Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN FLAIL CHEST DI RUANG IGD

NAMA : RIYANTO
NIM : 202220720919
KELAS LAMPUNG TENGAH A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN FLAIL CHEST DI RUANG IGD

1. Konsep Penyakit
a. Definisi
Flail chest adalah istilah medis yang menggambarkan beberapa patah tulang
rusuk, ketika tulang rusuk yang patah atau dislokasi di lebih dari satu tempat
dan tidak ada lagi sepenuhnya terhubung ke tulang rusuk lainnya. 
Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebih
mengalami fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi
maka stabilitas dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi
daripada bila terjadi pada satu sisi.
Flail Chest adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur
iga multipel berturutan (3iga), dan memiliki garis fraktur=2 (segmented) pada
tiap iganya. Akibatnya adalah terbentuknya area "flail" yang akan bergerak
paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area
tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada
ekspirasi.

b. Penyebab

Flail Chest berkaitan dengan trauma thorak, yang dapat disebabkan oleh:

1. TraumaTumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa
antara lain: Kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh
dari ketinggian, atau jatuh pada lantai yang keras atau akibat perkelahian.

2. Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa: Luka
tusuk dan luka tembak
3. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan
yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh
karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur, seperti pada
gerakan olahraga: Lempar martil, soft ball, tennis, golf.
Flail chest biasanya terjadi ketika tiga atau lebih tulang rusuk yang berdekatan retak
di dua tempat atau lebih, memungkinkan segmen dinding toraks tersebut untuk
berpindah dan bergerak secara independen dari sisa dinding dada. Flail chest juga
dapat terjadi ketika tulang rusuk retak di bagian proksimal sehubungan dengan
disartikulasi kartilago kosta di bagian distal. Agar kondisi tersebut terjadi, umumnya
harus ada gaya yang signifikan yang diterapkan pada permukaan besar thorax untuk
menciptakan beberapa fraktur rusuk anterior dan posterior. Cedera terguling dan
remuk paling sering mematahkan tulang rusuk hanya pada satu titik, sedangkan untuk
flail chest terjadi dampak yang signifikan diperlukan, mematahkan tulang rusuk di
dua tempat atau lebih. Hal ini dapat disebabkan oleh kecelakaan kuat seperti tabrakan
kendaraan atau jatuh yang signifikan, yang merupakan 76% dari cedera flail
chest. Penyebab utama lain dari cedera flail chest adalah terjatuh. Hal ini terutama
terjadi pada lansia, hal itu bisa disebabkan oleh kerusakan tulang, meski jarang. Pada
anak-anak, sebagian besar cedera dada cambuk diakibatkan oleh trauma benda
tumpul atau penyakit tulang metabolik, termasuk sekelompok kelainan genetik yang
dikenal sebagai osteogenesis imperfecta.

c. Klasifikasi
Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan
1. Fraktur simple
2. Fraktur multiple
Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat
1. Fraktur segmental
2. Fraktur simple
3. Fraktur comminutif
Menurut letak fraktur dibedakan :
1. Superior (costa 1-3 )
2. Median (costa 4-9)
3. Inferior (costa 10-12 )
Menurut posisi :
1. Anterior
2. Lateral
3. Posterior
Ada beberapa kasus timbul fraktur campuran, seperti pada kasus Flail chest, dimana
pada keadaan ini terdapat fraktur segmental,2 costa atau lebih yang
letaknya berurutan.

d. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis biasanya karena ada pembengkakan jaringan lunak di sekitar dan
terbatasnya gerak pengembangan dinding dada, deformitas, dan gerakan paradoksal
flail chest yang ada akan tertutupi.Pada mulanya, penderita mampu mengadakan
kompensasi terhadap pengurangan cadangan respirasinya.Namun bila terjadi
penimbunan secret-sekret dan penurunan daya pengembangan paru-paru akan terjadi
anoksia berat, hiperkapnea, dan akhirnya kolaps.
Tanda dan gejala yang biasanya tampak untuk menegakkan diagnosa flail
Chest adalah: 
1. Tampak adanya gerakan paradoksal segmen yang mengambang, yaitu pada
saat inspirasi ke dalam, sedangkan pada saat ekspirasi keluar. Keadaan ini
tidak akan tampak pada klien yang menggunakanventilator.
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Sianosis
5. Akral dingin
6. Wajah pucat
7. Nyeri hebat di bagian dada karena terputusnya integritas jaringan parenkim
paru.

