Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Trauma kepala sudah merupakan kasus medis yang umum ditemui di seluruh

belahan dunia. Bahkan, di Negara maju seperti Amerika dan Australia, tercatat

kasus trauma kepala mencapai 800.000-1.000.000 dan 756.000 kasus per tahun.

Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non-degeneratif dan non-

kongenital yang terjadi akibat rudapaksa mekanis eksternal yang mencederai

kepala yang memungkinan akibat seperti gangguan kognitif, fisik, dan psikososial

baik sementara atau permanen yang berhubungan dengan berkurang atau

berubahnya derajat kesadaran. Cedera kepala lebih sering dialami oleh pria

daripada wanita dan trauma ini juga menjadi penyebab utama kematian /

kelumpuhan pada usia muda.

Penegakkan diagnosa trauma kepala diperoleh dengan anamnesa yang cermat,

pemeriksaan klinis awal yang teliti, dan ditunjang oleh pemeriksaan penunjang,

dan salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk menentukan letak

kelainan pada trauma kepala adalah dengan pemeriksaan CT (Computerized

Tomography) yang selanjutnya disebut dengan CT-scan. Namun tentunya sebelum

CT-scan dilakukan, ada baiknya dipergunakan modalitas awal yang lebih

terjangkau seperti foto Roentgen kepala. Pasien dengan trauma kepala

memerlukan penegakkan diagnosa sedini mungkin agar tindakan terapi dapat

segera dilakukan untuk menghasilkan prognosa yang baik.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 CT Scan Pada Trauma Kepala

Pada pasien dengan trauma kepala, dari studi retrospektif direkomendasikan dua

standar yang dipakai apakah pasien perlu atau tidak untuk CT scan kepala yaitu New

Orleans Criteria dan The Candian CT Rule.

2.1.1 Indikasi CT Scan Menurut New Orleans Criteria

a) Sakit Kepala

b) Muntah

c) Umur lebih dari 60 tahun

d) Adanya intoksikasi alkohol

e) Amnesia retrograde

f) Kejang

g) Adanya cedera di area clavicula superior

2.1.2 Indikasi CT Scan Menurut The Canadian CT Rule

a) GCS kurang dari 15 setelah 2 jam kejadian

b) Adanya dugaan open / depressed fracture

c) Bukti fisik adanya fraktur di basal skull

d) Umur lebih dari 65 tahun

e) Lebih dari dua kali muntah

Untuk membandingkan spesifisitas dari New Orleans Criteria dan The Canadian

CT Rule, maka penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 menyimpulkan bahwa The

Canadian CT Rule mempunyai spesifisitas yang lebih tinggi untuk menilai outcome

dari pasien.

2
2.1.3 Keunggulan CT Scan Pada Trauma Kepala

a) Pemeriksaan yang cepat dan mudah

b) Tidak invasif

c) Dapat mengidentifikasi dan melokalisir fraktur dan fragmennya pada

tulang kepala

d) Dapat menunjukkan adanya perdarahan extrakranial dan intrakranial serta

menghitung volumenya

2.1.4 Kerugian CT Scan Pada Trauma Kepala

a) Pemeriksaan relatif mahal

b) Radiasi yang tinggi

c) Tidak semua center kesehatan mempunyai alat CT Scan

2.2 Trauma Kepala

Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu

kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi

disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau

mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan

fungsi fisik. Laki-laki cenderung mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak

daripada perempuan dan usia yang berisiko tinggi untuk terkena trauma kepala dibagi

menjadi 2, yaitu kelompok umur 0-4 tahun dan kelompok umur 15-19 tahun.

2.2.1 Jenis Trauma Kepala

Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi dimana terjadi trauma.

Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu trauma kepala

tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen

tengkorak yang masih intak pada kepala setelah luka. Sedangkan trauma kepala

3
terbuka merupakan trauma yang menyebabkan luka menembus sampai kepada

duramater.

Kemungkinan kecederaan atau trauma pada kepala adalah sebagai berikut :

a) Fraktur

Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat

4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear fracture, depressed

fracture, compound fracture.

b) Luka Memar (Contusio)

Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan,

dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke

jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna

merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan

tengkorak. Kontusio yang besar dapat terlihat di CT scan atau MRI

seperti luka besar.

c) Laserasi

Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul

atau runcing. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang

dibawahnya dan pada proses penyembuhan biasanya menimbulkan

jaringan parut

d) Abrasi

Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial.

Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit dan tidak sampai

di subcutis.

4
e) Avulsi

Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit

terkelupas,tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial.

Gambar 2.1 CT Scan Kepala Normal

Gambar 2.2 Gambaran CT Scan Pada Trauma Kepala

5
2.2.2 Perdarahan Intrakranial

Gambar 2.3 Lapisan Meningen Otak

Gambar 2.4 Hematoma Pada berbagai Bagian Kepala

2.2.2.1 Perdarahan Epidural / Epidural Hematoma (EDH)

Perdarahan epidural adalah perdarahan yang terjadi antara tulang

kranial dan duramater akibat robeknya middle meningeal arteri. Gejala

klinisnya dapat berupa kesadaran menurun, anisokoria dan mungkin terjadi

hemiparese kontralateral. Gambaran EDH pada CT tampak sebagai bentuk

bikonveks dan adanya pemisahan jaringan otak dengan skull. Perdarahan

6
yang akut tampak hiperdens, subakut tampak isodens, dan yang kronis

tampak hipodens.

Gambar 2.5 Epidural Hematoma

2.2.2.2 Perdarahan Subdural / Subdural Hematoma (SDH)

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi antara duramater

dan araknoid membran yang biasanya meliputi perdarahan vena. Gambaran

CT tampak sebagai bentuk bulan sabit mengikuti kontur dari cranium bagian

dalam. Densitas pada CT tergantung kronisitas dari SDH yang terjadi

sehingga perdarahan akut tampak hiperdens, subakut tampak isodens, dan

kronis tampak hipodens.

Gambar 2.6 Subdural Hematoma

7
Gambar 2.7 Subdural Hematoma Akut dengan Peningkatan TIK

Gambar 2.8 Subdural Hematoma Kronik

2.2.2.3 Perdarahan Subarachnoid / Subarachnoid Hemorrhage (SAH)

Terjadi karena keluarnya darah ke subarachnoid space. Penyebab

utama SAH adalah trauma, selain itu bisa juga karena rupturnya saccular

aneurysm dan arteriovenous malformation.

Gambaran CT menunjukkan gambaran hiperdens yang ada di

subarachnoid space.

8
Gambar 2.9 Perdarahan Subarachnoid

2.2.2.4 Perdarahan Intraventrikular

Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pda

ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular ini hampir selalu timbul apabila

terjadi perdarahan intraserebral.

Gambar 2.10 Perdarahan Intraventrikular

9
2.2.2.5 Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada

jaringan otak. Perdarahan dalam korteks serebri berasal dari arteri kortikal

dan terbanyak pada lobus temporalis. Jika penderita dengan perdarahan

intraserebral luput dari kematian, maka perdarahannya akan direorganisasi

dengan pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini dapat menimbulkan

manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena.

Gambar 2.11 Perdarah Intraserebral

2.2.2.6 Fraktur Basis Kranii

Fraktur basis kranii merupakan fraktur akibat benturan langsung

pada daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita), transmisi

energi yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula, atau efek

remote dari benturan pada kepala. Rudapaksa akibat fraktur maksilofasial,

rudapaksa dari arah lateral cranial dan dari arah kubah cranial, atau karena

beban inersia dari kepala dapat menyebabkan fraktur basis kranii.

10
Gambar 2.12 Fraktur Basis Kranii

11
BAB III

KESIMPULAN

1. Trauma kepala adalah trauma non-degeneratif dan non-kongenital yang

terjadi akibat rudapaksa mekanis eksternal yang mencederai kepala yang

memungkinan akibat seperti gangguan kognitif, fisik, dan psikososial baik

sementara atau permanen yang berhubungan dengan berkurang atau

berubahnya derajat kesadaran.

2. Trauma kepala dapat menyebabkan berbagai macam kelainan patologis baik

extrakranial maupun intrakranial antara lain fraktur, hematoma intrakranial

dan ekstrakranial.

3. Diagnosa trauma kepala ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan klinis

yang cermat dan pemeriksaan penunjang, salah satu yang terakurat untuk

mendapatkan diagnosa dini yang tepat serta prognosa yang baik adalah dengan

CT scan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/3/Chapter%20II.pdf
2. http://id.scribd.com/doc/57242486/Trauma-Kepala-Intrakranial-Dan-Peranan-
Ct-Scan-Sebagai-Penunjang-Diagnosanya
3. http://id.scribd.com/doc/73830417/Fraktur-Basis-Cranii
4. Palmer, PES et al. 1990. Petunjuk Membaca Foto Untuk dokter Umum.
Jakarta : EGC
5. Rasad S, dkk. 1995. Radiologi Diagnostik Edisi ke 3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai