Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPER-HIPOPITUITARISME

Oleh

YULIANA SANTI 010115A002

ANOM ISWANTORO 010115A019

FEBRIANA WULANDARI 010115A042

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERISTAS NGUDI WALUYO

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Hiperpituitarisme adalah merupakan suatu keadaan dimana produksi hormone


hipofisis anterior berlebihan oleh karena adanya suatu adenoma yang tumbuh di lobus
anterior Keadaan yang sering dijumpai pada hiperpituitarisme adalah kelebihan hormon
somatotropin (GH), Prolaktin (PRL) dan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), namun
demikian terkadang terdapat peningkatan ACTH dengan MSH (melanosit Stimulating
Hormon).
Hipopituitarisme adalah kondisi hipofungsi kelenjar hipofisis (Pituitary gland),
dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis atau hipotalamus; dampaknya pada
intinya sama. Hipopituitarisme juga dapat terjadi akibat hancurnya lobus anterior kelenjar
hipofisis akibat terapi radiasi di area kepala dan leher. Kerusakan total pada kelenjar
hipofisis akibat trauma, tumor, atau lesi vascular menghilangkan semua stimulus yang
normalnya diterima oleh kelenjar tiroid, gonad, dan kelenjar adrenal. (Smeltzer, 2010)

B. Etiologi
1. Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
mencakup :
a. faktor keturunan adanya riwayat keluarga dengan hiperpituitarisme
b. adenomas pituitary (tumor hipofisis fungsional)
c. disfungsi hypothalamus
d. terapi pada hipopituitari
2. Hipopituitarisme
a. Defek perkembangan kongenital, seperti dwarfisme pituitary atau hipogonadisme
b. Tumor yang merusak hipofise (mis; adenoma hipofise nonfungsional) atau
merusak hipotalamus (mis; kraniofaringioma atau glioma).
c. Iskemia, seperti pada nekrosis postpartum (Sindrom Sheenan’s)
(Rumorharbo, 1997)
C. Manifestasi Klinis
1. Hiperpituitari
 Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan,
kaki, jari – jari,tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
 Impotensi
 Visus berkurang
 Nyeri kepala dan somnolent
 Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
 Libido seksual menurun
 Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
 Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur
bisa terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
 Gangguan penglihatan sampai kebutaan total

2. Hipopituitari:
 Gangguan pengelihatan dan papilledema
 Tanda-tanda defisit gonadotropin
a. Menurunnya kadar FSH, LH serum, dan steroid gonad
b. Anak-anak mengalami terlambat pubertas
c. Dewasa; wanita (oligomenera atau amenorea, atrofi uterus dan vagina); Pria
(hilangnya libido, jjumlah sperma yang berkurang, gangguan ereksi, testis
mengecil, dan rambut tubuh rontok)
 Manifestasi defisit hormon pertumbuhan
a. Anak-anak pertumbuhan lambat, tetapi bagian tubuh proposional, terlalu
banyak jaringan lemak, tetapi pertumbuhan otot buruk.
 Terlambat pubertas, tetapi pada akhirnya perkembangan seksual normal
 Kadar hormone pertumbuhan serum menurun
b. Dewasa
 Tubuh pendek sekali
 Pertumbuhan otot buruk sehingga cepat Lelah
 Emosi labil
 Manifestasi defisit prolaktin (ibu pascapartum tidak mengeluarkan air susu
dan kadar prolaktin serum kurang)
 Manifestasi defisit TSH (tanda gejala hipotiriodisme serta kadar TSH serum dan
tiroid hormone kurang)
 Manifestasi defisit ACTH (kadar ACTH serum, glukokortikoid, dan andrenal
androgen kurang.

(Baradero, Dayrit, dan Siswadi. 2005)

D. Patofisiologi
1. Hiperpituitari
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada
sel mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.
Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila
diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya
kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini
hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat
jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior
adalah:

a) prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau


prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang
terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat
jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang
bersifat primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.
b) somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon
pertumbuhan. Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung
pada usia klien saat terjadi kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang
belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang
sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma
somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran
ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam
juga turut membesar ( misal; kardiomegali).Kelebihan hormon pertumbuhan
menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia.
Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan.
Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun
perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.

c) corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )


Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan
tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas
penyakit Cushing’s.

Ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:


1. perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2. perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu
sendiri.

Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika),


dengan besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.
1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang
semakin membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III
(okulomotor ), saraf karnial IV ( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor
yang sangat besar bisa menginfiltrasi hipotalamus.
(Baradero, Dayrit, dan Siswadi. 2005)

2. Hipopituitari

Hipopituitarisme terfokus pada penurunan sekresi hormon-hormon


hipofisis, yang dapat penyakit pada di hipotalamus maupun hipofisis. Hipofungsi
hipofisis anterior terjadi jika 75% parenkim rusak, dan bersifat kongenital atau
karena berbagai kelainan didapat. Untuk hipofungsi hipofisis posterior dalam
bentuk diabetes insipidus hampir selalu disebabkan oleh kelainan pada
hipotalamus. Meskipun mungkin beberapa mekanisme lain berperan pada kasus
hipofungsi, namun sebagian besar kasus ini disebabkan oleh proses destruktif
yang secara langsung mengenai hipofisis anterior.

a. Tumor dan lesi masa lainnya.

Adenoma hipofisis, tumor jinak lain yang timbul di dalam sella, keganasan
primer dan metastasik serta kista dapat menyebabkan hipopituitarisme. Semua
lesi massa di sella dapat menyebabkan kerusakan dengan menimbulakn
penekanan pada sel-sel hipofisis di sekitarnya

b. Pembedahan atau radiasi hipofisis.


Eksisi adenoma hipofisis dengan bedah dapat secara tidak sengaja
mengenai bagian hipofisis yang sehat. Radiasi hipofisis, yang dipakai untuk
mencegah pertumbuhan kembali tumor setelah pemebdahan, dapat merusak
hipofisis non adenomatosa.

c. Apopleksi hipofisis.

Apopleksi hipofisis adalah perdarahan mendadak ke dalam kelenjar


hipofisis, umumnya apda adenoma hipofisis. Aplopeksi dapat mengakibatkan
nyeri kepala hebat yang mendadak, diplopia akibat tekanan pada saraf
okulomotorius, dan hipopituitarisme

d. Nekrosis iskemik hipofisis dan sindrom sheehan.

Nekrosis iskemik hipofisis merupakan kausa isufiensi hipofisis. Sindrom


sheehan (nekrosis pascapartum hipofisis anterior) merupakan bentuk tersering
nekrosis iskemik hipofisis anetrior. Selama kehamilan, hipofisis anterior
memebesar sampai dua kali lipat ukuran nolam. Pembesaran fisiologik ini
tidak disertai dengan peningkatan aliran darah dari sistem vena bertekanan
rendah, sehingga hipofisis mengalami anoksia relatif. Perdarahan atau syok
obstetrik yang mengakibatkan penurunan aliran darah lebih lanjut, dapat
memicu infark lobus anterior. Hipofisis posterior menerima darah secara
langsung daricabang-cabang arteri sehingga kurang rentan terhadap cedera
sistemik dalam situasi ini dan biasanya tidak terpengaruh. Nekrosis hipofisis
juga dapat ditemukan pada keadaan lain, misal koagulasi intravaskular
diseminata dan anemia sel sabit, peningkatan tekanan intrakranium, cedera
traumatik, dan syok apa pun sebabnya. Daerah iskemik akan diserap dan
diganti oleh ajringan ikat yang melekat ke dinding sella yang kosong seperti
apa pun patogenesisnya.

e. Defek genetik.
Pada anak pernah dilaporkan defisiensi kongenital satu atau lebih hormon
hipofisis. Contohnya, mutasi di pit-I, suatu faktor transkripsi hipofisis,
meneybabkan kombinasi defisiensi GH, proalktin, dan TSH.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hiperpituitari

a. Kadar prolaktin serum ; ACTH, GH


b. CT – Scan / MRI
c. Pengukuran lapang pandang
d. Pemeriksaan hormon
e. Angiografi
f. Tes toleransi glukosa
g. Tes supresi dengan dexamethason

2. Hipopituitari
a. Foto tengkorak (cranium)

Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga
atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namaun pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.

b. Foto tulang (osteo)

Dilakukan untuk melihat kondisi tulang.

c. CT Scan otak

Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau


hipotalamus melalui kompeterisasi.

d. Pemeriksaan darah dan urine

e. Pemeriksaan kadar hormon GH


Nilai normal 10 µg ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan
pertama kelahiran jumlahnya meningkat. Specimen adalah darah vena yang
diambil lebih kurang 5 cc

F. Penatalaksanaan

Hiperpituitari

1. Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan)


2. Kolaborasi pemberian obat – obatan seperti bromokriptin (parlodel)
3. Observasi efek samping pemberian bromokriptin
4. Kolaborasi pemberian terapi radiasi
5. Awal efek samping terapi radiasi.

Hipopituitari

a. Kausal

Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila gejala-gejala tekanan
oleh tumor progresif dilakukan operasi.

b. Terapi Substitusi

1. Hidrokortison antara 20-30 mg/24 jam diberikan per-os, umumnya


disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10-15 mg waktu pagi
dan 10 mg waktu malam. Prednison dan deksametason tidak diberikan karena
kurang menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapat stress (infeksi,
operasi, dan lain-lain), dosis oral dinaikkan atau diberikan cairan per-infus
NaCl-glukosa, steroid dan vasopreses.
2. Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus
haid. Berikan juga androgen dosis setengah pada laiki-laki dan hentikan bila
ada gejala virilisasi.
3. Puluis tiroid/ tiroksin diberikan setelah terapi hidrokortison.
4. Testosterone pada penderita laki-laki berikan suntikan testoteron enantot atau
testosterone sipirionat 200 mg intramuscular tiap 2 minggu. Dapat juga
diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATANHIPERPITUITARI

A. Pengkajian

Hiperpituitari

1. Riwayat penyakit ; manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi, tergantung


hormone mana ynag disekresi berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis dari
peningkatan prolaktin, GH, dan ACTH mulai dirasakan.
2. Kaji usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama mencakup;
 Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti; jari-jari,
tangan
 Perubahan tingkat energi, kelelahan dan letargi
 Nyeri pada punggung dan rasa tidak nyaman,
 Dispaneuria pada pria disertai dengan impotensia
 Nyeri kepala, kaji PQRST
 Gangguan pengelihatan seperti menurunnya ketajaman pengelihatan,
pengelihatan ganda dsb
 Kesulitan dalam hubungan seksual
 Libido seksual menurun
 Impotensia
4. Pemeriksaan fisik mencakup;
 Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH bibir dan hidung besar,
tulang supraorbital menjolok
 Kepala, tangan/lengan, kaki juga bertambah besar, dagu menjorok kedepan.
 Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tumbuh tidak baik.
 Pemeriksaan ketajaman pengelihatan akibat kompresi pada saraf optikus, akan
dijumpai penurunan visus.
 Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit
bergerak. Pada pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas.
 Peningkatan persipasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat
 Suara membesar karena hipertrofi laring.
 Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegaly dan splenomegaly.
 Hipertensi
 Disfagia akibat pembesaran lidah
 Pada perkusi dada dijumpai pembesaran jantung
(Rumahorbo, 1997)

B. Diagnosa Keperawatan

Hiperpituitari

Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hiperpituitarisme.

1. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik


2. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido; infertilitas

Diagnosa keperawatan tambahan


1. Nyeri (kepala, punggung) yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor;
hormone pertumbuhan yang berlebih
2. Takut berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak
3. Ansietas yang berhubungan ancaman terhadap perubahan status kesehatan
4. Koping individu takefektif berhubungan dengan hilangnya control terhadap tubuh
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, letargi
6. Perubahan sensori perseptual (pengelihatan) yang berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
(Rumahorbo, 1997)

C. NANDA, NIC, NOC


BAB III

ASUHAN KEPERAWATANHIPOPITUITARI

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
1. Riwayat penyakit: Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita
klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
 Sejak kapan keluhan dirasakan
 Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi
gonadotropin nyata pada masa praremaja.
 Apakah keluhan terjadi sejak lahir.
 Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme.
2. Kaji usia, jenis kelamin, berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan
fisik klien bandingkan perumbuhan anak dengan standar serta riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama meliputi;
 Pertumbuhan lambat.
 Ukuran otot dan tulang kecil.
 Tanda – tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan
rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat
haid, dan lain – lain.
 Interfilitas.
 Impotensi.
 Libido menurun.
 Nyeri senggama pada wanita.

4. Pemeriksaan Fisik mencakup;


 Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah
dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula
pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).
 Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
 Tergantung pada penyebab hipopituitary, perlu juga dikaji data lain sebagai data
penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya
keluhan nyeri kepala.
 Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
 Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti : Foto kranium untuk
melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.
 Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin,
testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi
insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hipopituitarisme;

1. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan


2. Gangguan pola seksual berhubungan dengan defisiensi hormonal

Diagnosa keperawatan tambahan


1. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi visual
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses
penyakit, pengobatan, dan perawatan diri
3. Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya
kadar hormonal.
4. Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, Mary Wilfrid Dayrit dan Yakobus Siswandi. 2005. Klien Gangguan Endokrin:
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Rumahorbo, Hotma. 1997. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: EGC.

Smeltzer, Susan C. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.12. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai