Anda di halaman 1dari 39

Laporan Kasus

PENDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN BAWAH EC


CARCINOMA RECTI

Pembimbing :
dr. Alwinsyah Abidin, Sp. PD-KP

Disusun Oleh :
Sonia Wahyuni Sagita (21360018)
Tri Wibowo Julianto (21360021)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU PENYAKIT


DALAM RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
SUMATERA UTARA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus
yang berjudul “PENDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN BAWAH EC
CARCINOMA RECTI“. Laporan kasus ini Disusun Sebagai Tugas
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Ilmu Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Umum Haji Medan Sumatera Utara.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para
pengajar di SMF Ilmu Penyakit Dalam, khususnya dr. Alwinsyah Abidin,
Sp.PD-KP atas bimbingannya selama berlangsungnya pendidikan di bagian
Ilmu Penyakit Dalam ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Laporan
Kasus” ini. Kami menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki laporan kasus ini dan untuk melatih
kemampuan menulis makalah untuk selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan Laporan
Kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang
sedang menempuh pendidikan.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I...........................................................................4
2.1 Pendarahan Saluran Makan Bagian Bawah...................................................4
2.1.1 Definisi..........................................................................................................4
2.1.2 Etiologi..........................................................................................................4
2.2 Carsinoma Rekti............................................................................................6
2.2.1 Definisi..........................................................................................................6
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi...................................................................................6
2.2.3 Epidemiologi.................................................................................................8
2.2.4 Etiologi..........................................................................................................9
2.2.5 Patomekanisme..............................................................................................9
2.2.6 Gejala klinis dan Klasifikasi........................................................................10
2.2.7 Diagnosis.....................................................................................................12
2.2.8 Penatalaksanaan...........................................................................................18
2.2.9 Diagnosa Banding.......................................................................................22
2.2.10 Komplikasi................................................................................................22
2.2.11 Prognosis...................................................................................................23
BAB III LAPORAN KASUS..................................................................................24
3.1 Anamnesa Pribadi........................................................................................24
3.2 Status Praesens............................................................................................26
3.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................26
3.4 Pemeriksaan Laboratorium..........................................................................27
3.5 Pemeriksaan Foto Thoraks..........................................................................27
3.6 Pemeriksaan CT Scan..................................................................................28
3.7 Diagnosis Sementara...................................................................................28
3.8 Terapi...........................................................................................................28
BAB IV DISKUSI...................................................................................................30
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR

Halaman

Tabel 1 Staging dari pemeriksaan CT.....................................................................16

iv
DAFTAR

Gambar 1 Anatomi Colon dan Rectum.........................................................................7

Gambar 2 Lapisan Dinding Rektum.............................................................................7

Gambar 3 Pembuluh Darah Arteri dan Vena Pada Rectum..........................................8

Gambar 4 Patofisiologi Karsinoma Rektum........................................................................ 10

Gambar 5 Staging Tumor Rectum...............................................................................12

Gambar 6 Hypoechoic dari metastase karsinoma rektum ke hepar.............................15

Gambar 7 Transrektal USG.........................................................................................16

Gambar 8 Gambaran MRI potongan axial karsinoma rektum stadium T3a................18

Gambar 9 Reseksi dan Anastomosis............................................................................20

Gambar 10 Reseksi dan Kolostomi..............................................................................20

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapai.
Manifestasinya bervariasi mulai dengan perdarahan masif yang mengancam jiwa
hingga perdarahan samar yang tidak dirasakan.
Pendekatan pada pasien dengan perdarahan dan lokasi perdarahan
saluran cerna adalah dengan menentukan beratnya perdarahan dan lokasi
perdarahan. 1
Perdarahan saluran makan bagian bawah (PSMBB) atau Lower
gastrointestinal bleeding (LGIB) didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal
dari organ traktus gastrointestinalis yang terletak distal dari Ligamentum Treitz
yang menyebabkan ketidakseimbangan hemodinamik dan anemia simptomatis.
1,2

PSMBB dapat disebabkan oleh berbagai keadaan diantaranya adalah


diverticulosis, angiodysplasias, kolitis iskemia, penyakit perianal, neoplasia
kolon. Karakteristik klinik dari perdarahan saluran cerna bagian bawah terdiri
dari berupa darah segar yang keluar melalui anus (hematokezia), mengeluarkan
tinja yang kehitaman dengan bau yang khas (melena), darah samar.1
Kanker adalah pertumbuhan sel-sel abnormal sebagai akibat dari
bermutasinya gen. kanker termasuk penyakit degenerative, karena kanker
kebanyakan terjadi sering bertambahnya umur, polusi, paparan radiasi,
penggunaan bahan kimia dan sebagainya. Penyakit kanker sudah menyebar
merata di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Kanker menempati posisi
kedua tertinggi sebagai penyakit yang banyak menyebabkan kematian, setelah
penyakit kardiovaskuler (Departemen Kesehatan, 2015).
Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas
saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Salah satu
pemicu kanker rektal adalah masalah nutrisi dan kurang berolah raga. Kanker
rektal merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang
paling mematikan di dunia. Kanker rektal adalah kanker yang menyerang kolon

