Pembimbing :
dr. Alwinsyah Abidin, Sp. PD-KP
Disusun Oleh :
Sonia Wahyuni Sagita (21360018)
Tri Wibowo Julianto (21360021)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus
yang berjudul “PENDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN BAWAH EC
CARCINOMA RECTI“. Laporan kasus ini Disusun Sebagai Tugas
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Ilmu Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Umum Haji Medan Sumatera Utara.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para
pengajar di SMF Ilmu Penyakit Dalam, khususnya dr. Alwinsyah Abidin,
Sp.PD-KP atas bimbingannya selama berlangsungnya pendidikan di bagian
Ilmu Penyakit Dalam ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Laporan
Kasus” ini. Kami menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki laporan kasus ini dan untuk melatih
kemampuan menulis makalah untuk selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan Laporan
Kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang
sedang menempuh pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I...........................................................................4
2.1 Pendarahan Saluran Makan Bagian Bawah...................................................4
2.1.1 Definisi..........................................................................................................4
2.1.2 Etiologi..........................................................................................................4
2.2 Carsinoma Rekti............................................................................................6
2.2.1 Definisi..........................................................................................................6
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi...................................................................................6
2.2.3 Epidemiologi.................................................................................................8
2.2.4 Etiologi..........................................................................................................9
2.2.5 Patomekanisme..............................................................................................9
2.2.6 Gejala klinis dan Klasifikasi........................................................................10
2.2.7 Diagnosis.....................................................................................................12
2.2.8 Penatalaksanaan...........................................................................................18
2.2.9 Diagnosa Banding.......................................................................................22
2.2.10 Komplikasi................................................................................................22
2.2.11 Prognosis...................................................................................................23
BAB III LAPORAN KASUS..................................................................................24
3.1 Anamnesa Pribadi........................................................................................24
3.2 Status Praesens............................................................................................26
3.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................26
3.4 Pemeriksaan Laboratorium..........................................................................27
3.5 Pemeriksaan Foto Thoraks..........................................................................27
3.6 Pemeriksaan CT Scan..................................................................................28
3.7 Diagnosis Sementara...................................................................................28
3.8 Terapi...........................................................................................................28
BAB IV DISKUSI...................................................................................................30
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR
Halaman
iv
DAFTAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dan rektum. Namun, penyakit ini bukannya tidak dapat disembuhkan. Jika
penderita telah terdeteksi secara dini, maka kemungkinan untuk sembuh bisa
mencapai 50 persen.4
Keganasan anal yang merupakan 1/10 dari keganasan rekti dan kolon
kejadiannya banyak dihubungkan dengan berbagai faktor resiko, antara lain
adalah kelainan jinak yang terjadi misalnya fistula, infeksi genital, perokok,
hubungan seks yang tidak wajar yang dihubungkan dengan infeksi HPV, HSV
HIV dan juga usia4
Di dunia, Kanker rektum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi
dengan presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah seluruh penderita
kanker diseluruh dunia dan kanker kedua dengan jumlah kematian 9,2% atau
880.792 di tahun 2018. Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di
Asia dengan 43.324 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum
adalah kanker yang sering terjadi baik pada pria maupun wanita, revalensi tahun
2013 sampai 2018 terjadi 32.069 kasus dengan 14.112 kasus baru di tahun 2018
(The Global Cancer Observatory, 2019).
Banyak perbaikan telah dilakukan selama 20 tahun terakhir dalam
perawatan bedah, radiologis dan onkologi kanker rektal. Namun, neoplasma ini
tetap terkait dengan prognosis yang buruk karena risiko tinggi metastasis dan
kekambuhan lokal. Setelah perawatan bedah, tingkat kekambuhan lokal untuk
kanker rektum dapat bervariasi dari 3% hingga 32% 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA I
2.1.2. Etiologi
a. Diverticulosis
b. Angiosdisplasia
3
4
c. Kolitis Iskemia
d. Penyakit perianal
e. Neoplasma kolon
Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada
pasien usia lanjut dan biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan
berulang atau darah samar. Kelainan neoplasma di usus halus relative jarang
namun meningkat pada pasien IBD seperti Crohn’s Disease atau celiac sprue.1
asam. Pasien biasanya anak-anak dengan perdarahan segar maupun hitam yang
tidak nyeri. Intususepsi menyebabkan kotoran berwarna marun disertai rasa
nyeri di tempat polip atau tumor ganas pada orang dewasa. Hipertensi portal
dapat menimbulkan varises di ileukolon dan anorectal yang dapat menimbulkan
perdarahan dalam jumlah yang besar. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian
bawah yang lebih jarang seperti fistula autoenterik, ulkus rectal soliter, dan
ulkus di caecum.1
6
rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang
dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa, muskularis
(sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.7,8
2.2.3. EPIDEMIOLOGI
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling
sering terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang.
Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA,
104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus
dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600
9
2.2.4. ETIOLOGI
Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma
rektum sama seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya.
Faktor predisposisi munculnya karsinoma rektum adalah polyposis familial,
defisiensi Imunologi, Kolitis Ulseratifa, dan Granulomatosis. Faktor predisposisi
penting lainnya yang mungkin berkaitan adalah kebiasaan makan. Masyarakat
yang dietnya rendah selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak, memiliki
insiden yang cukup tinggi.
Burkitt (1971) yang dikutip oleh Price dan Wilson mengemukakan
bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidrat refined, mengakibatkan perubahan
pada flora feces dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil
pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang
berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu,
masa transisi feses meningkat. Akibatnya kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
2.2.5. PATOMEKANISME
Pada mukosa rektum yang normal, sel-sel epitelnya akan mengalami
regenerasi setiap 6 hari. Pada keadaan patologis seperti adenoma terjadi
perubahan genetik yang mengganggu proses diferensiasi dan maturasi dari sel-
sel tersebut yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis coli
(APC) yang menyebabkan terjadinya replikasi tak terkontrol. Peningkatan
jumlah sel akibat replikasi tak terkontrol tersebut akan menyebabkan terjadinya
mutasi yang akan mengaktivasi K-ras onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan
mencegah terjadinya apoptosis dan memperpanjang hidup sel.6
1
4. Stadium III
Pada Stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak
menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV tumor telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru,
atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer
2.2.7. DIAGNOSIS
Karsinoma rectum sering terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi
atau diare. Sering terjadi perdarahan yang segar dan sering bercampur lendir,
berat badan menurun. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa timbul pada
kanker rectum. Kadang-kadang menimbulkan tenesmus dan sering merupakan
gejala utama. Keluhan perdarahan melalui anus, gangguan defekasi, kadang
didapatkan massa pada perut, tanda-tanda obstruksi usus, anemia, penurunan
berat badan. Tanda dan gejala berikut ini merupakan temuan yang sering
menjadi awal dugaan adanya karsinoma rekti:
1
a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu
darah segar maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar-benar kosong
saat BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya
d. Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
e. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
f. Mual dan muntah
g. Rasa letih dan lesu
h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri
pada daerah gluteus.10
Pemeriksaan colok dubur:
a. Pemeriksaan ini dilakukan pada setiap penderita dengan gejala anorektal.
b. Tujuan pemeriksaan ini untuk menetapkan keutuhan sfingter ani dan
menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan
distal, serta menetapkan jarak antara tumor dengan anocutan line.
c. Pada pemeriksaan colok dubur ditemukan: teraba massa, konsistensi keras,
adanya darah segar, dapat di gerakkan, permukaannya bergranul, adanya
nyeri.
Pemeriksaan Penunjang Dalam menegakkan diagnosis karsinoma rekti,
beberapa pemeriksaan yang sering dilakukan adalah: Pemeriksaan Laboratorium
Hematologik : Kimia darah Tumor marker CEA, pada carcinoma recti di jumpai
carcinomaembrionik antigen meningkat.
Pemeriksaan Radiologik
1. Ultrasonografi
Kegunaan USG dalam karsinoma rektum adalah untuk menilai ada tidak
metastasis ke hepar. Tingkat sensitivitas USG dalam hal ini sebesar 85%.
Metastase hepar dari karsinoma rektum biasanya terlihat hepar yang hyperechoic
tetapi dapat juga hypoechoic.
1
Gambar 7 Transrektal USG : tampak tumor pada bagian kiri dengan invasi
lemak perirectal dan terlihat pembesaran KBG pada arah jam 12.
3. CT scan
Indikasi pemeriksaan CT pada karsinoma rektal:
1
C. Penemuan pada CT :
1) Tumor rektum biasanya terlihat pada massa jaringan lunak dengan
sekitar lumen usus dengan kontras gastrografin 1% yang diberikasn
12 jam dan 2 jam sebelum pemeriksaan
2) Malignansi terdeteksi sebagai penebalan dinding usus
3) Penyebaran tumor ekstrarektal memberi kesan hilangnya lemak
jaringan pada rektum dan nodus pada perirectal
4) Penebalan otot yang terinvasi
5) Penebalan dinding rektum ke lemak perirectal Pemeriksaan CT
membantu dalam proses operasi, merupakan informasi yang penting
pada tempat dan ekstensi lokal dari tumor dan penentuan tindakan
operasi yang tepat
Hepar merupakan tempat metastase jauh yang paling sering. CT dapat
mendeteksi metastase hepar yang terlihat sebagai area yang low density
dibanding parenkim normal hepar pada fase vena portal setelah dimasukkan
1
kontras. Pada awal fase arteri, metastase hepar dapat terlihat sebagai rim
enhancement atau menjadi hiperden atau isoden disbanding hepar normal.
Metastasis pulmonum lebih sering terjadi pada karsinoma rektum bagian
bawah atau karsinoma kolon. Hal ini dikarenakan perdarahan rektal bagian
bawah mengalir ke sistem vena sistemik (vena iliaka interna) dibantingkan ke
sistem vena portal (vena mesenterika superior dan inferior), dan juga pada kolon
dan rektum bagian atas. Oleh sebab itu, tumor rektal bagian bawah dapat
bermetastasis ke paru dan dapat di deteksi dengan foto polos thoraks. Metastase
lain diantaranya adrenal, peritoneum, dan omentum dan jarang pada tulang dan
otak.
4. MRI
Tumor recti tampak sebagai lesi dengan intensitas rendah (hampir sama
dengan otot sekitar) pada stadium T1 dengan sedikit perbedaan dengan lemak
perirectal yaitu lebih tinggi intensitasnya.
2.2.8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan karsinoma rectum ditangani berdasarkan stadium:
1. Stadium I:
2. Stadium IIA-IIIC:
Rektum terbagi atas 3 bagian yaitu 1/3 atas, tengah dan bawah. Kanker
yang berada di lokasi 1/3 atas dan tengah ( 5 s/d 15 cm dari garis dentate ) dapat
dilakukan ” restorative anterior resection” kanker 1/3 distal rectum merupakan
masalah pelik. Jarak antara pinggir bawah tumor dan garis dentate merupakan
faktor yang sangat penting untuk menentukan jenis operasi.17
1) Indikasi
a) Tumor bebas, berada 8 cm dari garis dentate
b) T1 atau T2 yang dipastikan dengan pemeriksaan ultrasound
c) Termasuk well-diffrentiated atau moderately well diffrentiated secara
histologi
d) Ukuran kurang dari 3-4 cm
2) Kontraindikasi
a) Tumor tidak jelas
b) Termasuk T3 yang dipastikan dengan ultrasound
c) Termasuk Poorly diffrentiated secara histologi
2
2. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan.
Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk
pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan,
dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama ketika
digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah
pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di pelvis
sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis
jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut,
misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif
pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable. 20
3. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau
tumor lokal yang bergerombol (Stadium II lanjut dan Stadium III). Terapi
standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan leucovorin
dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-FU merupakan anti
metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. Agen lainnya, levamisole,
(meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi leucovorin. Protopkol
ini menurunkan angka kekambuhan kira – kira 15% dan menurunkan angka
kematian kira – kira sebesar 10%. 20
2.2.11. KOMPLIKASI
Selain obstruksi, perforasi dan penetrasi ke struktur yang berdekatan
merupakan komplikasi kanker kolon dan rektum yang terkenal, pembentukan
fistula ke bagian lain dari saluran pencernaan dianggap sebagai komplikasi
2
berat, namun jarang terjadi komplikasi ini dapat didiagnosis dengan mudah
dengan pencitraan radiografi, kolonoskopi juga Fistula vesikovaginal ditandai
oleh kebocoran urin melalui vagina, dan rektovagina fistula ditandai dengan
kebocoran flatus dan tinja melalui vagina. Pembentukan fistula pada tumor
ganas gastrointestinal saluran dianggap terjadi dalam dua cara berbeda. Dala
satu jenis formasi tumor tumbuh berdekatan dengan organ lain. Di tipe lain,
tumor primer mengembangkan ulserasi yang dalam yang kemudian
menyebabkan pembentukan eksudat. 21
2.2.12. PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah
sebagai berikut :
a. Stadium I - 72%
b. Stadium II - 54%
c. Stadium III - 39%
d. Stadium IV - 7%
Lima puluh persen dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang
dapat berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal
lebih sering terjadi pada. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2
tahu pertama setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya
rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan
kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif tumor. 6
BAB III
LAPORAN KASUS
No RM 075008
ANAMNESA PENYAKIT
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan BAB darah
yang dialami sejak 7 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Darah keluar setiap
kali BAB, warna darah merah segar, volume darah ± 1/4 aqua gelas, konsistensi
cair. Pasien mengaku memiliki riwayat BAB kehitaman di tahun 2020. Pasien
mengatakan sebelumnya sering mengkonsumsi makanan pedas, makanan
mengandung santan dan meminum kopi sebanyak 3-4 gelas/hari. Lemas (+), demam
(-), batuk (-), mual dan muntah (-)
BAB : 2-5x/hari, warna coklat kemerahan, konsistensi lunak
BAK : 5-6x/hari, kuning jernih, tuntas
RPT : Hipertensi, melena
RPK : Tidak ada
23
2
ANAMNESA UMUM
Badan Merasa Kurang Enak :Ya
Merasa Capek / Lemas :Ya
Merasa Kurang Sehat :Ya
Nafsu makan :Menurun
Tidur :Terganggu
Berat Badan :Menurun
2
Tidak 9. DARAH
Mual-mual : Dalam batas normal
Tidak
10. ENDOKRIN
B. USUS Dalam batas normal
Defekasi
11. FUNGSI GENITALIA
(frek,warna,kons.): ya 2- Ereksi : Tidak ditanyakan
5x/hari, kemerahan, Libido Seksual : Tidak
ditanyakan
Konsistensi lunak
Coitus : Tidak ditanyakan
C. HATI DAN SALURAN
EMPEDU 12. SUSUNAN SYARAF
Dalam batas normal
Sakit perut kanan :
Tidak 13. PANCA INDRA
Dalam batas normal
Memancar ke punggung dan
bahu 14. PSIKIS
Kolik : Dalam batas normal
ANAMNESA INTOKSIKASI :
Tidak ada
ANAMNESA MAKANAN :
Nasi : Ya Freq : 3x/hari
Ikan : Ya
Sayuran : Ya
Daging : Ya
ANAMNESA FAMILY :
Penyakit-penyakit Family : Tidak ada
Penyakit seperti orang sakit : Tidak ada
Anak-anak 3, Hidup 3, Mati 0
2
KEADAAN PENYAKIT :
Anemi : Tidak
Ikterus : Tidak
Sianosis : Tidak
Dispnoe : Tidak
Edema : Tidak
Eritema : Tidak
Turgor : Baik, < 2 detik
Gerakan aktif : Ya
Sikap Tidur paksa : Tidak
KEADAAN GIZI :
BB : 59 KG
TB : 170 CM
RBW : 84,2 % Kesan : Undernutrisi
IMT : 20,4 kg/cm2 Kesan : normal
Rectal Toucher
Sarung tangan : Feses (+), mukus (+), darah merah segar (+)
DARAH
Darah Rutin
Hemoglobin 6,9 g/dl
Eritrosit 2,45 Juta/Ul
Leukosit 3,80 /Ul
Hematokrit 32,4 %
Trombosit 220 /Ul
Index Eritrosit
MCV 87 Fl
MCH 28 Pg
MCHC 32 %
Jenis Leukosit
Eosinofil 0 %
Basofil 3 %
Limfosit 59 %
Monosit 28 %
N.Seg 32 %
Fungsi Hati
AST 15.0 u/L
(SGOT)
ALT 14.0 u/L
(SGPT)
Albumin 3.2 g/Dl
Bilirubin - mEg/L
total
Fungsi Ginjal
Ureum 96.0 mg/Dl
Kreatinin 3.13 mg/Dl
Glukosa 103 mg/Dl
Darah
Kesan: normal
3.8. TERAPI :
TEORI KASUS
Anamnesis
Perubahan pada kebiasaan Ada Ada
BAB atau adanya darah
pada feses, baik itu darah
segar maupun yang
berwarna hitam.
Diare, konstipasi atau Ada Tidak ada
merasa bahwa isi perut tidak
benar benar kosong saat
BAB
Ukuran feses yang lebih Ada Tidak ada
kecil dari biasanya
keluhan tidak nyaman pada Ada Tidak ada
perut, sering flatus,
kembung,
Penurunan berat badan yang Ada Ada
tidak diketahui sebabnya
Mual dan muntah Ada Tidak ada
Rasa letih dan lesu Ada Ada
Pemeriksaan Fisik
Colok dubur teraba massa, konsistensi Sfinter ani ketat, mukosa
keras, adanya darah kasar, konsistensi keras,
segar, dapat di gerakkan, mobile, teraba massa,
permukaannya permmukaan bergranul,
bergranul, adanya nyeri. berbatas tegas, nyeri tekan
(+). Sarung tangan : Feses
(+), Mukus (+), Darah
segar (+)
Pemeriksaan penunjang
30
31
Laboratorium
-CEA Meningkat Tidak di lakukan
Radiologi
-CT SCAN Tumor rektum Bowel loops: tampak
biasanya terlihat pada massa circuler pada
massa jaringan lunak rectum sepanjang +/-
dengan sekitar lumen =6,5 cm
usus Juga tampak gambaran
Malignansi terdeteksi shoulder sign di
sebagai penebalan bagian distal dari
dinding usus lumen yang
Penyebaran tumor menyempit. Tampak
ekstrarektal memberi fat stranding di
kesan hilangnya perirectal dari lumen
lemak jaringan pada yang menyempit
rektum dan nodus Prostat ukurannya
pada perirectal membesar +/-= 4,41
Penebalan otot yang cm x 4,15 cm atau
terinvasi volume +/-=38 ml
-Sigmoidoskopi mendeteksi polip Tidak di lakukan
adenomatosa
-USG transrectal Tumor rektum terlihat Tidak di lakukan
sebagai gambaran massa
hypoechoic dengan
invasi yang berbeda
Pengobatan
Tindakan Non-Operatif
Neoadjuvant chemotherapy Ada Tidak di lakukan
Tindakan Operatif
Eksisi lokal Ada Tidak di lakukan
Reseksi Ada Tidak di lakukan
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus pendarahan saluran makan bagian bawah ec ca recti
,diagnosis ditegakkan secara anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.Pada manifestasi klinis di jumpai bab yang di sertai darah. Pada
pemeriksaan fisik anal/colok dubur : Tonus sfingter ani: ketat, teraba massa 7 cm
dari batas tepi sfingter, konsistensi keras, permukaan bergranul, dapat digerakkan,
berbatas tegas, nyeri tekan (+), sarung tangan : Feses (+), mukus (+), darah (+), dan
dari pemeriksaan CT scan didapatkan hasil: Bowel loops: tampak massa circuler
pada rectum sepanjang +/- =6,5 cm, Juga tampak gambaran shoulder sign di bagian
distal dari lumen yang menyempit. Tampak fat stranding di perirectal dari lumen
yang menyempit .
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah. Murdani, Sudoyo. Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah
(Hematokezia) dan Perdarahan samar (Occult)), hal 293, Jakarta: Pusat
Penerbitan Dep. IPD. FKUI.
2. Barbara LB, Douglas JT. Acute Gastrointestinal Hemorrhage.
In:Courtney MT et al, editor. Sabiston textbook of surgery 17ed.
Pennsylvania: Elsevier Saunders; 2004. p. 1256-1261
3. Gavin F. Chico. Lower Gastrointestinal Bleeding. Emedicine. 2009.
Available from : http://medicine.medscape.com/article/188478 Accessed
in : April 21st, 2010
4. Rome J, J Thomas L, Anne CT. Etiology of lower gastrointestinal bleeding
in adults. 2010. Available from :
http://www.utdol.com/patients/content/topic.do?topicKey=~hakksDf4t24e
q Accessed in : April 21st, 2010
5. Prof.Dr.dr. Hadi, Sujono, 2013, Gastroenterologi (Perdarahan saluran
Makan Bagian Bawah),hal 303, Penerbit P.T. ALUMNI, Cetakan ke 3.
Bandung.
6. Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran (Gastroenterologi), hal
488, jilid I, ed 3th. Jakarta: Media Aesculapius
7. Sylvia & Lorraine. 2006. “Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit) Volume 1, Edisi 6”, hal 176, Jakarta: EGC.
8. Permenkes , 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primeri , No 5, Jakarta
9. Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI
10. Tonapa, Yospina Lenong. 2017. Asuhan Keperawatan dengan Kanker
Rectum Di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan. Borneo: Borneo Tarakan
11. Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan
Paenyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
12. GLOBOCAN, 2018.The Global Cancer Observatory. Tersedia:
https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-
factsheets.pdf[20 September 2019].
13. Anderson, E.T. & McFarlane, J. (2006) Buku Ajar Keperawatan
Komunitas: Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
14. Smeltzer, S, & Bare. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical
surgical nursing. Philadelpia : Lippincot
15. Black, J.M. & Hawk, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Buku 2
Edisi 8. Elsevier.
16. Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2002).Buku
Ajar KeperawatanMedikalBedah Brunner &Suddarth Volume 2(Ed 8).
Jakarta: EGC.
17. Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi
3.Jakarta : EGC.
23. Minsky BD. Cancer of the Rectum. In: Hoppe R, Phillips TL, Roach M III.
Leibel and Phillips Textbook of Radiation Oncology. 3rded. Philadelphia:
Saunders, 2010.
24. American Cancer Society. 2021. Anal Cancer Early Detection, Diagnosis,
and staging. Atlanta: American Cancer Society