Anda di halaman 1dari 18

I.

KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN
Peradangan akut kelenjar tiroid dapat dikaitkan dengan supurasi yang
disebabkan oleh bakteria ( seperti stafilokokus, -streptokoksu dan
pneumokokus ), atau dapat bersifat non supuratif dan sekunder akibat virus atau
mekanisme imunologik. ( Mohlan, 1996 )
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid. ( Smeltzer, 2001 )

B. KLASIFIKASI
Tiroiditis diklasifikasikan
1. Tiroiditis akut
Merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
mikobakteri atau parasit pada kelenjar tiroid.
2. Tiroiditis subakut
Berupa tiroiditis granulomatosa subakut biasanya menyerang wanita
berusia 40 hingga 50 tahun ( syakima, 1993 )
3. Tiroiditis kronis ( Tiroiditis Hashimoto / limfositik kronnis )
Sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun

C. ANATOMI FISIOLOGI

Gbr. 1 Sumber : Miller-Keane Encyclopedia and Dictionary of Medicine, Nursing, and Allied Health, Seventh
Edition. 2003 by Saunders, an imprint of Elsevier, Inc. All rights reserved.

Kelenjar tiroid merupakan organ yang berbentuk seperti kupu kupu dan
terletak pada leher bagian bawah disebelah anterior trakea ( Gbr. 1 ).
Kelenjar ini terdiri dari dua lobus lateral yang dihubungkan oleh sebuah itsmus.
Kelenjar tiroid mempunyai panjang kurang lebih 5 cm serta lebar 3 cm dan berat
kurang lebih 30 gr. Aliran darah ke tiroid sangat tinggi yaitu 5ml / menit/ gram
tiroid, yaitu kurang lebih lima kali aliran darah ke hati. Keadaan ini menunjukkan
aktivitas metabolik kelenjar tiroid tinggi.

1
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga buah hormon yang berbeda yaitu : Tiroksin ( T4
), Triiodotironin ( T3 ) kedua hormon ini disebut dengan satu nama yaitu hormon
Tiroid dan Kalsitonin.
Fungsi utama hormon tiroid adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler.
Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses
metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh
peningkatan kadar enzim enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi
oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon lain.
Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi
perkembangan otak.
Kalsitonin atau trikalsitonin merupakan hormon penting lainnya yang
disekresikan oleh kelenjar tiroid. Sekresi kalsitonin ini dikendalikan oleh TSH.
Hormon ini disekresikan oleh kelenjar tiroid sebagai respon terhadap kadar
kalsium plasma yang tinggi, dan kalsitonin akan menurunkan kadar kalsium
plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan kalsium dalam tulang.
( smeltser, 2001 )

D. ETIOLOGI

Etiologi tiroiditis antara lain :


1. Akut
Infeksi bakteri, jamur, mikobakteri atau parasit pada kelenjar tiroid.
2. Sub akut
Tiroiditis tanpa nyeri disebabkan karena otoimun
3. Kronis atau penyakit hashimoto
Imunitas dan genetik

E. PATOFISIOLOGI

2
F. EPIDEMIOLOGI

Tiroiditis yang banyak ditemukan adalah tiroiditis kronis yang biasa disebut
penyakit hashimoto. Banyak menyerang wanita dibandingkan pria.
Kemungkinan besar bersifat familial. ( Mohlan, 1996 )

G. TANDA DAN GEJALA


Etiologi tiroiditis antara lain :
1. Akut
Rasa nyeri, pembengkakan pada leher bagian anterior, panas, disfagia, dan
disfonia. Faringitis atau gejala sekitar leher sering ditemukan.
2. Sub akut
Tiroiditis granulomatosa sub akut ditemukan pembengkakan leher bagian
anterior, dan berlangsung selama 1 atau 2 bulan dan kemudian menghilang
tanpa gejala sisa. Tiroiditis ini sering terjadi setelah infeksi espiratorius.
Kelenjar tiroid membesar secara simetris dan kadang kadang terasa nyeri.
Kulit diatasnya sering tampak kemerahan dan terasa hangat. Pasien merasa
sulit menelan dan mengalami gangguan rasa nyaman. Iritabilitas,
kegelisahan, insomnia, dan penurunan berat badan yang semuanya

3
merupakan manifestasi hipertiroidisme sering dijumpai, dan banyak pasien
merasakan gejala demam serta menggigil.
Tiroiditis tanpa nyeri ( tiroiditis limfositik subakut )
Dijumpai pada periode pasca partus, gejala hipertiroidisme atau
hipotiroidisme biasanya muncul.
3. Kronis atau penyakit hashimoto
Tidak disertai nyeri, gejala penekanan, ataupun rasa panas, aktivitas kelenjar
tiroid biasanya normal atau rendah bukan meningkat.
(Smeltzer, 2001 )

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSA
Pemeriksaan laboraturium sebaiknya menyertakan pemeriksaan tiroksin ( T4 ),
Triiodotironin ( T3 ), TSH, antitiroglobulin, dan antibodi antimikrosomal. Hasil
pemeriksaan fungsi tiroid bisa normal.
Pemeriksaan menunjukkan rasa hangat, eritema, dan nyeri tekan pada kelenjar
tiroid, pemeriksaan tindak lanjut dilakukan setahun sekali untuk menentukan
apakah pasien memerlukan terapi untuk mengatasi hipotiroidisme yang timbul
kemudian. Pada tiroiditis limfositik kronis Gambar histologi kelenjar tiroid
menunjukkan tanda inflamasi. ( Smeltzer, 2001 )

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi tiroiditis akut mencakup pemberian preparat antibiotik dan penggantian
cairan. Tindakan insisi dan drainase diperlukan bila terdapat abses. Tiroiditis sub
akut tujuan terapi adalah mengendalikan inflamasi. Secara umum preparat
antiinflamasi non steroid ( NSAID ) digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada
leher. Penggunaan asam salisilat ( aspirin ) perlu dihindari bila gejala
hipertiroidisme muncul, karena aspirin akan mengusir hormon tiroid dari tempat
pengikatannya hingga meningkatkan jumlah hormon tersebut dalam darah.
Preparat penyekat beta digunakan untuk mengendalikan gejala hipertiroidisme.
Preparat antitiroid yang akan menyekat sintesis T3 dan T4 tidak efektif untuk
mengobati tiroiditis karena tiroksikosis, yang menyertai keadaan ini, terjadi
karena pelepasan hormon tiroid yang tersimpan dan bukan akibat peningkatan
sintesisnya. Pada kasus yang lebih berat , preparat kortikosteroid oral kadang
diberikan untuk meredakan nyeri dan mengurangi pembengkakan
Tujuan terapi pada tiroiditis kronis adalah mengurangi ukuran kelenjar tiroid dan
mencegah hipotiroidisme. Terapi hormon tiroid diberikan untuk mengurangi
aktivitas kelenjar tiroid dan produksi tiroglobulin. Tindakan bedah dilakukan jika
gejala penekanan masih ada. ( Smeltzer, 2001 )

4
II. KONSEP DASAR KEPEERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian fisik, pendekatan Review of System ( ROS )
1. Keadaan umum dan tanda vital
Observasi tanda vital meliputi nadi, suhu, pernapasan, tekanan darah
2. Sistem pernafasan ( B1 BREATH )
Dikaji keluhan sesak napas, batuk, nyeri, keteraturan irama napas, jenis
pernapasan, penggunaan alat bantu pernapasan ( oksigen ).
3. Sistem kardiovasculer ( B2 BLOOD )
Dikaji adanya keluhan nyeri dada, suara jantung ( S1/S2, irama, bunyi
jantung bawaan ) pengukuran capilary refill time.
4. Sistem Persarafan ( B3 BRAIN )
Dikaji jumlah GCS, reflek fisiologis dan patologis, istirahat / tidur
Sistem pengibndraan :
Mata : dikaji pupil isokor/ anisokor, sklera ikterik/ tidak, konjungtiva anemis /
tidak
Pendengaran : dikaji apakah ada gangguan pendengaran / tidak
Penciuman : dikaji bentuk, apakah ada gangguan penghidu
5. Sistem perkemihan ( B4 BLADDER )
Dikaji kebersihan, jumlah, warnq, bau, penggunaan katheter, kandung kemih
membesar/ tidak, adanya nyeri tekan / tidak, ada gangguan dalam
berkemih.
6. Sistem pencernaan ( B5 BOWEL )
Dikaji tentang adanya nafsu makan, frekwensi, porsi, jumlah, jenis, dikaji
juga mulut dan tenggorokan. Pada abdomen dikaji ketegangan, nyeri tekan,
lokasi kembung, asites, peristaltik usus, pembesarah hati, lien, konsistensi
BAB, frekwensi, bau dan warna.
7. Sistem muskuloskeletal ( B6 BONE )
Dikaji kemampuan bergerak sendi, kekuatan otot, warna kulit, turgor, dan
edema
8. Sistem endokrin
Dikaji kelenjar tiroid, hiperglikemi, hipoglikemi, luka ganggren.
9. Personal hygiene
Frekwensi mandi, keramas, ganti pakaian, sikat gigi, memotong kuku
10. Pengkajian psiko sosio spiritual
11. Data penunjang
12. Terapi
( nursalam, 2009 )

5
B. RENCANA KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TIROIDITIS

6
NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

1 Nyeri akut b/d agen injury NOC : Pain Management


Lakukan pengkajian nyeri
Pain Level,
secara komprehensif
Pain control,
Definisi : termasuk lokasi,
Comfort level
karakteristik, durasi,
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil :
frekuensi, kualitas dan faktor
- Laporan secara verbal Mampu presipitasi
atau non verbal mengontrol Observasi reaksi nonverbal
- Fakta dari observasi nyeri (tahu dari ketidaknyamanan
- Perubahan dalam penyebab Gunakan teknik komunikasi
nafsu makan dan nyeri, terapeutik untuk mengetahui
minum mampu pengalaman nyeri pasien
menggunaka Kaji kultur yang
n tehnik mempengaruhi respon nyeri
Faktor yang berhubungan :
nonfarmakol Evaluasi pengalaman nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, ogi untuk masa lampau
fisik, psikologis) mengurangi Evaluasi bersama pasien
nyeri, dan tim kesehatan lain
mencari tentang ketidakefektifan
bantuan) kontrol nyeri masa lampau
Melaporkan Bantu pasien dan keluarga
bahwa nyeri untuk mencari dan
berkurang menemukan dukungan
dengan Kontrol lingkungan yang
menggunaka dapat mempengaruhi nyeri
n seperti suhu ruangan,
manajemen pencahayaan dan
nyeri kebisingan

7
Mampu Kurangi faktor presipitasi
mengenali nyeri
nyeri (skala, Pilih dan lakukan
intensitas, penanganan nyeri
frekuensi (farmakologi, non
dan tanda farmakologi dan inter
nyeri) personal)
Menyatakan Kaji tipe dan sumber nyeri
rasa nyaman untuk menentukan intervensi
setelah nyeri Ajarkan tentang teknik non
berkurang farmakologi
Tanda vital Berikan analgetik untuk
dalam mengurangi nyeri
rentang Evaluasi keefektifan kontrol
normal nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration

Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika

8
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : Nutrition Management
kurang dari kebutuhan
Nutritional Kaji adanya alergi makanan
tubuh b/d mual
Status : food Kolaborasi dengan ahli gizi
and Fluid untuk menentukan jumlah
Batasan karakteristik : Intake kalori dan nutrisi yang
Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien.
- Dilaporkan adanya
Anjurkan pasien untuk
intake makanan yang Adanya
meningkatkan protein dan
kurang dari RDA peningkatan
vitamin C
(Recomended Daily berat badan
Yakinkan diet yang dimakan
Allowance) sesuai dengan
mengandung tinggi serat
- Membran mukosa tujuan
untuk mencegah konstipasi
dan konjungtiva pucat Berat badan
Berikan makanan yang
- Kelemahan otot ideal sesuai
terpilih ( sudah
yang digunakan untuk dengan tinggi
dikonsultasikan dengan ahli

9
menelan/mengunyah badan gizi)
- Mudah merasa Mampu Ajarkan pasien bagaimana
kenyang, sesaat setelah mengidentifika membuat catatan makanan
mengunyah makanan si kebutuhan harian.
- Dilaporkan atau nutrisi Monitor jumlah nutrisi dan
fakta adanya Tidak ada kandungan kalori
kekurangan makanan tanda tanda Berikan informasi tentang
- Keengganan untuk malnutrisi kebutuhan nutrisi
makan Tidak terjadi Kaji kemampuan pasien
penurunan untuk mendapatkan nutrisi
berat badan yang dibutuhkan
yang berarti

Nutrition Monitoring

BB pasien dalam batas


normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pucat, kemerahan,

10
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.

3 Hipertermi b/d proses NOC : NIC :


penyakit Thermoregulation Fever treatment

Batasan Karakteristik:
Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering
Suhu tubuh mungkin
kenaikan suhu tubuh Monitor IWL
dalam
diatas rentang normal Monitor warna dan suhu kulit
rentang
kulit kemerahan Monitor tekanan darah, nadi
normal
pertambahan RR dan RR
Nadi dan RR
takikardi Monitor penurunan tingkat
dalam
saat disentuh tangan kesadaran
rentang Monitor WBC, Hb, dan Hct
terasa hangat
normal Monitor intake dan output

11
Tidak ada Berikan anti piretik
perubahan Berikan pengobatan untuk
Faktor faktor yang
warna kulit mengatasi penyebab demam
berhubungan :
Selimuti pasien
dan tidak ada
- penyakit/ trauma Lakukan tapid sponge
pusing,
- peningkatan Berikan cairan intravena
merasa
metabolisme Kompres pasien pada lipat
nyaman
- aktivitas yang paha dan aksila
berlebih Tingkatkan sirkulasi udara
- pengaruh Berikan pengobatan untuk
medikasi/anastesi mencegah terjadinya
- ketidakmampuan/p menggigil
enurunan
kemampuan untuk Temperature regulation
berkeringat Monitor suhu minimal tiap 2
- terpapar jam
dilingkungan panas Rencanakan monitoring
- dehidrasi suhu secara kontinyu
- pakaian yang tidak Monitor TD, nadi, dan RR
tepat Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan

12
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,

13
bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

III. SATUAN ACARA PENYULUHAN

14
Pokok Bahasan : PERAWATAN PASIEN DENGAN TIROIDITIS

Sub Pokok : MENGENAL PENYAKIT TIROIDITIS


bahasan

Sasaran : Penderita Tiroiditis

Waktu : 45 menit

Hari / tanggal :

Tempat : Ruang perawatan

Fasilitator : Lucia Cornelia Retno Widowati

Peserta : 1. Jumlah 2 orang

2. Umur antara 30 sampai 34 tahun

3. Pendidikan sarjana

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah pembelajaran sasaran mengetahui penyakit tiroiditis.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

a. Sasaran mempunyai pengetahuan mengenai penyakit tiroiditis


b. Sasaran mampu memberikan obat sesuai dengan program dokter

c. Sasaran mampu mendemonstrasikan teknik distraksi nyeri

Materi Pembelajaran
1. Patofisiologi sederhana tiroiditis
2. Tehnik memberikan obat, dosis obat dan kasiat obat.
3. Demonstrasi distraksi nyeri

15
Kegiatan

No. KEGIATAN WAKTU METODE Kegiatan Pembelajaran

1. Pembukaan 5 menit Ceramah Menyampaikan salam


Mengutarakan tujuan

2. Isi 10 menit Ceramah 1. Patofisiologi sederhana


tiroiditis
Tanya Jawab
2. Tehnik memberikan obat,
dosis obat dan kasiat obat.
3. Demonstrasi cara distraksi
20 menit Demonstrasi
nyeri

3. Penutup 10 menit Diskusi 1. Kesimpulan

2. Evaluasi

3. Salam penutup

Media

a. Poster
b. Alat alat demonstrasi ( tape recorder )

IV. ETIK, LEGAL DAN ADVOCASI


A. Otonomi

Perawat mendampingi, memberikan support kepada pasien dan memberikan


dukungan setiap keputusan yang diambil.

16
B. Non maleficience
Memberikan tindakan yang tidak membahayakan pasien.
C. Beneficience
Memberikan asuhan keperawatan yang terbaik dan secara optimal
D. Justice
Tidak membeda bedakan dalam memberikan asuhan keperawatan.
E. Legal
Perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standart operasional
prosedur, dan setiap tindakan harus didahului dengan inform concean.
F. Advocasi
Perawat memfasilitasi orang tua untuk mendapatkan informasi yang berhubungan
dengan kondisi pasien dan perkembangan penyakit pasien serta perencanaan
selanjutnya.

V. JURNAL
[Diffuse sclerosing papillary carcinoma mimicking chronic lymphocytic
thyroiditis. A unusual neoplasm variant].
[Article in Spanish]
Pino Rivero V, Pardo Romero G, Gonzlez Palomino A, Pantoja Hernndez CG,
Trinidad Ramos G, Marcos Garca M, Blasco Huelva A.
A. Source
Facultativo Especialista de Otorrinolaringologa, Complejo Hospitalario Infanta Cristina,
Badajoz. vicentepinorivero@terra.com
B. Abstract
We report the clinical case of a 39 years old female diagnosed as a chronic lymphocytic
tiroiditis by F.N.A.B. with multinodular goiter of long evolution. The patient was operated
by total thyroidectomy and her final anatomopathologic result was papillary carcinoma
diffuse sclerosing variant. During the surgical act several cervical nodes were detected
and removed being informed the most of them as metastasic. A review of the literature at
respect of this malignant neoplasm is performed.
PMID:
16910389

VI. DAFTAR PUSTAKA


Nursalam 2009, proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik,
salemba medika, Jakarta
Smeltzer. 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, Edisi
8, Vol 3, EGC, Jakarta.

17
Mohlan 1996, Major diagnosa fisik = ( Majors physical diagnosis ), EGC, Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai