Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan Dengan Troiditis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Troiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid, keadaan ini bisa bersifat akut,subakut,atau
kronis.tiroiditis inflamasi kelenjar troid atau tiroiditis mencakup sekelompok kelainan yang
beragam meliputi berbagai keadaanyang menyebabkan sakit akut dsengan nyeri tiroid yang hebat
(misalnya tiroiditis infeksiosa, tiroiditis granulomatosa sub akut ) dan kelainan dengan inflamasi
yang relative ringan : penyakit ini terutama bermanifestasi dalam bentuk disfungsi tiroid ( tiroiditis
limfositik subakut (tanpa rasa nyeri) dan tiroiditis fibrosa.
Infeksi akut dapat mengenai kelenjar tiroid lewat penyebaran hematogen atau invasi langsung
pada kelenjar ( misalnya lewat fistula dari sinus piriformis ). Infeksikelemjar tiroid lainnya bersifat
lebih kronik dan meliputi kronik dan meliputi infeksi mikobakterial, fungus serta preumocystis
yang terjadi pada pasien – pasien dengan tanggap imun lemah, kelainan 9inflamasi tersebut dapat
menyebabkan nyeri leher mendadak dan nyeri tekan di daerah dengan disertai demam, menggigil,
serta tanda-tanda infeksi yang lain.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswqa mampu menjelaskan konsep dasar teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan system endokrin
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tiroiditis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan, etiologi, patofisiologi, manivestasi kinis, pemeriksaan
penunjang, dan penatalaksanaan tiroditis
c. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada kklien dengan penyakit tiroditid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Tiroiditis merupakan: inflamasi kelenjar tiroid,keadaan ini bisa bersifat akut,sub akut atau
kronis(Brunner& Sudrath,2001,hal.1314)
Tiroiditis adalah: suatu peradang pada kelenjar tiroid,menyebabkan hepertiroidisme
sementar yang sering kali di ikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi
perubahan dalam fungsi tiroid.
Tiroiditis adalah umumnya di tandai oleh pembesaran,peradangan dan disfungsi kelenjar
tiroid(IDP,Jilid 1,hal.761)

2. KLASIFIKASI
a. Tiroiditis Akut:
Merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, mikrobakteri atau parasit
pada kelenjar tiroid.Stapilokokus aureus atau jenis stafilokokus lain merupakan penyebab yang
paling sering dijumpai.Secara khas, penyakit ini menyebabkan nyeri serta pembengkakan leher
pada bagian anterior, panas,disfagia,dandispocia.Faringitis atau gejala sakit leher sering
ditemukan.Pemeriksaan dapat menunjukkan rasa hangat, eritema (kemerahan) dan nyeri tekan
pada kelenjar tiroid.Tetapi teoriditis akut mencakup pemberian preperat antibiotik dan penggantian
cairan.Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat abses.
b. Tiroiditis Subakut
Tiroiditis sub akut dapat berupa tiroiditis garanula matosa sub akut (tiroiditis de quervam) atau
tiroiditis tanpa nyeri (silent thiroiditis atau tiroiditis limpfositik sub akut).Tiroiditis granulomatosa
sub akut merupakan kelainan inflamasi pada kelenjar tiroid yang terutama menterang wanita
berusia antara 40 hingga 50 tahun (sakiyuma 1993) kelainan ini ditemukan sebagai pembengkakan
yang nyeri pada leher bagian anterior, dan berlangsung selama1 atau 2 bulan dan kemudian
menghilang spontan tanpa gejala sisa.Tiroiditis ini sering terjadi setelah infeksi
respiratorius.Kelenjar tiroid membesar secra simetris dan kadang-kadang terasa nyeri. Kulit
diatasnya sering tampak kemerah dan terasa hangat.Pasien merasa sulit menelan dan mengalami
gangguan rasa nyaman, iritabilitas, kegelisahan insoumnia dan penurunan berat badan yang
kesemuanya merupakan manipestasi dari hipertiroidisme sering dijumpai, dan banyak pasien juga
merasakan gejala demam serta menggigil.Tiroiditis tanpa nyeri (tiroiditis limposifik sub akut)
sering terjadi pada periode pasca partus dan diperkirakan disebabka oleh autoimun. Gejala
hipertiroidisme atau hipertiroidisme mungkin saja timbul, tetapi ditunjukkan untuk menangani
gejala, dan pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan setahun sekali perlu dianjurkan
untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna mengatasi hipertiroidisma yang
kemudian.

c. Tiroiditis kronis (tiroiditis hashimoto)


Tiroiditis kronis yang paling sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun diberi nama
penyakit hashimoto atau tiroiditis limfosik kronis.Penegakan diagnostiknya dilakukan berdasarkan
gambaran histopatologis kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi.Berbeda denag tiroiditis akut,
bentuk yang kronis ini biasanya tidak disertai nyeri, gejala penekanan ataupun rasa panas, aktifitas
kelenjar tiroid biasaya normal atau rendah dan bukan meningkat.

3. ETIOLOGI
Etiologi tiroiditis di bagi berdasarkan klasifikasi
a. Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut supuratif
1. Disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus aureus,mikrobakteri,parasit pada kelenjar tiroid.
2. pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran
getah bening, trauma langsung duktus tiroglosus yang persinten.Kelainan yang terjadi dapat
disertai terbentuknya abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke mediastinum, bahkan
dapat
b. Tiroditis Sub Akut
Etiologi tiroiditis di bagi berdasarkan klasifikasi
c. Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut supuratif
3. Disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus aureus, mikrobakteri, parasit pada kelenjar tiroid.
4. pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah
bening, trauma langsung duktus tiroglosus yang persinten.2. Tiroiditis Limfositik sub akut/
tiroiditis tanpa nyeri(silent tiroiditis)
a. Sering terjadi dalam peiode pascapartus dan di perkirakan di sebabkan oleh proses autoimun.
b. Gejala hipetiroidisme atau hipotiroidisme mungkin saja timbul.
c. Terapi di tunjukkan untuk menangani gejala dan pemeriksaan tindak lanjut yang di lakukan
setahun sekali perlu di anjurkan untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna
mengatasi hipotiroidisme yang timbul kemudian.

d. Tiroidisme Kronis/ tiroiditis limfositik kronik(Tiroiditis hasimoto)/ struma Limfomatosa/


Tiroiditis Autoimun.
1. Tiroiditis yang sering di jumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun di beri nama penyakit
Hasimoto atau tiroiditis limfositik kronis.
2. Predisposisi genetic(imunitas yang perantarai sel).
3. Bentuk yang kronis biasanya tidak di sertai nyeri.gejala penekanan ataupun rasa
besar,simetris,regular, panas;aktivitas kelenjar tiroid biasanya normal atau renda dan bukan
meningkat.
Kelenjar tiroid biasanya membesar secara lambat,tidak teerlalu besar,simetris,regular,dan
padat.kadang-kadang ada nyeri spoontan dan nyeri tekan.pasien dapat eutiroid,hipotiroid,dan
jarang hipertiroid.
4. Penegakan diagnosisnya di lakukan berdasarkan gambaran histology kelenjar tiroid yang
mengalami inflamasi.jika tidak di obati tiroiditis kronis akan berjalan lambat,tetapi progresif
akhirnya akan tejadi hipotiroidisme.

4. PATOFISIOLOGI
a. Tiroiditis Sub Akut
Pada fase awal, kadar T4 serum meningkat dan penderita mungkinmempunyai gejala
tirotoksikosis, tetapi ambilan yodium radioaktif jelas tersupresi..T3 dan T4 meningkat,
sementara TSH serum dan ambilan iodineradioaktif tiroid sangat rendah. Laju endap darah sangat
meningkat, kadang-3,kadang sampai setinggi 100 mm/jam pada skala Westergen.
Autoantiboditiroid biasanya tidak ditemukan di serum. Bersamaan dengan
perjalanan penyakit, T3 dan T4 akan menurun. TSH akan naik dan didapatkan gejala-gejala
hipotiroidisme. Lebih lanjut, ambilan iodine radioaktif akan meningkat,mencerminkan adanya penyembuhan
kelenjar dan serangan akut.T i r o i d i t i s s u b a k u t b i a s a n ya s e m b u h s p o n t a n s e t e l a h
b e b e r a p a minggu atau bulan, kadang-kadang penyakit ini dapat mulai menyembuh dan tiba-tiba
memburuk.Kadang-kadang menyangkut pertama-tama satu lobus kelenjar tiroid, baru kemudian lobus
satunya. Eksaserbasi sering terjadi ketika kadar T4 telah turun, TSH telah meningkat dan kelenjar
mulai berfungsi kembali.

b. Tiroiditis Kronik (Tiroiditis Hashimoto, Tiroiditis Limfositik)


Limfosit disensitasi terhadap antigen dan autoantibody
t i r o i d terbentuk, yang bereaksi dengan antigen -antigen.Tiga auto antibodi
tiroid terpenting adalah antibody tiroglobulin (Ab Tg), antibodi tiroid peroksidase (Ab TPD),
dahulu disebut antibodi mikrosomal, dan TSH reseptor blockingantibody (TSH-R Ab [blok]).
Selama fase awal, Ab Tg meningkat sedikit,k e m u d i a n A b T g a k a n m e n g h i l a n g , t a p i
T P D a k a n m e n e t a p u n t u k bertahun-tahun.Destruksi kelenjar berakibat turunnya
kadar T3 dan T4serum, dan naiknya TSH.Mula -mula TSH bisa mempertahankan
sintesishormone yang adekuat denganterjadinya pembesaran tiroid atau goiter, tetapidalam banyak kasus
kelenjar gagal dan terjadilah hipotiroidisme dengan atautanpa goiter.4
Terjadinya tiroiditis di sebabkan oleh infeksi bakteri dan virus yang terjadi melalui
penyebarn hematogen dan lewat fistula dari sinus piriformis yang berdekatan dengan
laring,sehingga dapat mengiritasi kelenjar tiroid yang akan menyebabkan terjadinya
peradangan.sebetulnya kelenjar tiroid itu sendiri resisten terhadap infeksi karena beberapa hal
diantaranya berkapsula mengandung iodium tinggi,kaya suplai darah dan saluran limfe untuk
drainaseTiroiditis bias terjadi kadang-kadang tertentu seperti pengaruh lingkungan yang kotor dan
berpolusi(penyebaran kuman),kelainan congenital dan proses penyakit autoimun.

5 MANIFESTASI KLINIS
a. Tiroiditis Akut
- Rasa nyeri serta pembengkakan pada leher anterior
- Panas
- Disfgia dan disfonia
- Faringitis / gejala sakit pada leher
- Eritema dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid
b. Tiroiditis Sub Akut
- Nyeri pada leher bagian depan menjalar ke telinga
- Kelenjar tiroid membesar secara simetris dan terasa nyeri,kulit di atasnya sering tampak kemerahan
dan terasa hangat
- pasien merasa sulit menelan dan mengalami gangguan rasa nyaman
- Iritabilitas,kegelisahan,insomnia,dan penurunan BB
- Demam mengigil.
c. Tiroiditis Kronis
Biasanya tidak di sertai nyeri,gejala penekanan ataupun rasa panas,tetapi kadang-kadang ada nyeri
spontan dan nyeri tekan

6 PEMERIKSAAN FISIK
Ditemukan tiroid membesar,nyeri tekan biaasanya di sertai
takikardi,berkeringat,demam,tremor,dan tanda-tanda lain hepertiroidisme.

7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium:LED meningkat,kadar hormone tiroid meningkat karena pelepasan
hormone tiroid yang berlebihan akibat dekstruksi kelenjar tiroid oleh proses inflmasi.
- USG: sidiktiroid,pemeriksaan CT Scan dan MRI
8 PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1. Tiroiditis Akut
- Pemberian preparat antibiotic dan penganti cairan
- Tindakan insisi dan drainase di perlukan jika terdapat abses

2. Tiroiditis Sub Akut


- Pemberiaan preparat anti inflamasi nonsteroid(NSAID)di gunakan untuk mengurangi rasa sakit
dan inflamasi.
- Pemberian asetanol untuk mengurangi rasa nyeri .
- Glukokortikoid untuk mengurangi gejala dan mempercepat terjadinya remisi

3. Tiroiditis Kronis
- Tujuan terapi adalah mengurangi ukuran kelenjar tiroid dan mencegah hipotiroidisme.
- Terapi hormon tiroid di berikan untuk mengurangi aktifitas kelenjar tiroid dan produksi preparat
hormone tiroid dan produksi tiroglobulin.jika terdapat gejala hippotiroidisme preparat hormone
tiroid harus di resepkan.
- Tindakan bedah di perlukan jika gejala penekanan tetap ada.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
- Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri.
- Berikan kompres hangat jika pasien panas dan demam.

9 KOMPLIKASI
a. Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
b. Kerusakan pita suara (disfonia)
c. Penyakit DM Tipe I

B. KONSEP DASAR ASKEP


1. PENGKAJIAN
Dasar Data Pengkajian
a. Aktifitas / istirahat
Gejala : insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan otot.
Tanda : atrofi otot.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda :disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada
yang berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).
c. Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
d. Integritas ego
Gejala : mengalami stres yang berat (emosional, fisik)
Tanda : emosi labil qeuforia sedang sampai delirium), depresi
e. Makanan & cairan
Gejala : kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering
kehausan, mual, muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
f. Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung, disorientasi, gelisah, peka
rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif
refleks tendon dalam (RTP).
g.Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.

h. Pernapasan
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
i. Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan
saat pemeriksaan).
Tanda : suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit halus, hangat dan kemerahan
Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yag
menjadi sagat parah.
j. Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan informasi.
6. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan bentuk mata (exoptalmus)
3. PERENCANAAN
Diagnosa 1 : Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
Tujuan: klien mempertahankan suhu dalam batas normal dengan kriteria hasil :
 Kulit tidak teraba panas
 Bibir lembab
 Kulit elastis
Intervensi
a. Bina hubungan therapeutik dengan klien
R/ meningkatkan kerjasama
b. Kaji penyebab peningkatan termoregulasi
R/ mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
c. Observasi TTV
R/ / mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
d. Beri minum air hangat yang cukup / teh hangat
R/ Meningkatkan evaporasi
e. Berikan pakaian yang tipis
R/ Menyerap keringat
f. Lakukan kompres hangat
R/ meningkatkan vasodilatasi
g. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi antipiretik, antibiotik,
R/ antipiretik untuk menurunkan panas, antibiotik untuk membunuh mikroorganisme.

Diagnosa 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid


Tujuan: klien akan menunjukkan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria hasil :
 Nyeri hilang
 Wajah klien rileks
 Skala nyeri 0

Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi, waktu dan penyebab
R/ Indikator tindak lanjut
b. Observasi TTV
R/ Peningkatan TTV sebagai kompensasi nyeri
c. Anjurkan teknik relaksasi ( menarik napas dalam)
R/ mengurangi ketegangan otot sehingga menghambat stimulasi nyeri
d. Berikan kompres dingin pada leher
R/ mengurangi impuls saraf
e. Ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman ( contoh : sprei yang
kering / tak telipat, gosokan punggung ).
R / menurunkan rangsang eksternal yang dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman
f. Kolaborasi pemberian obat analgetik,antibiotik dan incici abses bila perlu.
R / dapat mengurangi nyeri dan membunuh mikroorganisme

Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat


Tujuanl: Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolik,
dengan
kriteria hasil :
 Tidak ada nyeri dan kesulitan menelan
 Napsu makan baik
 Dapat menghabiskan porsi yang diberikan
 BB normal

Intervensi:
a. Jelaskan pentingnya diet : lunak, hindari makanan yang asam, lemak dan membuat jadwal makan
yang tepat.
R / meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat bekerja
sama
b. Sajikan makanan yang mudah dicerna, pantang lemak, hangat, tertutup dan beri makan sedikit
tapi sering.
R / meningkatkan selera makan dan mengurangi rasa mual.
c. Berikan Diet TKTP
R/ memenuhi kebutuhan kalori
d. Kolaborasi untuk pemberian obat antihipertiroisme
R/ mengurangi metabolisme tubuh

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.


Tujuan: klien akan menunjukan toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil :
 Keadaan umum baik
 Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien untuk beraktivitas dan bantuan yang diberikan oleh keluarga .
R / mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
b. Anjurkan keluarga untuk membantu dalam perawatan diri
( higiene personal ) dan WC besar dan WC kecil.
R / memenuhi kebutuhan perawatan diri dan eliminasi.
c. Mendampingi klien saat melakukan aktivitas
R/ memantau kemampuan klien untuk beraktivitas
d. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kondisinya
R / aktivitas yang cukup dapat meningkatkan sirkulasi dan mendukung proses pemulihan
e. Evaluasi keluhan setelah klien melakukan aktivitas
R / mengidentifikasi tanda – tanda kelelahan

Diagnosa 5 : Gangguan konsep diri ( body image ) b.d perubahan bentuk bola mata (exoptalmus)
Tujuan: klien dapat menerima diri apa adanya dengan
kriteria hasil:
 Tidak merasa malu dengan keadaan matanya (bola mata menonjol keluar lebih dari normal)
Intervensi
a. Ciptakan hubungan saling percaya Asuhan Keperawatan Dengan Troiditis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Troiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid, keadaan ini bisa bersifat akut,subakut,atau
kronis.tiroiditis inflamasi kelenjar troid atau tiroiditis mencakup sekelompok kelainan yang
beragam meliputi berbagai keadaanyang menyebabkan sakit akut dsengan nyeri tiroid yang hebat
(misalnya tiroiditis infeksiosa, tiroiditis granulomatosa sub akut ) dan kelainan dengan inflamasi
yang relative ringan : penyakit ini terutama bermanifestasi dalam bentuk disfungsi tiroid ( tiroiditis
limfositik subakut (tanpa rasa nyeri) dan tiroiditis fibrosa.
Infeksi akut dapat mengenai kelenjar tiroid lewat penyebaran hematogen atau invasi langsung pada
kelenjar ( misalnya lewat fistula dari sinus piriformis ). Infeksikelemjar tiroid lainnya bersifat lebih
kronik dan meliputi kronik dan meliputi infeksi mikobakterial, fungus serta preumocystis yang
terjadi pada pasien – pasien dengan tanggap imun lemah, kelainan 9inflamasi tersebut dapat
menyebabkan nyeri leher mendadak dan nyeri tekan di daerah dengan disertai demam, menggigil,
serta tanda-tanda infeksi yang lain.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswqa mampu menjelaskan konsep dasar teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan system endokrin
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tiroiditis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan, etiologi, patofisiologi, manivestasi kinis, pemeriksaan
penunjang, dan penatalaksanaan tiroditis
c. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada kklien dengan penyakit tiroditid

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Tiroiditis merupakan: inflamasi kelenjar tiroid,keadaan ini bisa bersifat akut,sub akut atau
kronis(Brunner& Sudrath,2001,hal.1314)
Tiroiditis adalah: suatu peradang pada kelenjar tiroid,menyebabkan hepertiroidisme sementar
yang sering kali di ikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan
dalam fungsi tiroid.
Tiroiditis adalah umumnya di tandai oleh pembesaran,peradangan dan disfungsi kelenjar
tiroid(IDP,Jilid 1,hal.761)

2. KLASIFIKASI
a. Tiroiditis Akut:
Merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, mikrobakteri atau parasit
pada kelenjar tiroid.Stapilokokus aureus atau jenis stafilokokus lain merupakan penyebab yang
paling sering dijumpai.Secara khas, penyakit ini menyebabkan nyeri serta pembengkakan leher
pada bagian anterior, panas,disfagia,dandispocia.Faringitis atau gejala sakit leher sering
ditemukan.Pemeriksaan dapat menunjukkan rasa hangat, eritema (kemerahan) dan nyeri tekan
pada kelenjar tiroid.Tetapi teoriditis akut mencakup pemberian preperat antibiotik dan penggantian
cairan.Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat abses.
b. Tiroiditis Subakut
Tiroiditis sub akut dapat berupa tiroiditis garanula matosa sub akut (tiroiditis de quervam) atau
tiroiditis tanpa nyeri (silent thiroiditis atau tiroiditis limpfositik sub akut).Tiroiditis granulomatosa
sub akut merupakan kelainan inflamasi pada kelenjar tiroid yang terutama menterang wanita
berusia antara 40 hingga 50 tahun (sakiyuma 1993) kelainan ini ditemukan sebagai pembengkakan
yang nyeri pada leher bagian anterior, dan berlangsung selama1 atau 2 bulan dan kemudian
menghilang spontan tanpa gejala sisa.Tiroiditis ini sering terjadi setelah infeksi
respiratorius.Kelenjar tiroid membesar secra simetris dan kadang-kadang terasa nyeri. Kulit
diatasnya sering tampak kemerah dan terasa hangat.Pasien merasa sulit menelan dan mengalami
gangguan rasa nyaman, iritabilitas, kegelisahan insoumnia dan penurunan berat badan yang
kesemuanya merupakan manipestasi dari hipertiroidisme sering dijumpai, dan banyak pasien juga
merasakan gejala demam serta menggigil.Tiroiditis tanpa nyeri (tiroiditis limposifik sub akut)
sering terjadi pada periode pasca partus dan diperkirakan disebabka oleh autoimun. Gejala
hipertiroidisme atau hipertiroidisme mungkin saja timbul, tetapi ditunjukkan untuk menangani
gejala, dan pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan setahun sekali perlu dianjurkan
untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna mengatasi hipertiroidisma yang
kemudian.

c. Tiroiditis kronis (tiroiditis hashimoto)


Tiroiditis kronis yang paling sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun diberi nama
penyakit hashimoto atau tiroiditis limfosik kronis.Penegakan diagnostiknya dilakukan berdasarkan
gambaran histopatologis kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi.Berbeda denag tiroiditis akut,
bentuk yang kronis ini biasanya tidak disertai nyeri, gejala penekanan ataupun rasa panas, aktifitas
kelenjar tiroid biasaya normal atau rendah dan bukan meningkat.

3. ETIOLOGI
Etiologi tiroiditis di bagi berdasarkan klasifikasi
a. Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut supuratif
1. Disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus aureus,mikrobakteri,parasit pada kelenjar tiroid.
2. pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah
bening, trauma langsung duktus tiroglosus yang persinten.Kelainan yang terjadi dapat disertai
terbentuknya abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke mediastinum, bahkan dapat
b. Tiroditis Sub Akut
Etiologi tiroiditis di bagi berdasarkan klasifikasi
c. Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut supuratif
3. Disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus aureus, mikrobakteri, parasit pada kelenjar tiroid.
4. pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah
bening, trauma langsung duktus tiroglosus yang persinten.2. Tiroiditis Limfositik sub akut/
tiroiditis tanpa nyeri(silent tiroiditis)
a. Sering terjadi dalam peiode pascapartus dan di perkirakan di sebabkan oleh proses autoimun.
b. Gejala hipetiroidisme atau hipotiroidisme mungkin saja timbul.
c. Terapi di tunjukkan untuk menangani gejala dan pemeriksaan tindak lanjut yang di lakukan
setahun sekali perlu di anjurkan untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna
mengatasi hipotiroidisme yang timbul kemudian.

d. Tiroidisme Kronis/ tiroiditis limfositik kronik(Tiroiditis hasimoto)/ struma Limfomatosa/


Tiroiditis Autoimun.
1. Tiroiditis yang sering di jumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun di beri nama penyakit
Hasimoto atau tiroiditis limfositik kronis.
2. Predisposisi genetic(imunitas yang perantarai sel).
3. Bentuk yang kronis biasanya tidak di sertai nyeri.gejala penekanan ataupun rasa
besar,simetris,regular, panas;aktivitas kelenjar tiroid biasanya normal atau renda dan bukan
meningkat.
Kelenjar tiroid biasanya membesar secara lambat,tidak teerlalu besar,simetris,regular,dan
padat.kadang-kadang ada nyeri spoontan dan nyeri tekan.pasien dapat eutiroid,hipotiroid,dan
jarang hipertiroid.
4. Penegakan diagnosisnya di lakukan berdasarkan gambaran histology kelenjar tiroid yang
mengalami inflamasi.jika tidak di obati tiroiditis kronis akan berjalan lambat,tetapi progresif
akhirnya akan tejadi hipotiroidisme.

4. PATOFISIOLOGI
a. Tiroiditis Sub Akut
Pada fase awal, kadar T4 serum meningkat dan penderita mungkinmempunyai gejala tirotoksikosis,
tetapi ambilan yodium radioaktif jelastersupresi..T3 dan T4 meningkat, sementara TSH serum dan
ambilan iodineradioaktif tiroid sangat rendah. Laju endap darah sangat meningkat, kadang-
3,kadang sampai setinggi 100 mm/jam pada skala Westergen. Autoantiboditiroid biasanya tidak
ditemukan di serum. Bersamaan dengan perjalanan penyakit, T3 dan T4 akan menurun. TSH akan
naik dan didapatkan gejala-gejala hipotiroidisme. Lebih lanjut, ambilan iodine radioaktif akan
meningkat,mencerminkan adanya penyembuhan kelenjar dan serangan akut.Tiroiditis subakut
biasanya sembuh spontan setelah beberapaminggu atau bulan, kadang-kadang penyakit ini dapat
mulai menyembuh dan tiba-tiba memburuk.Kadang-kadang menyangkut pertama-tama satu
lobus kelenjar tiroid, baru kemudian lobus satunya. Eksaserbasi sering terjadi ketika kadar T4 telah
turun, TSH telah meningkat dan kelenjar mulai berfungsi kembali.

b. Tiroiditis Kronik (Tiroiditis Hashimoto, Tiroiditis Limfositik)


Limfosit disensitasi terhadap antigen dan autoantibody tiroid terbentuk, yang bereaksi dengan antigen-
antigen.Tiga auto antibodi tiroid terpenting adalah antibody tiroglobulin (Ab Tg), antibodi tiroid
peroksidase (Ab TPD), dahulu disebut antibodi mikrosomal, dan TSH reseptor blockingantibody
(TSH-R Ab [blok]). Selama fase awal, Ab Tg meningkat sedikit,kemudian Ab Tg akan
menghilang, tapi TPD akan menetap untuk bertahun-tahun.Destruksi kelenjar berakibat turunnya
kadar T3 dan T4serum, dan naiknya TSH.Mula-mula TSH bisa mempertahankan sintesishormone
yang adekuat denganterjadinya pembesaran tiroid atau goiter, tetapidalam banyak kasus kelenjar
gagal dan terjadilah hipotiroidisme dengan atautanpa goiter.4
Terjadinya tiroiditis di sebabkan oleh infeksi bakteri dan virus yang terjadi melalui penyebarn
hematogen dan lewat fistula dari sinus piriformis yang berdekatan dengan laring,sehingga dapat
mengiritasi kelenjar tiroid yang akan menyebabkan terjadinya peradangan.sebetulnya kelenjar
tiroid itu sendiri resisten terhadap infeksi karena beberapa hal diantaranya berkapsula mengandung
iodium tinggi,kaya suplai darah dan saluran limfe untuk drainaseTiroiditis bias terjadi kadang-
kadang tertentu seperti pengaruh lingkungan yang kotor dan berpolusi(penyebaran
kuman),kelainan congenital dan proses penyakit autoimun.

5 MANIFESTASI KLINIS
a. Tiroiditis Akut
- Rasa nyeri serta pembengkakan pada leher anterior
- Panas
- Disfgia dan disfonia
- Faringitis / gejala sakit pada leher
- Eritema dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid
b. Tiroiditis Sub Akut
- Nyeri pada leher bagian depan menjalar ke telinga
- Kelenjar tiroid membesar secara simetris dan terasa nyeri,kulit di atasnya sering tampak kemerahan
dan terasa hangat
- pasien merasa sulit menelan dan mengalami gangguan rasa nyaman
- Iritabilitas,kegelisahan,insomnia,dan penurunan BB
- Demam mengigil.
c. Tiroiditis Kronis
Biasanya tidak di sertai nyeri,gejala penekanan ataupun rasa panas,tetapi kadang-kadang ada nyeri
spontan dan nyeri tekan

6 PEMERIKSAAN FISIK
Ditemukan tiroid membesar,nyeri tekan biaasanya di sertai takikardi,berkeringat,demam,tremor,dan
tanda-tanda lain hepertiroidisme.

7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium:LED meningkat,kadar hormone tiroid meningkat karena pelepasan
hormone tiroid yang berlebihan akibat dekstruksi kelenjar tiroid oleh proses inflmasi.
- USG: sidiktiroid,pemeriksaan CT Scan dan MRI

8 PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1. Tiroiditis Akut
- Pemberian preparat antibiotic dan penganti cairan
- Tindakan insisi dan drainase di perlukan jika terdapat abses

2. Tiroiditis Sub Akut


- Pemberiaan preparat anti inflamasi nonsteroid(NSAID)di gunakan untuk mengurangi rasa sakit dan
inflamasi.
- Pemberian asetanol untuk mengurangi rasa nyeri .
- Glukokortikoid untuk mengurangi gejala dan mempercepat terjadinya remisi

3. Tiroiditis Kronis
- Tujuan terapi adalah mengurangi ukuran kelenjar tiroid dan mencegah hipotiroidisme.
- Terapi hormon tiroid di berikan untuk mengurangi aktifitas kelenjar tiroid dan produksi preparat
hormone tiroid dan produksi tiroglobulin.jika terdapat gejala hippotiroidisme preparat hormone
tiroid harus di resepkan.
- Tindakan bedah di perlukan jika gejala penekanan tetap ada.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
- Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri.
- Berikan kompres hangat jika pasien panas dan demam.

9 KOMPLIKASI
a. Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
b. Kerusakan pita suara (disfonia)
c. Penyakit DM Tipe I

B. KONSEP DASAR ASKEP


1. PENGKAJIAN
Dasar Data Pengkajian
a. Aktifitas / istirahat
Gejala : insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan otot.
Tanda : atrofi otot.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda :disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan
nada yang berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).
c. Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
d. Integritas ego
Gejala : mengalami stres yang berat (emosional, fisik)
Tanda : emosi labil qeuforia sedang sampai delirium), depresi
e. Makanan & cairan
Gejala : kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering
kehausan, mual, muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
f. Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung, disorientasi, gelisah, peka
rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif
refleks tendon dalam (RTP).
g.Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.

h. Pernapasan
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
i. Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin
digunakan saat pemeriksaan).
Tanda : suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit halus, hangat dan kemerahan
Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yag menjadi sagat parah.
j. Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan informasi.
6. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan bentuk mata (exoptalmus)

3. PERENCANAAN
Diagnosa 1 : Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
Tujuan: klien mempertahankan suhu dalam batas normal dengan kriteria hasil :
· Kulit tidak teraba panas
· Bibir lembab
· Kulit elastis
Intervensi
a. Bina hubungan therapeutik dengan klien
R/ meningkatkan kerjasama
b. Kaji penyebab peningkatan termoregulasi
R/ mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
c. Observasi TTV
R/ / mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
d. Beri minum air hangat yang cukup / teh hangat
R/ Meningkatkan evaporasi
e. Berikan pakaian yang tipis
R/ Menyerap keringat
f. Lakukan kompres hangat
R/ meningkatkan vasodilatasi
g. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi antipiretik, antibiotik,
R/ antipiretik untuk menurunkan panas, antibiotik untuk membunuh mikroorganisme.

Diagnosa 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid


Tujuan: klien akan menunjukkan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria hasil :
· Nyeri hilang
· Wajah klien rileks
· Skala nyeri 0

Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi, waktu dan penyebab
R/ Indikator tindak lanjut
b. Observasi TTV
R/ Peningkatan TTV sebagai kompensasi nyeri
c. Anjurkan teknik relaksasi ( menarik napas dalam)
R/ mengurangi ketegangan otot sehingga menghambat stimulasi nyeri
d. Berikan kompres dingin pada leher
R/ mengurangi impuls saraf
e. Ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman ( contoh : sprei yang
kering / tak telipat, gosokan punggung ).
R / menurunkan rangsang eksternal yang dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman
f. Kolaborasi pemberian obat analgetik,antibiotik dan incici abses bila perlu.
R / dapat mengurangi nyeri dan membunuh mikroorganisme

Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat


Tujuanl: Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolik, dengan
kriteria hasil :
· Tidak ada nyeri dan kesulitan menelan
· Napsu makan baik
· Dapat menghabiskan porsi yang diberikan
· BB normal

Intervensi:
a. Jelaskan pentingnya diet : lunak, hindari makanan yang asam, lemak dan membuat jadwal
makan yang tepat.
R / meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat bekerja
sama
b. Sajikan makanan yang mudah dicerna, pantang lemak, hangat, tertutup dan beri makan sedikit
tapi sering.
R / meningkatkan selera makan dan mengurangi rasa mual.
c. Berikan Diet TKTP
R/ memenuhi kebutuhan kalori
d. Kolaborasi untuk pemberian obat antihipertiroisme
R/ mengurangi metabolisme tubuh

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.


Tujuan: klien akan menunjukan toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil :
· Keadaan umum baik
· Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien untuk beraktivitas dan bantuan yang diberikan oleh keluarga .
R / mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
b. Anjurkan keluarga untuk membantu dalam perawatan diri
( higiene personal ) dan WC besar dan WC kecil.
R / memenuhi kebutuhan perawatan diri dan eliminasi.
c. Mendampingi klien saat melakukan aktivitas
R/ memantau kemampuan klien untuk beraktivitas
d. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kondisinya
R / aktivitas yang cukup dapat meningkatkan sirkulasi dan mendukung proses pemulihan
e. Evaluasi keluhan setelah klien melakukan aktivitas
R / mengidentifikasi tanda – tanda kelelahan

Diagnosa 5 : Gangguan konsep diri ( body image ) b.d perubahan bentuk bola mata (exoptalmus)
Tujuan: klien dapat menerima diri apa adanya dengan
kriteria hasil:
· Tidak merasa malu dengan keadaan matanya (bola mata menonjol keluar lebih dari normal)
Intervensi
a. Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendorong klien untuk membicarakan perasaan
tentang dirinya.
R/ meningkatkan kerjasama mengidentifikasi masalah
b. Berikan pemahaman tentang keadaan sakit dan penanganannya
R/ meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat bekerja
sama
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata berwarna gelap
R/ dapat mengurangi perasaan malu
d. Meningkatkan interaksi sosial dengan cara menganjurkan pasien untuk menerima pertolongan
dari orang lain
R/ meningkatkan relasi sosial
e. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sosial dan menerima keadaan dirinya.
R/ meningkatkan rasa percaya diri

Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan informasi


Tujuan:klien akan memahami penyakit tiroiditis,dengan kriteriahasil:
· Dapat menjawab kembali apa yang ditanyakan tentang penyakit tiroiditis
· Mentaati pengobatan sesuai therapi

Intervensi:
a. Kaji tingkat pendidikan dan persepsi klien dan keluarga tentang penyakit tyroiditis
R / meningkatkan pengetahuan klien sehingga dan bekerja sam
b. Jelaskan tentang pengertian, penyebab, perjalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan diagnosa, penatalaksanaan penyakit tyroiditis.
R / meningkatkan pengetahuan sehingga dapat bekerjasama
c. Jelaskan tindakan pencegahan .
R / meningkatkan pengetahuan agar dapat merubah pola hidup
yang sehat dan dapat minum obat secara teratur sesuai resep
dokter.

4. IMPLEMENTASI
Sesuai intervensi

5. EVALUASI
Sesuai implementasi
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid,menyebabkan hipertiroidisme sementara yang
seringkali diikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam
fungsi tiroid.
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid.Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut atau
kronis. Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau implemantasi limfotik
pada kelenjar tiroid.
dengan mendorong klien untuk membicarakan perasaan tentang dirinya.
R/ meningkatkan kerjasama mengidentifikasi masalah
b. Berikan pemahaman tentang keadaan sakit dan penanganannya
R/ meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat bekerja
sama
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata berwarna gelap
R/ dapat mengurangi perasaan malu
d. Meningkatkan interaksi sosial dengan cara menganjurkan pasien untuk menerima pertolongan dari
orang lain
R/ meningkatkan relasi sosial
e. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sosial dan menerima keadaan dirinya.
R/ meningkatkan rasa percaya diri
Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan informasi
Tujuan:klien akan memahami penyakit tiroiditis,dengan kriteriahasil:
 Dapat menjawab kembali apa yang ditanyakan tentang penyakit tiroiditis
 Mentaati pengobatan sesuai therapi

Intervensi:
a. Kaji tingkat pendidikan dan persepsi klien dan keluarga tentang penyakit tyroiditis
R / meningkatkan pengetahuan klien sehingga dan bekerja sam
b. Jelaskan tentang pengertian, penyebab, perjalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan diagnosa, penatalaksanaan penyakit tyroiditis.
R / meningkatkan pengetahuan sehingga dapat bekerjasama
c. Jelaskan tindakan pencegahan .
R / meningkatkan pengetahuan agar dapat merubah pola hidup
yang sehat dan dapat minum obat secara teratur sesuai resep
dokter.

4. IMPLEMENTASI
Sesuai intervensi

5. EVALUASI
Sesuai implementasi
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar
tiroid,menyebabkan hipertiroidisme sementara yang seringkali diikuti
oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid.
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid.Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut atau
kronis. Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau implemantasi limfotik
pada kelenjar tiroid.

Anda mungkin juga menyukai