e. Pathway

Flail chest, adanya pertahanan pada dua segmen koste atau lebih akan
mengganggu keseimbangan dalam pernafasan. Bila segmen thorak
mengembang bebas, maka akan terdorong bebas ke dalam oleh tekanan
atmosfer biasa yang mengurangi kemampuan paru untuk berekspansi pada
saat inspirasi.

Akibatnya oksigen yang masuk dalam paru akan mengalami penurunan, jika
hal ini terjadi, selanjutnya peredaran oksigen dalam darah akan
menurun,pada saat ekspirasi, tekanan paru yang meningkat akan mendorong
udara keluar paru, tapi segmen hasil yang telah kehilangan integrasinya akan
menonjol keluar sehingga kesanggupan sangkar toraks mendorong udara
keluar dari paru akan berkurang.
Hal ini juga disebabkan karena sebagian karbondioksida pada paru yang tidak
mengalami trauma, masuk kedalam paru yang menonjol pada daerah flail
chest.Karbon dioksidapun terakumulasi pada bagian yang fraktur dan volume
udara ekspirasi berkurang. Terakumulasinya karbon dioksida pada paru
mengakibatkan suatu keadaan asidosis respiratori. Pada pasien flail chest,pada
saat inspirasi, paru-paru akan menggencet jantung, membatasi pompa
jantung sehingga CO menurun dan aliran darah ke seluruh tubuh menjad
berkurang.
Gambar 1. Tampak adanya gerakan nafas paradoksal pada flail chest (dikutip dari
www.doktermedis.com)

Gambar 2: Flail chest physiology. (From Mayberry JC, Trunkey DD. The fractured rib in chest wall
trauma, Chest Surg Clin N Am 1997;7:239– 61; with permission.)

f. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang dibutuhkan adalah :

1. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun

a. Pa Co2 kadang kadangmenurun

b. Pa 02 menurun

c. Saturasi O2 menurun

2. Hemoglobin mungkinmenurun
3. Rontgen Standar

a. Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapat menunjukkan


jumlah dan tipe costae yang mengalami fraktur
b. Pada pemeriksaan foto thorak pada pasien dewasa dengan trauma
tumpul thoraks, adanya gambaran hematothoraks, pneumotoraks,
dan kontusio pulmo menunjukkan hubungan yang kuat dengan
gambaran fraktur kosta.
4. EKG
5. Monitor laju nafas
6. Pulse Oksimetri.

g. Komplikasi
1. Iga: fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura: paru-paru, bronchi: hemopneumothoraks,empisema.
3. Jantung: tamponade jantung, rupture jantung, rupture otot papilar,
ruptur klep jantung.
4. Pembuluh darah besar: hematothoraks.
5. Esofagu:mediastinitis.
6. Diafragma: herniasi visera dan perlukaan hati, limpa danginjal.
7. Gagal napas yang disebabkan oleh adanya ineffective
airmovement  (Tidakefektifnya pertukaran gas), yang seringkali
diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri. 

h. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Penatalaksanaan Konservatif
a. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dada 
b. Pemasangan plak/plester yang menahan fraktur costae bergerak keluar
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
Penatalaksanaan Operatif / invasif
a. Pemasangan Water Seal Drainage (WSD) 
b. Pemasangan alat bantu nafas
c. Chest tube
d. Aspirasi (thoracosintesis)
e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
- Miringkan pasien pada arah daerah yang terkena.
- Gunakan bantal pasien pada daerah dada yang terkena.
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirasi akhir positif, didasarkan
pada kriteria:
- Gejala contusio paru
- Syok atau cedera kepala berat
- Fraktur delapan atau lebih tulang iga
- Umur diatas 65 tahun
- Riwayat penyakit paru-paru kronis
h. Oksigen tambahan

Penatalaksanaan
Pre Hospital:
Pada tahap ini tindakan terhadap pasien terutama ditujukan untuk memperbaiki
suplai oksigenasi
Penanganan pada saat di ruang UGD
Tindakan darurat terutama ditujukan untuk memperbaiki jalan nafas,pernafasan
dan sirkulasinya( Airway, Breath dan circulation).
Fraktur costa simple 1-2 buah terapi terutama ditujukan untuk menghilangkan
nyeri dan memberikan kemudahan untuk pembuangan lendir/dahak, namun
sebaiknya jangan diberikan obat mucolitik,yang dapat merangsang terbentuknya
dahak dan malah menambah kesulitan dalam bernafas.
Fraktur 3 buah costa atau lebih dapat dilakukan tindakan blok saraf, namun pada
tindakan ini dapat menimbulkan komplikasi berupa pneumotoraks dan
hematotoraks, sedangkan fraktur costa lebih dari empat buah sebaiknya diberikan
terapi dengan anastesi epidural dengan menggunakan morphin atau bupivacain
0,5%.
Pada saat dijumpai flail chest atau gerakan paradoksal, segera dilakukan tindakan
padding untuk menstabilkan dinding dada, bahkan kadang diperlukan ventilator
untuk beberapa hari sampai didapatkan dinding dada yang stabil.

2. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
A. Pengkajian Primer
1.      AIRWAY
Trauma laring dapat bersamaan dengan trauma thorax.walaupun gejala kinis
yang ada kadang tidak jelas, sumbatan airway karena trauma laring merupakan
cidera laring yang mengancam nyawa. Trauma pada dada bagian atas, dapat
menyebabkan dislokasi ke area posterior atau fraktur dislokasi dari sendi
sternoclavicular. Penanganan trauma ini dapat menyebabkan sumbatan airway
atas. Trauma ini diketahui apabila ada sumbatan napas atas (stridor), adanya
tanda perubahan kualitas suara dan trauma yang luas pada daerah leher akan
menyebabkan terabanya defek pada regio sendi sternoclavikula. penanganan
trauma ini paling baik dengan reposisitertutup fraktur dan jika perlu dengan
intubasi endotracheal.

2.      BREATHING
Dada dan leher penderita harus terbuka selama dilakukan penilaian breathing
dan vena-vena leher. Pergerakan pernapasan dan kualitas pernapasan pernapasan
dinilai dengan diobservasi, palpasi dan didengarkan. Gejala yang terpenting dari
trauma thorax adalah hipoksia termasuk peningkatan frekuensi dan perubahan
pada pola pernapasan, terutama pernapasan yang dengan lambat memburuk.
Sianosis adalah gejala hipoksia yang lanjut pada penderita. Jenis trauma yang
mempengaruhi breathing harus dikenal dan diketahui selama primary survey.

3.      CIRCULATION
Denyut nadi penderita harus dinilai kualitas, frekuensi dan keteraturannya.
Tekanan darah dan tekanan nadi harus diukur dan sirkulasi perifer dinilai
melalui inspeksi dan palpasi kulit untuk warna dan temperatur. Adanya tanda-
tanda syok dapat disebebkan oleh hematothorax masif maupun tension
pneumothorax. Penderita trauma thorax didaerah sternum yang menunjukkan
adanya disritmia harus dicurigai adanya trauma miokard.

