Anda di halaman 1dari 10

HISTOLOGI I

Oleh :
Nama : Dwi Nofyan Sansa Putra
NIM : B1A017114
Rombongan : C1
Kelompok :4
Asisten : Ade Yuanita Putri Pratiwi

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
jaringan. Baik itu jaringan pada hewan maupun jaringan pada tumbuhan. Jaringan
merupakan sekelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-
jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologi yang sama
membentuk organ. Secara garis besar jaringan tumbuhan dapat dibedakan menjadi
jaringan muda (jaringan meristematik) dan jaringan dewasa (Nugroho, 2006).
Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai bentuk, asal, fungsi, dan struktur
yang sama. Untuk melakukan proses-proses hidup pada tumbuhan terdapat bermacam-
macam sel yang mana mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Sel parenkim, sel ini berdinding
tipis yang mana menbentuk suatu jaringan yaitu jaringan parenkim yang merupakan
jaringan dasar pembentukkan korteks dan empulur pada batang serta korteks pada akar
(Sutrian, 2004).
Jaringan epidermis merupakan jaringan terluar yang meliputi berbagai macam tipe
sel. Selain sel epidermis biasa, stomata, trikoma, dan sel lain yang merupakan
perkembangan dari sel epidermis juga dapat ditemukan pada jaringan epidermis (Hidayat
1995). Jaringan epidermis berfungsi sebagai pelindung organ dalam tumbuhan,
melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit, serta sebagai pelindung terhadap
suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah (Dickison, 2000). Selain itu, epidermis juga
berfungsi untuk menyimpan berbagai hasil metabolisme (Hidayat, 1995).

II. TUJUAN

Tujuan praktikum acara Histologi I adalah:


1. Mengamati bentuk-bentuk sel epidermis pada tumbuhan dan derivatnya. Antara lain
sel silika, sel gabus, stomata, dan trikomata.
2. Mengamati macam-macam jaringan dasar (parenkim), antara lain aerenkim dan
aktinenkim.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kaca benda, kaca penutup,
silet, pipet tetes, dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun jagung (Zea
mays), daun sosongkokan (Rhoeo discolor), daun kumis kucing (Orthosiphon
stamineus), batang tebu (Saccharum officinarum), daun durian (Durio zibethinus),
petiola daun bunga tasbih (Canna sp.), dan akuades.
B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum acara Histologi I antara lain:

1. Irisan membujur daun Rhoeo discolor dibuat setipis mungkin.


2. Irisan melintang tangkai daun Canna sp.
3. Epidermis bawah daun Durio zibethinus digosok hingga bulir-bulirnya
berjatuhan.
4. Irisan membujur daun Rhoeo discolor, Irisan melintang tangkai daun Canna sp.
dan bulir-bulir yang ada pada epidermis bawah daun diletakkan di atas kaca
benda, kemudian ditetesi air dan ditutup dengan kaca penutup.
5. Untuk preparat awetan membujur epidermis batang Saccharum officinarum,
irisan membujur daun Zea mays, irisan melintang daun Orthosiphon stamineus
langsung diamati di bawah mikroskop.
6. Semua preparat diamati, letak sel silica dan sel gabus, bentuk sel epidermisnya
diperhatikan. Diamati bentuk sel penutup dan stoma. Diperhatikan pula bentuk
tipe trikoma yang diamati serta amati bentuk parenkimnya. Digambar dan diberi
keterangan selengkapnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Keterangan :
1 1. Epidermis
2. Sel gabus
2
3. Sel silika
3

Gambar 1. Ø Membujur Epidermis Batang Saccharum officinarum Perbesaran


400x

Keterangan :
1. Sel tetangga
1
2. Sel penutup bentuk halter
1
2 3. Porus
;
d3 4. Epidermis
s Tipe stomata : Graminae
4
w
1
,.
Gambar 2. Ø Membujur Daun Zeaemays Perbesaran 400x
l
w
k Keterangan :
q
q
1. Porus
1
1 2. Sel penutup bentuk ginjal
1 3. Sel tetangga
2
1
4. Epidermis
3 Tipe stomata: Amaryllidaceae

Gambar 3. Ø Membujur Epidermis Daun Rhoeo discolor Perbesaran 400x


Keterangan :
1. Epidermis atas
1
2. Palisade

2 3. Spons
4. Epidermis bawah
3
5. Trikoma
4 Tipe trikoma: Trikoma glanduler

Gambar 4. Ø Melintang Daun Orthosiphon stamineus Perbesaran 400x

Keterangan :
1. Trikoma bentuk bintang

1
2. Trikoma bentuk sisik
Tipe trikoma : Trikoma non
2 Glanduler

Gambar 5. Irisan Epidermis Bawah Daun Durio zibethinus Perbesaran 100x

Keterangan :
1. Aktinenkim
2. Aerenkim
1

Gambar 6. Ø Melintang Tangkai Daun canna sp. Perbesaran 400x


B. Pembahasan

Jaringan epidermis adalah jaringan yang paling luar dan disusun oleh sel-sel hidup
dengan dinding sel yang tipis dan terletak menutupi organ tumbuhan. Jaringan epidermis
berasal dari protoderm. Setelah tua bisa tetap ada atau rusak. Jika jaringan epidermis rusak
akan digantikan oleh gabus. Jumlah jaringan epidermis biasanya satu lapis tetapi dapat
juga lebih dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Epidermis yang terdiri dari satu
lapis disebut epidermis ganda jika berasal dari protoderm. Jaringan parenkim atau sering
pula disebut jaringan dasar (ground tissue) merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari
sel-sel hidup dengan struktur morfologi dan fisiologi yang bervariasi dan masih
melakukan segala kegiatan proses fisiologi. Walaupun struktur morfologi dan fisiologi
bermacam-macam, akan tetapi pada umumnya dapat dinyatakan bahwa parenkim
memiliki sifat-sifat yang sama (Sutrian, 2004).
Parenkim (jaringan dasar) merupakan jaringan yang berfungsi untuk memperkuat
kedudukan jaringan yang lain. Disebut jaringan dasar karena terbentuk dari meristem
dasar yang terdapat hampir di semua tumbuhan dan mengisi jaringan tumbuhan baik pada
akar, batang, daun, biji maupun buah. Sel-sel parenkim yang telah dewasa dapat bersifat
meristematik bila lingkungannya memungkinkan. Jaringan parenkim terutama terdapat
pada bagian kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah, dan endosperma biji. Sel-
sel parenkim juga tersebar pada jaringan lain, seperti pada parenkim xilem, parenkim
floem, dan jari-jari empulur. Ciri-ciri dari jaringan parenkim yaitu, sel umumnya
berukuran besar dan berdinding tipis, sel hidup dan mengandung klorofil, banyak
mengandung rongga antar sel, banyak mengandung vakuola, letak selnya tidak rapat
(Prawiro, 1997).
Secara umum, parenkim palisade adalah jaringan dengan bentuk kolumnar dan
tersusun rapat. Sel pada parenkima palisade berbentuk pipih dan memanjang ke arah
epidermis atas dan dapat tersusun dari satu atau lebih lapisan (Dickison, 2000 dalam
Sungkar et al., 2017). Susunan ini memaksimalkan efisiensi fotosintesis, karena
penempatan sel berada pada sudut optimum kedatangan cahaya. Parenkima palisade
merupakan zona fotosintesis terpenting bagi kebanyakan daun, karena sejumlah kloroplas
terdistribusi di dalamnya dan di celah-celah kosong di antaranya. (Sungkar et al., 2017)
Derivat-derivat epidermis antara lain litosis, sel motor, stomata, trikomata, sel
gabus dan sel silika. Litokis merupakan derivat epidermis yang memiliki sel dengan
bentuk seperti sarang lebah dan berisi ca-karbonat. Sel motor merupakan derivat
epidermis yang memiliki ukuran sel lebih besar dari sel epidermis dan berfungsi untuk
menggulung daun saat panas, biasanya ditemukan pada daun familia Graminae. Stomata
merupakan derivat epidermis daun yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan
pengaturan respirasi serta transpirasi tumbuhan. Trikomata merupakan derivat epidermis
yang memiliki fungsi spesifik pada setiap bagian tumbuhan yang memiliki trikomata
(Karmana, 2008). Trikoma berdasarkan fungsi sekresi di bagi menjadi 2 glanduler dan
non glanduler. Trikomata glanduler merupakan rambut epidermis yang terbentuk karena
differensiasi epidermis dan hasil sekresinya berasal dari metabolisme khusus. Trikomata
glanduler pada beberapa tumbuhan misalnya pada Solanaceae mengandung gula asil
(acylsugars) (Schilmiller, 2017). Derivat epidermis selanjutnya ialah sel gabus dan sel
silika. Sel gabus dan sel silika berfungsi untuk memperkuat epidermis, dengan bentuk
selnya yaitu segi empat. Sel silika mengandung SiO2, sedangkan sel gabus mengandung
gabus. Sel silika memiliki ukuran yang lebih kecil daripada sel gabus (Fahn, 1979).
Macam-macam jaringan parenkim, yaitu klorenkim adalah parenkim untuk
fotosintesis, karena selnya mengandung klorofil, misalnya parenkim palisade (jaringan
pagar) dan parenkim spon (bunga karang). Parenkim berdasarkan fungssinya antara lain
parenkim asimilasi adalah sebagai pembuat zat makanan bagi tumbuhan yang diproses
dari fotosintesa di daun. Umumnya terletak pada bagian tepi suatu organ, seperti pada
daun, batang yang berwarna hijau, dan buah. Parenkim aerenkim adalah parenkim untuk
menyimpan udara sehingga dapat digunakan untuk mengapung. Parenkim air adalah
parenkim untuk menyimpan air. Parenkim penimbun adalah parenkim untuk menyimpan
cadangan bahan makanan (Fahn, 1979).
Hasil yang diperoleh dari preparat irisan membujur epidermis batang Saccharum
officinarum terlihat derivat epidermis berupa sel gabus dan sel silika. Sel gabus pada
preparat ini terlihat lebih besar dari pada sel silika. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
Fahn (1991), bahwa sel silika memiliki ukuran yang lebih kecil dari pada sel gabus. Sel
silika dan sel gabus sering kali berturut-turut dibentuk dalam pasangan di sepanjang daun.
Sel silika merupakan pengendapan oksida silikon.
Hasil yang diperoleh dari irisan membujur daun Zea mays memiliki tipe stomata
Graminae. Hasil ini sesuai dengan pernyataan (Dwijoseputro, 1984), ditinjau dari bentuk
dan letak penebalan dinding sel penutup serta arah pembukaan selnya, stomata dengan
tipe gramineae dimana ciri-cirinya sel penutup berbentuk halter, bagian-bagiannya
membesar, dinding sel pada ujung-ujung yang membesar relatif tipis dari pada dinding
sel bagian bawah, arah membukanya.
Hasil yang diperoleh dari preparat irisan membujur epidermis daun Rhoeo
discolor terlihat bahwa Rhoeo discolor memiliki tipe stomata Amaryllidaceae. Hasil ini
sesuai dengan pernyataan Hidayat (1995) Amaryllidaceae merupakan stomata dengan sel
penutup berbentuk ginjal. Selain itu, sel-sel tetangga berbatasan dengan sel penutup.
Stomata tipe ini biasanya terdapat pada kebanyakan tanaman dikotil, tetapi kadang-
kadang ada juga pada monokotil.
Hasil pengamatan dari preparat irisan melintang daun Orthosiphon stamineus,
ditemukan adanya epidermis atas, jaringan palisade, jaringan spons, epidermis bawah,
dan trikoma. Tipe trikoma pada daun Orthosiphon stamineus adalah glanduler. Menurut
pernyataan Hidayat (1995), bahwa daun Orthosiphon stamineus memiliki bentuk trikoma
multiseluler, selain itu terdapat trikoma bentuk globoid yang multiseluler. Trikoma ini
termasuk glanduler karena di dalam selnya terdapat sistolit.
Hasil pengamatan pada irisan epidermis bawah daun Durio zibethinus ditemukan
trikoma dengan bentuk bintang dan bentuk sisik. Jenis trikoma pada Durio zibethinus
adalah non glanduler. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hidayat (1995), dan terdapat
juga rambut sisik yang memipih dan bersel banyak. Durio zibethinus rambut sisiknya
tidak terdapat sesil. Tetapi menurut pengamatan kami tidak ditemukan rambut sisik yang
memipih dan bersel banyak.
Hasil dari irisan melintang tangkai daun bunga tasbih (canna sp) adalah terdapat
aktinenkim dan aerenkim. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hidayat (1995), bahwa
tangkai daun kana (canna sp) adalah terdapat actinenkim dan aerenkim. Aerenkim adalah
parenkim yang mengandung ronga-rongga udara sehingga bentuk selnya besar.
Sedangkan aktinenkim adalah parenkim yang bercabang-cabang disebut juga parenkim
bintang.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Bentuk sel epidermis bermacam-macam ada yang teratur, berlekuk-lekuk, dan
sebagainya. Derivat epidermis meliputi sel gabus dan sel silika yang dapat dilihat
pada preparat irisan membujur epidermis batang Saccharum officinarum, stomata
dapat dilihat pada preparat irisan membujur daun Zea mays dengan tipe Graminae,
sedangkan pada preparat irisan membujur epidermis daun Rhoeo discolor tipe
stomatanya adalah Amaryllidaceae, trikomata dapat dilihat pada preparat irisan
melintang daun Orthosiphon stamineus dengan tipe trikomata glanduler, sedangkan
pada irisan epidermis bawah daun Durio zibethinus memiliki tipe trikomata non
glanduler.
2. Tipe parenkim pada irisan melintang tangkai daun bunga tasbih (canna sp) adalah
aktinenkim dan aerenkim.
B. Saran
Sebaiknya saat praktikum acara ini waktu lebih diperhatikan, mengingat banyak
preparat yang harus diamati sehingga praktikum berjalan dengan baik dan efisien. Awetan
Preparat yang disediakan alangkah lebih baik dicek lagi sebelum digunakan untuk
kegiatan praktikum, agar tidak terjadi kendala ketika diamati dibawah mikroskop.

DAFTAR PUSTAKA
Dickison, W. 2000. Plant Anatomy. California: Addison-Wesley.

Dwidjoseputro, A. 1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Fahn A. 1979. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Hidayat, E. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.

Karmana. 2008. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.Bandung: ITB.

Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Nugroho. 2006. Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Pratiwi. 2006. Pertumbuhan dan Struktur Tumbuhan. Malang: UMM Press.

Prawiro. 1997. Biologi Sains. Jakarta: Bumi Aksara.

Schilmiller, Anthony L., Amanda L.. Charbonneau & Robert, L. 2017. Identification of a
BAHD acetyltransferasethat produces protective acyl sugars in tomato trichomes.
PNAS, 109(40), pp. 16377–16382.

Sungkar, Q., Chikmawati T., Djuita N. R. 2017. Pemanfaatan Mata Pelajaran Anatomi
dan Taksonomi. Floribunda, 1(1), pp. 14-30.

Sutrian, Y. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel Jaringan).


Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai