Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tiroiditis merupakan istilah yang mencakup segolongan kelainan yang ditandai dengan
adanya inflamasi tiroid. Termasuk di dalamnya keadaan yang timbul mendadak dengan
disertai rasa sakit yang hebat pada tiroid. Tiroiditis dapat dibagi berdasar atas etiologi,
patologi, atau penampilan klinisnya. Penampilan klinis dilihat dari perjalanan penyakit dan
ada tidaknya rasa sakit pada tiroid .
Berdasarkan penampilan klinis tersebut, maka tiroidis dibagi atas tiroiditis akut, subakut, dan
kronis. Tiroiditis akut contohnya tiroiditis infeksiosa akut, tiroiditis karena radiasi, dan
tiroiditis traumatika. Tiroiditis subakut dibagi menjadi yang disertai rasa sakit seperti
tiroiditis Granulomatosa, sedangkan yang tidak disertai rasa sakit seperti tiroiditis limfositik.
Tiroiditis kronis yaitu penyakit hashimoto.

B. Tujuan Penulisan
Untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan pada penyakit Tiroiditis
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Tiroiditis

Tiroditis merupakan peradangan akut kelenjar tiroid, dapat dikaitkan dengan supurasi
yang disebabkan oleh bakteri (stafilococcus, B-stafilococcus dan pneumokokus) atau dapat
bersifat non-supuratif dan sekunder akibat virus atau mekanisme imunologik. (Manning dkk,
1996). Tiroiditis merupakan istilah yang mencakup segolongan kelainan yang ditandai
dengan adanya inflamasi tiroid. Termasuk di dalamnya keadaan yang timbul mendadak
dengan disertai rasa sakit yang hebat pada tiroid. Tiroiditis dapat dibagi berdasar atas
etiologi, patologi, atau penampilan klinisnya. Penampilan klinis dilihat dari perjalanan
penyakit dan ada tidaknya rasa sakit pada tiroid . Berdasarkan penampilan klinis tersebut,
maka Tiroiditis (inflamasi kelenjar tiroid) ada dalam tiga kondisi dasar: supuratif akut,
tiroiditis subakut (granulomatosa {tiroiditis sakit} atau limpositik { tanpa gejala atau tiroiditis
tanpa sakit} ), atau tiroiditis kronis ( penyakit Hashimoto).

B. Etiologi

- Tiroiditis supuratif akut


- Tiroiditis subakut( granulomatosa)
- Tiroiditis kronis (penyakit hashimoto)
- Infeksi bakteri (streptococcus pyogenes, staphilococcus aureus, dan pneumococus
pneumoniae)

C. Patofisiologi
Tirioditis akut adalah bentuk dari infeksi dan inflamasi akut.Biasanya salah satu lobus
terkena, yang lainnya tidak terkena. Destruksi foliker, infiltrasi sel, dan deplesi koloid terjadi
kondisi ini. Umumnya, mikroabses akan terjadi.

Tiroiditis subakut terbagi atas tiga fase :


 Fase I: Kondisi sakit dimulai pada waktu 3 sampai 4 minggu virus prodormal. Demam
dan rasa tidak enak badan mengawali pembesaran kelenjar. Pembesaran kelenjar bisa
mencapai dua atau tiga kali dari normal. Hipotiroidisme ringan dapat terjadi karena
pelepasan tiba-tiba dari hormon tiroid dalam darah akibat inflamasi dan destruksi
kelenjar.
 Fase II: Hipotiroidisme ringan terjadi akibat penyumbatan yang tidak selesai dari
cedera kelenjar dan keletihan dalam menyimpan hormon tiroid. Relaps mungkin bisa
terjadi. Kondisi hipotiroidisme jarang yang permanen.
 Fase III: Fase penyumbatan terjadi pada 2 sampai 4 bulan setelah onset sakit.

Thyroiditis Hashimoto terjadi akibat dari reaksi autoimun, dimana antibodi dalam tubuh
menyerang kelenjar thyroid.Sebagian besar penderita Thyroiditis Hashimoto tidak menyadari
bila menderita penyakit tersebut, karena gejala awalnya sangat ringan, dan penyakit ini
berkembang sangat lambat, mungkin berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.Tetapi
Thyroiditis Hashimoto merupakan penyakit yang bersifat progresif yang semakin lama akan
menghancurkan kelenjar thyroid dan menyebabkan kekurangan hormon thyroid. Penyebab
Thyroiditis Hashimoto tidak diketahui secara pasti, namun diduga sebagai suatu kelainan
autoimun.

D.Manifestasi Klinis
Manifestasi tiroiditis akut terjadi akut terjadi onset yang mendadak pada unilateral
leher bagian depan dengan kemungkinan menjalar ke telinga dan mandibula sebagai efek
samping. Terjadi demam, diaforesis, dan manifestasi lain akibat toksisitas bakteri mungkin
bisa muncul.
Tirioditis granulomatosa subakut biasanya menunjukkan rasa sakit, sedangkan
tiroiditis limfosik subakut tidak menunjukkan rasa sakit. Pengkajian data klinis termasuk
karakteristik anterior leher, sakit leher unilateral tiba-tiba, terjadi setelah infeksi saluran napas
atau infeksi virus. Penjalaran ke leher ipsilateral kadang terjadi. Manifetasi klinis akibat virus
seperti mialgia, demam ringan, lesu,sakit tenggorokkan, mungkin bisa terjadi. Sekitar 50 %
penderita akan mengalami tirotoksikosis.
Tiroiditis limfosik subakut ditandai dengan kejadian hipertiroidisme yang jarang, dan
goiter tanpa rasa sakit. Goiter terlihat tegas, tersebar,dan pembesaran ringan.
Manifestasi tiroiditis kronis adalah tidak nyeri, pembesaran tidak simetris kelenjar,
yang menyebabkan pendesakan struktur sakitar, sehingga dapat berakibat disfagia dan
tekanan respirasi. Kebanyakan klien adalah eutiroid, sekitar 20% hipotiroid dan kurang dari 5
% hipertiroid.

E. Klasifikasi/ Jenis

1. Tiroiditis supuratif akut


merupakan inflamasi yang tidak lazim yang biasanya disebabkan oleh invasi bakteri
dalam bentuk abses pada kelenjar tiroid. Streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus, dan
pneumococcus pnemoniae adalah penyebab utama kondisi tersebut. Umumnya terjadi pada
usia 20-40 tahun, tetapi dapat terjadi juga pada anak –anak dan orang tua. Kebanyakan klien
memiliki kondisi yang sebelumnya sudah ada.
2. Tiroiditis Subakut Nyeri

Nama lainnya adalah de Quervain’s thyroiditis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
virus. Sekitar 5 persen dari kelainan tiroid adalah penyakit ini mirip dengan tiroiditis pasca-
persalinan, dimulai dengan gejala hipertiroid, lalu 4 hormone turun menjadi hipotiroid,
akhirnya hormon tiroid kembali normal dalam satu tahun. Gejala penyakit ini adalah nyeri
menelan, badan sumer, terasa lemah. Selanjutnya suhu tubuh naik, demam dan nyeri. (Hans
Tandra, 2011)

3. Tiroiditis Otoimun Hashimoto

Kelainan ini merupakan bentuk tiroiditis yang paling sering terjadi. Jika dijumpai
pembesaran kelenjar tiroid yang disertai tanda-tanda hipotiroid, kemudian pada pemeriksaan
darah dijumpai hormon tiroid menurun sedangkan TSH-nya naik, hampir pasti orang ini
mengidap tiroiditis Hashimoto. Penyebabnya adalah proses autoimun, yaitu reaksi semacam
radang yang terjadi pada kelenjar tiroid, atau ada semacam auto-antibodi abnormal, yang
merusak jaringan tiroid diri sendiri. Penderita wanita lebih banyak ketimbang pria,
perbandingannya bisa sampai 9 dibanding 1. Usia yang sering terkena penyakit ini adalah 30-
50 tahun. Selain kelenjar membesar, pengidap penyakit ini juga mengeluhkan leher tertekan,
leher membengkak, suara parau, dan merasa kedinginan. Leher yang membesar ini biasanya
tidak terasa nyeri. (Hans Tandra, 2011).

F. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Laboratorium untuk Tiroiditis Subakut

a. Pada mulanya, T3 dan T4 meningkat, bersamaan dengan perjalanan penyakit, T3 dan


T4 akan menurun.
b. Sementara TSH serum dan ambilan iodine radioaktif tiroid sangat rendah. Bersamaan
perjalanan penyakit TSH akan naik dan didapatkan gejala-gejala hipotiroidisme.
Lebih lanjut, ambilan iodine radioaktif akan meningkat, mencerminkan adanya
penyembuhan dan serangan akut.
c. Laju endap darah sangat meningkat, kadang-kadang sampai setinggi 100 mg/jam pada
skala Westergren.
d. Autoantibody tiroid biasanya tidak ditemukan di serum.

2) Pemeriksaan Laboratorium untuk Tiroiditis Kronik (Hashimoto)

a. Terdapat kelainan multiple pada metabolisme iodine. Aktivitas peroksida menurun


sehingga organifikasi iodine terganggu.
b. Iodinasi material protein yang metabolic tidak aktif terjadi, sehingga terdapat PBI
serum yang tinggi tidak sebanding dengan T4 serum.
c. Ambilan radio iodin bisa tinggi, normal atau rendah.
d. Kadar hormone tiroid sirkulasi biasanya normal atau rendah dan bila rendah, TSH
akan meningkat.
e. Penemuan laboratorium yang paling menonjol adalah titer yang tinggi dari antibodi
antitiroid di serum.
f. Uji serum untuk Ab Tg atau Ab TPO positif kuat pada kebanyakan penderita tiroiditis
hashimoto.
g. Biopsy aspirasi jarum halus.

G. Penatalaksaan (Medis & Keperawatan )

a. Tiroiditis Akut

1) Preparat antimicrobial dan penggantian cairan

2) Insisi bedah dan drainase bila terdapat abses

b. Tiroiditis Subakut

1) Kontrol inflamasi

2) Preparat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) untuk menghilangkan nyeri leher

3) Preparat penyekat-beta untuk mengontrol gejala hipertiroidisme

4) Kortikosteroid oral untuk menghilangkan nyeri dan mengurangi pembengkakan;


biasanya tidak mempengaruhi penyebab yang mendasari. (Baughman, Diane C dan
JoAnn C. Hackley. 2000)

Pembedahan Kelenjar Tiroid pada Pasien Thyroiditis

a. Tiroiditis Kronik (Tiroiditis Hashimoto)

Hipertiroidisme dalam kaitannya dengan tiroiditis hashimoto diobati dengan cara


konvensional, terapi-terapi ablasi lebih jarang digunakan karena tiroiditis kronik dan yang
berhubuingan cenderung membatasi lamanya hiperfungsi tiroid dan juga memberikan
predisposisi pada pasien untuk perkembangan hipertiroidisme setelah pembedahan atau
pengobatan radioterapi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengumpulan informasi pasien dilakukan secara sistematis
1. Identitas Klien
Biografi pasien meliputi: nama, usia, alamat, tempat tanggal lahir, agama, jenis kelamin,
pendidikan pekerjaan, kewarganegaraan dan suku bangsa. (Robert priharjo)1996;12)
2. Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, yang berhubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Untuk mengutarakan masalah dan keluhan secara lengkap dianjurkan menggunakan
analisa simptoma PQRST.(Robert Priharjo1996;9)
P : Provokatif atau variatif
Apakah yang menyebabkan gejala?Apa saja yang dapat mengurangi atau yang dapat
memperberatnya?
Q : Qualitas atau qualitas
Bagaimana gejala dirasakan...?
R : Regional atau area radiasi dimana gejala terasa?Apakah menyebar?
S : Skala nyeri
Seberapakah nyeri yang dirasakan dengan skala1-5
T : Timing atau waktu
Kapan gejala mulai timbul...?
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Latar belakang pasien masuk ke rumah sakit akan sangat membantu ketika melakukan
pengkajian fisik .
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu meliputi keadaan umum ,kesehatan masa kanak-kanak,
penyakit masa dewasa, kecelakaan dan cedera operasi serta perawatan di rumah sakit
sebelumnya .(Berbara Betes 1998;5)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data riwayat keluarga dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan apakah ada
anggota pasien yang pernah menderita seperti yang dialami oleh pasien, atau penyakit
kronis maupun penyakit keturunan .
1) Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum mecangkup penampilan, tingkat kesadaran, tekanan darah, suhu
tubuh, denyut nadi, pernapsan, berat badan dan tinggi badan.
2) Sistem Pernafasan
Kaji pola pernapasan, penggunaan otot pernapasan tambahan, auskultasi bunyi napas;
normal (Tubuler,broncho vesikuler,vesikuler)
3) Sistem Kardiovaskuler
Dengan pasien dengan tiroiditis dapat di temukan takikardi, tremor .
4) Sistem Pencernaan
Dikaji dengan keadaan mulut dan kerongkongan, keadaan lidah dan sensasi rasanya,
gigi dan gusi, keadaan abdomen meliputi: bentuk peristaltik usus, hati dan lien, asites,
nyeri tekan dan lepas, kebiasaan pasien makan, anus adakah hemoroid dan kesulitan
defikasi .
5) Sistem Perkemihan
Dikaji pembesaran ginjal, rasa sakit pada pinggang, distensi urinaria, kaji tentang
kebiasaan mengkonsumsi minum dan kebiasaan berkemih, adakah hambatan saat
berkemih.
6) Sistem Persarafan
Pasien dengan tiroiditis dapat titemukan febris,dan ganguan nervus IX asesoris
7) Sistem Endokrin
Kaji pembesaran kelenjar tiroid, keluhan poliuri, polidipsi, polipagi
8) Sistem Muskuloskeletal
Kaji pasien tentang ROM (Range Op Motion), kekuatan tonus otot, kaji adanya
pembengkakn deformitas, kondisi jaringan sekitar, kekuatan, adanya rasa sakit, krepitasi.
9) Sistem Integumen
Kaji pasien tentang keadaan kulit, kebersihan, pigmentasi, lesi, keadaan kuku, dan
rambut.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk dapat mengetahui sifat-sifat penyakit tiroiditis.
• Pemenuhan kadar T3, T4, dan TSH serum
• Pengukuran RAIU
5. Melakukan pengkajian lengkap
6. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis terhadap adanya
kemungkinan gangguan rasa aman perubahan konsep diri seperti :
• Status pernapasan: frekuensi, pola pernapasan dan otot-otot pernapasan.
• Keadaan umum atau kesadaran, apakah pasien tampak gelisah, tak berdaya
• Berat badan dan tinggi badan
• Kadar hemoglobin
• Kelembaban kulit dan reksturnya
• Porsi makan yang di habiskan
• Jumlah dan jenis peroral yang di konsumsi
• Kondisi mukosa mulut
• Kualitas suara
• Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya interaksi pasien dengan
orang disekitarnya
• Bagaimana pasien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.
B. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi


b. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. pola nafas in efektif

C. Intervensi Keperawatan

DP I
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Nyeri terkendali atau berkuarang

NOC
1. Tingakat Nyeri
o Melaporkan nyeri
o Frekuensi nyeri
o Ekspresi nyeri
2. Kontrol Nyeri
o Factor penyebab nyeri
o Penggunaan analgetik dengan tepat
o Gejala nyeri
NIC
Manajemen Nyeri
o Kaji nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas nyeri.
o Ajarkan teknik relaksasi
o Berikan analghetik sebagai control nyeri jika diperlukan
o Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri terjadi.
o Ajak pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri.

DP II

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan adekuat.

NOC
1. Status Nutrisi : Pemasukan makan dan cairan
o Pemasukan makanan melalui oral
o Pemasukan cairan melalui oral
o Pemasukan cairan
o Pemasukan total nutrisi secara parenteral
2. Status Menelan : Fase esophagus
o Nyaman dalam menelan
o Tidak tersedak dan batuk saat menelan
o Tidak terjadi muntah pada malam hari
NIC
Terapi Nutrisi :
o Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
o masukan kalori harian secara tepat.
o Anjurkan pasien untuk memilih makanan lunak

DP III

Pola nafas in efektif

Tujuan: agar pasien dapat bernafas dengan baik

NOC:
Menunjukan pola pernapasan efektif , yang dibuktikan oleh status pernapasan: status
pentilasi pernapasan tidak terganggu , kepatenan jalan napas, tidak ada penyimpangan
tanda vital dari rentang normal.
a. Perubahan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu yang dibuktikan oleh :
o kedalaman inspirasi dan kemudahan nafas
o ekspansi dada simetris
b. Menunjukan tidak ada gangguan status pernapasan ;
o penggunaan otot aksesorius
o suara napas tambahan
o pendek napa

NIC:
1) Manajemen jalan napas
2) .Pemantauan tanda vital
3) Pantau pola pernapasan , auskultasi suara napas
4) Ajarkan teknik relaksasi
5) Ajarkan teknik batuk efektif
6) Berikan terapi nebulizer ultrasonik dan udara atau oksigen
7) Atur posisi pasien posisi ( fowler)
8) Kolaborasi pemberian obat
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TIROIDITIS

DISUSUN OLEH

DIAH SAKINAH

NIM: 14.3.0.1.005

MONA LISA

NIM: 14.3.0.1.020

RATNA SARI

NIM : 14.3.0.1.0032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TA. 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai