Anda di halaman 1dari 10

ORGANOLOGI I

Oleh :
Nama : Anjar Sari
NIM : B1A016123
Rombongan : C1
Kelompok :7
Asisten : Rahmi Mutia Mawardi

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

Organologi adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan
fungsi organ dari tumbuhan itu sendiri. Sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi
yang sama membentuk suatu jaringan. Beberapa macam jaringan akan membentuk
suatu organ. Kumpulan bermacam-macam organ membentuk suatu sistem organ.
Akhirnya, beberapa macam sistem organ saling melengkapi dan bekerja sama untuk
membentuk suatu individu makhluk hidup (Syukriah & Pranggarani, 2016).
Akar sebagai organ pada tumbuhan dibentuk dari beberapa jaringan yang
berbeda. Fungsi utama organ akar pada tumbuhan yaitu sebagai alat absorbsi air,
nutrisi berbagai garam mineral yang terlarut di dalam tanah, dan pengokoh tumbuhan
pada tempat tumbuhnya. Tumbuhan tingkat tinggi yaitu dikotil dan monokotil
akarnya sudah merupakan akar sejati (Syukriah & Pranggarani, 2016).
Selain itu tumbuhan juga mempunyai batang. Batang merupakan bagian
tumbuhan yang menyokong dan memproduksi tunas, daun, bunga, dan buah. Batang
menahan daun pada posisinya sehingga dapat menerima sinar matahari yang
diperlukan untuk memproduksi zat makanan. Batang tumbuhan juga sebagai alat
transportasi yang membawa air dan mineral dari akar ke daun untuk digunakan
dalam memproduksikan makanan atau karbohidrat (Syukriah & Pranggarani, 2016).
Tanaman hijau telah berevolusi selama ribuan tahun untuk memanen energi
matahari dan menggunakan energi panen untuk mengubah karbondioksida dan air
menjadi karbohidrat melalui transformasi menaikkan termodinamika yang dikenal
sebagai fotosintesis (Zhang & Lin, 2014). Daun telah berkembang sebagai kepala
bagian dari tumbuhan untuk mengumpulkan energi cahaya dari matahari dan
melakukan fotosintesis untuk mengubah energi cahaya menjadi energi biokimia.
Daun dibentuk oleh tumbuhan untuk memproduksi makanan (Syukriah &
Pranggarani, 2016).

II. TUJUAN

Tujuan praktikum acara organologi I yaitu:


1. Mengamati struktur anatomi akar, batang, dan daun.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara organologi I


diantaranya mikroskop, object glass, dan cover glass.
Bahan-bahan yang digunakan adalah preparat awetan dari irisan
melintang akar jagung (Zea mays), irisan melintang batang sirih (Piper betle),
irisan melintang daun jagung (Zea mays), dan irisan melintang daun jeruk (Citrus
sp.).

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum acara organologi I antara lain:


1. Semua preparat awetan dari irisan melintang akar jagung (Zea mays), irisan
melintang batang sirih (Piper betle), irisan melintang daun jagung (Zea mays),
dan irisan melintang daun jeruk (Citrus sp.) langsung diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran tertentu.
2. Preparat akar Zea mays dan batang Piper betle diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 100x.
3. Preparat daun Citrus sp. dan daun Zea mays diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 400x.
4. Masing-masing organ tumbuhan meliputi akar, batang, dan daun masing-
masing diamati. Susunan dan letak setiap macam jaringan yang menyusun
organ-organ tersebut diperhatkan.
5. Semua preparat kemudian digambar dan diberi keterangan selengkapnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Keterangan :
1 1. Epidermis
2. Eksodermis
2
3. Korteks
3 4. Endodermis
5. Perisikel
4
6. Floem
5 7. Xilem
8. Empulur
6
Tipe berkas
7
pengangkut:
8 Radial

Gambar 1. Ø.L Akar Jagung (Zea mays) Perbesaran 100x

Keterangan :
1
1. Epidermis
2. Kolenkim
2
3. Korteks
3 4. Sklerenkim
5. Empulur
4
6. Berkas pengangkut

5 perifer
7. Berkas pengangkut
6
medular
7 8. Kelenjar sekretori
Tipe berkas
8
pengangkut:
Perifer dan medular
Gambar 2. Ø.L Batang Sirih (Piper betle) Perbesaran 100x
Keterangan :
1. Epidermis atas
1
2. Jaringan palisade
3. Jaringan spons
6
4. Epidermis bawah

2 5. Berkas pengangkut
6. Kristal Ca-oksalat
3

Gambar 3. Ø.L Daun Jeruk (Citrus sp.) Perbesaran 400x

Keterangan :
1. Epidermis atas
2. Sel motor
3 3. Trikomata
4. Mesofil
2
5. Berkas Pengangkut
6. Epidermis Bawah
1

6
Gambar 4. Ø.L Daun Jagung (Zea mays) Perbesaran 400x
B. Pembahasan

Dinding sel di sebagian besar tumbuhan pada lapisan sel terluar korteks
akan membentuk gabus, sehingga terbentuk jaringan pelindung baru yaitu
eksodermis yang akan menggantikan epidermis. Struktur dan sifat sitokimiawi
sel eksodermis mirip sel endodermis. Dinding primer dilapisi suberin dan dilapisi
lagi oleh selulosa, ditemukan juga lignin (Hidayat, 2005). Sel-sel eksodermis
juga mengandung protoplas. Tebalnya eksodermis berbeda-beda yaitu lapisan
tunggal sampai yang berlapis. Eksodermis biasanya disertai pula oleh jaringan
sklerenkim seperti pada akar Ananas, Graminae, dan Cyperaceae (Sumardi,
1993).
Endodermis tersusun oleh satu lapis sel yang berbeda secara fisiologi,
struktur, dan fungsi dengan lapisan sel di sekitarnya. Berdasarkan perkembangan
di cincin selnva, endodermis dapat dibedakan menjadi endodermis primer,
sekunder, dan tersier. Endodermis primer yang mengalami penebalan berupa
titik-tirik Caspary dari suberin dan kutin. Endodermis sekunder, apabila
penebalan berupa pita Caspary dari zat lignin. Endodermis tersier apabila
penebalan membentuk huruf U yang mengandung lapisan suberin dan selulosa
pada dinding radial dan tangensial bagian dalam. Di antara sel-sel endodermis
terdapat beberapa sel yang tidak mengalami penebalan dinding, yaitu sel-sel yang
terletak berhadapan dengan protoxilem. Sel-sel ini disebut sel peresap (Nugroho,
2006).
Struktur anatomi akar dapat dibedakan dalam berbagai zona yaitu
tudung akar, epidermis, korteks akar, dan silinder pembuluh. Ciri khas dari
epidermis akar ialah pembentukan rambut akar yang merupakan organ untuk
pengambilan air dan garam yang efisien (Fahn, 1991). Korteks akar umumnya
terdiri atas sel-sel parenkimatis selama perkembangannya, ukuran sel-sel korteks
yang mengalami differensiasi bertambah, sebelum terjadi vakuolisasi dalam sel
tersebut (Sumardi, 1993). Perisikel atau perikambium adalah bagian terluar dan
berbatasan langsung dengan endodermis, selapis sel atau mungkin beberapa lapis
sel berupa lapisan sel parenkim yang berasal dari inisial yang sama dari xilem
dan floem (Savitri, 2009).
Batang diumpamakan sebagai sumbu tubuh tumbuhan. Arah tumbuh
batang tumbuhan menuju sinar matahari. Struktur batang terdiri atas epidermis,
korteks, endodermis, dan silinder pusat (stele). Silinder pusat pada batang ini
terdiri atas beberapa jaringan yaitu empulur, perikardium, dan berkas pengangkut
yaitu xilem dan floem, batang berkayu memiliki kambium. Kambium mengalami
dua arah pertumbuhan yaitu ke arah dalam membentuk kayu dan ke arah luar
membentuk kulit. Karena pertumbuhan kambium inilah batang tumbuhan
bertambah besar (Tjitrosoepomo, 2009).
Struktur anatomi daun tersusun atas tiga tipe sistem jaringan yaitu
epidermis, mesofil, dan jaringan pembuluh. Epidermis pada berbagai tumbuhan
beragam dalam lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, munculnya trikoma,
adanya sel yang khusus. Mesofil terjadi dari jaringan yang bersifat parenkim
dalam epidermis. Mesofil pada daun dikotil berdiferensiasi menjadi jaringan
palisade dan spons. Mesofil merupakan bagian utama helai daun karena
mengandung kloroplas dan ruang antarsel. Berkas pembuluh dalam dan biasanya
disebut tulang daun dan sistemnya adalah sistem tulang daun (Fahn, 1991).
Menurut Syamsuri (2004), perbedaan struktur anatomi dari akar,
batang, dan daun dari tumbuhan monokotil dan dikotil adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan struktur anatomi akar monokotil dan dikotil
Struktur anatomi akar monokotil ialah batas ujung akar dan kalipatra
jelas, perisikel terdiri dari beberapa lapis sel, terdapat empulur yang luas
sebagai pusat akar, jumlah lengan protoxilem banyak (>12), dan letak xilem
dan floem berselang-seling. Sedangkan untuk akar dikotil diantaranya batas
ujung akar dan kalipatra tidak jelas, perisikel terdiri dari satu lapis sel, tidak
terdapat empulur atau empulurnya sempit, jumlah lengan protoxilem antara
2-6, dan letak xilem di dalam, dan floem diluar (dengan kambium sebagai
pembatas).
b. Perbedaan struktur anatomi batang monokotil dan dikotil
Struktur anatomi pada batang monokotil yaitu pembuluh angkut
(xilem dan floem) tersebar, batangnya tidak bercabang-cabang, tidak
memiliki jari-jari empulur, tidak memiliki kambium vaskular sehingga tidak
dapat membesar, dan empulur tidak dapat dibedakan di daerah korteks.
Sedangkan untuk batang dikotil adalah batangnya bercabang-cabang,
pembuluh angkut teratur, terdapat jari-jari empulur, terdapat kambium
vaskular sehingga dapat membesar, kambium diantara xilem dan floem, dan
dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur.
c. Perbedaan struktur anatomi daun monokotil dan dikotil
Struktur anatomi dari daun monokotil adalah letak stomatanya
tersebar, mesofil bersifat homogen, berkas pembuluh yang terdiri dari xilem
dan floem letaknya tidak teratur, dan di antara xilem dan floem tidak di
jumpai kambium. Sedangkan struktur anatomi daun dikotil diantaranya letak
stomata tersusun dalam deret memanjang yang sejajar sumbu daun, mesofil
terdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan spons, berkas
pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem letaknya teratur, dan di antara
xilem dan floem terdapat kambium.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa:
1. Irisan melintang akar jagung (Zea mays) terdiri atas epidermis, eksodermis,
korteks, endodermis, perisikel, floem, xilem, serta tipe berkas pengangkutnya
adalah radial. Menurut Soemiadji (1986), pada akar jagung mengalami
pertumbuhan xilem primer, yaitu protoxilem dan metaxilem. Protoxilem
terletak dekat dengan perisikel, biasanya sel-selnya masih dalam
pertumbuhan sehingga ukurannya lebih kecil. Letak kedua xilem tersebut
berlawanan, protoxilem menghadap ke perisikel sedangkan metaxilem kearah
pusat akar.
2. Irisan melintang batang sirih (Piper betle) terdiri dari epidermis, kolenkim,
korteks, skelerenkim, empulur, berkas pengangkut perifer dan medular, dan
kelenjar ekskretori, serta tipe berkas pengangkutnya perifer dan medular.
Menurut Pandey (1980), berkas pengangkut pada dikotil normalnya tersusun
dalam satu lingkaran tetapi pada beberapa tumbuhan dapat lebih dari satu
lingkaran sehingga ada berkas pengangkut perifer dan medular. Berkas
pengangkut yang perifer tersusun dalam satu lingkaran sedangkan berkas
pengangkut yang terletak di medular umumnya tersebar.
3. Irisan melintang daun jeruk (Citrus sp.) memiliki bagian-bagian yaitu
epidermis atas, jaringan palisade, jaringan spons, epidermis bawah, berkas
pengangkut, dan kristal Ca-oksalat. Menurut Sastrodinoto (1990), pada
tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar atau mesofil dapat dibedakan atas
jaringan palisade dan spons, tidak ditemukan halnya pada monokotil.
4. Irisan melintang daun jagung (Zea mays) terdapat epidermis atas dan bawah,
sel motor, trikomata, mesofil, dan berkas pengangkut. Menurut Nugroho
(2006), sel kipas atau sel motor dapat dijumpai pada epidermis atas daun
tumbuhan suku Gramineae dan Cyperaceae, tersusun dari beberapa lapis
dinding tipis dengan ukuran yang lebih besar dibanding sel-sel epidermis
disekitarnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa


struktur anatomi dari akar Zea mays adalah epidermis, eksodermis, korteks,
endodermis, perisikel, floem, xilem, serta tipe berkas pengangkutnya adalah
radial. Struktur anatomi dari batang Piper betle ialah epidermis, kolenkim,
korteks, skelerenkim, empulur, berkas pengangkut perifer dan medular, dan
kelenjar ekskretori. Struktur anatomi dari daun Citrus sp. yaitu epidermis atas
dan bawah, jaringan palisade, jaringan spons, berkas pengangkut, dan kristal Ca-
oksalat. Struktur anatomi dari daun Zea mays diantaranya epidermis atas dan
bawah, sel motor, trikomata, mesofil, dan berkas pengangkut.

B. Saran
Saran untuk praktikum ini tidak ada.
DAFTAR REFERENSI

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Ketiga ed. Yogyakarta : UGM Press.

Hidayat, E. B. 2005. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB.

Nugroho, H. L. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Depok : Penebar


Swadaya.

Pandey, B. P. 1980. An Introduction a Plant Anatomy. New Delhi : S. Chand &


Company Ltd.

Sastrodinoto, S. 1990. Biologi Umum II. Jakarta : Gramedia.

Savitri, E. S. 2009. Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan).


Malang : UIN Press.

Soemiadji. 1986. Biologi. Jakarta : Karunika.

Sumardi, I. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Syamsuri, I. 2004. Biologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.

Syukriah, F. & Pranggarani, L. 2016. Implementasi Teknologi Augmented Reality


3D Pada Pembuatan Organologi Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Fifo, 8(1), pp. 1-
10.

Tjitrosoepomo, G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjahmada University


Press.

Zhang, T. & Lin, W. 2014. Metal–organic frameworks for artificial photosynthesis


and photocatalysis. The Royal Society of Chemistry, pp. 1-12.

Anda mungkin juga menyukai