Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus Radioterapi

Seorang Laki-laki 64 tahun


dengan Karsinoma
Nasofaring Stadium IVA

Disusun oleh:
Adimas Argo Farah Aula Aninda
Dosen Pembimbing:
dr. Ch. H Nawangsih, Sp.Rad (K)Onk. Rad
Kanker kepala dan leher
Penyebab kematian akibat kanker #8

60%
Kanker nasofaring

Ashariati Ami. Pengelolaan Medik Kanker Kepala & Leher [internet]. 2008 [cited 2015 August 15]. Available from:
penelitian.unair.ac.id/artikel/4fa113de5c630ea3549d9a0a1ecd8e50_unair.pdf
Roezin A, Adham M. Karsinoma Nasofaring. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2009. hlm. 182-187.
jarang dijumpai pada anak-anak.

Insiden meningkat setelah usia 30


tahun dan mencapai puncaknya pada
usia 40-60 tahun.

laki-laki : perempuan
2,5:1

Mills SE. Squamous Cell Carcinoma. In: Stenbergs Diagnostic Surgical Pathology. 4th Ed. Lippicoltt William&Wilkins; 2004: p. 974-7.
Pada tulisan ini dilaporkan pasien laki-laki berusia 64
tahun dengan karsinoma nasofaring T4 N2 Mx (stadium
IVA). Penentuan stadium berdasarkan besar dan
perluasan tumor primer, adanya pembesaran kelenjar
limfe regional, dan adanya metastasis jauh. Pasien
saat ini sudah menjalani empat kali kemoterapi dan
tujuh kali penyinaran. Pasien datang untuk terapi sinar
yang kedelapan.
Etiologi dan Faktor
Anatomi nasofaring Gejala dan tanda Pengelolaan
risiko

Epstein Barr Virus

Genetik

Gen HLA (Human Leukocyte Antigen) dan gen pengode enzim


sitokrom p450 2E1 (CYP2E1)

Lingkungan

Ikan asin, makanan yang diawetkan, merokok dan perokok pasif


yang terkena paparan asap rokok yang
mengandung formaldehide, paparan debu, kayu/asap, kayu bakar

Piasiska H. Profil Penderita Karsinoma Nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi Kota Medan Tahun 2009 [tesis]. Medan: FK USU; 2010.
Etiologi dan Faktor
Anatomi nasofaring Gejala dan tanda Pengelolaan
risiko

batas superior

batas anterior

batas lateral

Adams GL, Boies LR, Higler PA. 1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam : Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Etiologi dan Faktor
Anatomi nasofaring Gejala dan tanda Pengelolaan
risiko

Gejala hidung
Epistaksis
Obstruksi hidung
Rinorrhea
Gejala telinga
Rasa penuh di telinga
Berdengung
Gangguan pendengaran
Gejala perluasan
Anosmia (kerusakan N. I)
Strabismus, ptosis, kesulitan membuka mata, penurunan visus
(kerusakan N. II N. IV)
Diplopia (kerusakan N. VI)
Parestesia, hipestesia, nyeri separuh wajah (kerusakan N. V
cabang I)

Mulyarjo. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok-
Kepala Leher, SMF Ilmu Penyakit THT FK Unair/ RSUD dr. Soetomo, Surabaya 2002: 38-47
Etiologi dan Faktor
Anatomi nasofaring Gejala dan tanda Pengelolaan
risiko

Stadium
T : keadaan tumor primer, besar dan perluasan
N : kelenjar limfe regional
M : metastasis jauh

Stadium
Stadium O : Tis, N0, M0
Stadium I : T1, N0, M0
Stadium IIA : T2a, N0, M0
Stadium IIB : T1-2a, N1, M0 atau T2b, N1, M0
Stadium III : T1-2b, N2, M0 atau T3, N0-2, M0
Stadium IVA : T4, N0-2, M0
Stadium IVB : tiap T, N3, M0
Stadium IVC : tiap T, tiap N, M1

Mulyarjo. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok-
Kepala Leher, SMF Ilmu Penyakit THT FK Unair/ RSUD dr. Soetomo, Surabaya 2002: 38-47
Etiologi dan Faktor
Anatomi nasofaring Gejala dan tanda Pengelolaan
risiko

Penatalaksanaan
Stadium I : radioterapi
Stadium II III : kemoradiasi
Stadium IV dengan n < 6 cm: kemoradiasi
Stadium IV dengan n > 6 cm:
kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

Mulyarjo. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok-
Kepala Leher, SMF Ilmu Penyakit THT FK Unair/ RSUD dr. Soetomo, Surabaya 2002: 38-47
Laporan Kasus

Nama Tn. ES
Umur 64 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Alamat Tambah Mas Barat 512 Panggung Lor
Semarang
Agama Islam
Pekerjaan Petani
No. CM C528266
Anamnesis (14 Agustus 2015)

Keluhan utama : melanjutkan pengobatan

Riwayat penyakit sekarang


Sejak 3 tahun yang lalu muncul benjolan di leher sebelah
kanan dan kiri seukuran ibu jari, kemudian makin lama makin
besar.Pasien mengeluh jika menengok terasa ada yang
mengganjal. Tidak ditemukan kelainan pada wajah pasien,
bicara normal, sulit menelan (+), minum tersedak (-), batuk (-),
sesak (-), hidung tersumbat (-), keluar lendir dari hidung (-),
nyeri telinga (+), pendengaran berkurang (+), telinga
berdenging (+), nyeri saat batuk (-), suara serak (+), keringat
berlebihan di malam hari (-), nyeri tulang (-), lemas (+), gusi
berdarah (-), muntah darah (-), mual (+), buang air besar dan
air kecil tidak ada keluhan.
Anamnesis (14 Agustus 2015)

Riwayat penyakit sekarang

Pasien memeriksakan diri ke RS Telogorejo, dilakukan biopsi


dari benjolan pada 27 Maret 2015 dan didapatkan gambaran
undifferentiated carcinoma. Pasien kemudian dibawa ke
RSUD Dr. Kariadi untuk dilakukan penyinaran.
Sampai saat ini pasien sudah mendapatkan terapi dengan
penyinaran.Pasien saat ini sudah menjalani 7x penyinaran dan
4x kemoterapi.Pasien hendak melanjutkan terapi. Keluhan
sakit saat menelan masih ada, benjolan dirasakan sudah mulai
mengecil.
Anamnesis (14 Agustus 2015)

Riwayat penyakit dahulu


o Hipertensi (-)
o Kencing manis (-)
o Penyakit jantung (-)
o Riwayat merokok (-)
o Riwayat paparan pestisida (+)

Riwayat penyakit keluarga


o Tidak ada anggota keluarga sakit seperti ini

Riwayat sosial ekonomi


o Pasien bekerja sebagai petani, istri pasien tidak bekerja
o Memiliki 5 orang anak, 2 belum mandiri
o Sumber biaya: JKN non PBI
o Kesan: sosial ekonomi cukup
Pemeriksaan Fisik (14 Agustus 2015)

Keadaan umum Napas spontan, nampak sakit


ringan
Kesadaran Compos mentis
Tanda vital
tekanan darah 110/90 mmHg
nadi 90 kali/menit
frekuensi napas 23 kali/menit
suhu Afebris
Pemeriksaan Fisik (14 Agustus 2015)

Kepala Mesosefal
Mata Konjungtiva palpebra pucat (-/-)
Telinga Discharge (-/-), kurang pendengaran
(+/+)
Hidung Napas cuping hidung (-)
Mulut Bibir sianosis (-)
Tenggorok T1-1
Leher Pembesaran nnll (+/+)
Pemeriksaan Fisik (14 Agustus 2015)

Jantung
Inspeksi Ictus cordis tak tampak
Palpasi Ictus cordis SIC V, 2 cm medial LMCS
Perkusi Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi BJI-II normal, bising (-), gallop (-)

Paru
Inspeksi Simetris statis dan dinamis
Palpasi Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi SD vesikuler (+/+), ST (-/-)
Pemeriksaan Fisik (14 Agustus 2015)
Abdomen
Inspeksi Datar, venektasi (-)
Auskultasi Bising usus (+) normal
Perkusi Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba

Ekstremitas Superior Inferior


Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill <2/<2 <2/<2
Refleks fisiologis +/+ +/+
Refleks patologis -/- -/-
Pemeriksaan Penunjang
Patologi Anatomi (27 Maret 2015)
Sediaan biopsi nasofaring kanan berupa 2 keping jaringan
menunjukkan bagian permukaan dilapisi oleh epitel respirasi,
stroma jaringan ikat miksomatosa sembab hiperemik, bersebukan
moderat sel radang kronik, serta didapatkan kelompok sel dengan
inti bulat, oval, pleomorfik, kromatin kasar.
Tampak pula bagian nekrotik dengan perdarahan.
Sediaan biopsi nasofaring kiri berupa 2 keping jaringan
menunjukkan bagian permukaan dilapisi oleh epitel gepeng
berlapis, stroma jaringan ikat miksomatosa sembab hiperemik,
bersebukan moderat sel radang kronik, serta didapatkan
kelompok sel dengan inti bulat, oval, pleomorfik, kromatin kasar.
Tampak pula bagian nekrotik.

Kesimpulan:
Nasofaring kanan, biopsi: undifferentiated carcinoma
dd/ limfoma maligna
Nasofaring kanan, biopsi: undifferentiated carcinoma
dd/ limfoma maligna
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (10 Agustus 2015)

Hemoglobin 11,8 g/dL (L)


Hematokrit 33,7 % (L)
Eritrosit 3,68 juta/mm3 (L)
Leukosit 8,65 ribu/mm3
Trombosit 270 ribu/mm3
MCH 32,0 pg
MCV 91,4 fl
MCHC 35,6 g/dL
Kesan Anemia normositik normokromik
Pemeriksaan Penunjang
X foto thorax PA (2 April 2015)
Cor: CTR > 50%,
apeks jantung bergeser ke
laterokaudal
Tampak elongatio aorta
Pulmo : corakan vascular tampak normal
tak tampak bercak maupun nodul
Tampak kalsifikasi pada hilus kanan

Hemidiaphragma kanan setinggi costa 10


posterior
Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Tak tampak lesi litik, sklerotik, maupun
destruksi pada os costa, scapula, dan
clavicular kanan kiri yang tervisualisasi

Kesan:
Kardiomegali (left ventricle) disertai
elongatio aorta.
Tak tampak gambaran metastasis maupun
kelainan lain pada pulmo dan tulang yang
tervisualisasi.
Pemeriksaan Penunjang
USG Abdomen (2 April 2015)

Hepar :
ukuran tak membesar, parenkim normal, ekogenesitas meningkat,
struktur vaskular dan diafragma masih tampak jelas, tak tampak
nodul, vena porta tak melebar, vena hepatica tak melebar
Ductus biliaris : intra dan ekstrahepatal tak melebar
Vesica felea :
ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak
sludge
Pankreas : parenkim homogen, tak tampak massa maupun
kalsifikasi
Ginjal kanan :
bentuk dan ukuran normal, batas kortikomedular jelas, tak tampak
penipisan korteks, tak tampak batu, pielokaliks tidak melebar
Ginjal kiri :
bentuk dan ukuran normal, batas kortikomedular jelas, tak tampak
penipisan korteks, tak tampak batu, pielokaliks tidak melebar
Lien : tak membesar, tak tampak massa
Pemeriksaan Penunjang
USG Abdomen (2 April 2015)

Aorta : tak tampak nodul paraaorta


Vesica urinaria:
dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu,
tak tampak massa
Prostat :
ukuran tak membesar (volume + 16,4 ml), tak tampak kalsifikasi,
tak tampak nodul

Tak tampak cairan bebas intraabdomen


Tak tampak cairan bebas supradiafragma kanan kiri

Kesan:
Tak tampak nodul pada hepar, lien, maupun limfadenopati
paraaorta yang mencurigakan suatu metastasis
Fatty liver grade I
Pemeriksaan Penunjang
MSCT scan dengan kontras (7 April 2015)
Pemeriksaan Penunjang
MSCT scan dengan kontras (7 April 2015)
Tampak lesi isodens homogen (CT number 34-45 HU) batas
sebagian tak tegas pada nasofaring, yang meluas sampai ke
paramucosal space kanan kiri, pharyngeal mucosal space kanan
kiri, paravertebral space kanan kiri, sinus maxillaris kanan, sinus
ethmoidalis kanan, dan sinus sphenoidalis kanan kiri disertai
destruksi dinding sinus maxillaris kanan, dinding medial dan
posterior os ethmoidalis, os sphenoidalis kanan, dan clivus. Pasca
pemberian kontras intravena, tampak enhancement regio lesi (CT
number 60-70 HU).
Fossa Rossenmulleri dan torus tubarius kanan kiri tampak obliterasi.
Tampak lesi bentuk polipoid (CT number 48-53 HU) pada sinus
maxillaris kiri.
Tampak multipel limfadenopati yang berkonfluens pada regio
colli level I (submandibula) kanan kiri dengan ukuran terbesar (+
AP 2,17 x LL 2,07 x CC 3,33 cm) dan regio colli level II kanan kiri
dengan ukuran terbesar (+ AP 2,39 x LL 2,88 x CC 2,39 cm).
Pemeriksaan Penunjang
MSCT scan dengan kontras (7 April 2015)

Kesan:
Massa solid dengan batas sebagian tak tegas pada nasofaring,
yang meluas sampai ke paramucosal space kanan kiri,
pharyngeal mucosal space kanan kiri, paravertebral space
kanan kiri, sinus maxillaris kanan, sinus ethmoidalis kanan, dan
sinus sphenoidalis kanan kiri disertai destruksi dinding sinus
maxillaris kanan, dinding medial dan posterior os ethmoidalis, os
sphenoidalis kanan, dan clivus massa sinonasal.
Multipel limfadenopati yang berkonfluens pada regio colli level I
(submandibula) kanan kiri dengan ukuran terbesar (+ AP 2,17 x LL
2,07 x CC 3,33 cm) dan regio colli level II kanan kiri dengan
ukuran terbesar (+ AP 2,39 x LL 2,88 x CC 2,39 cm) T4 N2 Mx
Polip sinus maxillaris kiri.
Diagnosis

Undifferentiated carcinoma nasofaring T4 N2 Mx


dengan post radiasi eksternal 7 kali.
Initial plans
Assessments Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Nadi: 86 kali/menit
Suhu: afebris
Program eksternal radiasi ke-8, post eksternal radiasi 7
kali
IP diagnosis -
IP terapi Perbaikan keadaan umum
Vitamin B kompleks/C/SF 2 x 1 tab
Diet biasa
Rawat bersama dengan bagian THT
IP monitoring Keadaan umum, tanda vital
Metastasis
IP edukasi Menjelaskan kepada pasien tentang tahapan
terapi yang akan dilakukan
Menjelaskan efek samping terapi radiasi
Radioterapi
Lapangan radiasi

Laterolateral
Cranium anteroposterior

Dosis terapi
Laterolateral
6600 cGy, dosis fraksinasi 200 cGy,
diberikan 5 kali seminggu
Supraclavicula anteroposterior
Dihentikan setelah 5000 cGy. Setelah
Supraclavicula
anteroposterior
5400 cGy, dilakukan CT-scan
Pembahasan
Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik
Stadium KNF: IVA
o 3 tahun lalu, muncul benjolan di leher semakin membesar
o Pemeriksaan (T4 pendengaran
Nyeri saat menelan, kurang N2 Mx)
radiologi diri ke RS Telogorejo, dilakukan biopsi, hasilnya
o Memeriksakan
o undifferentiated
Untuk menentukan carcinoma nasofaringnasofaring dan
stadium karsinoma
o Dirujuk ke RSDK
kecurigaan untuk melakukan kemoradiasi
metastasis
o Pemeriksaan
o USG Abdomen: fisiktidak
tampak limfadenopati
didapatkan nodul colli
hepar, Simulator
kanan
lien, dan
sertakiri
limfadenopati paraaorta
o X foto thorax PA: tidak Dilakukan sebelum
o didapatkan pelaksanaan
metastasis pada pulmo radioterapi
dan
o Dapat menentukan
tulang yang tervisualisasi volume target, struktur di sekelilingnya,
Efek samping
sehingga dosis
o MSCT scan nasofaring dengan kontras: T4 N2 Mx bisa tepat diberikan
o Pada pasien,
Pengobatan telah dilakukan
dengan kemoterapisebelum radiasi diberikan
dapat menimbulkan depresi(5
Agustus
sumsum tulang, perlu dilakukan evaluasi secara 2015)
berkala
o Pada pasien, dilakukan cek darah rutin sebelum radiasi (27 Juli) dan
setelah lima kali penyinaran (11 Agustus 2015)
Kesimpulan

Dari kasus ini didapatkan diagnosis karsinoma nasofaring


stadium IVA pada seorang laki-laki 64 tahun. Kemudian
pasien tersebut mendapatkan terapi berupa kemoterapi
serta radiasi eksternal dengan dosis 6600 cGy yang
diberikan secara terbagi, fraksinasi 200 cGy 5 kali per
minggu. Saat ini pasien telah mendapatkan 4 kali
kemoterapi dan 7 kali terapi radiasi eksternal. Pasien
datang untuk menjalankan radioterapi ke-8
Laporan Kasus Radioterapi

Seorang Laki-laki 64 tahun


dengan Karsinoma
Nasofaring Stadium IVA

Disusun oleh:
Adimas Argo Farah Aula Aninda
Dosen Pembimbing:
dr. Ch. H Nawangsih, Sp.Rad (K)Onk. Rad

Anda mungkin juga menyukai