Anda di halaman 1dari 10

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hipopituitarisme adalah defisiensi hormon yang dapat timbul di samping sindrom kelebihan hormon bila adenoma mendesak jaringan hipofisis lain di dalam sella tursika yang sempit, gangguan penglihatan dapat terjadi pada hipopituarisme ini, karena adanya perluasan/ekstensi tumor suprasella ke dalam dasar tengkorak dan menimbulkan kompresi kiasma optikum; biasanya berupa hemianopsia (buta separuh lapangan penglihatan) (Sjamsuhidayat et al, 2010). Hiposekresi umumnya mengenai seluruh hormon hipofisis anterior dan disebut panhipopituitarisme. Pada keadaan ini, kelenjar tiroid, korteks adrenal, dan gonad akan mengalami atrofi karena tidak adanya hormon-hormon tropik. Kelainan yang paling sering dijumpai dan berkaitan dengan disfungsi lobus posterior adalah diabetes insipidus (Smeltzer et al, 2001). Sepuluh sampai lima belas persen dari semua tumor otak didiagnosa adalah adenomas hipofisis (60% -70% adalah adenoma mensekresi) yang sering terjadi selama 3 atau 4 dekade kehidupan (Marzocchi, 2005). Dari episode konsultan rumah sakit di Inggris tahun 2002-2003, 0,016% (2.061) mengalami hipofungsi dan gangguan lain dari kelenjar hipofisis, persentase dari lakilaki dan perempuann adalah 54% laki-laki dan selebihnya untuk perempuan. Di Jepang terdapat 1.272 pasien dewasa dengan hipopituitari (SMU, 2004). Hypopituitarism terdaftar sebagai gangguan langka oleh Institut Kesehatan Nasional (NIH), yang mempengaruhi kurang dari 200.000 orang di Amerika Serikat. Secara internasional, hypopituitarism memiliki kejadian diperkirakan 4,2 kasus per 100.000 per tahun dan prevalensi diperkirakan 45,5 kasus per 100.000 tanpa perbedaan gender. Regal et al melaporkan studi pertama merinci prevalensi dan kejadian hypopituitarism dalam suatu populasi di barat laut Spanyol. Mereka mempelajari populasi dewasa dari 146.000 dan menemukan prevalensi 45,5 kasus per 100.000 penduduk (Corenblum, 2013).

1.2 Rumusan Masalah a. Apa definisi dari hipopituitarisme? b. Bagaimanakah anatomi fisiologi kelenjar hipofisis? c. Apa etiologi dari hipopituitarisme? d. Bagaimana patofisiologi hipopituitarisme? e. Apakah pemeriksaan diagnostic dari hipopituitarisme? f. Bagaimana pentalaksaan dari hipopituitarisme? g. Komplikasi apakah yang terjadi pada hipopituitarisme?

1.3 Tujuan Penulisan Membantu mahasiswa/i dalam memahami materi Hipopituitarisme.

1.4 Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka dan media internet. Metode pustaka dan media internet adalah metode dengan cara membaca dan mengumpulkan data-data dari buku dan internet, kemudian dikutip dan disusun menjadi sebuah makalah yang sistematik.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Hipofisis Kelenjar Hipofisis terdapat di sela tursika bertulang yang berada di bawah lapisan dura mater. Kelenjar ini terbagi menajdi tiga lobus, yaitu lobus anterior, lobus inferior, dan lobus intermediat. Namun, lobus intermediat ini rudimenter (tidak berkembang) pada manusia (Karch, 2010) a. Lobus Anterior (Adenohipofisis) Hormon yang menstimulasi dan menghambat hipofisis mengalir dalam sistem porta pembuluh darah dari hypothalamus mengendalikan hormon yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Enam hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior termasuk empat hormon yang merangsang struktur endokrin lain (hormon tropik), yaitu: 1. Hormon Adenokortikotropik (ACTH) 2. Thyroid Stimulating Hormone (TSH) 3. Gonadotropine Hormone, yaitu Follicle Stimulating Hormone 4. (FSH) dan Lutienizing Hormone (LH) Dan dua hormon sisanya bekerja pada jaringan lain, yaitu: 1. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone) 2. Prolaktin

b. Lobus Posterior (Neurohipofisis) Lobus posterior tidak menghasilkan hormon, tetapi menyimpan dan menyekresi dua hormon, yaitu Antidiuretic Hormone dan Oksitosin. Kedua hormon tersebut dihasilkan di hipothalamus dan mengalir dalam serabut tangkai ke hipofisis posterior. Pelepasan hormon tersebut dari hypothalamus dikendalikan oleh saraf dari hypothalamus (Brooker, 2008)

2.2 Definisi Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofisis anterior (Barbara, 1996)

2.3 Etiologi Hipopituitarisme dapat bersifat primer atau sekunder (Jennifer Kowalak, 2011). Penyebab hipopituitarisme primer adalah: 1. Tumor pada kelenjar hipofisis 2. Defek kongenital (hipoplasia atau aplasia kelenjar hipofisis) 3. Infark hipofisis (paling sering akibat perdarahan pasca partum) 4. Hipofisektomi parsial atau total melalui pembedahan, iradiasi, atau zat kimia 5. Penyakit granulomatosa, seperti tuberkulosis (jarang)

6. Sebab idiopatik atau autoimun (kadang-kadang)

2.4 Patofisiologi Hipopituitarisme terfokus pada penurunan sekresi hormon-hormon hipofisis, yang dapat penyakit pada di hipotalamus maupun hipofisis. Hipofungsi hipofisis anterior terjadi jika 75% parenkim rusak, dan bersifat kongenital atau karena berbagai kelainan didapat. Untuk hipofungsi hipofisis posterior dalam bentuk diabetes insipidus hampir selalu disebabkan oleh kelainan pada hipotalamus. Meskipun mungkin beberapa mekanisme lain berperan pada kasus hipofungsi, namun sebagian besar kasus ini disebabkan oleh proses destruktif yang secara langsung mengenai hipofisis anterior (Kumar, 2010:1186). a. Tumor dan lesi masa lainnya Adenoma hipofisis, tumor jinak lain yang timbul di dalam sella, keganasan primer dan metastasik serta kista dapat menyebabkan hipopituitarisme. Semua lesi massa di sella dapat menyebabkan kerusakan dengan menimbulakn penekanan pada sel-sel hipofisis di sekitarnya (Kumar, 2010:1186). b. Pembedahan atau radiasi hipofisis Eksisi adenoma hipofisis dengan bedah dapat secara tidak sengaja mengenai bagian hipofisis yang sehat. Radiasi hipofisis, yang dipakai untuk mencegah pertumbuhan kembali tumor setelah pemebdahan, dapat merusak hipofisis non adenomatosa (Kumar, 2010:1186).
4

c. Apopleksi hipofisis Apopleksi hipofisis adalah perdarahan mendadak ke dalam kelenjar hipofisis, umumnya apda adenoma hipofisis. Aplopeksi dapat mengakibatkan nyeri kepala hebat yang mendadak, diplopia akibat tekanan pada saraf okulomotorius, dan hipopituitarisme(Kumar, 2010:1186). d. Nekrosis iskemik hipofisis dan sindrom sheehan Nekrosis iskemik hipofisis merupakan kausa isufiensi hipofisis. Sindrom sheehan (nekrosis pascapartum hipofisis anterior) merupakan bentuk tersering nekrosis iskemik hipofisis anetrior. Selama kehamilan, hipofisis anterior memebesar sampai dua kali lipat ukuran nolam. Pembesaran fisiologik ini tidak disertai dengan peningkatan aliran darah dari sistem vena bertekanan rendah, sehingga hipofisis mengalami anoksia relatif. Perdarahan atau syok obstetrik yang mengakibatkan penurunan aliran darah lebih lanjut, dapat memicu infark lobus anterior. Hipofisis posterior menerima darah secara langsung daricabang-cabang arteri sehingga kurang rentan terhadap cedera sistemik dalam situasi ini dan biasanya tidak terpengaruh. Nekrosis hipofisis juga dapat ditemukan pda keadaan lain, misal koagulasi intravaskular diseminata dan anemia sel sabit, peningkatan tekanan intrakranium, cedera traumatik, dan syok apa pun sebabnya. Daerah iskemik akan diserap dan diganti oleh ajringan ikat yang melekat ke dinding sella yang kosong seperti apa pun patogenesisnya (Kumar, 2010:1186). e. Kista celah Rathke Kista ini d b ilapisi epitel kuboid bersilia dengan sel gobelt dan sel hipofisis anterio, dapat berisi cairan proteinaseosa dan membesar hingga mengganggu kelenjar normal (Kumar, 2010:1186). f. Sindrom sella kosong. Sindrom ini merujuk pada adanya sella tursika yang membesar dan tidak terisi oleh jaringan hipofisis (Kumar, 2010:1186). g. Sella kosong primer Pada kasus ini terjadi defek pada diafragma sella sehingga araknoid mater dan cairan serebrospinal mengalami herniasi ke dalam sella, lalu sella melebar dan hipofisis tertekan. Hal ini bisa mengakibatkan gangguan endokrin, dan dengan berkurangnya parenkim fungsional yang cukup berat dapat menimbulkan hipopitutarisme (Kumar, 2010:1186). h. Sella kosong sekunder
5

Suatu masa bisa mengakibatkan sella membesar, jika diangkat secara bedah atau mengalami nekrosis spontan, menyebabkan berkurangnya fungsi hipofisis. Terapi atau infark spontan bisa mengakibatkan hipopituitarisme (Kumar,

2010:1186). i. Defek genetik Pada anak pernah dilaporkan defisiensi kongenital satu atau lebih hormon hipofisis. Contohnya, mutasi di pit-I, suatu faktor transkripsi hipofisis, meneybabkan kombinasi defisiensi GH, proalktin, dan TSH (Kumar, 2010:1186).

2.5 Manifestasi Klinis Gejala hipopituitarisme bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang. a. Kekurangan hormon GH Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme). Tandatandanya meliputi pertumbuhan lambat, ukuran otot dan tulang kecil, tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang, infertilitas, impotensi, libido menurun, nyeri senggama pada wanita. Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa: kebingungan, tidak tahan terhadap cuaca dingin, penambahan berat badan, sembelit, kulit kering. 1. Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan: terhentinya siklus menstruasi (amenore), kemandulan, vagina yang kering, hilangnya beberapa ciri seksual wanita. Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan impotensi, pengkisutan buah zakar, berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan, hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah). 2. Kekurangan hormon ADH menyebabkan diabetes insipidus gejalanya adalah : Poliuria (Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bisa mencapai 510 liter. Urine sangat encer, berat jenis 1001-1005 atau 50-

200mOsmol/kgBB.), Polidipsia (Rasa haus yang berlebihan, biasanya mencapai 10 iter cairan tiap hari, terutama membutuhkan air 3. Penurunan berat badan, Noturia, Kelelahan, Konstipasi, Hipotensi.
6

4. Pada prolaktinoma gejala yang khas adalah sangat jelas pada wanita usia produktif dan dimana terjadi tidak menstruasi ( yang bersifat primer dan sekunder), galaktorea (sekresi ASI di luar masa kehamilan dan menyusui) dan infertilitas. 5. Pada adenoma somatotropik gejala klinik tergantung pada usia saat terjadi kondisi ini. Pada klin pre pubertas mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan giggantisme. Pada pasien post pubertas mengakibatkan akromegali yang ditandai dengan perbesaran ekstrimiitas ( jari, tangan, kaki), lidah, rahang, dan hidung. Organ- organ dalam juga ikut membesar ( kardiomegali). (Keperawatan medical bedah, 2000: hal 233)

2.6 Pemeriksaan diagnostic 1. Foto tengkorak (cranium) Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namaun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting. 2. Foto tulang (osteo) Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. 3. CT Scan otak Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus melalui kompeterisasi. 4. Pemeriksaan darah dan urine 5. Pemeriksaan kadar hormon GH

Nilai normal 10 g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran jumlahnya meningkat. Specimen adalah darah vena yang diambil lebih kurang 5 cc (Corenblum, 2013).

2.7 Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis 2. Tindakan operatif a. Pembedahan transphenoidalis b. Pembedahan transfrontal

2.8 Komplikasi Komplikasi dari hipopituitarisme adalah : 1. Gangguan hipotalamus 2. Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit adison atau gagal gonadal primer 3. Penyebab sindrom cushing lain termasuk adrenal, sindrom ACTH ektopik 4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik 5. Sindrom parkinson

2.9 Diagnosa Keperawatan 1. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan 2. Gangguan pola seksual berhubungan dengan defisiensi hormonal 3. Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot 4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi visual 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses penyakit, pengobatan, dan perawatan diri

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofisis anterior (Barbara, 1996)

3.2 Saran Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya dalam bidang keperawatan. Dalam makalah ini masih banyak memiliki kekurangan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC C. Long, Barbara.1996. Perawatan Medikal Bedah Edisi 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan keperawatan Capernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC Corenblum, Bernard. 2013, 20 Februari. Hypopituitarism (Panhypopituitarism). Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/122287overview#a0156 diakses pada tanggal 9 Maret 2013 pukul 13.37 WIB Kowalak, Jennifer Dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC Marzocchi, N., Cainazzo,M.M.,Catellani, D., Pini, L.A.. 2005. A Case of GH-Producing Pituitary Adenoma Associated with a Unilateral Headache with Autonomis Signs. Journal Headache Pain (2005) 6:152155. University of Modena and Reggio Emilia Rightdiagnosis. Hospitalization Statistics for Pituitary http://www.rightdiagnosis.com/p/pituitary_conditions/stats.htm pada Maret 2013 jam 23.43 WIB Conditions. tanggal 8

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC Shimane Medical University. 2004, Mar 17. Obesity present in different age and gender groups in hypopituitary patients. Journal United States : NewsRx. Diakses dari http://e resources.pnri.go.id:2058/docview/205634399?accountid=2570 4 pada tanggal 4 Maret 2013 pukul 19.37 WIB Sjamsuhidayat, de, Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2004. Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing 10th edition [CDROM]. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Wilkinson, Judith M..2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7 dengan Intervensi NIC dan Kriteria NOC. Jakarta : EGC

10

Anda mungkin juga menyukai