1
2

dan rektum. Namun, penyakit ini bukannya tidak dapat disembuhkan. Jika
penderita telah terdeteksi secara dini, maka kemungkinan untuk sembuh bisa
mencapai 50 persen.4
Keganasan anal yang merupakan 1/10 dari keganasan rekti dan kolon
kejadiannya banyak dihubungkan dengan berbagai faktor resiko, antara lain
adalah kelainan jinak yang terjadi misalnya fistula, infeksi genital, perokok,
hubungan seks yang tidak wajar yang dihubungkan dengan infeksi HPV, HSV
HIV dan juga usia4
Di dunia, Kanker rektum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi
dengan presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah seluruh penderita
kanker diseluruh dunia dan kanker kedua dengan jumlah kematian 9,2% atau
880.792 di tahun 2018. Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di
Asia dengan 43.324 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum
adalah kanker yang sering terjadi baik pada pria maupun wanita, revalensi tahun
2013 sampai 2018 terjadi 32.069 kasus dengan 14.112 kasus baru di tahun 2018
(The Global Cancer Observatory, 2019).
Banyak perbaikan telah dilakukan selama 20 tahun terakhir dalam
perawatan bedah, radiologis dan onkologi kanker rektal. Namun, neoplasma ini
tetap terkait dengan prognosis yang buruk karena risiko tinggi metastasis dan
kekambuhan lokal. Setelah perawatan bedah, tingkat kekambuhan lokal untuk
kanker rektum dapat bervariasi dari 3% hingga 32% 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA I

2.1. Perdarahan Saluran Makan Bagian Bawah


2.1.1. Defenisi
Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai
perdarahan yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz. Pasien
dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah datang dengan keluhan darah
segar sewaktu buang air besar.1

2.1.2. Etiologi

Penyebab tersering dari saluran cerna bagian bawah Perdarahan


divertikel kolon, angiodisplasia dan kolitis iskemik merupakan penyebab
tersering dari saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian
bawah yang kronik dan berulang biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia
kolon. Tidak seperti halnya perdarahan saluran cerna bagian atas, kebanyakan
perdarahan saluran cerna bagian bawah bersifat lambat, intermiten, dan tidak
memerlukan perawatan rumah sakit.1

a. Diverticulosis

Perdarahan dari diverticulum biasanya tidak nyeri dan terjadi pada 3%


pasien-divertikulosis. Tinja biasanya berwarna merah marun, kadang-kadang
bias juga menjadi merah. Meskipun divertikel kebanyakan ditemukan dikolon
sigmoid namun perdarahan divertikel biasanya terletak di sebelah kanan.
Umumnya terhenti secara spontan dan tidak berulang, oleh karena itu tidak ada
pengobatan khusus yang dibutuhkan oleh para pasien. 1

b. Angiosdisplasia

Angiosdisplasia merupakan penyebab 10-40% perdarahan saluran cerna


bagian bawah. Angiosdisplasia merupakan salah satu penyebab kehilangan
darah yang kronik. Angiosdisplasia kolon biasanya multiple, ukuran kecil
kurang dari <5mm dan biasa terlokalisir di daerah caecum dan kolon sebelah

3
4

kanan. Sebagaimana halnya dengan vascular ekstasia disaluran cerna, jejas


dikolon umumnya berhubungan dengan usia lanjut, insufisiensi ginjal, dan
riwayat radiasi.1

c. Kolitis Iskemia

Kebanyakan kasus colitis iskemia ditandai dengan penurunan aliran


darah visceral dan tidak ada kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah
mesentrik. Umunya pasien kolisis iskemia berusia tua. Dan kadang-kadang
dipengaruhi juga oleh sepsis, perdarahan akibat lain, dan dehidrasi.1

d. Penyakit perianal

Penyakit perianal contohnya: hemoroid dan fisura ani biasanya


menimbulkan perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur
dengan faeces. Berbeda dengan perdarahan dari varises rectum pada pasien
dengan hipertensi portal kadang-kadang bisa mengancam nyawa. Polip dan
karsinoma kadang-kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang
disebabkan oleh hemoroid, oleh karena itu pada perdarahan yang diduga dari
hemoroid perlu dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan
polip dan karsinoma kolon.1

e. Neoplasma kolon

Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada
pasien usia lanjut dan biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan
berulang atau darah samar. Kelainan neoplasma di usus halus relative jarang
namun meningkat pada pasien IBD seperti Crohn’s Disease atau celiac sprue.1

f. Penyebab lain dari perdarahan saluran makan bagian bawah

Kolitis yang merupakan bagian dari IBD, infeksi (Campilobacter jejuni


spp, Salmonella spp, Shigella spp, E. coli) dan terapi radiasi, baik akut maupun
kronik. Colitis dapat menimbulkan perdarahan namun biasanya sedikit sampai
sedang. Diverticular Meckel merupakan kelainan kongenital di ileum yang dapat
berdarah dalam jumlah yang banyak akibat dari mukosa yang menghasilkan
5

asam. Pasien biasanya anak-anak dengan perdarahan segar maupun hitam yang
tidak nyeri. Intususepsi menyebabkan kotoran berwarna marun disertai rasa
nyeri di tempat polip atau tumor ganas pada orang dewasa. Hipertensi portal
dapat menimbulkan varises di ileukolon dan anorectal yang dapat menimbulkan
perdarahan dalam jumlah yang besar. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian
bawah yang lebih jarang seperti fistula autoenterik, ulkus rectal soliter, dan
ulkus di caecum.1
6

2.2 Kanker rektum


2.2.1 Definisi
Tumor atau Carsinoma Rekti adalah pertumbuhan jaringan abnormal
yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior sakrum dan coccygeus
panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir
mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneal.4,7

Karsinoma merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi)


yang tidak mengikuti aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh
(proliferasi abnormal). Proliferasi ini di bagi atas non-neoplastik dan neoplastik,
non-neoplastik dibagi atas : 6
a. Hiperplasia adalah proliferasi sel yang berlebihan. Hal ini dapat normal
karena bertujuan untuk perbaikan dalam kondisi fisiologis tertentu misalnya
kehamilan.
b. Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel yang menghasilkan pembesaran
organ tanpa ada pertambahan jumlah sel.
c. Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah menjadi
tipe yang lain, biasanya dalam kelas yang sama tapi kurang terspesialisasi.
d. Displasia adalah kelainan perkembangan selular, produksi dari sel abnormal
yang mengiringi hiperplasia dan metaplasia.Perubahan yang termasuk dalam
hal ini terdiri dari bertambahnya mitosis, produksi dari sel abnormal pada
jumlah besar dan tendensi untuk tidak teratur.

2.2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai
garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi
bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis,
dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian
ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke diafragma pelvis pada insersi muskulus
levator ani. Panjang rektum berkisar 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada
7

rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang
dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa, muskularis
(sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.7,8

Gambar 1 : Anatomi Colon dan Rektum

Gambar 2: Lapisan dinding rektum


8

Gambar 3 : Pembuluh darah Arteri dan Vena pada rectum

Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang


mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke
kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat
mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis
anorektum berjalan seiring dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke
kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. 7,9

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut


simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2,
3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut
parasimpatis berasal dari sakral 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi
penis, klitoris dengan mengatur aliran darah ke dalam jaringan7,9

2.2.3. EPIDEMIOLOGI
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling
sering terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang.
Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA,
104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus
dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600
9

kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari


semua jenis kanker.7

2.2.4. ETIOLOGI
Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma
rektum sama seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya.
Faktor predisposisi munculnya karsinoma rektum adalah polyposis familial,
defisiensi Imunologi, Kolitis Ulseratifa, dan Granulomatosis. Faktor predisposisi
penting lainnya yang mungkin berkaitan adalah kebiasaan makan. Masyarakat
yang dietnya rendah selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak, memiliki
insiden yang cukup tinggi.
Burkitt (1971) yang dikutip oleh Price dan Wilson mengemukakan
bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidrat refined, mengakibatkan perubahan
pada flora feces dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil
pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang
berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu,
masa transisi feses meningkat. Akibatnya kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.

2.2.5. PATOMEKANISME
Pada mukosa rektum yang normal, sel-sel epitelnya akan mengalami
regenerasi setiap 6 hari. Pada keadaan patologis seperti adenoma terjadi
perubahan genetik yang mengganggu proses diferensiasi dan maturasi dari sel-
sel tersebut yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis coli
(APC) yang menyebabkan terjadinya replikasi tak terkontrol. Peningkatan
jumlah sel akibat replikasi tak terkontrol tersebut akan menyebabkan terjadinya
mutasi yang akan mengaktivasi K-ras onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan
mencegah terjadinya apoptosis dan memperpanjang hidup sel.6
1

Gambar 4 Patofisiologi Karsinoma Rektum

2.2.6. GEJALA KLINIS DAN KLASIFIKASI


Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
1) Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu
darah segar maupun yang berwarna hitam.
2) Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar-benar kosong
saat BAB
3) Feses yang lebih kecil dari biasanya
4) Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
5) Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
6) Mual dan muntah
7) Rasa letih dan lesu
8) Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri
pada daerah gluteus.10

Tumor atau keganasan pada rectum dapat diklasifikasikan menurut


Duke’s berdasarkan surgical pathology (Mp Wiliam) :
Dukes A :Tumor berbatas tegas hanya di dinding usus
Dukes B :Tumor menluas menembus dinding usus
Dukes C :Tampak adanya tanda metastasis tumor sampai melibatkan
lymph nodes
1

Dukes D :Metastasis luas

Astler dan Coller (1954) adaptasi system dukes dalam pengklasifikasian


tumor colorectal yaitu:
Stage A : terbatas di mukosa
Stage B1 : menyebar ke lapisan muscularis propria namun belumm
penetrasi dan belum melibatkan lymph nodes
Stage B2 : Penetrasi ke muscularis prorpia, tapi belum melibatkan lymph
nodes
Stage C1 : menyebar ke dalam muscularis propria tp belum penetrasi
kedalamnya , namun melibatkan nodes lymph

The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan


TNM staging system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium
(Stadium I-IV). 4,6,9
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu
pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan
muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar
kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes
A rectal cancer.
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat
namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
1

4. Stadium III
Pada Stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak
menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV tumor telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru,
atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer

Gambar 5 Staging Tumor Rectum


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) klasifikasi, sejumlah varian
histologis karsinoma kolorektal terdaftar, seperti musinosum, sel cincin meterai,
meduler, mikropapiler, bergerigi, comico-jenis cribriform, adenosquamous, sel
spindle, dan tidak terdiferensiasi. Namun 3 varian tersering yakni, Mucinous,
Signet ring cell, dan medular. 11

2.2.7. DIAGNOSIS
Karsinoma rectum sering terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi
atau diare. Sering terjadi perdarahan yang segar dan sering bercampur lendir,
berat badan menurun. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa timbul pada
kanker rectum. Kadang-kadang menimbulkan tenesmus dan sering merupakan
gejala utama. Keluhan perdarahan melalui anus, gangguan defekasi, kadang
didapatkan massa pada perut, tanda-tanda obstruksi usus, anemia, penurunan
berat badan. Tanda dan gejala berikut ini merupakan temuan yang sering
menjadi awal dugaan adanya karsinoma rekti:
1

a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu
darah segar maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar-benar kosong
saat BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya
d. Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
e. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
f. Mual dan muntah
g. Rasa letih dan lesu
h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri
pada daerah gluteus.10
Pemeriksaan colok dubur:
a. Pemeriksaan ini dilakukan pada setiap penderita dengan gejala anorektal.
b. Tujuan pemeriksaan ini untuk menetapkan keutuhan sfingter ani dan
menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan
distal, serta menetapkan jarak antara tumor dengan anocutan line.
c. Pada pemeriksaan colok dubur ditemukan: teraba massa, konsistensi keras,
adanya darah segar, dapat di gerakkan, permukaannya bergranul, adanya
nyeri.
Pemeriksaan Penunjang Dalam menegakkan diagnosis karsinoma rekti,
beberapa pemeriksaan yang sering dilakukan adalah: Pemeriksaan Laboratorium
Hematologik : Kimia darah Tumor marker CEA, pada carcinoma recti di jumpai
carcinomaembrionik antigen meningkat.
Pemeriksaan Radiologik
1. Ultrasonografi
Kegunaan USG dalam karsinoma rektum adalah untuk menilai ada tidak
metastasis ke hepar. Tingkat sensitivitas USG dalam hal ini sebesar 85%.
Metastase hepar dari karsinoma rektum biasanya terlihat hepar yang hyperechoic
tetapi dapat juga hypoechoic.
1

Gambar 6 Hypoechoic dari metastase karsinoma rektum ke hepar

Tidak seperti CT atau MRI, transrektal USG dapat menggambarkan


lapisan dinding rektum. Penyebaran ke dinding rektum dapat dilihat dengan
rotating high-frequency probe pada rectum.

Tumor rektum terlihat sebagai gambaran massa hypoechoic dengan


invasi yang berbeda . Invasi ke vesika urinaria, prostat dan KGB terkait dapat
terlihat. KGB yang terkena dapat menjadi lebih speris dan hypodense daripada
yang bundar dan hyperdense yang merupakan gambaran normal KGB.

Gambar 7 Transrektal USG : tampak tumor pada bagian kiri dengan invasi
lemak perirectal dan terlihat pembesaran KBG pada arah jam 12.
3. CT scan
Indikasi pemeriksaan CT pada karsinoma rektal:
1

A. CT digunakan dalam staging karsinoma rektal sebelum penatalaksanaan,


penentuan rekurensi dan untuk menentukan metastasus setelah operasi
B. Pada pasien usia lanjut yang tidak dapat dilakukan colonoskopi atau
enema
Staging atau TMN dari pemeriksaan CT dapat dilihat dari table berikut.
Tabel 1. Staging dari pemeriksaan CT
Stage Deskripsi

T1 Massa polypoid intralumen; tanpa pelebaran dinding usus

T2 Penebalan dinding rektum > 6mm; tanpa perluasan perirektal

T3a Penebalan dinding rektum dengan invasi ke organ atau otot


sekitar

T3b Penebalan dinding rektum dengan invasi ke dinding pelvis


dan dinding abdomen

T4 Metastase ke hepar atau adrenal

C. Penemuan pada CT :
1) Tumor rektum biasanya terlihat pada massa jaringan lunak dengan
sekitar lumen usus dengan kontras gastrografin 1% yang diberikasn
12 jam dan 2 jam sebelum pemeriksaan
2) Malignansi terdeteksi sebagai penebalan dinding usus
3) Penyebaran tumor ekstrarektal memberi kesan hilangnya lemak
jaringan pada rektum dan nodus pada perirectal
4) Penebalan otot yang terinvasi
5) Penebalan dinding rektum ke lemak perirectal Pemeriksaan CT
membantu dalam proses operasi, merupakan informasi yang penting
pada tempat dan ekstensi lokal dari tumor dan penentuan tindakan
operasi yang tepat
Hepar merupakan tempat metastase jauh yang paling sering. CT dapat
mendeteksi metastase hepar yang terlihat sebagai area yang low density
dibanding parenkim normal hepar pada fase vena portal setelah dimasukkan
1

kontras. Pada awal fase arteri, metastase hepar dapat terlihat sebagai rim
enhancement atau menjadi hiperden atau isoden disbanding hepar normal.
Metastasis pulmonum lebih sering terjadi pada karsinoma rektum bagian
bawah atau karsinoma kolon. Hal ini dikarenakan perdarahan rektal bagian
bawah mengalir ke sistem vena sistemik (vena iliaka interna) dibantingkan ke
sistem vena portal (vena mesenterika superior dan inferior), dan juga pada kolon
dan rektum bagian atas. Oleh sebab itu, tumor rektal bagian bawah dapat
bermetastasis ke paru dan dapat di deteksi dengan foto polos thoraks. Metastase
lain diantaranya adrenal, peritoneum, dan omentum dan jarang pada tulang dan
otak.
4. MRI
Tumor recti tampak sebagai lesi dengan intensitas rendah (hampir sama
dengan otot sekitar) pada stadium T1 dengan sedikit perbedaan dengan lemak
perirectal yaitu lebih tinggi intensitasnya.

Gambar 8 Gambaran MRI potongan axial karsinoma rektum stadium T3a,


terlihat penebalan pada daerah rektum dengan ekstensi ke jaringan lemak
perirektum.

Kontras gadolinium berkaitan dengan pembentukan fibrosis renal. Hal


ini dapat terjadi jika diberikan kontras ini kepada pasien dengan gagal ginjal
stadium akhir. Fibrosis renal ini dapat berakibat fatal dengan gejala kemerahan
pada kulit, rasa terbakar, gatal, pembengkakan kulit, bercak kuning pada sklera,
kesukaran pergerakan lengan, tangan, tungkai, rasa nyeri pada tulang iga dan
kelemahan otot.

Kegunaan MRI pada karsinoma rektum adalah untuk menentukan terapi


adjuvant, reseksi radikal atau local. Selain itu juga berguna dalam penegakan
1

staging pada karsinoma rektum dan rectosigmoid dan mendeteksi penyebaran


tumor ke organ pelvis atau sekitarnya.22,23

Pemeriksaan patologi anatomi :


1. Sigmoidoksopi
Pemeriksaan sigmoidoskopi (rigid/ flexible). Pemeriksaan flexible
sigmoidoscope (60 cm) lebih dapat menjangkau rectosigmoid junction lebih baik
dari pada rigid sigmoidoscope (20 cm). dapat mendeteksi polip adenomatosa,
selain itu dapat dilakukan reseksi polip pada pemeriksaan ini.

2.2.8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan karsinoma rectum ditangani berdasarkan stadium:

1. Stadium I:

Eksisi transanal atau reseksi transabdomen + teknik TME bila resiko


tinggi, observasi.

2. Stadium IIA-IIIC:

Neoadjuvan kemoradioterapi (5-FU/RT short course atau


Capecitabine/RT short course), reseksi transabdominal (AR atau APR)
dengan teknik TME dan terapi adjuvant (5-FU ± leucovorin or FOLFOX or
CapeOX)

3. Stadium IIIC dan/atau locally unresectable:

Neoadjuvant: 5-FU/ RT or Cape/RT or 5FU/Leuco/RT (RT: Long course


25x), reseksi trans-abd resection + teknik TME bila memungkinkan dan
adjuvant in any T (5-FU ± leucovorin or FOLFOX or CapeOx)

4. Stadium IVA/B (metastasis dapat direseksi):

Kombinasi kemoterapi atau reseksi staged/synchronous lesi metastasis+


lesi rektum atau 5-FU/pelvic RT. Lakukan reassessmen untuk menentukan
stadium dan kemungkinan reseksi.

5. Stadium IVA/B (metastasis synchronous tidak dapat direseksi atau secara


medis inoparabel):
Bila simptomatik (terapi simptomatis: reseksi atau stoma atau kolon
stenting), lanjutkan dengan kemoterapi untuk kanker lanjut. Bila
1

asimptomatik berikan terapi non-surgikal lalu reassess untuk menentukan


kemungkinan untuk reseksi.22,23
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa
adalah terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga
terapi standar untuk kanker rektal yang digunakan antara lain ialah :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama
untuk stadium I dan II tumor rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium
III juga dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam
metode penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-
surgical treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi
sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada
kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada stadium II
dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun
sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien
masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk
membunuh sel kanker yang tertinggal. 6
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain : 6,16
a) Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor
dapat dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen.
Jika kanker ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan
polypectomy.
b) Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
1

Gambar 9. Reseksi dan Anastomosis Gambar 10. Reseksi dan Kolostomi


Pengangkatan kanker rektum biasanya dilakukan dengan reseksi
abdominoperianal, termasuk pengangkatan seluruh rectum, mesorektum dan
bagian dari otot levator ani dan dubur. Prosedur ini merupakan pengobatan yang
efektif namun mengharuskan pembuatan kolostomi permanen.17

Rektum terbagi atas 3 bagian yaitu 1/3 atas, tengah dan bawah. Kanker
yang berada di lokasi 1/3 atas dan tengah ( 5 s/d 15 cm dari garis dentate ) dapat
dilakukan ” restorative anterior resection” kanker 1/3 distal rectum merupakan
masalah pelik. Jarak antara pinggir bawah tumor dan garis dentate merupakan
faktor yang sangat penting untuk menentukan jenis operasi.17

Goligher dkk berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa kegagalan


operasi ”Low anterior resection ” akan terjadi pada kanker rectum dengan jarak
bawah rectum normal 2 cm. Angka 5 cm telah diterima sebagai jarak
keberhasilan terapi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh venara dkk pada 243
kasus menyimpulkan bahwa jarak lebih dari 3 cm dari garis dentate aman untuk
dilakukan operasi ” Restorative resection”. ”Colonal anastomosis” diilhami oleh
hasil operasi Ravitch dan Sabiston yang dilakukan pada kasus kolitis ulseratif.
Operasi ini dapat diterapkan pada kanker rectum letak bawah, dimana teknik
stapler tidak dapat dipergunakan. Local excision dapat diterapkan untuk
mengobati kanker rectum dini yang terbukti belum memperlihatkan tanda-tanda
metastasis ke kelenjar getah bening. Operasi ini dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan yaitu transanal, transpinchteric atau transsacral.
Pendekatan transpinshter dan transacral memungkinkan untuk dapat mengamati
2

kelenjar mesorectal untuk mendeteksi kemungkinan telah terjadi metastasis.


Sedang pendekatan transanal memiliki kekurangan untuk mengamati
keterlibatan kelenjar pararektal.18

Pada tumor rektum sepertiga tengah dilakukan reseksi dengan


mempertahankan sfingter anus, sedangkan pada tumor sepertiga distal dilakukan
amputasi rektum melalui reseksi abdominoperineal Quenu-Miles. Pada operasi
ini anus turut dikeluarkan. Pada pembedahan abdominoperineal menurut Quenu-
Miles, rektum dan sigmoid dengan mesosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar
limf pararektum dan retroperitoneal sampai kelenjar limf retroperitoneal.
Kemudian melalui insisi perineal anus dieksisi dan dikeluarkan seluruhnya
dengan rektum melalui abdomen.18

Reseksi anterior rendah pada rektum dilakukan melalui laparotomi


dengan menggunakan alat stapler untuk membuat anastomosis kolorektal atau
koloanal rendah. Eksisi lokal melalui rektoskop dapat dilakukan pada karsinoma
terbatas. Seleksi penderita harus dilakukan dengan teliti, antara lain dengan
menggunakan endoskopi ultrasonografik untuk menentukan tingkat penyebaran
di dalam dinding rektum clan adanya kelenjar ganas pararektal.

Indikasi dan kontra indikasi eksisi lokal kanker rectum17,18

1) Indikasi
a) Tumor bebas, berada 8 cm dari garis dentate
b) T1 atau T2 yang dipastikan dengan pemeriksaan ultrasound
c) Termasuk well-diffrentiated atau moderately well diffrentiated secara
histologi
d) Ukuran kurang dari 3-4 cm
2) Kontraindikasi
a) Tumor tidak jelas
b) Termasuk T3 yang dipastikan dengan ultrasound
c) Termasuk Poorly diffrentiated secara histologi
2

2. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan.
Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk
pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan,
dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama ketika
digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah
pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di pelvis
sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis
jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut,
misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif
pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable. 20
3. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau
tumor lokal yang bergerombol (Stadium II lanjut dan Stadium III). Terapi
standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan leucovorin
dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-FU merupakan anti
metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. Agen lainnya, levamisole,
(meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi leucovorin. Protopkol
ini menurunkan angka kekambuhan kira – kira 15% dan menurunkan angka
kematian kira – kira sebesar 10%. 20

2.2.10. DIAGNOSIS BANDING


1. Thrombosed Haemorrhoid
2. Fisura Anal
3. Diverticulosis

2.2.11. KOMPLIKASI
Selain obstruksi, perforasi dan penetrasi ke struktur yang berdekatan
merupakan komplikasi kanker kolon dan rektum yang terkenal, pembentukan
fistula ke bagian lain dari saluran pencernaan dianggap sebagai komplikasi
2

berat, namun jarang terjadi komplikasi ini dapat didiagnosis dengan mudah
dengan pencitraan radiografi, kolonoskopi juga Fistula vesikovaginal ditandai
oleh kebocoran urin melalui vagina, dan rektovagina fistula ditandai dengan
kebocoran flatus dan tinja melalui vagina. Pembentukan fistula pada tumor
ganas gastrointestinal saluran dianggap terjadi dalam dua cara berbeda. Dala
satu jenis formasi tumor tumbuh berdekatan dengan organ lain. Di tipe lain,
tumor primer mengembangkan ulserasi yang dalam yang kemudian
menyebabkan pembentukan eksudat. 21

2.2.12. PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah
sebagai berikut :
a. Stadium I - 72%
b. Stadium II - 54%
c. Stadium III - 39%
d. Stadium IV - 7%
Lima puluh persen dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang
dapat berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal
lebih sering terjadi pada. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2
tahu pertama setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya
rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan
kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif tumor. 6
BAB III

LAPORAN KASUS

No RM 075008

Ruangan : ARRIZAL kamar 01

3.1 ANAMNESA PASIEN


ANAMNESA PRIBADI

Nama : Buang tono


Umur : 69 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status Kawin : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Dusun I, Jl. Satria cinta rakyat rt.04, rw 01,Percut sei

ANAMNESA PENYAKIT

Keluhan Utama : BAB darah

Telaah :

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan BAB darah
yang dialami sejak 7 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Darah keluar setiap
kali BAB, warna darah merah segar, volume darah ± 1/4 aqua gelas, konsistensi
cair. Pasien mengaku memiliki riwayat BAB kehitaman di tahun 2020. Pasien
mengatakan sebelumnya sering mengkonsumsi makanan pedas, makanan
mengandung santan dan meminum kopi sebanyak 3-4 gelas/hari. Lemas (+), demam
(-), batuk (-), mual dan muntah (-)
BAB : 2-5x/hari, warna coklat kemerahan, konsistensi lunak
BAK : 5-6x/hari, kuning jernih, tuntas
RPT : Hipertensi, melena
RPK : Tidak ada

23
2

RPO : tidak ada


R. Alergi : tidak ada
R. Kebiasaan: sering mengkonsumsi makanan pedas, makanan mengandung
santan dan minum kopi 3-4 gelas/hari

ANAMNESA UMUM
 Badan Merasa Kurang Enak :Ya
 Merasa Capek / Lemas :Ya
 Merasa Kurang Sehat :Ya
 Nafsu makan :Menurun
 Tidur :Terganggu
 Berat Badan :Menurun
2

ANAMNESA ORGAN 5. GINJAL DAN SALURAN


1. COR KENCING
 Dalam batas normal  Miksi
(freq,warna,sebelum/sesudah
2. SIRKULASI PERIFER miksi, mengedan) : 5-6x/ hari,
 Dalam batas normal warna kuning , tuntas

3. TRACTUS RESPIRATORUS 6. SENDI


 Dalam batas normal  Dalam batas normal
7. TULANG
4. TRACTUS DIGESTIVUS  Dalam batas normal
A. LAMBUNG 8. OTOT
 Muntah :  Dalam batas normal

Tidak 9. DARAH
 Mual-mual :  Dalam batas normal
Tidak
10. ENDOKRIN
B. USUS  Dalam batas normal
 Defekasi
11. FUNGSI GENITALIA
(frek,warna,kons.): ya 2-  Ereksi : Tidak ditanyakan
5x/hari, kemerahan,  Libido Seksual : Tidak
ditanyakan
Konsistensi lunak
 Coitus : Tidak ditanyakan
C. HATI DAN SALURAN
EMPEDU 12. SUSUNAN SYARAF
 Dalam batas normal
 Sakit perut kanan :
Tidak 13. PANCA INDRA
 Dalam batas normal
Memancar ke punggung dan
bahu 14. PSIKIS
 Kolik :  Dalam batas normal

Tidak 15. KEADAAN SOSIAL


 Ikterus :  Pekerjaan : Pensiun
 Hygiene : Bersih
Tidak
2

ANAMNESA PENYAKIT TERDAHULU :


Hipertensi, melena
ANAMNESA PEMAKAIAN OBAT :
Tidak ada

ANAMNESA PENYAKIT VENERIS :


 Bengkak kelenjar regional : Tidak
 Luka-luka dikemaluan : Tidak
 Pyuria : Tidak
 Bisul-bisul : Tidak

ANAMNESA INTOKSIKASI :
Tidak ada

ANAMNESA MAKANAN :
 Nasi : Ya Freq : 3x/hari
 Ikan : Ya
 Sayuran : Ya
 Daging : Ya

ANAMNESA FAMILY :
 Penyakit-penyakit Family : Tidak ada
 Penyakit seperti orang sakit : Tidak ada
 Anak-anak 3, Hidup 3, Mati 0
2

3.2 STATUS PRAESENS :


KEADAAN UMUM
 Sensorium : Compos mentis
 Tekanan Darah : 180/90 mmHg
 Temperatur : 36,5°C
 Pernafasan : 20x/menit
 Nadi : 80x/menit

KEADAAN PENYAKIT :
 Anemi : Tidak
 Ikterus : Tidak
 Sianosis : Tidak
 Dispnoe : Tidak
 Edema : Tidak
 Eritema : Tidak
 Turgor : Baik, < 2 detik
 Gerakan aktif : Ya
 Sikap Tidur paksa : Tidak

KEADAAN GIZI :
BB : 59 KG
TB : 170 CM
RBW : 84,2 % Kesan : Undernutrisi
IMT : 20,4 kg/cm2 Kesan : normal

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Kepala : Muka : pucat, mata :konjungtiva anemis, bibir: pucat
Leher : Dalam Batas Normal
Thorax : Dalam Batas Normal
Abdomen : Dalam Batas Normal
Genital dan Anus : Status Lokalis Regio Anal:

Inspeksi : Tidak tampak kelainan

Palpasi : Tidak tampak kelainan

Rectal Toucher

 Tonus sfingter ani : ketat


2

 Teraba massa 7 cm dari batas tepi sfingter, konsistensi keras, permukaan


bergranul, dapat digerakkan, berbatas tegas, nyeri tekan (+)

 Sarung tangan : Feses (+), mukus (+), darah merah segar (+)

Ektremitas : Dalam Batas Normal

3.4. PEMERIKSAAN LABOLATORIUM

DARAH
Darah Rutin
Hemoglobin 6,9 g/dl
Eritrosit 2,45 Juta/Ul
Leukosit 3,80 /Ul
Hematokrit 32,4 %
Trombosit 220 /Ul
Index Eritrosit
MCV 87 Fl
MCH 28 Pg
MCHC 32 %
Jenis Leukosit
Eosinofil 0 %
Basofil 3 %
Limfosit 59 %
Monosit 28 %
N.Seg 32 %
Fungsi Hati
AST 15.0 u/L
(SGOT)
ALT 14.0 u/L
(SGPT)
Albumin 3.2 g/Dl
Bilirubin - mEg/L
total
Fungsi Ginjal
Ureum 96.0 mg/Dl
Kreatinin 3.13 mg/Dl
Glukosa 103 mg/Dl
Darah

3.5. PEMERIKSAAN FOTO THORAX


Foto thorax PA
 Jantung tidak membesar
 Corakan bronkovaskuler paru kanan dan kiri baik
2

Kesan: normal

3.6 PEMERIKSAAN CT SCAN


Body CT Scan Tanpa Kontras : Upper Lower Abdomen
 Liver : ukuran normal, permukaan rata dan tidak tampak lesi pada parenkim
lobus kanan-kiri liver
 Tidak tampak dilatasi intrahepatic bile duct. GB: ukurannya normal dan tidak
tampak batu-massa
 Pancreas : ukurannya normal dan tidak tampak kelainan
 Spleen : ukuran normal dan tidak tampak lesi pada parenkim spleen
 Kedua ginjal normal dan tampak dilatasi ringan pelvi-calyces kanan-kiri
 Tidak tampak batu opak pelvi-calyces kanan-kiri
 Bowel loops : tampak massa circuler pada rectum sepanjang +/-= 6,5 cm yang
mengakibatkan lumen rectum didaerah tersebut menyempit
 Juga tampak gambaran shoulder sign di bagian distal dari lumen yang
menyempit. Tampak fat stranding di perirectal dari lumen yang menyempit
 Prostat ukurannya membesar +/-= 4,41 cm x 4,15 cm atau volume +/-=38 ml
Kesan: 1. Tumor rectum (radiologis T3)
2. BPH ringan =/-= 38 ml

3.7. DIAGNOSIS : PSMBB ec Ca recti

3.8. TERAPI :

1. Aktifitas : Tirah Baring


2. Diet (Jumlah, Jenis, Jadwal) : Diet M II
3. Medikamentosa:
 IVFD Nacl 20 gtt/i
 Inj. omeprazol 40mg / ml 1 amp/12 jam
 Inj. Ditranex 1 amp / 8 jam
 Inj. Vit K /24 jam
 Asam folat tablet 400mg 3x1
 Sukralfat syr 100ml 3x1
 Curcuma tab 20mg 3x1
BAB IV
DISKUSI KASUS

TEORI KASUS
Anamnesis
Perubahan pada kebiasaan Ada Ada
BAB atau adanya darah
pada feses, baik itu darah
segar maupun yang
berwarna hitam.
Diare, konstipasi atau Ada Tidak ada
merasa bahwa isi perut tidak
benar benar kosong saat
BAB
Ukuran feses yang lebih Ada Tidak ada
kecil dari biasanya
keluhan tidak nyaman pada Ada Tidak ada
perut, sering flatus,
kembung,
Penurunan berat badan yang Ada Ada
tidak diketahui sebabnya
Mual dan muntah Ada Tidak ada
Rasa letih dan lesu Ada Ada
Pemeriksaan Fisik
Colok dubur teraba massa, konsistensi Sfinter ani ketat, mukosa
keras, adanya darah kasar, konsistensi keras,
segar, dapat di gerakkan, mobile, teraba massa,
permukaannya permmukaan bergranul,
bergranul, adanya nyeri. berbatas tegas, nyeri tekan
(+). Sarung tangan : Feses
(+), Mukus (+), Darah
segar (+)
Pemeriksaan penunjang

30
31

Laboratorium
-CEA Meningkat Tidak di lakukan
Radiologi
-CT SCAN  Tumor rektum  Bowel loops: tampak
biasanya terlihat pada massa circuler pada
massa jaringan lunak rectum sepanjang +/-
dengan sekitar lumen =6,5 cm
usus  Juga tampak gambaran
 Malignansi terdeteksi shoulder sign di
sebagai penebalan bagian distal dari
dinding usus lumen yang
 Penyebaran tumor menyempit. Tampak
ekstrarektal memberi fat stranding di
kesan hilangnya perirectal dari lumen
lemak jaringan pada yang menyempit
rektum dan nodus  Prostat ukurannya
pada perirectal membesar +/-= 4,41
 Penebalan otot yang cm x 4,15 cm atau
terinvasi volume +/-=38 ml
-Sigmoidoskopi mendeteksi polip Tidak di lakukan
adenomatosa
-USG transrectal Tumor rektum terlihat Tidak di lakukan
sebagai gambaran massa
hypoechoic dengan
invasi yang berbeda
Pengobatan
Tindakan Non-Operatif
Neoadjuvant chemotherapy Ada Tidak di lakukan
Tindakan Operatif
Eksisi lokal Ada Tidak di lakukan
Reseksi Ada Tidak di lakukan
BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan satu kasus pendarahan saluran makan bagian bawah ec ca recti
,diagnosis ditegakkan secara anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.Pada manifestasi klinis di jumpai bab yang di sertai darah. Pada
pemeriksaan fisik anal/colok dubur : Tonus sfingter ani: ketat, teraba massa 7 cm
dari batas tepi sfingter, konsistensi keras, permukaan bergranul, dapat digerakkan,
berbatas tegas, nyeri tekan (+), sarung tangan : Feses (+), mukus (+), darah (+), dan
dari pemeriksaan CT scan didapatkan hasil: Bowel loops: tampak massa circuler
pada rectum sepanjang +/- =6,5 cm, Juga tampak gambaran shoulder sign di bagian
distal dari lumen yang menyempit. Tampak fat stranding di perirectal dari lumen
yang menyempit .

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah. Murdani, Sudoyo. Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah
(Hematokezia) dan Perdarahan samar (Occult)), hal 293, Jakarta: Pusat
Penerbitan Dep. IPD. FKUI.
2. Barbara LB, Douglas JT. Acute Gastrointestinal Hemorrhage.
In:Courtney MT et al, editor. Sabiston textbook of surgery 17ed.
Pennsylvania: Elsevier Saunders; 2004. p. 1256-1261
3. Gavin F. Chico. Lower Gastrointestinal Bleeding. Emedicine. 2009.
Available from : http://medicine.medscape.com/article/188478 Accessed
in : April 21st, 2010
4. Rome J, J Thomas L, Anne CT. Etiology of lower gastrointestinal bleeding
in adults. 2010. Available from :
http://www.utdol.com/patients/content/topic.do?topicKey=~hakksDf4t24e
q Accessed in : April 21st, 2010
5. Prof.Dr.dr. Hadi, Sujono, 2013, Gastroenterologi (Perdarahan saluran
Makan Bagian Bawah),hal 303, Penerbit P.T. ALUMNI, Cetakan ke 3.
Bandung.
6. Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran (Gastroenterologi), hal
488, jilid I, ed 3th. Jakarta: Media Aesculapius
7. Sylvia & Lorraine. 2006. “Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit) Volume 1, Edisi 6”, hal 176, Jakarta: EGC.
8. Permenkes , 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primeri , No 5, Jakarta
9. Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI
10. Tonapa, Yospina Lenong. 2017. Asuhan Keperawatan dengan Kanker
Rectum Di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan. Borneo: Borneo Tarakan
11. Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan
Paenyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
12. GLOBOCAN, 2018.The Global Cancer Observatory. Tersedia:
https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-
factsheets.pdf[20 September 2019].
13. Anderson, E.T. & McFarlane, J. (2006) Buku Ajar Keperawatan
Komunitas: Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

14. Smeltzer, S, & Bare. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical
surgical nursing. Philadelpia : Lippincot

15. Black, J.M. & Hawk, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Buku 2
Edisi 8. Elsevier.

16. Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2002).Buku
Ajar KeperawatanMedikalBedah Brunner &Suddarth Volume 2(Ed 8).
Jakarta: EGC.

17. Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi
3.Jakarta : EGC.

18. American Cancer Society. 2013. Breast Cancer. Atlanta: American


Cancer Society

19. Barbara LB, Douglas JT. Acute Gastrointestinal Hemorrhage.In:Courtney


MT et al, editor. Sabiston textbook of surgery 17ed. Pennsylvania: Elsevier
Saunders; 2004. p. 1256-1261

20. Burt C. Lower Gastrointestinal Bleeding, Surgical Treatment. 2009.


Available from : http://emedicine.medscape.com/article/195246
Accessedin:April 21 , 2010
st

21. Smeltzer, S. C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.


Jakarta: EGC.

22. NCCN Guidelines Version 1.2015: Rectal Cancer

23. Minsky BD. Cancer of the Rectum. In: Hoppe R, Phillips TL, Roach M III.
Leibel and Phillips Textbook of Radiation Oncology. 3rded. Philadelphia:
Saunders, 2010.

24. American Cancer Society. 2021. Anal Cancer Early Detection, Diagnosis,
and staging. Atlanta: American Cancer Society

Anda mungkin juga menyukai