Anda di halaman 1dari 13

Burning Mouth Syndrome

ADINDA EKA RAMADHANI


21102100004
Drg. Rochman Mujayanto, sp.PM
Assalamualaikum Wr. Wb
Definisi
• Burning Mouth Syndrome didefinisikan sebagai rasa nyeri kronis
seperti sensasi terbakar yang melibatkan lidah, rongga mulut atau bibir
yang biasanya secara klinis maupun laboratoris tidak ditemukan
adanya kelainan.
• Menurut International Association of Pain bahwa rasa nyeri yang
dirasakan penderita Burning Mouth Syndrome terasa dalam kurun
waktu 4-6 bulan tanpa adanya kelainan secara klinis maupun
laboratoris.

Referensi :
• I Nyoman Gede Juwita Putra & Riani Setiadhi. Management Of Burning Mouth Syndrome:Literature Review. Odonto Dental Journal. Volume 6. Spessial Issue I.
2019.
• Dari beberapa penelitian menjelaskan bahwa mayoritas pasien dengan
Burning Mouth Syndrome adalah wanita yang sedang dipertengahan
usia post-menopause yaitu sekitar 55-60 tahun.
• Tingginya frekuensi BMS pada wanita dipengaruhi beberapa factor
seperti factor biologi, social budaya dan juga psikologis.

Referensi :
• I. Feller, at al. Review Article Burning Mouth Syndrome: Aetiophatogenesis and Principles of Management. Handawi Pain Research . Volume 6. Spessial Issue I.
2019.
Etiopatogenesis
• Berdasarkan penelitian yang ada mengatakan bahwa penyebab dari
BMS ini belum diketahui secara pasti.
• Etiopatogenesis dari BMS sangat kompleks dan setiap pasien yang
datang dengan keluhan sensasi terbakar pada rongga mulutnya sering
dikaitkan dengan symptom dari factor local, penyakit sistemik dan
atau psikologis.
• Ketika pasien BMS dengan keluhan penyebab salah satu factor
tersebut maka dikatakan BMS sekunder. Namun Ketika tidak dapat
ditemukan factor penyebab disebut BMS primer.
Referensi :
• I Nyoman Gede Juwita Putra & Riani Setiadhi. Management Of Burning Mouth Syndrome:Literature Review. Odonto Dental Journal. Volume 6. Spessial Issue I.
2019.
Faktor yang mempengaruhi BMS :

PSYCOLOGIS&
LOCAL SISTEMIC
PSICOSOCIAL
 Dental Treatment  Defisiensi nutrisi  Kelainan neuropsikiatri
 Candidiasis  Gangguan imunologi seperti depresi,
 Infeksi Bakteri  Efek samping dari kecemasan, dan fobia
 Alergi penggunaan obat. kanker
 TMD
 Disfungsi kelenjar saliva
Gambaran Klinis (Foto Klinis)
• Burning Mouth Syndrome adalah keadaan nyeri intraoral yang
digambarkan sebagai nyeri terbakar, kesemutan, atau mati rasa di
mukosa mulut. Nyeri BMS sering kali bilateral, meskipun tidak jarang
terjadi nyeri unilateral. Gejala ekstraoral yang sering dikeluhkan yaitu
adanya nyeri disekitar wajah.
• Pasien mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar disertai atau tanpa
perubahan rasa,xerostomia, pada mukosa dan paling sering di lidah.
Gejala selalu muncul atau hilang timbul dan memburuk saat sore dan
malam hari.
Referensi :
• Reyes Sevilla DDS, M.2019. Is Burning Mouth Syndrome Based on Physicological Mechanism which Resembles that of Neuropathic Pain. Odovtos-International
Journal Of Dental Science, 2(22), pp, 11-14.
Diagnosis Banding
• Diagnosis Banding dari Burning Mouth Syndrome, yaitu:
1. Trigeminal Neuralgia
2. Glossopharingeal Neuralgia
3. Postherpetic Neuralgia
4. Atypical Facial Pain
5. Atypical Ondontolgia

Referensi :
• Regezi, J. A., Sciubba, J.J. and Jourdan, R.C. 2017. Oral Pathology:Clinical Pathologic Correlation, Seventh Edition., Seventh. Available at:
https://t.me/MBS_MedicalBooksStore/8958.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dapat berupa tes
hematologi untuk melihat apakah pasien mengalami defisiensi nutria
atau tidak.
• Pemeriksaan mikrobiologi untuk mendeteksi apakah pasien
mengalami infeksi bakteri, jamur, atau virus.
• Pemeriksaan penunjang digunakan untuk mengetahui penyebab
terjadinya burning mouth syndrome serta untuk mengetahui
penatalaksanaan yang tepat.
Referensi :
• Regezi, J. A., Sciubba, J.J. and Jourdan, R.C. 2017. Oral Pathology:Clinical Pathologic Correlation, Seventh Edition., Seventh. Available at:
https://t.me/MBS_MedicalBooksStore/8958.
Penatalaksanaan Kasus & Prognosis
Perawatan awal Pasien Burning Mouth Syndrom yaitu harus mencari penyebab
terlebih dahulu, lalu melakukan eliminasi penyebab.
a) Jika Pasien mengalami defisiensi Vitamin B12 maka diberikan terapi Vitamin B12 dan zat
besi.
b) Jika hasil kultur jamur postif, diberikan nystatin atau klotrimazol topical.
c) Jika Pasien memakai protesa prostetik, maka jaringan dan denture nya harus diperiksa dan
bersihkan untuk menghilangkan iritasi.
d) Jika Pasien mengalami xerostomia karena diinduksi obat, maka dilakukan konsultasi dengan
dokter Pasien untuk memberikan alternative obat.
e) Jika Pasien mengalami gangguan psikis, maka dilakukan rujukan ke konseling psikolog klinis
atau psikiater
Referensi :
• Regezi, J. A., Sciubba, J.J. and Jourdan, R.C. 2017. Oral Pathology:Clinical Pathologic Correlation, Seventh Edition., Seventh. Available at:
https://t.me/MBS_MedicalBooksStore/8958.
• Terapi topikal menggunakan Clonazepan 1 mg tablet dilarutkan dan ditahan di
mulut sebanyak 1 hari 3 kali dan anastesi topikal menggunakan lidocaine 2%
gel. Terapi sistemik menggunakan paroxetine (20 mg/hari), sertraline (50
mg/hari), alfa-lipoat (600mg/hari), gabapentin (300 mg/hari)
• Perawatan BMS ditujukan untuk mengelola gejala, mengurangi kecemasan dan
mengobati masalah psikologi. Terapi topikal menggunakan ekstrak capsaicin,
klonazepan dan larutan anestesi topikal. Terapi sistemik menggunakan asam
alfa-lipoat (300 mg 2 kali sehari), klonazepam (0,5-2 mg perhari, biasanya
diminum pada malam hari), trisiklik antidepresan dosis rendah seperti
amitriptilin, nortriptilin dan gabapentin. Manajemen non-farmakologis seperti
pengurangan stress, olahraga dan terapi perilaku kognitif sangat penting untuk
mengurangi ketergantungan obat.

Referensi :
• Glick, M. 2019. The Oral Systemic Health connetion : a guide to patient care/edited by Michael Glick.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai