Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
ling
lingku
kung
ngan
an luar
luar.. Kuli
Kulitt meru
merupa
paka
kan
n sala
salah
h satu
satu orga
organ
n tubu
tubuh
h yang
ang muda
mudah
h
memberikan
memberikan suatu manifestasi
manifestasi klinis
klinis apabila
apabila timbul
timbul gangguan
gangguan pada tubuh. Salah
satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah
eritroderma.1
Eritroderma,
Eritroderma, disebut juga sebagai dermatitis
dermatitis eksfoliatif,
eksfoliatif, diperkenalk
diperkenalkan
an
 pertama kali oleh Hebra pada 1868, merupakan kelainan kulit inflamasi yang
ditandai
ditandai dengan eritem generalisata
generalisata dan skuama
skuama yang luas, melibatkan
melibatkan 9! luas
 permukaan kulit. Eritroderma atau dermatitis eksfoliatif merupakan satu
 perjalanan klinis, yaitu dimulai dengan tahap a"al berupa kulit eritem uni#ersal
yang kemudian diikuti dengan pengelupasan kulit.
Eritro
Eritroderm
dermaa bukan
bukan merupa
merupakan
kan kasus
kasus yang
yang sering
sering ditemu
ditemukan
kan,, namun
namun
masalah
masalah yang ditimbulkanny
ditimbulkannyaa $ukup
$ukup parah. Eritroderma
Eritroderma dapat berakibat fatal,
maka
maka dipe
diperl
rluk
ukan
an pena
penata
tala
laks
ksan
anaa
aan
n yang
ang baik
baik kare
karena
na dapa
dapatt meng
mengga
gang
nggu
gu
metab
metabol
olism
ismee tubu
tubuh
h deng
dengan
an berb
berbag
agai
ai komp
kompli
lika
kasin
sinya
ya,, oleh
oleh karen
karenaa itu
itu perl
perlu
u
diidentifik
diidentifikasi
asi penyakit
penyakit yang
yang mendasari
mendasari dan memberikan terapi kausatif
kausatif se$ara
adekuat.
%nsidens eritroderma semakin meningkat. Salah satu kausa yang paling
sering ialah psoriasis. Eritroderma yang kronis dapat menyebabkan gangguan alat
dalam.
dalam. &ada
&ada penata
penatalak
laksaan
saanny
nyaa terdapa
terdapatt kesuli
kesulitan
tan karena
karena sebagi
sebagian
an kasus
kasus tidak 
tidak 
diketahui penyebabnya. '

1
BAB II
STATUS PASIEN

II.1 IDENTITAS PASIEN


 (ama ) *n. +
mur ) - tahun
/enis kelamin ) 0akilaki
&ekerjaan ) &etani
2lamat ) 3amblok, 4alerejo, 5agelang
2gama ) %slam
Status ) 5enikah
 (o. 5 ) 1-'67'
5asuk S ) 6 esember '16

II.2 ANAMNESIS
2namnesis dilakukan pada tanggal 6 esember '16, pukul 1. +%4
 Keluhan utama
4er$ak merah pada seluruh tubuh.
 Riwayat penyait !ea"an#
&asien datang dengan keluhan adanya ber$ak merah pada seluruh tubuh.
4er$ak merah tersebut disertai sisik, terutama pada bagian kaki. Keluhan
dirasakan sejak 1- tahun yang lalu. &asien sempat berobat ke beberapa
tempat, tetapi belum merasakan adanya perbaikan. &asien juga mengeluh
adanya gatal ringan dan rasa perih diseluruh tubuh. Sebelum serangan,
 pasien biasanya akan merasakan baal pada bagian kaki, kemudian menjalar 
ke atas.
 Riwayat penyait $ahulu
 i"ayat ketombe tahun '1:, yang dirasa semakin lama semakin
menyebar ke seluruh tubuh. Keluhan disertai rasa gatal dan panas.
 i"ayat penyakit alergi disangkal.
 i"ayat penyakit sistemik, seperti diabetes melitus, hipertensi dan
 penyakit jantung disangkal
 Riwayat penyait elua"#a
 i"ayat penyakit serupa seperti pasien, pada keluarga disangkal
 i"ayat penyakit sistemik pada keluarga, disangkal
 Riwayat pen#%&atan
i"ayat ra"at inap di bangsal Seruni, ' bulan yang lalu, yaitu '6 ; 
September '16, selama - hari.

II.' PEMERIKSAAN (ISIK 

2
 Statu! #ene"ali!
 Keadaan umum ) *ampak sakit ringan
 Kesadaran ) Kompos mentis
 *ekanan darah ) 11<= mmHg
 0aju nadi ) 8= ><mnt
 0aju pernapasan ) 16 ><mnt
 Suhu ) 6,' ?@
 SpA' ) 98 !
 Head to toe ) *idak dilakukan

 Statu! De"mat%l%#i
&ada seluruh tubuh, ditemukan)

1. egio antebra$hii, ditemukan lesi eritematosa yang meninggi dan konfluens

'. egio dorsum manus, ditemukan lesi eritematosa yang meninggi dan
konfluens, serta adanya sisik halus

3
. egio torakalis posterior, ditemukan lesi eritematosa yang meninggi dan
konfluens, dengan ukuran masingmasing lesi adalah lentikular 

-. egio fas$ialis, ditemukan "ajah edema dan adanya lesi eritematosa yang
meninggi dan konfluens

4
7. egio s$alp, ditemukan kulit kepala berminyak dan kotor akibat skuama

6. egio e>tremitas inferior, ditemukan lesi eritematosa yang meninggi dan


konfluens, serta adanya skuama halus

II.) PEMERIKSAAN PENUN*AN+ ,


 *idak dilakukan pada pasien, namun pada teori sebaiknya dilakukan

 pemeriksaan )
 0aboratorium ) darah lengkap, S3&*<S3A*, urea dan $reatinin
 Elektrolit

5
 Histopatologi

II.- RESUME
&asien *n. +, - th: datang dengan keluhan adanya ber$ak merah pada
seluruh tubuh. 4er$ak merah tersebut disertai sisik halus, terutama pada
 bagian tungkai ba"ah. Keluhan dirasakan sejak 1- tahun yang lalu. &asien
sempat berobat ke beberapa tempat, tetapi belum merasakan adanya
 perbaikan. &asien juga mengeluh gatal ringan dan rasa perih diseluruh
tubuh. Setiap sebelum serangan, pasien selalu merasa baal pada seluruh
tubuh. Sebelumnya, pasien memiliki ri"ayat ketombe yang $ukup parah
 pada tahun '1 lalu. i"ayat alergi, asma, diabetes, hipertensi dan
 penyakit jantung, disangkal. &asien memiliki ri"ayat ra"at inap di bangsal
Seruni, yaitu '6 ;  September '16, selama - hari. Saat pemeriksaan
fisik, ditemukan adanya efloresensi berupa ber$ak eritematosa yg meninggi
dan konfluens pada seluruh tubuh, disertai skuama halus, kulit kepala
 berminyak dan kotor akibat skuama.

II. DIA+N/SIS
Eritroderma

II.0 DIA+N/SIS BANDIN+


 &soriasis
 &itiriasis rosea
 ermatitis seboroik 

II. AN*URAN PEMERIKSAAN


 &emeriksaan laboratorium) darah lengkap, S3&*<S3A*, urea dan $reatinin
 Elektrolit
 Histopatologi

II. PENATALAKSANAAN
 N%n Me$iament%!a
5enjaga higienitas kulit
iet tinggi protein

 Me$iament%!a
Abat sistemik 
• 5ethotre>ate  > ',7 mg
• 0oratadine 1 > 1 mg
• @ur$uma ' > ' mg

Abat topikal

6
• 0e#ertran B %nerson ' > 1

II.13 PR/+N/SIS
 2d #itam ) dubia ad bonam
 2d fungsionam ) dubia ad bonam
 2d sanationam ) dubia ad bonam

7
BAB III
TIN*AUAN PUSTAKA

III.1 DE(INISI
Eritoderma berasal dari bahasa Cunani, yaitu erythro- (red   D merah: dan
derma, dermatos (skin D kulit:. Eritroderma, diperkenalkan pertama kali oleh
Hebra pada 1868. Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya
eritema uni#ersalis 91!:, biasanya disertai skuama. 4ila eritemanya antara
79! disebut preeritroderma. &ada definisi tersebut yang mutlak harus ada
ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada
eritroderma karena alergi obat se$ara sistemik, pada mulanya tidak disertai
skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. ,-,7
&ada eritroderma yang kronik, eritroderma tidak begitu jelas, karena
 ber$ampur dengan hiperpigmentasi. Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan
dari penyakit kulit yang telah ada sebelumnya psoriasis, dermatitis seboroik pada
 bayi:, reaksi hipersensiti#itas obat antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika,
calcium channel blocker , dan bahan topikal:, penyakit sistemik termasuk 
keganasan, serta idiopatik '!:. ,-,7

3ambar 1. Eritroderma

III.2 EPIDEMI/L/+I

8
%nsidens eritroderma sangat ber#ariasi, menurut penelitian dari ,9= dari
1. populasi. &enyakit ini dapat mengenai pria ataupun "anita, namun paling
sering pada pria dengan rasio '- ) 1, dengan onset usia ratarata  - tahun,
meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. %nsiden eritroderma makin
 bertambah. &enyebab utamanya adalah psoriasis. Hal tersebut seiring dengan
meningkatnya insidens psoriasis.6,=

III.' ETI/L/+I
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat se$ara sistemik,
 perluasan penyakit kulit atau penyakit sistemik termasuk keganasan.  &ada banyak 
kasus, eritroderma umumnya disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya
misalnya psoriasis atau dermatitis seboroik:, cutaneous T-cell lymphoma @*@0:
atau reaksi obat.8 &enyakit kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya
adalah psoriasis '!, dermatitis spongiotik '!, alergi obat 17!, @*@0 atau
sindrom seFary 7!.9

III.) KLASI(IKASI
Se$ara morfologi, gambaran klinis eritroderma menyerupai beberapa
kelainan kulit lainnya, berikut klasifikasi eritroderma )
a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat se$ara sistemik 
Keadaan ini banyak ditemukan pada de"asa muda. Abat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, merkuri jarang:,
antibiotika penisilin, antiepilepsi barbiturat, antihipertensi calcium channel 
blocker , dan obat lainnya yang masuk ke dalam tubuh melalui $ara apa
saja. %nsiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan masyarakat sering
melakukan pengobatan sendiri ataupun se$ara tradisional. +aktu mulainya
obat masuk ke dalam tubuh hingga timbul penyakit, dapat segera atau
sampai ' minggu. 4ila ada obat yang masuk ke dalam tubuh lebih dari
satu, diduga penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan
alergi. 3ambaran klinisnya adalah eritema uni#ersal. 4ila masih akut,
tidak ditemukan skuama, skuama akan timbul pada masa penyembuhan. 1
 b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit

9
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak 
ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat
 pengobatan psoriasis yang terlalu kuat. ermatitis seboroik pada bayi juga
dapat menyebabkan eritroderma, dikenal sebagai penyakit 0einer. sia
 penderita berkisar -' minggu. &tyriasis rubra pilaris yang berlangsung
selama beberapa minggu dapat pula menjadi eritroderma. &enyakit lain
yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus,
dermatitis atopik dan liken planus. ',1
$. Eritroderma akibat penyakit sistemik 
Setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat ataupun
akibat perluasan penyakit kulit harus di$ari penyebabnya, yang berarti
 perlu pemeriksaan menyeluruh pemeriksaan laboratorium dan radiologi:,
untuk melihat adanya penyakit pada alat dalam dan infeksi lokal. @ontoh
 penyakit untuk golongan ini adalah, Sindrom SeFary. Sindrom SeFary
adalah limfoma, namun beberapa pendapat menyebutkan penyakit ini
adalah stadium dini mikosis fungoides. &ada sindrom ini didapatkan
adanya tanda berupa, eritema yang merah membara, uni#ersall, disertai
skuama dan rasa gatal yang berat. Selain itu, terdapat adanya infiltrate
 pada kulit dan edema. 4eberapa diantaranya, ditemukan splenomegaly,
limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis
 palmaris dan plantaris. Serta kuku yang distrofik. '

*abel 1. &roses yang berkaitan dengan timbulnya Eritroderma =

10
&enyakit Kulit &enyakit Sistemik Abatobatan
ermatisis atopik  5ikosis fungoides Sulfonamid
ermatitis kontak  &enyakit Hodgkin 2ntimalaria
ermatofitosis 0imfoma &enisilin
&enyakit 0einer  0eukemia akut dan kronis Sefalosporin
0iken planus 5ultipel mieloma 2rsen
5ikosis fungoides Karsinoma paru 5erkuri
&emfigus folia$eus Karsinoma rektum 4arbiturat
&itiriais rubra Karsinoma tuba falopii 2spirin
&soriasis ermatitis papuloskuamosa Kodein
Sindrom eiter   pada 2%S ifenilhidantoin
ermatitis seboroik  Codium
ermatitis statis %soniaFod
Kuinidin
@aptopril

Harus lebih diperhatikan komplikasi sistemik akibat eritroderma sepertiG


hipotermia, edema perifer, dan kehilangan $airan, dan albumin dengan takikardia
dan kelainan jantung harus mendapat pera"atan yang serius. &ada eritroderma
kronik dapat mengakibatkan kakeksia, alopesia, palmoplantar keratoderma,
kelainan pada kuku dan ektropion.

III.- PAT/(ISI/L/+I
5ekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui se$ara pasti. &atogenesis
eritroderma berkaitan dengan patogenesos penyakit yang mendasarinya,
dermatosis yang sudah ada sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau
 perkembangan eritroderma idiopatik de no#o tidaklah sepebuhnya dimengerti.
&enelitian terbaru imunopatogenesis infeksi yang dimediasi to>in menunjukkan
 bah"a lokus patogenesitas  staphilococcus mengkodekan superantigen. 0okus
lokus tersebut mengandung gen yang mengkodekan to>in dari toxic shock 
 syndrome dan staphylococcal scalded-skin syndrome. Kolonisasi staphylococcusa
ureus atau antigen lain merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock 
 syndrome toxin-1, mungkin memainkan peranan pada patogenesis eritroderma.
&asienpasien dengan eritroderma biasanya mempunyai kolonisasi S. aureus
sekitar 8! dan pada kulit sekitar 1=!, bagaimanapun juga hanya ada satu dari

11
 pasien yang memiliki to>in S. aureus yang positif.
alam mempelajari patogenesis dari eritroderma membutuhkan
 pengetahuan biologi normal dari epidermis. Seperti pada jaringan lainnya,
epidermis melakukan regenerasi se$ara rutin yang terjadi pada membrana basalis,
dan selsel ini berubah menjadi struktur keratin yang utuh melalui proses selama
11' hari. &ada umumnya, selsel ini membutuhkan tambahan sekitar 1'1- hari
lagi di stratum korneum sebelum sel ini dilepaskan. 
4erdasarkan penelitian, jumlah skuama yang hilang pada manusia normal
antara 71 mg<hari. &engelupasan keratin paling banyak terjadi pada telapak 
tangan, kulit kepala, dan dahi kurang lebih ',7 gr<m' per '- jam: dan paling
sedikit pada dada, lengan ba"ah dan tungkai ba"ah ,1 gr<m' per '- jam:.
Karena tubuh mengkatabolisme 76 gr protein per hari, pengelupasan kulit yang
fisiologis ini berperan penting dalam metabolisme protein se$ara keseluruhan. 
&atogenesis eritroderma masih menjadi perdebatan. &enelitian terbaru
mengatakan bah"a hal ini merupakan proses sekunder dari interaksi kompleks
antara molekul sitokin dan molekul adhesi seluler yaitu %nterleukin %01, %0',
%08:, molekul adhesi interselular 1 %@251:, tumor nekrosis faktor, dan
interferon.19 &ada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan epidermis.
5eskipun beberapa peneliti memperkirakan sekitar 1 gr epidermis hilang setiap
harinya, tetapi pada beberapa literatur menyatakan bah"a hanya ' gr yang
hilang. &ada skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan jumlah asam
nukleat dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam amino, dan
 peningkatan jumlah protein bebas.
eaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh baik itu obatobatan,
 perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik: adalah berupa pelebaran
 pembuluh darah kapiler eritema: yang generalisata. Eritema berarti terjadi
 pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat
sehingga kehilangan panas bertambah.
2kibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. &ada eritroderma kronis
dapat terjadi gagal jantung. /uga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan
 perfusi kulit.
&enguapan $airan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi.

12
4ila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat. &engaturan suhu
terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan
 peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan $airan oleh tra nspirasi meningkat
sebanding laju metabolisme basal.',
Kehilangan skuama dapat men$apai 9 gram<m ' permukaan kulit atau lebih
sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan
 berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin
merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan
oleh pergesaran $airan ke ruang ekstra#askuler.'  Eritroderma akut dan kronis
dapat menganggu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan rambut dan kuku
 berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. &ada eritroderma yang
telah berlangsung berbulan ; bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum yang
 progresif.1
&ada eritroderma ec alergi obat berbeda dengan eritroderma pada
umumnya yang biasanya disertai dengan eritem dan skuama. &ada eritroderma ec
alergi obat terlihat adanya eritem tanpa adanya skuama. Skuama justru baru akan
timbul pada stadium penyembuhan.  '

III. +AMBARAN KLINIS


3ambaran klimis eritroderma beraneka ragam dan ber#ariasi tiap indi#idu.
Kelainan yang paling pertama mun$ul adalah eritema, disebabkan oleh pelebaran
 pembuluh darah, yang umumnya terjadi pada area genitalia, ekstremitas, atau
kepala. Eritem ini akan meluas sehingga dalam beberapa hari atau minggu dan
seluruh permukaan kulit akan terkena, menunjukkan gambaran yang disebut red 
man syndrome.
Skuama mun$ul setelah eritema, biasanya setelah '6 hari. Skuama adalah
lapisan korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari halus
sampai kasar. kuran skuama ber#ariasi, pada proses akut akan berukuran besar,
sedangkan pada proses kronik akan berukuran ke$il. +arna skuama ber#ariasi,
mulai dari putih hingga kekuningan.
eskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh.
apat juga mengenai membran mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. 4ila

13
kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku dan kuku dapat
lepas. &ada eritroderma, skuama tidak selalu terdapat, misalnya eritroderma
karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, tetapi skuama
akan timbul pada stadium penyembuhan.
Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut dan kuku.
Kurang lebih '7! dari pasien mengalami alopesiam dan pada banyak kasus, kuku
akan mengalami kerapuhan sebelum lepas seluruhnya. *elapak tangan dan kaki
 biasanya ikut terlibat, namun jarang mengenai membran mukosa. Sering terjadi
 pula ber$ak hiperpigmentasi dan hipopigmentasi. &ada eritroderma kronis, eritema
=
tidak begitu jelas karena ber$ampur dengan hiperpigmentasi.
Epidermis berukuran tipis pada a"al proses penyakit dan akan terlihat dan
terasa tebal pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta yang
 ber"arna kekuningan yng disebabkan serum yang mengering dan kemungkinan
karena infeksi sekunder. &ada beberapa kasus, manifestasi klinis yang mun$ul
 pada eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis epidermal toksik, "alaupun
se$ara patofisiologi sangat berbeda.'
Eritroderma akibat alergi obat bisanya se$ara sistemik sebelum menun$ul
gejala klinis perlu dikaji ulang untuk mengonfirmasi penyebab terjadinya
eritroderma akibat obat. &ada umumnya alergi ini timbul se$ara akut dalam "aktu
1 hari. apat pula ber#ariasi mulai dari "aktu masuknya obat ke dalam tubuh
hingga timbul penyakit dapat segera sampai ' minggu. 3ambaran klinisnya
 berupa eritema uni#ersal. &ada stadium akut tidak terdapat skuama, pada stadium
 penyembuhan baru timbul skuama. '
Eritroderma akibat penyakit kulit, penyakit sistemik dan obatobatan sering
dijumpai kelainankelainan yang mendasarinya yang membantu dalam
menegakkan diagnosis. Sering ditemukan plak psoriasis yan masih tersisa, papul
atau lesi oral likenplanusG gambaran pulau yang khas dari ptiriasis rubra dan lesi
 papuler pada drug eruption. i"ayat psoriasis yang bersifat kronik dan residif 
dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya eritroderma. Kelainan kulit berupa
skuama yang berlapislapis dan kasar di atas kulit yang eritematosa,
sirkumskripta. mumnya didapati eritema yang tidak merata. &ada tempat
 predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak 

14
meninggi dari pada sekitarnya dan skuama ditempat itu lebih tebal. Kuku juga
 perlu dilihat, di$ari apakah ada pitting nail berpa lekukan miliar, tanda ini hanya
menyokong dan tidak patognomonis untuk psoriasis. /ika raguragu, pada tempat
yang meninggi tersebut dilakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologik.
Kadangkadang biopsi sekali tidak $ukup dan harus dilakukan beberapa kali.
&enyakit 0einer atau eritroderma deskuamati#um ini biasanya terjadi pada
 penderita usia antara - minggu sampai ' minggu. Keadaan umum penderita baik,
 biasanya tanpa keluhan. Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di
kepala. Kelainan kulit berupa eritema uni#ersal disertai skuama yang kasar.
Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan, berbagai
 penyakit atau kelainan alat dalam dapat menyebabkan kelainan kulit berupa
eritroderma. Setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk golongan 1 dan ' harus
di$ari penyebabnya, yang berarti harsu diperiksa se$ara menyeluruh, apakah ada
 penyakit pada alat dalam dan harus di$ari pula pakah ada infeksi dalam dan
infeksi fokal. *ermasuk didalam golongan ini adalah sindrome SeFary.
Sindroma SeFary termasuk penyakit limfoma, ada yang berpendapat
merupakam stadium mikosis fungoides. &enyebabnya belum diketahui, diduga
 berhubungan dengan infeksi #irus H*0II dan dimasukkan kedalam @*@0
(Cutaneus T-Cell Lymphoma). Cang diserang adalah orang de"asa, mulainya
 penyakit pada pria ratarata berusia 6- tahun sedangkan pada "anita berusia 7
tahun. Sindrom ini ditandai dengan eritema ber"arna merah membara yang
uni#ersal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat pula infiltrasi
 pada kulit dan edema. &ada sepertiga hingga setengah para penderita didapati
splenomegali, limfadenopatisuperfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis
 palmaris dan plantaris serta kuku yang distrofik. '

III.0 DIA+N/SIS
iagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang
sudah ada sebelumnya, dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan
diagnosis.'

III. DIA+N/SIS BANDIN+

15
Dia#n%!i! Mani4e!ta!i
Penye&a& P"e$i!p%!i!i P"e$ile!i E4l%"e!en!i
Ban$in# lain
P!%"ia!i! *idak  &ria lebih Kulit kepala, perbatasan 5akula eritematosa Kadang gatal
diketahui,  banyak, daerah tersebut dengan  berbatas tegas,
diduga  biasanya muka, ekstremitas bagian ditutupi skuama yang
autoimun de"asa ekstensor terutama siku tebal, kasar, berlapis
dan lutut, kuku dan lapis, ber"arna putih
daerah lumbosakral mengkilat, terdapat
fenomena tetesan
lilin, 2uspit, Kobner 
De"matiti! &eningkatan 0ebih sering 4agian tubuh yang 5akula eritematosa 3atal
Se&%"%i  akti#itas  pada de"asa  banyak mengandung yang ditutupi papula
kelenjar  kelenjar sebasea) kulit lonjong, miliar difus,
sebasea kepala, belakang telinga, skuama halus putih
alis mata, $uping hidung,  berminyak. Kadang
ketiak, dada, erosi dengan krusta
antarskapula, suprapubis kekuningan
Piti"ia!i! *idak  &riaD"anita, apat tersebar di seluruh Eritema bentuk 3atal dapat
R%!ea diketahui semua usia tubuh terutama yang lonjong, lentikular didahului
tertutup pakaian numular, ditutupi gejala
skuama halus, sumbu  prodromal
 panjang lesi sesuai ringan
dengan garis lipatan
kulit, khas) lesi inisial
(herald patch
medallion) soliter
 bentuk o#al, anular,
diameter  $m
De"mat%5 3olongan &riaD"anita, apat tersebar di seluruh 5akula eritematosa 3atal
4it%!i!  jamr  semua usia tubuh manapun dengan tepi aktif terutama jika
dermatofita disertai papul<#esikel,  berkeringat
 penyembuhan sentral,
 berbatas tegas,
skuama halus, jika
 berlangsung kronik
dijumpai likenifikasi
atau hiperpigmentasi
III. PEMERIKSAAN PENUN*AN+
a. &emeriksaan 0aboratorium
&ada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan

16
ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat, leukositosis,
maupun anemia ringan. 
 b. Histopatologi
&ada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat
membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma sampai dengan 7!
kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang ber#ariasi,
tergantung berat dan durasi proses inflamasi. &ada tahap akut, spongiosis
dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. &ada stadium kronis, akantosis
dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.
Eritroderma akibat limfoma, yang menginfiltrasi bisa menjadi semakin
 pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik,
seperti bandlike lim!oid  infiltrat di dermisepidermis, dengan sel
cerebri!orm monoklear atipikal dan  "autrier#s microabscesses. &asien
dengan sindrom SeFary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis
kronis.
&ada pemeriksaan immunofenotipe, infiltrat limfoid dinilai tidak dapat
menegakkan diagnosis, karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan
gambaran sel * matang pada eritroderma jinak maupun ganas. &ada
 psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing  lapisan papiler dapat
terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga ditemukan.
&ada eritroderma iktisioform dan ptiriais rubra pilaris, biopsi diulang dari
1
tempattempat yang dapat memperlihatkan gambaran khasnya.

III.13 PENATALAKSANAAN
mumnya pengobatan eritroderma adalah dengan pemberian kortikosteroid.
&ada golongan %, yang disebabkan oleh alergi obat se$ara sistemik, dosis
 prednison ;- > 1 mg. &enyembuhan terjadi $epat, umumnya dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu. '
&ada golongan %% akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan
kortikosteroid. osis mula prednison - > 117 mg sehari. /ika setelah beberapa
hari tidak tampak perbaikan, dosis dapat dinaikkkan. Setelah tampak perbaikan,
dosis diturunkan perlahanlahan. /ika eritroderma terjadi akibat pengobatan

17
dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan. Eritroderma
karena psoriasis dapat pula diobati dengan asetretin. 0ama penyembuhan
golongan %% ini ber#ariasi, beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak 
se$epat golongan %.'
&engobatan penyakit 0einer dengan kortikosteroid memberi hasil yang baik.
osis prednison  > 1' mg sehari. &ada sindrome SeFary pengobatannya terdiri
atas kortikosteroid dan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis '
6 mg sehari. &ada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena
terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula
diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat #asodilatasi oleh eritema,
misalnya dengan salep lanolin 1!. '

III.11 PR/+N/SIS
&rognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.
Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah penggunaan obat dihentikan
dan diberikan terapi yang sesuai. &rognosis kasus akibat gangguan sistemik yang
mendasarinya seperti limfoma akann tergantung pada kondisi keberhasilan
 pengobatan, tetapi mungkin timbul kekambuhan. Kasus idiopatik adalah kasus
yang tidak terduga, dapat bertahan dalam "aktu yang lama, sering kali disertai
dengan kondisi yang lemah.
Eritroderma yang termasuk golongan %, yakni karena alergi obat se$ara
sistemik, prognosisnya baik. &enyembuhan golongan ini ialah yang ter$epat
dibandingkan golongan yang lain. &ada eritroderma yang belum diketahui
 penyebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya,
 penderita akan mengalami ketergantungan dengan kortikosteroid.
Sindrome SeFary prognosisnya buruk, penderita pria umumnya akan
meninggal setelah 7 tahun, sedangkan penderita "anita setelah 1 tahun.
Kematian disebakan oleh infeksi atau penyakit berkembang menjadi mikosis
fungoides.1'

DA(TAR PUSTAKA

18
1. +asitaatmadja Syarif 5, '=,  $natomi kulit% &lmu penyakit kulit dan
kelamin 'th ed , Jakultas Kedokteran ni#ersitas %ndonesia, /akarta.
'. juanda 2, '=,  ermatosis eritroskuamosa% &lmu penyakit kulit dan
kelamin 'th ed , Jakultas Kedokteran ni#ersitas %ndonesia, /akarta.
. 3rantKels /5, 4ernstein 50, othe 5/, '8,  x!oliati*e ermatitis%
 +itpatrick#s ermatology in eneral edicine / th ed , 5$3ra"Hill 4ook 
@o, (e" Cork.
-. 3ibson 0E, &erry HA, 199',  "apulos0uamous ruption and x!oliati*e
 ermatitis in% ermatology rd  ed , +4 Saunders @o, &hiladelphia.
7. 3uliF Karakayll, 3rant 4e$kham, 5, %da Arengo, 5, et al, 1999,
 x!oliati*e ermatitis, 2m Jam &hys.
6. 4urton /0, Holden @2, 1998,  cema, Licheni!ication and "rurigo in%
Textbook o! ermatology 2 th ed , 4la$k"ell S$ientifi$ &ubli$ation, A>ford.
=. Jreederg %5, 1996,  x!oliati*e dermatitis in +itpatrick#s dermatology,
 general medicine 3th ed , 5$gra"Hill, (e"york.
8. ShimiFu H, '=, Shimiu#s textbook o! dermatology 1st ed , (akayama
Shoten &ublishers, Hokkaido.
9. Siregar S, '7,  ermatosis eritroskuamosa% Saripati penyakit kulit 4nd 
ed , E3@, /akarta.
1. @hampion H, 199', cema, Licheni!ication, prurigo, and erythroderma
in% Champion 56 eds. 5ook#s, textbook o! dermatology 'th ed , 4la$k"ell
S$ientifi$ &ubli$ations, +ashington.
11. 3raham robin bro"n, '', Lecture notes ermatology, /akarta.
1'. 4andyopadhyay debabrata, '1,  $ssociate "ro!essor and 6ead 
 epartment o! ermatology online:.
2#ailable at http)<<tripod%ndonesia.$om 2$$essed e$ 7, '16.
1. 0usiani S*, '1-, 2 -= Cears Ald +oman "ith Eritroderma e$. rug
2llergy, 7 edula 8nila, Ja$ulty of 5edi$ine, 0ampung ni#ersity.

19

Anda mungkin juga menyukai