SMOKER’S MELANOSIS
Disusun oleh:
Karina Sabriati
160112160050
Pembimbing:
Menyetujui:
Dosen pembimbing
i
ii
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pigmentasi oral dan perioral dapat berasal dari fisiologis atau patologis.
diskolorisasi, termasuk warna cokelat, biru, abu-abu, dan hitam. Perubahan warna
menyebar ke anterior fasial gingiva maksila dan mandibula, mukosa bukal, lateral
lidah, palatum, dan dasar mulut. Sebagian besar perokok termasuk perokok berat
1
2
pada beberapa individu, sintesis melanin distimulasi oleh produk asap rokok. Pada
seperti konfigurasi geografi atau map-like (Laskaris, 2006 dan Greenberg et al,
2008).
melanosis pada pasien pria usia 23 tahun yang datang ke RSGM FKG Unpad.
Pasien tersebut mengeluhkan gusi bagian depan rahang atas dan rahang bawahnya
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. D S
Umur : 23 tahun
Alamat : Bandung
Pekerjaan : Mahasiswa
2.1.2 Anamnesa
Pasien laki-laki 23 tahun datang dengan keluhan gusi depan dan bawah
berwarna cokelat kehitaman. Pasien tidak mengeluhkan rasa sakit di gusi tersebut.
Pasien mengaku gusinya berwarna cokelat kehitaman tersebut sejak +/- 5 tahun
lalu. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 9 tahun lalu dan dapat
menghabiskan rokok minimal 2 bungkus per hari. Pasien juga memiliki kebiasaan
3
4
Hipertensi : YA/TIDAK
Asma/alergi : YA/TIDAK
Hamil : YA/TIDAK
Kontrasepsi : YA/TIDAK
Lain-lain : YA/TIDAK
Kelenjar Limfe
TMJ :TAK
Wajah : Simetri/Asimetri
Lain-lain :-
Frenulum :TAK
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
PE
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Mikrobiologi : TDL
2.1.10 Diagnosis
1. D/ Smoker’s Melanosis
4. D/ Pulpitis reversibel gigi 18, 11, 21, 25, 26, 37, 46, 47, 48
DD/ Pulpitis ireversibel gigi 18, 25, 26, 37, 46, 47, 48
5. D/ Impaksi gigi 38
1. Pro OHI : sikat gigi 2 kali sehari dan sikat lidah 2 kali sehari setelah
menyikat gigi
3. Pro nutrisi : menganjurkan makan makanan berserat dan minum air putih 8
4. Pro penambalan komposit kelas I gigi 18, 25, 26, 37, 46, 47, 48; penambalan
komposit kls III gigi 11 dan 21; penambalan komposit kelas IV gigi 11 dan 21
A B
Gambar 2.1 Smoker’s Melanosis di attached gingiva; A. Rahang atas; B. Rahang
bawah
2.2.1 Anamnesa
Pasien pria 24 tahun datang untuk kontrol pewarnaan pada gusi atas dan
bungkus menjadi 1½ bungkus per hari. Pasien tidak memiliki keluhan rasa sakit
9
pada gusinya tersebut dan pasien juga merasa tidak ada perubahan pada gusinya.
Kelenjar Limfe
TMJ :TAK
Wajah : Simetri/Asimetri
Lain-lain :-
10
Kebersihan Mulut:
46 31 36 46 31 36
1 0 1 1 0 1 Stain +/-
Palatum Durum : T A K
Frenulum :TAK
Lidah : Plak berwarna putih di 1/3 posterior lidah dengan tepi yang
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
PE
11
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Mikrobiologi : TDL
2.2.6 Diagnosis
1. D/ Smoker’s Melanosis
4. D/ Pulpitis reversibel gigi 18, 11, 21, 25, 26, 37, 46, 47, 48
DD/ Pulpitis ireversibel gigi 18, 25, 26, 37, 46, 47, 48
5. D/ Impaksi gigi 38
1. Pro OHI : sikat gigi 2 kali sehari dan sikat lidah 2 kali sehari setelah
menyikat gigi
3. Pro nutrisi: menganjurkan makan makanan berserat dan minum air putih 8
12
4. Pro penambalan komposit kelas I gigi 18, 25, 26, 37, 46, 47, 48; komposit kls
A B
C
Gambar 2.3 Kondisi rongga mulut pasien saat kunjungan kontrol; A. Smoker’s
melanosis di rahang atas; B. Smoker’s melanosis di rahang bawah; C. Lidah
dengan lapisan putih kekuningan yang sudah berkurang
Tabel 2.1 Resume Kasus
No Diagnosis Kunjungan I Kunjungan II
Perawatan: Perawatan:
Sikat lidah 2 kali sehari setelah menyikat gigi Sikat lidah 2 kali sehari setelah menyikat gigi
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Melanosit
di bawah atau di antara sel-sel stratum basalis dan pada folikel rambut. Asal
embriologi dari melanosit berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki
bentuk badan sel bulat tempat bermulanya cabang-cabang panjang yang ireguler
dalam epidermis. Cabang-cabang ini berada di antara sel-sel stratum basalis dan
14
15
peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim
tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian
vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi. 4 tahapan yang dapat dibedakan pada
proses dari aktivitas enzim tirosinase dan pembentukan substansi granul halus;
sulit terlihat.
dan melanin secara sempurna mengisi vesikel. Utrastruktur tidak ada yang
16
terlihat. Granul yang matang berbentuk elips, dengan panjang 1 μm dan diameter
0,4 μm.
melanosit dan ditransfer ke sel-sel dalam stratum germinativum dan spinosum dari
epidermis. Proses transfer ini telah diobservasi secara langsung pada kultur
atas inti (supranuklear), jadi melindungi nukleus dari efek merusak radiasi
dengan lisosom – alasan mengapa melanin menghilang pada sel epitel bagian atas
(Junqueira, 2003).
Namun dalam perjalanan penyakitnya, mukosa oral dan jaringan perioral dapat
dan hitam. Perubahan warna tersebut sering dikaitkan dengan deposisi, produksi,
atau akumulasi substansi pigmen endogen atau eksogen. Meskipun suatu area
warna mukosa secara endogen yang paling umum. Kumpulan hemoglobin atau
lesi pigmentasi oral berwarna merah, biru, atau cokelat. Sebaliknya, pigmentasi
akibat melanin yang disintesis oleh melanosit dapat memberikan warna cokelat,
biru, atau hitam, bergantung pada jumlah melanin dan lokasinya di dalam jaringan
jaringan ikat, terutama pada area yang mengalami inflamasi kronis seperti
gingiva. Dalam kasus lainnya, substansi yang diserap dalam tubuh dapat
terjadinya diskolorisasi di dorsal lidah. Pigmentasi eksogen juga dapat dipicu oleh
bervariasi, mulai dari focal macule (terlokalisasi) sampai lesi yang multifokal dan
menyebar (diffuse). Warna, durasi, lokasi, jumlah, distribusi, ukuran, dan bentuk
dari lesi pigmentasi penting untuk menentukan diagnosis. Selain itu, untuk
dan sosial, dan beberapa tes diagnostik dan lab, termasuk biopsi juga mungkin
3.3.1 Freckle/Ephelis
cokelat yang sering terlihat di area kulit wajah atau perioral yang terpapar sinar
matahari. Ephelis sering ditemukan pada individu berkulit terang dan individu
umumnya lebih banyak jumlahnya dan memiliki intensitas yang lebih gelap.
dermal counterpart yang diketahui. Makula melanosis merupakan lesi oral paling
umum yang berasal dari melanosit. Dalam suatu penelitian retrospektif, makula
melanosis terdiri dari 85% lesi melanosit soliter yang didiagnosis di laboratorium
patologi oral tunggal. Walapun etiologi masih belum dipahami, trauma telah
sering terjadi pada wanita, biasanya di bibir bawah dan gingiva. Walapun lesi
dapat terjadi pada semua usia, lesi cenderung hadir pada usia dewasa. Secara
3.3.3 Melanoacanthoma
bersifat jinak di jaringan mukosa. Sebagian besar pasien melaporkan onset yang
cepat dan trauma atau riwayat iritasi kronis yang biasanya didahului
oral biasanya muncul sebagai makula berpigmen gelap atau lesi seperti plak yang
cepat membesar, tidak jelas batasnya, dan sebagian besar terjadi pada wanita
berkulit gelap. Walaupun lesi dapat terjadi pada rentan usia yang luas, sebagian
bersifat asimptomatik paling sering terjadi mukosa bukal. Ukuran lesi bervariasi,
mulai dari lesi yang berukuran kecil sampai besar terlokalisir; memiliki ukuran
spontan, baik dengan atau tanpa intervensi bedah (Greenberg et al, 2008).
intramukosa merupakan yang paling sering terjadi diikuti dengan blue nevus.
perdebatan mengenai sel nevus yang merupakan tipe sel berbeda yang berasal dari
neural crest atau mungkin saja sel melanosit yang imatur. Secara sitologi dan
biologi, lesi sel nevus berbeda dengan melanosit yang berkolonisasi di lapisan sel
basal epidermis dan epitel oral. Nevus melanositik tidak memiliki karakteristik
klinis yang membedakan, lesi yang muncul biasanya bersifat asimptomatik dan
berukuran kecil (<1cm), soliter, berwarna cokelat atau biru, makula atau nodula
22
yang berbatas jelas. Nevus oral dapat terjadi pada usia berapapun, namun sebagian
besar kasus diidentifikasi pada pasien berusia diatas 30 tahun. Lokasi yang paling
sering terjadi adalah palatum keras, diikuti dengan mukosa bukal atau labial dan
Gambar 3.7 Nevus intramukosa di mukosa labial bawah (Greenberg et al, 2008)
maligna kutan. Melanoma kutan paling sering terjadi diantara individu berkulit
putih yang tinggal di daerah sunbelt. Namun tingkat kematian lebih tinggi pada
melanositik yang ada. Pada kulit wajah, area malar merupakan tempat yang paling
umum terjadinya melanoma karena area ini terkena paparan sinar matahari secara
signifikan. Melanoma oral dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering
terjadi saat usia 50 tahun. Mukosa yang ada di dalam mulut dapat terpengaruh,
namun palatum merupakan lokasi yang paling sering terlibat. Lokasi kedua yang
paling sering terjadi adalah gingiva rahang atas. Melanoma oral tidak memiliki
atau massforming, berbatas jelas atau ireguler, dan menunjukkan area pigmentasi
A B
Gambar 3.8 Melanoma maligna. A. Makula difus yang melibatkan gingiva rahang
atas, B. Massa pada palatum durum (Greenberg et al, 2008)
melanoma oral tidak spesifik dan mirip dengan malignansi lainnya. Ulserasi,
nyeri, kegoyangan gigi atau eksfoliasi spontan, resorpsi akar, kehilangan tulang,
ketahanan hidup yang buruk. Pasien dengan metastasis jauh yang bertahan hidup
3.4.1.1 Definisi
pada perokok dan terlihat di gingiva anterior fasial rahang atas dan rahang bawah,
mukosa bukal, lidah bagian lateral, palatum, dan dasar mulut (Greenberg et al,
2008).
3.4.1.2 Etiologi
pada rokok. Mekanisme dari merokok yang dapat menyebabkan pigmentasi masih
tetap tidak diketahui. Tembakau tanpa asap (snuff) tidak menunjukkan keterkaitan
dengan peningkatan melanosis oral. Jadi, terdapat kemungkinan satu atau lebih
senyawa kimia yang tergabung dalam rokok, daripada tembakau itu sendiri, yang
menyebabkan kondisi ini. Kemungkinan lain adalah panas yang dihasilkan rokok
3.4.1.3 Patofisiologi
di lapisan basal sel epithelium. Nikotin yang terdapat pada partikel asap rokok
terhisap ke rongga mulut kemudian menempel pada jaringan rongga mulut dan
melanin.
perubahan ini. Namun ada kemungkinan pada individu tertentu, sintesis melanin
datar, dan ireguler; beberapa kadang menunjukkan konfigurasi seperti map atau
geografik. Secara klinis, lesi ini muncul sebagai area pigmentasi multipel,
berkaitan dengan kebiasaan merokok pipa. Makula ini berukuran 0,5 – 1 cm,
secara signifikan pada tahun pertama merokok. Jika terjadi pengurangan dalam
patologis oral terkait rokok lainnya, smoker’s melanosis bukan merupakan kondisi
dan drug induced pigmentation (pigmentasi yang terjadi karena konsumsi obat
3.4.1.6 Terapi
bulan atau tahun. Jika untuk alasan estetik, dapat dilakukan gingival abrasion
(Laskaris G, 2006)
individual berkulit gelap, ras Asia, dan ras Amerika Selatan. Pigmentasi fisiologis
biasanya terjadi pada dua dekade awal hidup seorang individu dan bersifat
Warna normal dari kulit dan mukosa oral dipengaruhi oleh empat pigmen
Melanin adalah pigmen yang paling penting dan berpengaruh. Melanin diproduksi
oleh sel melanosit yang terdapat pada lapisan basal dari epitelium. Setelah
melanogenesis (produksi melanin) pada lapisan sel basal dari epitelium dapat
relatif sama dengan individu tanpa pigmentasi fisiologis. Hal ini membuktikan
hampir semua bagian mukosa oral (mukosa bukal, palatum, lidah, dan bibir), tapi
lebih sering terdapat pada daerah gingiva. Pigmentasi fisiologis biasanya berupa
pigmentasi difus atau multifokal. Pigmentasi terlihat lebih jelas pada area yang
sering terkena friksi dan akan semakin jelas seiring dengan bertambahnya usia
lainnya. Dalam dunia Barat, obat ini biasanya digunakan untuk pengobatan
dan pigmen kuning atau kuning-merah obat juga dapat teridentifikasi. Walaupun
mengikat melanin secara fisik, hal ini menyebabkan retensi obat dalam melanosit
Coated tongue atau lidah berselaput adalah suatu keadaan dimana dorsum
lidah seperti tertutup oleh suatu lapisan plak yang biasanya berwarna putih atau
terwarnai oleh jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi. Coated tongue
sering ditemukan pada orang dewasa, terutama pada pasien yang edentulous,
pasien yang memakai gigi tiruan, pasien dengan kebiasaan merokok, pasien
dengan diet makanan lunak, dan pasien dengan xerostomia dan oral hygiene yang
buruk. Kondisi ini terjadi akibat keratin yang gagal terdeskuamasi sehingga akan
debris sisa makanan, serta pigmentasi akibat makanan dan rokok dapat
terakumulasi pada papilla filiformis ini sehingga lidah akan tampak berselaput
Secara klinis gambaran umum coated tongue berupa lidah yang dilapisi
oleh lapisan putih terang pada permukaan lidah. Lapisan putih ini terbentuk akibat
retensi keratin pada dorsal lidah. Kadang gambaran ini dapat berupa pewarnaan
berupa selaput (lesi plak) yang menutupi bagian permukaan atas lidah. Plak ini
dapat berwarna putih kekuningan sampai berwarna coklat. Plak terdiri dari
deskuamasi sel epitel. Plak ini dapat hilang pada pengerokan tanpa meninggalkan
daerah eritem. Coated tongue dapat muncul dan hilang dalam waktu yang singkat
cara membersihkan lidah menggunakan tongue scrapper atau sikat gigi berbulu
lembut dua kali sehari sehabis menyikat gigi (Greenberg et al, 2008; AAOMP,
2005).
tongue merupakan lesi mukosa oral yang paling banyak ditemui pada perokok
yaitu sebesar 64% dari keseluruhan lesi mukosa oral yang diperiksa. (Kaur A dan
ditemui dan disertai dengan prevalensi yang tinggi pada laki-laki dan ternyata
terdapat hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan coated tongue (Kaur
Temperatur yang tinggi pada saat merokok dan berbagai jenis toksin yang
terdapat dalam rokok dapat memberikan efek yang berbahaya pada jaringan lunak
mulut. Merokok dapat mengeringkan mulut yang menghambat air liur untuk
yang berlebihan. Namun sampai saat ini belum diketahui secara pasti apakah
jenis rokok, lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap per hari (Kaur A dan
Wilda, 2013).
32
Temperatur pada sebatang rokok yang dibakar adalah 900oC untuk ujung rokok
yang dibakar dan 30oC pada ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok.
Merokok menyebabkan perubahan panas pada jaringan mukosa oral. Iritasi kronis
sekresi kelenjar liur yang akan mengakibatkan rongga mulut menjadi kering yang
kemudian akan menghambat fungsi air liur dalam peran membersihkan bakteri.
Hal ini akan menyebabkan penumpukan bakteri secara terus menerus. Coated
tongue terjadi apabila bakteri dan debris terperangkap antara papila lidah yang
perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa oral yang terkena terutama lidah.
Jika mulut kering dan merokok sepanjang waktu, lidah akan menjadi teriritasi dan
tongue paling banyak terlihat pada perokok berat. Perokok berat berdasarkan
rokok per hari atau lebih. Hasil ini sesuai karena merokok dapat mempengaruhi
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini, pada tanggal 12 Oktober 2017, pasien laki-laki usia 23
tahun datang ke RSGM Unpad dengan keluhan gusi depan dan bawah berwarna
cokelat kehitaman. Pasien tidak mengeluhkan rasa sakit di gusi tersebut. Pasien
mengaku gusinya berwarna cokelat kehitaman tersebut sejak +/- 5 tahun lalu.
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 9 tahun lalu dan dapat menghabiskan
rokok minimal 2 bungkus per hari. Pasien juga memiliki kebiasaan minum teh
cokelat kehitaman di sepanjang attached gingiva anterior rahang atas dan rahang
bawah, datar, dan berbatas jelas dengan tepi yang difus. Berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan klinis dapat disimpulkan diagnosis penyakit dari pasien ini
adalah smoker’s melanosis. Hal ini sesuai dengan gambaran smoker’s melanosis
terlihat cukup jelas, hal ini mungkin dikarenakan kebiasaan pasien yang sudah
merokok sejak 9 tahun lalu dan dapat menghabiskan 2 bungkus rokok seharinya.
Hal ini sesuai menurut Laskaris G (2006), secara klinis lesi smoker’s melanosis
muncul sebagai area pigmentasi multipel dan intensitas tergantung pada waktu
33
34
dan dosis. Faktor utama terjadinya smoker’s melanosis adalah kandungan nikotin
yang terdapat pada rokok dan panas yang dihasilkan rokok pun juga dapat
epithelium. Nikotin yang terdapat pada partikel asap rokok terhisap ke rongga
secara bertahap lesi dapat menghilang setelah berhenti merokok dan mungkin
menghilang setelah beberapa periode bulan atau tahun. Perawatan yang dapat
ditawarkan untuk pasien adalah gingival abrasion untuk alasan estetik, yaitu
semula. Namun pasien tidak mau untuk melakukan hal ini dengan alasan masih
Selain smoker’s melanosis yang menjadi keluhan utama, terdapat lesi lain
yang ditemukan saat dilakukan pemeriksaan klinis rongga mulut pasien. Pada
pemeriksaan klinis lidah pasien terdapat plak putih kekuningan di dua pertiga
coated tongue pada pasien ini adalah karena kebiasaan pasien yang merokok dan
selalu meminum teh setiap hari. Hal ini sesuai menurut penelitian Gonul, dkk
35
(2011) di Turki yang menemukan bahwa coated tongue merupakan lesi mukosa
oral yang paling banyak ditemui pada perokok yaitu sebesar 64% dari keseluruhan
terhadap terjadinya coated tongue. Temperatur pada sebatang rokok yang dibakar
adalah 900oC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30oC pada ujung rokok yang
jaringan mukosa oral. Iritasi kronis dan panas dari kebiasaan merokok
mengakibatkan rongga mulut menjadi kering yang akan menghambat fungsi air
liur dalam peran membersihkan bakteri. Hal ini akan menyebabkan penumpukan
bakteri secara terus menerus. Coated tongue terjadi apabila bakteri dan debris
lidahnya. Hal ini juga dapat menyebabkan coated tongue karena lidah yang jarang
akibat makanan dapat terakumulasi pada papilla filiformis sehingga lidah akan
memberikan instruksi pada pasien untuk menyikat lidah sebanyak dua kali sehari
per hari dan sudah mengikuti instruksi yang diberikan. Setelah diobservasi, gusi
36
pasien masih berwarna cokelat kehitaman dan coated tongue pada lidah pasien
sudah sangat berkurang karena pasien rajin menyikat lidah dua kali sehari. Pasien
mulut, rajin menyikat gigi dan menyikat lidah dua kali sehari, serta menjaga
KESIMPULAN
rahang atas dan rahang bawah pasien berwarna cokelat kehitaman dan terdapat
dalam rokok dan efek panas dari rokok yang dapat merangsang pigmentasi.
Coated tongue terjadi akibat pasien mengonsumsi rokok 2 bungkus per hari,
meminum teh setiap hari, kurang mengonsumsi air putih dan makanan berserat,
dan jarang membersihkan lidahnya. Perawatan yang dapat dilakukan untuk pasien
kehitamandan coated tongue pada lidah pasien sudah sangat berkurang. Pasien
dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan mulut, rajin menyikat gigi dan
menyikat lidah dua kali sehari, serta menjaga asupan cairan serta melakukan diet
37
DAFTAR PUSTAKA