4. DISSABILITY
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum
danneurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

B. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas istirahat
Gejala :dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda :Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah,
tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
3. Integritas ego
Tanda :ketakutan atau gelisah.   
4. Makanan dan cairan
Tanda :adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :nyeri lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan
nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan
wajah.
6. Keamanan
Gejala :adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
7. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d ekspansi paru yang tidak maksimal karena
akumulasi udara/cairan
2. Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflex spasme otot sekunder
3. Kerusakan integritas kulit b.d trauma mekanik terpasang bullow drainase
c. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL 


NO INTERVENSI  (NIC)
KEPERAWATAN (NOC)
1 Ketidakefektifan NOC: NIC:

pola nafas b.d Respiratory status: Ventilation 1. Identifikasi faktor penyebab kolaps
spontan, infeksi komplikasi mekanik
ekspansi paru yang Respiratory status:
pernapasan.
tidak maksimal - Airway patency 2. Kaji kualitas, frekuensi, dan
karena akumulasi -Vital sign status kedalaman pernapasan, laporkan setiap
Setelah diberikan asuhan keperawatan perubahan yang terjadi.
udara/cairan
3. Baringkan klien dalam posisi yang
selama 1x3 jam diharapkan pola nafas
nyaman
pasien efektif, dengan kriteria hasil: 4. Kolaborasi pemberian O2.
- Tidak ada sianosis dan dispneu 5. Observasi TTV (Nadi, RR)
6. Lakukan auskultasi suara nafas
(mampu mengeluarkan sputum,
setiap 2-4 jam.
mampu bernapas dengan mudah, tidak 7. Kolaborasi untuk tindakan WSD
ada pursed lips)
- Menunjukkan jalan napas yang paten
- Tanda- tanda vital sign dalam rentang
normal
2 Nyeri akut b.d NOC: NIC :

trauma jaringan Pain level Analgesic Administration

dan reflex spasme Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Cek riwayat alergi

otot sekunder selama 1x3 jam nyeri akut teratasi 2. Pilih analgesik yang diperlukan
dengan kriteria hasil: 3. Berikan analgesik pilihan, rute
1. Melaporkan bahwa nyeri pemberian, dan dosis optimal
berkurang 4. Monitor vital sign sebelum dan
2. Skore skala nyeri 0-3 sesudah pemberian analgesik pertama
3. Tanda- tanda vital sign dalam 5. Evaluasi efektifitas analgesik
rentang normal
3 Kerusakan NOC: NIC:

integritas kulit b.d Tissue integrity: skin and mucous Pressure ulcer prevention: Wound

trauma mekanik Wound healing: primary and secondary care


terpasang bullow intention 1. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering

drainase Setelah diberikan tindakan 2. Monitor kulit akan adanya tanda


keperawatan selama 1x3 jam infeksi
diharapkan kerusakan pada integritas 3. Monitor aktifitas dan mobilisasi
kulit pasien dapat membaik dengan pasien
kriteria hasil: 4. Monitor status nutrisi pasien
- Perfusi jaringan normal 5. Observasi luka: lokasi, kedalamn
- Tidak ada tanda-tanda infeksi luka, jaringan nekrotik, tanda-tanda
- Ketebalan dan tekstur jaringan infeksi lokal, formasi traktus.
normal 6. Lakukan teknik perawatan luka
- Menunjukkan pemahaman dalam dengan prinsip steril
proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cidera berulang
- Menunjukkan terjadinya proses
penyembuhan luka
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC

Kementrian Kesehatan Rsup Sanglah Denpasar, 2013, Pelatihan Trauma Live


Support.Denpasar

 Nuratif & Kusuma. 2013.  Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction

Smeltzer, Suzanne C. 2007.  Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth


Ed.8 .Jakarta : EGC.

Somantri, Iman. 2009.  Asuhan Keperawatan pada Kliendengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Tambunan, Elvina S., dkk. 2011.  Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi


Kemahasiswaan Keperawatan.Jakarta. Salemba Medika.

TIM PUSBANKES 118 BAKER-PGDM PERSI DIJ. 2013. Penanggulangan Penderita


Gawat Darurat (PPGD) Basic Life Support Plus. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai