Anda di halaman 1dari 7

HISTOLOGI II

Oleh :
Nama : A. Dimas Cahyaning Furqon
NIM : B1A015143
Rombongan : C2
Kelompok :2
Asisten : Dina Rosdiana

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
Jaringan merupakan sekelompok sel yang mempunyai asal,
struktur, dan fungsi yang sama. Ilmu yang mempelajari tentang
jaringan disebut histologi. Apabila sel-sel yang berkumpul tersebut
adalah sel-sel tumbuhan disebut jaringan tumbuhan. Pengertian
jaringan kadang dikacaukan oleh adanya kumpulan sel-sel yang
masing-masing selnya aktif dalam segala proses hidupnya, yaitu
aktif mengadakan pengambilan makanan, aktif berfotosintesis,
aktif mengadakan metabolisme dan berkembang biak sehingga
hanya merupakan individu-individu yang mengumpul. Kelompok
sel-sel ini disebut koloni. Contoh: koloni pada ganggang (Nugroho et
al., 2006).
Tumbuhan tersusun atas berbagai jaringan. Jaringan
penyusun tubuh tumbuhan meliputi jaringan meristem, parenkim,
kolenkim, sklerenkim, jaringan penutup, jaringan pengangkut, dan
pembuluh getah. Jaringan mungkin terdiri atas sel yang berbeda
bentuk, bahkan fungsinya, tetapi susunannya selalu sama (Mulyani,
2006).
II. TUJUAN
Tujuan praktikum acara histologi I, antara lain :
1. Mengamati macam-macam dan tipe jaringan penguat pada tumbuhan (kolenkim
dan sklerenkim).
2. Mengamati macam-macam susunan berkas pengangkut pada tumbuhan.
III. MATERI
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara sitologi diantaranya
mikroskop cahaya, objectglass, coverglass, laporan sementara, silet, kamera, dan
pipet.
Bahan-bahan yang digunakan diantaranya batang Seledri (Apium graveolens),
batang Kembang sepatu (Hibsicusrosa-sinensis), batang Jagung (Zeamays), batang
Hanjuang (Cordyline sp.), dan air.
IV. METODE
Metode yang dilakukan dalam praktikum acara histologi I antara lain:
1. Amati preparat batang Hanjuang (Cordylinesp.) dan batang Jagung (Zeamays)
yang telah disediakan.
2. Batang Kembang sepatu (Hisibcusrosa-sinensis) dan batang Seledri
(Apiumgraveolens) dibuat irisan melintang menggunakan silet lalu tempatkan
pada objectglass tetesi air dan tutupi coverglass.
3. Preparat diamati dibawah mikroskop, digambar, dan difoto.
V. HASIL

Keterangan :

1 1. Epidermis
2. Klorenkim
2 3. Kolenkim
4. Parenkim
3 korteks
5. Berkas
pengangkut
6. Empulur
Tipe kolenkim :
Lakuner

Gambar 1. .L Batang Seledri (Apiumgraveolens) Perbesaran 100X

Keterangan :
2
1. Epidermis
2. Klorenkim
3. Kolenkim
1 4. Parenkim

3 korteks
5. Sklerenkim
6. Empulur
1
Tipe kolenkim :
Anguler

Gambar 2. .L Batang Kembang sepatu (Hibiscusrosa-sinensis)


Perbesaran 100X
Keterangan :
1. Floem
4 2. Xilem
3. Parenkim
3
kortreks

2 Tipe berkas
pengangkut :
1
Koleteral tertutup

Gambar 3. .L Batang Hanjuang (Cordyline sp.) Perbesaran 100X

Keterangan :
1 1. Floem
2. Xilem
2 3. Buluh cincin
4. Ruang reksigen
5. Sarung
3
sklerenkim
6. Parenkim
4 kortreks
5 Tipe berkas
pengangkut :
Kosentris amphivasal

Gambar 4. .L Batang Jagung (Zea mays) Perbesaran 100X

VI. PEMBAHASAN
Jaringan penguat (penyokong merupakan jaringan yang berfungsi untuk
memberi kekuatan dan melindungi secara mekanik jaringan-jaringan di sekitarnya.
Jaringan penguat pada tumbuhan, yaitu kolenkim dan skelernkim, berdasarkan
fungsinya diberi istilah stereom (Mulyani, 2006). Keberadaan jaringan penguat pada
suatu organ tidak selalu bersama-sama. Sebagai jaringan penguat, sel jaringan
kolenkim dan sklerenkim mempunyai struktur dinding sel yang berbeda jika
dibandingkan dengan sel-sel lainnya. Dinding sel jaringan penguat lebih tebal,
walaupun ada perbedaan di antara keduanya (Susilowarnoetal., 2008).

Berdasarkan penebalan dinding selnya, menurut (Nugroho et al., 2006)


kolenkim dapat dibeddakan menjadi empat tipe:
1. Kolenkim anguler (kolenkim sudut), penebalan dinding terdapat pada sudut
sel dan memanjang mengikuti sumbu sel. Contohnya pada daun Vitis sp.,
Begonia sp., Solanum tuberosum dan Atropa belladona.
2. Kolenkim lameler (kolenkim lempeng), penebalan dinding sel terutama
pada dinding tangensial (sejajar permukaan organ). Sehingga pada irisan
melintang terlihat seperti papan yang berderet. Contohnya pada korteks
batang Sambucus javanica.
3. Kolenkim tubular (lakunar), penebalan terdapat pada bagian dinding sel
yang menghadap ruang antarsel. Contohnya padatangkai daun Salvia.
4. Kolenkim tipe cincin, pada penampang melintang lumen sel berbentuk
seperti lingkaran. Pada waktu menjelang dewasa terlihat bahwa karena
pada tipe sudut penebalan bersambungan pada dinding sel maka lumen
tidak menyudut lagi.
Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari xilem dan floem.
Xilem meliputi trakea dan trakeida serta unsur-unsur lain seperti serabut dan
parenkim xilem. Xilem, khususnya trakea dan trakeida, berfungsi mengangkut
mineral dan air dari akar sampai daun, sedangkan floem berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis dari daun ke bagian organ yang lain, yaitu batang, akar atau umbi. Floem
terdiri dari buluh tapisan, sel pengiring dan parenkim floem (Nugroho et al., 2006).
Berdasarkan letak xilem terhadap floem serta ada tidaknya kambium,
menurut Nugroho et al. (2006), berkas pengangkut dibedakan menjadi tiga tipe,
yaitu:
1. Tipe koleteral, berkas pengangkut dengan kondisi xilem dan floem
terletak berdampingan. Floem berada di bagian luar dari xilem. Jika di
antara xilep dan floem dapat dijumpai kambium maka berkas
pengangkut ini mempunyai tipe koleteral terbuka. Apabila tidak
dijumpai kambium maka termasuk tipe koleteral tertutup. Berkas
pengangkut bikolateral apabila dijumpai adanya floem luar dan floem
dalam.
2. Tipe konsentris, berkas pengangkut dengan kondisi xilem dikelilingi
floem atau sebaliknya. Apabila xilem dikelilingi floem maka disebut
konsentris amphikibral. Jika floem di tengah dikelilingi xilem disebut
konsentris amphivasal.
3. Tipe radial, berkas pengangkut dengan letak xilem dan floem bergantian
menurut jari-jari lingkaran. Dijumpai pada akar Monocotyledonae dan
akar primer Dicotyledonae.
Berdasarkan praktikum kali ini, irisan melintang dari Batang Seledri
(Apiumgraveolens) dan Batang Kembang sepatu (Hibiscusrosa-sinensis) memiliki
tipe kolenkim lakuner dan anguler. Sementara itu, irisan melintang dari Batang
Hanjuang (Cordyline sp.) dan Batang Jagung (Zea mays) memiliki tipe berkas
pengangkut koleteral tertutup dan tipe konsentris amphivasal. Hal tersebut sesuai
dengan Savitri et al. (2016) yang menyatakan bah

VII. SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum acara sitologi II dapat disimpulkan bahwa :
1. Irisan membujur epidermis batang Saccharum officinarum terlihat bagian
epidermis, sel gabus dan sel silika.
2. Preparat irisan membujur daun Zea mays teramati stoma dengan tipe
graminae. Sementara itu, Preparat irisan membujur epidermis daun Rhoeo
discolor teramati stoma dengan tipe amaryllidacae.
3. Orthosiphon stamineusdan Durio zibethinus memiliki tipe trikoma
glanduler dan non glanuler. Sementara itu tangkai daun Canna sp memiliki
bagian parenkim aktinenkim dan aerenkim
VIII. SARAN
Sebaiknya sesi diskusi lebih diperpanjang agar praktikan lebih memahami
materi ayang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

.
Susilowarno, R.G., Hartono, R.S., Mulyadi, Mutiarsih, T. E., Murtiningsih, Umiyati.
2008. Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai