Anda di halaman 1dari 13

si cebong

Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin


dengan Kasus Tiroiditis

KONSEP DASAR PENYAKIT


DEFINISI TIROIDITIS

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid.Tiroiditis bisa terjadi akut, subakut, dan
kronis.Yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis kronis yang juga disebut tiroiditis
Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, limfosit dan antibody antitiroid menginfiltrasi atau memasuki
kelenjar tiroid.Tiroiditis Hashimoto juga dikatakan sebagai gangguan autoimun.Mekanisme gangguan
autoimun belum jelas. (Mary Baradero, 2009)

Radang dari kelenjar tiroid dinamakan tiroiditis (thyroiditis).Kalau dokter memberitahukan


bahwa penyakitnya adalah tiroiditis, maka sebenarnya diagnosis demikian harus dibuat lebih jelas,
karena tiroiditis mencakup banyak keadaan.Tiroiditis bisa akibat reaksi autoimun, karena persalinan,
akibat infeksi kuman, karena suatu tiroiditis subakut yang nyeri sekali, atau akibat pemakaian obat-
obatan. Karena penyebabnya bermacam-macam, tiroiditis bisa menimbulkan hipertiroid, atau
hipotiroid, atau mungkin kadar hormonnya tidak berubah sama sekali (normotiroid). (Tandra, Hans,
2011)

Tiroiditis atau peradangan kelenjar tiroid mencakup sekelompok penyakit yang berlainan yang
ditandai oleh peradangan tiroid. Penyakit ini mencakup penyakit akut dengan nyeri tiroid hebat
(misalnya tiroiditis infeksiosa, tiroiditis granulomatosa subakut) dan penyakit yang peradangannya
relatif ringan dan kelainan terutama bermanifestasi sebagai disfungsi tiroid (tiroiditis limfositik
subakut dan tiroiditis fibrosa). (Kumar, Vinay, 2009)

Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid.Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut, atau
kronis.Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau infiltrasi limfositik pada
kelenjar tiroid. (Smeltzer, Suzanne C. 2011)

Tioriditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid, yang secara lambat mengalami pembesaran
pada kelenjar tiroid.Istilah umum ini digunakan pada kelainan-kelainan yang ditandai jelas dengan
infiltrasi leukosit, fibrosis, atau kedua-duanya dalam kelenjar tiroid. Tiroiditis dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu akut, sub akut, dan menahun: limfositik (hashimoto), nonspesifik, fibrous-invasive (riedel).
Pada penyakit tiroiditis ini banyak menyerang wanita yang berumur antara 32-50 tahun.Inflamasi
tiroiditis terjadi 2-4 minggu sudah infeksi traktus respiratorius bagian atas.

Radang tiroid dapat terjadi akut, subakut, atau menahun.Radang akut biasanya disebabkan
oleh infeksi staphylococcus aureus.Tiroiditis bacterial akut ini sangat jarang ditemukan.Tiroiditis
subakut yang juga jarang ditemukan umumnya terjadi pada infeksi virus di saluran napas. Tiroiditis
menahun pada umumnya adalah penyakit autoimun yang disertai kenaikan kadar antibody terhadap
hormone tiroid/produk tiroid di dalam darah. (Sjamsuhidajat, R. 2010)

ETIOLOGI

1. Defesiensi Iodin

2. Goitrogenik dalam makanan

3. Tiroiditis hasyimoto

4. Tiroiditis subakut

5. Sintetis hormon tidak adekuat akibat cacat bawaan pada enzim-enzim tiroid yang dibutuhkan
untuk Giosintesis T4 dan T3

6. Defesiensi bawaan pada reseptor T4 pada membran sel

7. Neoplasma, jinak atau ganas

KLASIFIKASI

a. Tiroiditis akut.

Tiroiditis akut merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
mikrobakteri atau parasite pada kelenjar tiroid. Staphylococcus aureus atau jenis staphylococcus
lain merupakan penyebab yang paling sering dijumpai. Secara khas penyakit ini menyebabkan rasa
nyeri serta pembengkakan pada leher bagian anterior, panas, disfagia, dan difonia.Faringitis atau
gejala sakit leher sering ditemukan pemeriksaan dapat menunjukkan gejala rasa hangat, aritema
(kemerahan), dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid.Terapi tiroiditis akut mencakup pemberian
preparat antibiotic dan penggantian cairan.Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat
abses.

b. Tiroiditis subakut

Dapat berupa tiroiditis granulomatosa sub akut (tiroiditis deQuervain) atau tiroiditis tanpa
nyeri (silent thyroiditis atau thyroiditis subakut).
Tiroiditis granulomatosa subakutmeerupakan kelainan inflamasi pada kelenjar tiroid yang
terutama menyerang wanita berusia 40 hingga 50 tahun.(Sakiyama, 1993).Kelainan ini ditemukan
sebagai pembengkakan yang nyeri pada leher bagian anterior dan berlangsung selama 1 atau 2
bulan dan kemudian menghilang spontan tanpa gejala sisa.Tiroiditis ini sering terjadisetelah infeksi
respiratorius.Kelenjar tiroid membesar secara simetris dan kadang-kadang terasa nyeri.Kulit di
atasnya sering tampak kemerahan dan terasa hangat.Pasien merasa sulit menelan dan mengalami
gangguan rasa nyaman, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, dan penurunan berat badan yang
semuanya merupakan manifestasi hipertiroidisme sering dijumpai, dan banyak pasien juga
merasakan gejala demam serta menggigil.

c. Tiroiditis Kronis.

Tiroiditis kronis yang paling sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun diberi
nama penyakit Hasyimotoatau tiroiditis limfositik kronis. Penegakan diagnosisnya dilakukan
berdasarkan gambaran histologis kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi berbeda dengan
tiroiditis akut bentuk yang kronis ini biasanya tidak disertai nyeri, gejala penekanan, atau pun rasa
panas.Aktivitas kelenjar tiroid biasanya normal atau rendah dan bukan meningkat.

Imunitas, yang diperantarai sel, berperan penting dalam pathogenesis tiroiditis


tersebut.Predisposisi genetik tampaknya merupakan faktor yang bermakna dalam menyebabkan
penyakit infeksi kronis ini. Jika tidak diobati, tiroiditis kronis akan berjalan lambat diobati, tetapi
progresif sehingga akhirnya akan terjadi hipotiroidisme.

MANIFESTASI KLINIS

Biasanya kelenjar dapat relatif keras tetapi sering kali sangat lunak.Penderita mengeluh gejala-
gejala penekanan pada leher, terutama bila menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah dan juga
mengeluh kesulitan menelan, kelumpuhan pita suara akibat keterlibatan nervus laringius rekurens
jarang ditemukan.

1. Penurunan atau kenaikan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.

2. Nyeri otot atau rasa lesu dan lemah.

3. Depresi, gelisah atau cemas.

4. Kelelahan atau sulit tidur.

5. Detak jantung cepat.

6. Sering buang air besar

7. Keringat bertambah
8. Periode menstruasi tidak teratur(pada wanita)

9. Iritabilitas

10. Kram otot

11. Berat badan menurun

PATOFISIOLOGI

Bahan dasar pembentukan hormon-hormon tiroid adalah iodium yang diperoleh dari makanan
dan minuman yang mengandung iodium. Ion lodidum (Iodida) darah masuk ke dalam kelenjar tiroid
secara transfor aktif dengan ATP sebagai sumber energi, selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan
mensisntesis Trogobulis (sejenis glikoprotein) dan selanjutnya mengalami lodinisasi sehingga akan
terbentuk di lodotiroin (Dit) dan mono lodotiroin (MIT), proses ini memerlukan enzim peroksida
sebagai katalisastor, proses akhir adalah berupa reaksi penggabungan yaitu:

a. Penggabungan dua meolekul akan membentuk tiroid (T4)

b. Penggabungan molekul DIT dengan MIT membentuk tiroxin (T4)

Selanjutnya T3 dan T4 masuk ke dalam plasma dan berikut dengan PBI (Protein bending lodin),
reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormon TSH dihambat oleh Tirosil, Tiorea, Sulfanamid
sekresi hormon tiroid:

1. Pemasukan lodiun yang kurang.

2. Gangguan berbagai enzim dalam tubuh.

3. Hiposekresi TSH, bahan yang mengandung tiorea, tiorasil, sulfanoid dan metilkaptimida tol,
glukosil goitrogenik.

4. Gangguan pada kelenjar Tiroid.

KOMPLIKASI

1. Hipotiroidisme & Hipertiroidisme.


2. Kerusakan pita suara (bisu).

3. DM tipe 1.

4. Penyakit Addison.

5. Leukemia.

6. Sklerosis multiple.

7. Kanker gastrik.

PENATALAKSANAAN

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada keadaan timbulnya gejala-gejala subyektif dan temuan dalam pemeriksaan fisik maka
pemeriksaan serum TSH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa.Pemeriksaan TSH merupakan
suatu tes yang sensitif untuk mengetahui fungsi thyroid. Biasanya ditemukan kadar TSH meningkat,
sedangkan kadar T4 total atau T4 bebas rendah. Sedangkan kadar serum total T3 dan T3 bebas
tidak akan menurun hingga ada kerusakan lebih lanjut, karena terjadinya peningkatan konsentrasi
serum thyrotropin menstimulasi thyroid untuk melepaskan T3. Pada saat total T4 lebih banyak
ditemukan daripada T4 bebas, T3 resin uptake dapat membantu untuk mengkoreksi kadar protein
binding antara T4 total dan T3, terutama bila ada kadar abnormalitas dari TBG. Bila kedua serum
TSH dan T4 kadarnya rendah hal ini memperkuat adanya keadaan hipothyroidisme, begitu pula bila
kadar T3 lebih rendah dibawah kadar normal maka gejala-gejala dan tanda-tanda hypothyroidisme
akan muncul. Ditemukannya autoantibodi thyroid yaitu anti–TPO dan antibodi anti-Tg
memperkuat adanya penyakit thyroiditis Hashimoto.

2. Pemeriksaan Radiologi dan USG

Pemeriksaan USG biasanya tidak diperlukan dalam menegakkan diagnosa thyroiditis


Hashimoto, tetapi berguna untuk memperkirakan ukuran thyroid dan ekstensi retrosternal dan
untuk mengevaluasi bentuk dari nodul jika ada.Alat USG digunakan untuk menentukan nodul itu
kistik atau solid dan mungkin bermanfaat untuk pemeriksaan Fine-needle aspiration dari nodul
berukuran kecil pada saat ada indikasi dan penderita dalam keadaan bentuk anatomi leher yang
berubah.Diagnosa pasti untuk menentukan jinak dan ganasnya lesi daripada thyroid hanya dapat
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan sitologi atau histologi dari jaringan thyroid.
Iodium uptake dan scan biasanya tidak diindikasikan untuk mengkonfirmasi diagnosa
thyroiditis Hashimoto (biasanya uptake iodium mungkin meningkat sementara pada pasien
thyroiditis Hashimoto dengan intake iodium dari makanannya rendah karena efek dari peningkatan
kadar TSH). Pemeriksaan T4 dan T3 berguna untuk membedakan antara thyroiditis hashimoto dan
penyakit Grave jika ada hipertiroidisme sekunder. Pada pasien dengan nodul yang jelas uptake
iodium dan scan mungkin berguna untuk mengklasifikasi nodul tersebut nodul panas atau dingin,
tetapi kadar TSH biasanya adekuat untuk mengetahui status fungsional dari thyroid.

3. Pemeriksaan lainnya

Pemeriksaan dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum dilakukan ketika dijumpai adanya
nodul-nodul yang berkembang/membesar dengan cepat atau ketika ukuran dari thyroid meningkat
dengan cepat untuk menentukan keganasan atau adanya thyroid lymphoma.

Thyroiditis Hashimoto merupakan diagnosa histologi.Biasanya tampak kelenjar thyroid


memperlihatkan adanya infiltrasi limfosit yang difuse dan infiltrasi sel plasma dengan bentuk folikel
limfoid berasal dari hiperplasia folikular dan kerusakan hingga dasar membran dari folikel.Adanya
suatu atrofi dari parenkim merupakan suatu bukti.Hubungan antara adanya autoantibodi thyroid
yang dinamakan anti-TPO dan anti-Tg sangant membantu dalam menentukan diagnosa.
Pemeriksaan penunjang yang tidak perlu dilakukan secara rutin dalam menegakkan diagnosa dan
untuk mengevaluasi keadaan pasien yaitu:

a. CBC count

b. Pemeriksaan profil lipid total dan fraksi lipid

c. Panel metabolisme basal

d. Kreatin kinase

e. Prolaktin

f. Rontgent dada

g. ECG

4. Penatalaksanaan Medis

Jika penyakit hashimoto dengan goiter tiroid, atau menyebabkan hormon tiroid, penderita
memerlukan penggantian hormon tiroid yang bertujuanmengatasi desfisiensi tiroid serta
mengecilkan ukuran nodul goiter.Pengobatan dengan penggunaan sehari-hari dari hormon sintesis
seperti levotiroksin (levothroid, syhintroid).Levotiroksin sintesis identik dengan tiroksi, versi
alamiah hormon tiroid ini dibuat oleh kelenjar tiroid.

Kadang tidak diperlukan pengobatan karena strumanya kecil dan asimtomatik.Bila kelenjar
tiroid sangat besar mungkin diperlukan tindakan pengangkatan, sebaiknya operasi ini di tunda
karena kelenjar tiroid tersebut dapat mengecil dengan sejalannya waktu.Pemberian tiroksin dapat
memepercepat hal tersebut.Disamping itu juga tiroksin dapat diberikan pada keadaan
hipotiroidisme.

Pada pasien usia tua, dosis yang dimulai dengan yang rendah dan ditingkatkan secara
bertahap. Aksi hormon sangat lambat pada tubuh, sehingga pengobatan diperlukan waktu
beberapa bulansambil melihat perkembangan gejalaatau ukuran goiter.Karena secara umum
gejala hipotiroid pada penyakit tiroid ini bersifat menetap, maka kadang dibutuhkan pengobatan
seumur hidup dengan dosisyang disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai keadaan individual pasien.

Dosis yang tidak adekuat akan mengakibatkan bertambah besarnya goiter, dan gejala
hipotiroid terus menerus. Kondisi ini dihubungkan juga dengan peningkatan kolestrol serum,
peningkatan resikoatherosklerosis dan penyakit jantung.Sedangkan apabila dosis berlebihan,
dapat menimbulkan gejala hipertiroid yang dapat mengakibatkan kerja jantung yang berlebihan
dan meningkatkan resiko osteoporosis.

Bila terjadi hipertiroidisme dapat diberikan obat anti-tiroid.Pemberian gulkokortikoiddapat


menyebabkan regresistruma dan mengurangititer antibodi.Tetapi mengingat efek samping dan
kenyataan bahwa aktivitas penyakitdapat kambuh kembali sesudah pengobatan dihentikan, maka
pemakaian obat golongan ini tidak dianjurkan pada keadaan biasa.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Data Biografi

a. Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan, penting untuk
mengetahui adanya faktor resiko terhadap timbulnya serangan.

b. Identitas penanggung jawab: nama, umur jenis, jenis kelamin, alamat, hubungan dengan
klien.
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Untuk mengutarakan masalah dan keluhan secara lengkap dianjurkan menggunakan analisa
simptoma PQRST.

- P : Provokatif atau variatif

Apakah yang menyebabkan gejala?Apa saja yang dapat mengurangi atau yang dapat
memperberatnya?

- Q: Quality atau kualitas

Bagaimana gejala dirasakan?

- R : Regional atau area radiasi

Dimana gejala terasa?Apakah menyebar?

- S : Skala nyeri

Seberapakah nyeri yang dirasakan dengan skala1-5?

- T : Time atau waktu

Kapan gejala mulai timbul?

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat dan pemeriksaan kesehatan berfokus pada kekambuhan gejala yang


berkaitan dengan percepatan metabolisme.Hal ini mencakup keluhan keluarga dan pasien
tentang kepekaan dan peningkatan reaksi emosional.Penting juga untuk menentukan
dampak dari perubahan ini yang telah dialami dalam interaksi pasien dengan kelaurga,
teman, dan rekan kerja.Riwayatnya meliputi stresor lain dan kemampuan pasien untuk
menghadapi stres.

Status nutrisi dan adanya gejala dikaji.Kekambuhan gejala berkaitan dengan output
sistem saraf berlebihan dan perubahan penglihatan dan penampilan mata.Oleh karena
kemungkinan adanya perubahan emosi yang berkaitan dengan hipertiroid, status emosi dan
psikologi pasien dievaluasi.Keluarga pasien mungkin memberikan informasi tentang
perubahan terakhir dalam status emosi pasien.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan
atau menjadi predisposisi keluhan sekarang.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Data riwayat keluarga dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan apakah ada


anggota pasien yang pernah menderita seperti yang dialami oleh pasien, atau penyakit
kronis maupun penyakit keturunan

3. Dasar Data Pengkajian

a. Aktifitas / istirahat

Gejala: insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan otot.

Tanda: atrofi otot.

b. Sirkulasi

Gejala: palpitasi, nyeri dada (angina).

Tanda:disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan tekanan darah dengan
tekanan nada yang berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).

c. Eliminasi

Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.

d. Integritas ego

Gejala: mengalami stres yang berat (emosional, fisik).

Tanda: emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.

e. Makanan dan cairan

Gejala: kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering kehausan, mual, muntah.

Tanda: pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.

f. Neurosensory

Tanda: bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung, disorientasi,
gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-
sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTP).

g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri orbital, fotofobia.

h. Pernapasan

Tanda: frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).

i. Keamanan

Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan saat pemeriksaan).

Tanda: suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit halus, hangat dan kemerahan

Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi
pada pretibial) yag menjadi sagat parah.

j. Seksualitas

Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

4. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan pada tingkat hipotalamus, hipofise, tiroid,
serum atau jaringan perifer.Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan
kadar T3 dan T4 serum dan T3 resin uptake. Pemeriksaan T3 resin uptake dilakukan untuk
menilai perubahan konsentrasi protein serum yang dapat merubah ikatan T3 dan T4, T4
merupakan hormon yang lebih poten Perubahan tiroxine-binding globulin (TBG) dan
prealbumin dapat merubah konsentrasi T4 bebas, dan sedikit merubah T3.

Peningkatan kadar T4 biasanya sesuai dengan keadaan klinis hipertiroid berat,


sedangkan pemeriksaan T3 lebih sensitif dalam menentukan hipertiroid ringan.
Radioimmunoassay TSH dan tes stimulasi dapat membantu membedakan hipertiroid primer
dan sekunder.Pemeriksaan nodul tiroid mungkin memerlukan biopsi jarum dan eksplorasi
bedah.

DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.


2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake nutrisi.

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan rasa nyeri berkurang.

Intervensi Rasional

- Kaji lokasi dan skala nyeri - Untuk mengetahui lokasi dan


berapaskala

- Untuk mengatasi rasa nyeri yang


- Ajarkan manajemen nyeri danteknik
dialami
napas dalam
- Untuk mengetahui kondisi pasien dan
- Pantau kondisi pasien tiap 2 jam
mencegah terjadinya komplikasi yang
tidak diinginkan

- Dapat membantu mengurangi rasa


nyeri
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan suhu klien menurun dengan kriteria
hasil 36,50C– 37,50C

Intervensi Rasional

- Berikan kompres panas pada ketiak - Dapat membantu proses penurunan


panas yang dialami pasien

- Karena kondisi tubuh yang lembab


- Anjurkan klien untuk menggunakan baju
memicu pertumbuhan jamur sehingga
yang dapat menyerap keringat
beresiko menimbulkan komplikasi
- Sebagai indikator untuk mengetahui
perkembangan hipertermi

- Membantu menuunkan suhu


tubuh pasien
- Monitoring

- Kolaborasi untuk pemberian obat

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake nutrisi.

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan berat badan kilienmenjadi normal,
tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, mukosa bibir lembap.

Intervensi Rasional

- Awasi pemasukan diet,berikan makan - Untuk menghindari mual dan


sedikit tapi sering muntah dan memenuhi keb.nutrisi
pasien

- Untuk menghilangkan rasa tidak enak


- Berikan perawatan mulut sebelum makan
- Untuk mencegah tersedak
- Anjurkan klien makan dalam posisi duduk
tegak

- Kolaburasi dengan tim gizi - Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, pengetahuan klien bertambah, serta klien mampu
mengetahui keadaannya sendiri.

Intervensi Rasional
- Berikan penjelasan mengenai status - Agar pasien mengetahui keadaannya
keadaan pasien sendiri

- Berikan pengetahuan tentang penyakit - Dapat membantu klien dan


tiroiditis tersebut menambah pengetahuan klien

DAFTAR PUSTAKA

http://www.odasunrisenurse.blogspot.com/2011/09/ashuan-keperawatan-tiroiditis.html

Di akses pada 16 November 2013.

Kumar, Vinay.(2009). Robbins & Cotran Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta: EGC.

Perpustkaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Mary, Baradero. (2009). Klien Gangguan

Endokrin. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-dejongEdisi 3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Tandra, Hans. (2011). Mencegah dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai