOGI
Mioma uteri umumnya bersifat multiple, berlobus yang tidak
teratur maupun berbentuk sferis. Mioma uteri biasanya berbatas jelas
dengan miometrium sekitarnya, sehingga pada tindakan enukleasi
mioma dapat dilepaskan dengan mudah dari jaringan miometrium di
sekitarnya. Pada pemeriksaan makroskopis dari potongan transversal
berwarna lebih pucat dibanding miometrium di sekelilingnya, halus,
berbentuk lingkaran dan biasanya lebih keras dibanding jaringan
sekitar, dan terdapat pseudocapsule. 1

2.2.7 KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasinya mioma diklasifikasikan atas beberapa
tipe antara lain: 1
20

Gambar 3 Subklasifikasi Leiomiom9


a. Tipe 0 - merupakan pedunculated intracavitary myoma, tumor
berada submukosa dan sebagian dalam rongga rahim.
b. Tipe 1 - merupakan tipe submukosa dengan < 50% bagian tumor
berada di intramural.
c. Tipe 2 - tumor menyerang ≥ 50% intramural.
d. Tipe 3 - seluruh bagian tumor berada dalam dinding uterus yang
berdekatan dengan endometrium.
e. Tipe 4 - tipe tumor intramural yang lokasinya berada dalam
miometrium. „
f. Tipe 5 - tipe serosa dengan ≥ 50% bagian tumor berada pada
intramural.„
g. Tipe 6 - jenis subserosa yang mengenai < 50% intramural.
h. Tipe 7 - tipe pedunculated subserous.
i. Tipe 8 - kategori lain ditandai dengan pertumbuhan jaringan di luar
miometrium yang disebut cervicalparasitic lesion. 1

Secara histologi, satu klon sel tumor dapat berdiferensiasi


menjadi 4 jenis sel, yakni sel otot polos, sel otot polos vaskular, dan 2
jenis fibroblas. Berdasarkan histopatologi, mioma uteri bisa
diklasifikasikan atas beberapa jenis, yakni: 1
21

a. Cellular leiomyoma yang lebih dominan bagian selulernya, tidak


ada nukleus atipikal dan indeks mitosisnya rendah (≤ 4 per 10 high
power field/HPF) „
b. Leiomyoma with bizarre nuclei (atypical/ symplastic leiomyoma)
ditandai dengan bizzare pleomorphic nuclei. Pada jenis tumor ini,
aktivitas mitosisnya juga rendah; adanya karioreksis bisa
disalahartikan sebagai mitosis atipikal.
c. Mitotically active leiomyoma yang memilki gambaran mitosis
tinggi (>10 mitosis per 10 HPF), tidak memiliki nukleus atipikal
dan tidak terdapat nekrosis. Mioma jenis ini sering terjadi akibat
pengaruh hormonal; paling sering ditemukan pada usia reproduktif.
d. Dissecting (cotyledenoid) leiomyoma yang ditandai dengan adanya
perubahan hidrofilik pada gambaran sel tumor.
e. Diffuse leiomyomatosis adalah jenis yang paling jarang, merupakan
tipe paling invasif yang sering mengenai kavum peritoneum dan
histopatologis mirip gambaran tumor ganas.

Kondisi borderline yang jarang, namun masih mungkin ganas,


adalah smooth muscle tumours of uncertain malignant potential
(STUMP) yang memiliki aktivitas mitosis intermediate (5- 10 mitosis
per 10 HPF), memilki gambaran miksoid, nekrosis, serta terdapat
nukleus atipikal dan sel epiteloid. 1
Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu: mioma uteri submukosum, Mioma uteri intramural, dan Mioma
uteri subserosum2,4
a. Mioma uteri submukosum
Lokasi tumor ini berada di bawah mukosa uterus
(endometrium) dan menonjol ke dalam rongga uterus (kavum
uteri). Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi
polip, kemudian keluar dari uterus dan masuk ke dalam vagina
yang disebut dengan myom geburt. 2,4
b. Mioma uteri intramural
22

Mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut


miometrium. Istilah lain untuk mioma ini jenis ini adalah mioma
intraepitalial, biasanya multipel. Apabila masih kecil, tidak
mengubah bentuk uterus, tapi apabila besar, akan menyebabkan
uterus berbenjol-benjol, utererus akan bertambah besar dan
merubah bentuknya. 2,4
c. Mioma uteri subserosum
Mioma subserosum tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma
subserosum dapat tumbuh di antara 13 kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat
juga tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. 2,4

Gambar 4 Jenis-jenis mioma berdasarkan lapisan tempat


tumbuhnya di uterus.

2.2.8 KRITERIA DIAGNOSIS


Diagnosis mioma uteri ditegakkan melalui anamnesis gangguan
siklus haid dan pemeriksaan fisik pembesaran perut. Ultrasonografi
merupakan pemeriksaan penunjang rutin untuk konfirmasi diagnosis. 1
a. Gejala
23

a. Sebanyak 30-40% asimptomatik bergantung letak dan ukuran


mioma.9
b. Perdarahan uterus abnormal berupa pemanjangan periode,
ditandai oleh perdarahan menstruasi yang banyak dan/atau
menggumpal, dalam dan di luar siklus.5,6,7
c. Pembesaran rahim (bisa simetris ataupun berbenjol-benjol).7
d. Penekanan terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan pada
dinding abdomen (menjadi gangguan lain seperti gangguan
fungsi kemih seperti urgency, poliuria, dan inkontinensia
urin).4,7,9
e. Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar daerah panggul.6
b. Pemeriksaan fisik
Dijumpai kondisi anemis yang ditandai konjungtiva, tangan
dan kaki pucat. Volume tumor akan menyebabkan keluhan
pembesaran perut. 1
Pemeriksaan pelvis ditemukan pembesaran uterus atau massa
mioma.9

c. Pemeriksaan penunjang
Membedakan mioma uteri dengan diagnosis lainnya adalah
dengan pemeriksaan penunjang, yakni pemeriksaan kehamilan
sederhana menggunakan strip test, laboratorium darah, USG,
ataupun histeroskopi.1
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang yang
paling direkomendasikan untuk diagnosis mioma uteri. Dibanding
USG abdominal, USG transvaginal lebih sensitif namun kurang
direkomendasikan jika pasien belum menikah dan mengalami
mioma submukosa. Pada kondisi tersebut lebih dianjurkan
penggunaan histeroskopi. 1
24

Gambar 5 Mioma Subserosa Tampak Gambaran Massa Hipoekhoik yang


Menonjol ke Luar Dinding Uterus.
25

Gambar 6 Mioma Intramural: Tampak Gambaran


Massa Hipoekhoik yang Berada di Dalam Dinding
Uterus.

Gambar 7 Mioma Submukosa: Tampak Gambaran


Massa Hipoekhoik yang Menekan Endometrial Line.

Selain USG, diperlukan pemeriksaan laboratorium darah


untuk menentukan status anemia. Untuk menyingkirkan potensi
maligna, dianjurkan biopsi endometrium dan MRI. 1

2.2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor jinak otot rahim
mencakup observasi, medikamentosa, atau pembedahan. 1
a. Observasi
Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala
apapun karena diharapkan saat menopause, volume tumor akan
mengecil dan jika uterus diameternya kurang dari ukuran uterus
pada masa kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit.1
b. Medikamentosa
Diberikan untuk mengurangi perdarahan, mengecilkan
volume tumor, dan sebagai prosedur pre-operatif. 1
26

Gambar 8 Tatalaksana Medikamentosa Mioma Uteri

1. Agonis Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH)


Mekanisme kerjanya adalah melalui down regulation
reseptor GnRH, sehingga terjadi penurunan produksi FSH dan
LH yang akan menurunkan produksi estrogen. Obat ini
direkomendasikan pada mioma jenis submukosa. Durasi
pemberian yang dianjurkan adalah selama 3-6 bulan; pemberian
jangka panjang >6 bulan harus dikombinasi dengan progesteron
dengan atau tanpa estrogen. Analog GnRH juga dapat digunakan
pre-operatif selama 3-4 bulan sebelum pembedahan. 1
2. Preparat Progesteron
Preparat progesteron antara lain antagonis progesteron
atau selective progesterone receptor modulator (SPRM). Suatu
studi prospektif acak menyimpulkan bahwa pemberian
mifepristone 25 mg sehari selama 3 bulan akan menurunkan
ukuran tumor sebesar 40%. Ukuran tumor menurun jauh lebih
besar, sebesar 50%, pada pemberian ulipristal 10 mg dengan
durasi pengobatan yang sama.
27

Berdasarkan farmakodinamikanya, golongan obat ini juga


digunakan pre-operatif. Kemudian, setelah 2-4 siklus
pengobatan dianjurkan menggunakan levonorgestrelintrauterine
devices (LNG IUS) untuk mencegah relaps. IUD jenis ini juga
direkomendasikan sebagai terapi mioma intramural. 1
3. Aromatase Inhibitor
Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, yaitu aromatase
inhibitor kompetitif yakni anastrazole dan letrozole, dan
senyawa inaktivator yakni exemestane. Kerja keduanya hampir
sama yakni menghambat proses aromatisasi yang merupakan
dasar patogenesis mioma. 1
4. Asam Traneksamat
Asam traneksamat berfungsi membantu mengatasi
perdarahan. Durasi pem berian adalah selama 3-4 hari dalam
sebulan. 1
5. NSAID
Golongan NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri dan
perdarahan. 1
c. Pembedahan
Jenis pembedahan mencakup histerektomi dan miomektomi.
Pilihan operasi disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pasien. 1
1. Ekstirpasi:
Biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau mioma
lahir/geburt, umumnya dilanjutkan dengan tindakan dilatasi dan
kuretase.
2. Histeroscopic miomektomi:
Standard minimal untuk prosedur invasive minimal pada
mioma submukosa. Diindikasikan pada mioma dengan diameter
kecil (<2 cm). 9
28

Gambar 9 Tatalaksan a Pembedahan Mioma Uteri9

3. Laparotomi miomektomi:
Bila fungsi reproduksi masih diperlukan dan secara teknis
memungkinan untuk dilakukan tindakan tersebut. Biasanya
untuk mioma intramural, subserosa, dan subserosa bertangkai,
tindakan tersebut telah cukup memadai. Miomektomi dapat
dengan teknik laparotomi, mini laparotomi, laparoskopi, dan
histeroskopi. Teknik laparotomi dan mini laparotomi adalah
tindakan yang paling sering dilakukan, sedangkan laparoskopi
paling jarang dilakukan karena lebih sulit. Histeroskopi
direkomendasikan pada mioma submukosa dengan ukuran
tumor. 1
4. Laparotomi histerektomi:
Direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 40 tahun
dan tidak berencana memiliki anak lagi. Histerektomi dapat
dilakukan dengan metode laparotomi, mini laparotomi, dan
laparoskopi. Histerektomi vagina lebih dipilih karena
komplikasi lebih rendah serta durasi hospitalisasi lebih singkat. 1
29

Indikasi:
 Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi,
 Pertumbuhan tumor sangat cepat.
 Sebagai tindakan hemostatis, yakni dimana terjadi perdarahan
terus menerus dan banyak serta tidak membaik dengan
pengobatan
5. Laparoskopi cryomyolysis dan termokoagulasi
Tujuannya untuk mengurangi atau menekan suplai darah
primer dan menginduksi penyusutan mioma dengan cara
degenerasi sklerohyalin (menggunakan suhu yang sangat rendah
atau sangat tinggi).9
6. Laparoskopi oklusi arteri uterin
Laparoskopi oklusi arteri uterin masih belum mempunyai
keuntungan yang spesifik. Dapat berfungsi untuk mengurangi
ukuran mioma dan devaskularisasi.9

2.2.10 KOMPLIKASI
komplikasi mioma yang paling meresahkan adalah infertilitas.
Berdasarkan data di Amerika Serikat, infertilitas dapat terjadi pada 2-
3% kasus mioma uteri. Pada kehamilan, tumor akan memicu
keguguran, gangguan plasenta dan presentasi janin, prematuritas serta
perdarahan pascapersalinan. Komplikasi pembedahan meliputi
perdarahan, infeksi, dan trauma pada organ sekitar. Akibat embolisasi
dapat terjadi sindrom pasca-embolisasi yang ditandai dengan keluhan
nyeri, demam, dan ekspulsi tumor dari vagina. Setelah miolisis dapat
terjadi nyeri dan perdarahan. 1

2.2.11 PROGNOSIS
Prognosis mioma asimptomatis umumnya baik karena tumor
akan mengecil dalam 6 bulan sampai 3 tahun, terutama saat
menopause. Mioma simptomatis sebagian besar berhasil ditangani
dengan pembedahan tetapi rekurensi dapat terjadi pada 15- 33%
30

pasca-tindakan miomektomi. Setelah 5-10 tahun, 10% pasien akhirnya


menjalani histerektomi. Pasca-embolisasi, tingkat kekambuhan
mencapai 15-33% kasus dalam 18 bulan sampai 5 tahun setelah
tindakan. Konsepsi spontan dapat terjadi pascamiomektomi atau
setelah radioterapi. Pada penelitian retrospektif, kejadian sectio
caesaria meningkat pada wanita hamil dengan mioma uteri karena
kejadian malpresentasi janin, ketuban pecah dini, prematuritas, dan
kematian janin dalam kandungan. Mioma uteri bersifat jinak, risiko
menjadi keganasan sangat rendah, hanya sekitar 10-20% mioma
berkembang menjadi leiomyosarcoma. Keganasan umumnya dipicu
oleh riwayat radiasi pelvis, riwayat penggunaan tamoksifen, usia lebih
dari 45 tahun, perdarahan intratumor, penebalan endometrium, dan
gambaran heterogen pada gambaran radiologis MRI. 1
31

DAFTAR PUSTAKA

1. Lubis PN. Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. CDK-284. Vol. 47 (3);
2020: 196-200.
2. Hoffman, Barbara, John, O. Schroge, Joseph I. Schaffer, Lisa M. Halvorson,
Karen D. Bradshaw FGC. Williams Gynecology. 3rd ed. (Calver LE, ed.).
Dallas: Mc Graw Hill Medical; 2016.
3. Bieber, E. J. JSH. Clinical Gynecology. Churcill: Elsevier Saunders; 2006.
4. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Edisi ke 4. Jakarta:
P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2016.
5. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 8. EGC :
Jakarta; 2014
6. Munro, Malcolm; Hilary O.D. Critchley, Michael S Broder, Ian S Fraser. FIGO
Classification System (PALM-COEIN) for Causes of Abnormal Uterine
Bleeding in Nongravid Women of Reproductive Age. American Society for
Reproductive Medicine. June, 2011.
7. Ian S. Fraser et.al. The FIGO Recommendations on Terminologies and
Definitions for Normaland Abnormal Uterine Bleeding. Semin Reprod Med
2011; 29:383–390.
8. Badziad, A. Hestiantoro, A. Wiweko, B. Sumapradja, K. Panduan Tatalaksana
Perdarahan Uterus Abnormal. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan
Fertilitas Indonesia dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Aceh,
2011.
9. Donnez J, Dolmans MM. Uterine Fibroid Management: from the Present to the
Future. Human Reproduction Update. Vol 22 (6). pp 665-686; 2016: 665-86.

Anda mungkin juga menyukai