Oleh :
Preseptor :
Pendamping :
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................... i
BAB I. LAPORAN KASUS........................................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................14
2.1. Sindrom Koroner Akut................................................................................. 14
2.1.1 Definisi............................................................................................... 14
2.1.2 Klasifikasi........................................................................................... 14
2.1.3 Patofisiologi........................................................................................ 15
2.2. Angina Pectoris Tidak Stabil ....................................................................... 22
2.2.1 Definisi............................................................................................... 22
2.2.2 Klasifikasi........................................................................................... 23
2.2.3 Epidemiologi dan Faktor Resiko........................................................ 25
2.2.4 Gambaran Klinis................................................................................. 26
2.3. NSTEMI ...................................................................................................... 26
2.3.1 Definisi............................................................................................... 26
2.3.2 Gejala klinis........................................................................................ 27
2.2.3 Patofisiologi........................................................................................ 27
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang UAP/NSTEMI............................................. 28
2.2.6 Penatalaksanaan UAP/NSTEMI......................................................... 29
BAB III. PEMBAHASAN KASUS........................................................................... 33
BAB IV. KESIMPULAN........................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 40
Objektif Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Pustaka
Usia : 44 th 100126684
Nama RS : RSUD dr. Rasidin kota PADANG Telp : - Terdaftar Sejak : 2021
2. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien baru pertama kali dirawat di RS, Tidak
memiliki Riw. Penyakit HT, DM dan Riw.Penyakit Jantung
3. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat hipertensi, DM, dan
penyakit jantung
6. Riwayat Kebiasaan : Pasien adalah seorang perokok dan sudah merokok sejak usia
17 tahun, satu setengah bungkus perhari. Terakhir merokok 1 hari yang lalu berenti
karena merasasakan nyeri dada. Indeks Brinkman : (648) perokok berat
Daftar Pustaka:
1. Hamm CW, Bertrand M, Brauwald E. Acute coronary syndrome without ST elevation:
implementation of new guidelines. Lancet 2001; 358:1533-8.
2. MIMS Cardiovascular Guide. Indonesia 2003/2004. MediMedia Asia Pte Ltd 2003.
World Health Organization. World Health Report 2002: Reducing Risk, Promoting
Healthy Life. Geneva, 2002.
3. Trisnohadi, Hanafi B. 2006. Angina pectoris tak stabil dalam Aru W.S, Bambang S,
Idrus A (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV Penerbit FK UI
2006. Jakarta. P.1606-8.
4. Karo-Karo S, Rahajoe AU, Sulistyo S, Kosasih A. Buku panduan kursus bantuan hidup
tantung lanjut ACLS (Advanced Cardiac Life Support). Ed 2013. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2013
5. Maarten L Simoons, Eric Boersma, Coen van der Zwan, Jaap W Deckers. The Challenge
Of Acute Coronary Syndromes. Lancet 1999; 353 (suppl II):1-4.
6. Braunwald E, Antman EM, Beasley JW, Califf M, Cheitlin MD, Hochman JS.
ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients With Unstable Angina and Non-
ST-Segment Elevation Myocardial Infarction: Executive Summary and
Recommendations : A Report of the American College of Cardiology/American Heart
Association Task Force on Practice Guidelines (Committee on the Management of
Patients With Unstable Angina). Circulation. 2000;102:1193-1209
7. Irmalita, et.al. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut : Jakarta : Centra
Communication PERKI ; 2015
8. Lee TH. Chest discomfort. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo
DL, Jameson JL, et al, editors. Harrison’s principles of internal medicine. 17 th ed. New
York: McGraw-Hill; 2008; p. 87-91.
9. Hasler WL. Nausea, vomiting, and indigestion. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL,
Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et al, editors. Harrison’s principles of internal
medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008; p. 240-5.
10. Goldberger AL. Electrocardiography. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser
SL, Longo DL, Jameson JL, et al, editors. Harrison’s principles of internal medicine. 17 th
ed. New York: McGraw-Hill; 2008; p. 1388-96.
11. Moore KL, Dalley AF. Clinically oriented anatomy. 5 th ed. Baltimore: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006.
12. Harun S. Infark Miokard Akut Tanpa elevasi ST. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta:
Internal Publising Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2006. p. 1626.
13. Zafari AM.2013. Myocardial Infarction Medscape. United States
Hasil Pembelajaran :
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. M
Umur : 44 tahun
No. RM : 100126684
1.2 Subjectif
Anamnesis :
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 07 April 2021 pukul 20.00 WIB di IGD RSUD dr.
Rasidin Padang
Keluhan Utama :
nyeri dada sebelah kiri memberat sejak ± 3 jam sebelum masuk rumah sakit.
1.3 Objektif :
a.Vital sign
- Keadaan umum :Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Composmentis
- Vital Sign
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 89 x/menit regular, kuat angkat (+)
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,7º C
Saturasi Oksigen : 99%
- Status Antropometri
Berat badan : 50 kg
Tinggibadan : 163 cm
IMT : 18,8 (Normoweight)
b.Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek cahaya
+/+.
THT : Orofaring T1-T1, faring tidak hiperemis, telinga dalam batas normal.
Paru : Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Perkusi : Sonor
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tak teraba
Perkusi : Tympani
C. Pemeriksaan Penunjang
kompleks QRS normal, LVH (-) , RVH ( -), RBBB (-), LBBB (-).
1.4 Assesment
1.5 Plan :
- O2 3-4 /menit
- Aspilet 2 tab (160mg)
- Clopidogrel 4 tab (300mg)
- IVFD RL 24 jam/Kolf
- Concor 1 x2,5 mg
- Atorvastatin 1 x 40 mg
- Clopidogrel 1 x 75mg --> PAGI
- Farmasal 1 x100 mg --> MALAM
Follow up
Ekstremitas:
akral hangat,
CRT <2dtk,
edema (-)
Kesan : Gambaran EKG didapatkan irama sinus rhytym, reguler,heart rate 74 kali/menit, axis
normal, Gelombang P positif di lead II dan negatif di AVR, PR interval normal,
kompleks QRS normal, LVH (-) , RVH ( -), RBBB (-), LBBB (-).
Edukasi
Selain penatalaksanaan yang telah dibahas di atas diberikan pula edukasi penyakit kepada
pasien dan keluarganya dijelaskan tentang penyakit yang diderita pasien serta penyebab
terjadinya nyeri dada tersebut. Pasien sendiri juga harus menjaga dan mengatur pola dan gaya
hidup sebelumnya yang menjadi faktor resiko dari penyakit tersebut, seperti memberhentikan
merokok, menjaga pola makanannya (diet rendah kolesterol), olah raga ringan secara teratur,
keteraturan meminum obat dan cara penggunaan obat yang benar.
Prognosa
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationem : dubia ad malam
Quo ad fungsionem : dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kumpulan proses penyakit yang meliputi
angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina pectorisP/UA), infark miokard
gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation
myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark
miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infarction/STEMI)
(Gambar 1). APTS dan NSTEMI mempunyai patogenesis dan presentasi klinik yang
sama, hanya berbeda dalam derajatnya. Bila ditemui petanda biokimia nekrosis
miokard (peningkatan troponin I, troponin T, atau CK-MB) maka diagnosis adalah
NSTEMI; sedangkan bila petanda biokimia ini tidak meninggi, maka diagnosis adalah
APTS. Pada APTS dan NSTEMI pembuluh darah terlibat tidak mengalami oklusi
total/ oklusi tidak total (patency), sehingga dibutuhkan stabilisasi plak untuk
mencegah progresi, trombosis dan vasokonstriksi. Penentuan troponin I/T ciri paling
sensitive dan spesifik untuk nekrose miosit dan penentuan patogenesis dan alur
pengobatannya. Sedang kebutuhan miokard tetap dipengaruhi obat-obat yang bekerja
terhadap kerja jantung, beban akhir, status inotropik, beban awal untuk mengurangi
konsumsi O2 miokard. APTS dan NSTEMI merupakan SKA yang ditandai oleh
ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Penyebab utama adalah
stenosis koroner akibat trombus non-oklusif yang terjadi pada plak aterosklerosis
yang mengalami erosi, fisur, dan/atau rupture.
2.1.3 Patofisiologi
SKA merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis dari PJK akibat utama dari
proses aterotrombosis selain stroke iskemik serta peripheral arterial disease (PAD).
Aterotrombosis merupakan suatu penyakit kronik dengan proses yang sangat komplek
dan multifaktor serta saling terkait.
Aterotrombosis terdiri dari aterosklerosis dan trombosis. Aterosklerosis
merupakan proses pembentukan plak (plak aterosklerotik) akibat akumulasi beberapa
bahan seperti lipid-filled macrophages (foam cells), massive extracellular lipid dan
plak fibrous yang mengandung sel otot polos dan kolagen. Perkembangan terkini
menjelaskan aterosklerosis adalah suatu proses inflamasi/infeksi, dimana awalnya
ditandai dengan adanya kelainan dini pada lapisan endotel, pembentukan sel busa dan
fatty streks, pembentukan fibrous cups dan lesi lebih lanjut, dan proses pecahnya plak
aterosklerotik yang tidak stabil.
Banyak sekali penelitian yang membuktikan bahwa inflamasi memegang
peranan penting dalam proses terjadinya aterosklerosis. Pada penyakit jantung
koroner inflamasi dimulai dari pembentukan awal plak hingga terjadinya
ketidakstabilan plak yang akhirnya mengakibatkan terjadinya ruptur plak dan
trombosis pada SKA.
Perjalanan proses aterosklerosis (initiation, progression dan complication pada
plak aterosklerotik), secara bertahap berjalan dari sejak usia muda bahkan dikatakan
juga sejak usia anak-anak sudah terbentuk bercak-bercak garis lemak (fatty streaks)
pada permukaan lapis dalam pembuluh darah, dan lambat-laun pada usia tua dapat
berkembang menjadi bercak sklerosis (plak atau kerak pada pembuluh darah)
sehingga terjadinya penyempitan dan/atau penyumbatan pembuluh darah. Kalau plak
tadi pecah, robek atau terjadi perdarahan subendotel, mulailah proses trombogenik,
yang menyumbat sebagian atau keseluruhan suatu pembuluh koroner. Pada saat inilah
muncul berbagai presentasi klinik seperti angina atau infark miokard. Proses
aterosklerosis ini dapat stabil, tetapi dapat juga tidak stabil atau progresif.
Konsekuensi yang dapat menyebabkan kematian adalah proses aterosklerosis yang
bersifat tidak stabil /progresif yang dikenal juga dengan SKA.
Sekarang semakin diyakini dan lebih jelas bahwa trombosis adalah sebagai
dasar mekanisme terjadinya SKA, trombosis pada pembuluh koroner terutama
disebabkan oleh pecahnya vulnerable plak aterosklerotik akibat fibrous cups yang
tadinya bersifat protektif menjadi tipis, retak dan pecah. Fibrous cups bukan
merupakan lapisan yang statik, tetapi selalu mengalami remodeling akibat aktivitas-
aktivitas metabolik, disfungsi endotel, peran sel-sel inflamasi, gangguan matriks
ekstraselular atau extra-cellular matrix (ECM) akibat aktivitas matrix metallo
proteinases (MMPs) yang menghambat pembentukan kolagen dan aktivitas
inflammatory cytokines.
Perkembangan terkini menjelaskan dan menetapkan bahwa proses inflamasi
memegang peran yang sangat menentukan dalam proses poto-biologis SKA, dimana
vulnerabilitas plak sangat ditentukan oleh proses inflamasi. Inflamasi dapat bersifat
lokal (pada plak itu sendiri) dan dapat bersifat sistemik. Inflamasi juga dapat
mengganggu keseimbangan homeostatik. Pada keadaan inflamasi terdapat peninggian
konsentrasi fibrinogen dan inhibitor aktivator plasminogen didalam sirkulasi.
Inflamasi juga dapat menyebabkan vasospasme pada pembuluh darah karena
tergganggunya aliran darah.
c. Angina prinzmetal
Angina prinzmetal adalah angina yang muncul saat istirahat dan elevasi
segemen ST pada EKG yang menandakan adanya iskemik transmural. Keadaan yang
tidak biasa ini berhubungan dengan adanya tonus arteri koroner yang bertambah, yang
dengan cepat hilang melalui pemberian nitrogliserin dan dapat diprovokasi oleh
asetilkolin. Angina ini dapat terjadi pada arteri yang strukturnya normal, pada
penyakit arteri koroner campuran atau dalam keadaan stenosis oklusif koroner berat.
2.2.2 Klasifikasi
Kriteria yang termasuk ke dalam angina pektoris tidak stabil yaitu:
1. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup
berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari.
2. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil,
lalu serangan angina timbul lebih sering dan lebih berat sakit dadanya,
sedangkan faktor presipitasi makin ringan.
3. Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
3. Increasing angina
Angina yang makin berat,sebelumnya sudah terdiagnosa sebagai angina
pectoris, dalam perjalanan waktu sakit dada menjadi lebih sering, lebih
lama, ambang sakit lebih rendah.
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium dengan
ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa
penuh, berat atau tertekan, dispneu ,mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan,
epigastrium, bahu atas atau leher.
2.3.3 Patofisiologi
Uji latih
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal,
stress test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer.
Tujuan dari stress test adalah:
a. Menilai nyeri dada apakah berasal dari jantung atau tidak
b. Menilai beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah
utama akan memberi hasil positif kuat
Pada pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan menunjukkan
tanda resiko tinggi perlu pemeriksaan exercise test dengan alat treadmill. Bila
hasilnya negative maka prognosis baik. Sedangkan bila hasilnya positif, lebih-lebih
bila didapatkan depresi segmen ST yang dalam, dianjurkan untuk dilakukan
pemeriksaan angiografi koroner, untuk menilai keadaan pembuluh koronernya apakah
perlu dilakukan tindakan revaskularisasi PCI karena resiko terjadinya komplikasi
kardiovaskuler dalam waktu mendatang cukup besar.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis angina tak
stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya
insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan dinding regional jantung, menandakan
prognosis kurang baik.
Foto toraks
Foto toraks sangat berperan untuk mengidentifikasi adanya kongesti pulmonal
dan oedem, yang biasanya terjadi pada pasien UAP/NSTEMI luas yang melibatkan
ventrikel kiri sehingga terjadi disfungsi ventrikel kiri.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah diterima sebagai
petanda paling penting dalam diagnosis SKA. Menurut Europian Society of
Cardiology (ESC) dan ACC dianggap ada mionekrosis bila troponin T atau I positif
dalam 24 jam. Troponin tetap positif sampai 2 minggu. Resiko kematian bertambah
dengan tingkat kenaikan troponin.
CK-MB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga ditemukan diotot skeletal,
tapi berguna untuk diagnosis infark akut dan akan meningkat dalam beberapa jam dan
kembali normal dalam 48 jam. Pada dasarnya pengobatan pada angina pektoris
bertujuan untuk memperpanjang hidup dan memperbaiki kualitas hidup dengan
mencegah serangan angina baik secara medikal atau pembedahan.
2.3.5 Penatalaksanaan
Berdasarkan International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment Recommendation
(AHA/ACC) tahun 2010, tatalaksana SKA dibagi atas Pra Rumah Sakit (Prehospital)
dan Rumah Sakit (Hospital). Adapun algoritmanya adalah sebagai berikut: 6 (Gambar
5 dan 6)
Unstable Angina Pectoris/Non ST Elevation Myocardial Infarction
(UAP/NSTEMI) Risiko Tinggi:
Pertimbangkan strategi invasif segera apabila nyeri dada refrakter, ST deviasi
persisten atau berulang, VT, hemodinamik tidak stabil atau terdapat tanda
gagal jantung
Mulai terapi utk SKA seperti Nitrogliserin, heparin, penyekat beta, CPG,
penyekat glycoprotein IIb/IIIa
Rawat dengan monitoring dan nilai status risiko
SKA risiko rendah atau sedang (normal EKG atau perubahan segmen ST-T
non diagnostik):
Selain masalah-masalah tersebut, pasien ini juga memiliki beberapa faktor resiko ,
yaitu: merokok , pasien merokok sejak usia 17 tahun, satu setengah bungkus perhari.
Terakhir merokok 1 hari yang lalu berenti karena merasasakan nyeri dada. Indeks
Brinkman : (648) perokok berat dan tidak pernah berolahraga.
1. EKG
2. Pemeriksaan Laboraturium darah
3. Foto Thoraks
1. EKG (Elektro Kardiografi)
gambaran irama sinus ini berarti gambaran sinus normal, frekuensi 60-
100x/menit, irama teratur, p negatif di aVR & positif di lead II, tiap
gelombang P diikuti oleh gelombang QRS.
Rate QRS masih dalam batas normal, karena batas normal rate QRS adalah
60-100 x /menit.
3. Aksis Normal
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan aksis tidak normal, namun
pada kasus ini aksis yang didapat masih dalam batas normal
4. Gelombang P normal
pada gambaran ekg nya gelombang p masih diikuti oleh gelombang QRS.
Kemudian tinggi dan lebar gelombang p < 3.
5. PR interval 0,20”
Pada hasil pemeriksaan Tn.M didapatkan hasil seperti diatas, didapatkan Tn.M
mengalami leukositosis yang bisa disebabkan karena plaque yang terbentuk
mengalami ruptur, kemudian timbul jejas di pembuluh darah kemudian adanya stress
inflamasi dan akhirnya mengalami sedikit leukositosis. Pada pemeriksaan Troponin I
tidak ditemukannya peningkatan, maka kami bisa menyingkirkan hipotesis Acute
Coronary Syndrome NSTEMI, dan mendiagnosis sebagai Unstable Angina Pectoris.
3. Foto Thoraks
Pada foto thorax didapatkan CTR membesar >50%, Kedua Sinus dan diafragma
normal, Pulmo : corakan bronkovaskular bertambah, tulang- tulang tervisualisasi
intake. Kesan : kardiomegali
Nyeri dada retrosternal, di belakang tulang dada, seperti terhimpit benda berat
(tumpul), rasa nyeri kurang lebih 3 jam (>20 menit), menjalar ke lengan kiri, dan
punggung kiri, disertai dengan gaya hidupnya, sebagai perokok berat, tidak pernah
berolah raga . Dari gejala-gejala tersebut bisa mengambil kesimpulan bahwa Tn.M
mengalami angina pectoris yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner.
Kemudian setelah melakukan pemeriksaan EKG, Gambaran EKG didapatkan irama
sinus rhytym, reguler,heart rate 89 kali/menit, axis normal, Gelombang P positif di
lead II dan negatif di AVR, PR interval normal, kompleks QRS normal, LVH (-) ,
RVH ( -), RBBB (-), LBBB (-). Kemudian untuk menyingkirkan hipotesis Acute
Coronary Syndrome Non ST Elevation Myocardial Infarction (ACS NSTEMI),
dengan melakukan Pemeriksaan darah untuk melihat cardiac marker, kemudian
didapatkan cardiac enzyme yaitu Troponin I masih dalam batas normal, kemudian di
diagnosis kerja dengan Unstable Angina Pectoris
Angina pektoris tidak stabil (Unstable Angina Pectoris = UAP) dan NSTEMI
merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis
sehingga pada prinsipnya penatalaksanaannya tidak berbeda. Diagnosa NSTEMI
ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis menunjukkan bukti adanya nekrosis
berupa peningkatan enzim jantung. Maka dari itu kita dapat menyingkirkan NSTEMI
sebagai diagnosis kerja karena pada Tn.M karena tidak ditemukan peningkatan enzim
jantung seperti troponin I.
3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan kepada Tn.M, antara lain:
Salah satu manfaat dari penatalaksanaan tirah baring ini untuk menurunkan demand. Akses
intravena untuk memudahkan akses obat-obatan emergency intravena jika terjadi shock dan
menjaga keseimbangan cairan dalam darah..
Aspirin disini sebagai antiplatelet yang berfungsi menghambat agregasi trombosit yang
kerjanya dengan cara menginhibisi enzim siklooksigenase. Tidak berfungsi untuk
mengecilkan plak, mengiritasi lambung, kontra indikasi untuk gastritis.
5. Atorvastatin 1 x 40 mg
Atorvastatin disini bertujuan untuk menurunkan kolesterol, stabilisasi plak yang sudah ruptur.
6. Concor 1x 2,5 mg
Concor yang berfungsi untuk menurunkan demand. Selain itu untuk menurunkan frekuensi
jantung, kontra indikasi untuk orang yang menderita asma.
9. Arixtra 1 x2,5 cc
obat antikoagulan (pengencer darah) yang mencegah terjadinya pembentukan gumpalan darah
3.6 Edukasi
Selain penatalaksanaan yang telah dibahas di atas diberikan pula edukasi penyakit
kepada pasien dan keluarganya dijelaskan tentang penyakit yang diderita pasien serta
penyebab terjadinya nyeri dada tersebut. Pasien sendiri juga harus menjaga dan
mengatur pola dan gaya hidup sebelumnya yang menjadi faktor resiko dari penyakit
tersebut, seperti memberhentikan merokok, menjaga pola makanannya (diet rendah
kolesterol), olah raga ringan secara teratur, keteraturan meminum obat dan cara
penggunaan obat yang benar.
3.7 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationem : dubia ad malam
Ad fungsionem : dubia ad malam
Berdasarkan Killip class, pasien ini termasuk kelas I karena tidak menunjukkan
adanya tanda klinis gagal jantung.
a) Ad vitam dari pasien ini bonam karena resiko kematian tinggi pada individu
dengan Killip class III ke atas, sedangkan pasien ini masuk ke kelas I.
c) Ad fungsionem dubia ad malam karena pada pasien ini sudah terjadi infarct di
mana sel yang sudah mati tidak mungkin hidup kembali, maka dari itu fungsi
jantung tidak dapat kembali seperti normal. Aktivitas fisik pasien pun juga
menjadi terbatas.
Killip class
Kelas I. Tanda-tanda decompsatio cordis negative
Kelas II. Decomsatio cordis ringan-moderat: Ronchi basah < 50 % kedua paru,
S3 positif, kongesti pada foto thorax
Kelas III. Udema paru, ronchi basah > 50 % kedua paru
Kelas IV. Cardiogenic shock : Hipotensi (SBP < 90 mmHg), vasokosntriksi
perifer, oliguria, kongesti paru (vena pulmonalis)
Resiko kematian tinggi pada Killip III dan IV
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah
satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia.
Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering
yakni sebesar 36%. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem
sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%.
Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah
akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek
metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait.
Perkembangan terkini memperlihatkan, penyakit kardiovaskular telah menjadi suatu
epidemi global yang tidak membedakan pria maupun wanita, serta tidak mengenal batas geografis
dan sosio-ekonomis.
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung
Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. SKA, merupakan PJK
yang progresif dan pada perjalanan penyakitnya, sering terjadi perubahan secara tiba-tiba dari
keadaan stabil menjadi keadaan tidak stabil atau akut. Mekanisme terjadinya SKA adalah
disebabkan oleh karena proses pengurangan pasokan oksigen akut atau subakut dari miokard,
yang dipicu oleh adanya robekan plak aterosklerotik dan berkaitan dengan adanya proses
inflamasi, trombosis, vasokonstriksi dan mikroembolisasi. Manifestasi klinis SKA dapat berupa
angina pektoris tidak stabil/APTS, Non-ST elevation myocardial infarction / NSTEMI, atau ST
elevation myocardial infarction / STEMI. SKA merupakan suatu keadaan gawat darurat jantung
dengan manifestasi klinis berupa keluhan perasaan tidak enak atau nyeri di dada atau gejala-gejala
lain sebagai akibat iskemia miokard. Pasien APTS dan NSTEMI harus istirahat di ICCU dengan
pemantauan EKG kontinu untuk mendeteksi iskemia dan aritmia. Gejala yang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri dada, yang menjadi salah satu gejala yang paling sering didapatkan pada
pasien yang datang ke IGD. Kira-kira 1/3 darinya disebabkan oleh UAP/NSTEMI, dan merupakan
penyebab tersering kunjungan ke Rumah Sakit pada penyakit jantung.
Pada kasus Tn.M, dapat disimpulkan bahwa Tn.M mengalami Unstable Angina Pectoris
setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Unstable Angina
Pectoris adalah salah satu jenis penyakit jantung koroner yang terjadi erosi atau fisur pada plak
aterosklerosis yang relatif kecil dan menimbulkan oklusi thrombus yang transien. Prognosis ad
vitamnya baik, tetapi penyakit yang diderita Tn.M biasanya terulang lagi, kemungkinan
jantungnya tidak bisa berfungsi normal seutuhnya lagi.
DAFTAR PUSTAKA