Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kelenjar hipofisis jarang ditemukan dan dapat ditandai dengan
kegagalan hipofisis selektif atau total (panhipopituitarisme), gangguan
penglihatan, terdapat kelebihan selektif hormon yang terkait hipofisis (tumor)
dan hiperprolaktinemia (akibat lesi yang luas). Penyakit hipofisis termasuk
gigantisme, akromegali dan diabetes insipidus. (Davey. 2002). Akromegali
merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh pertumbuhan tulang
ekstremitas, muka, rahang, dan jaringan lunak secara berlebihan sesudah
terjadi penutupan lempeng epifisis (Sudiono. 2007)..
Akromegali berasal dari istilah Yunani yaituakron (ekstremitas) dan
megale (besar), yang didasarkan atas salah satu temuan klinis akromegali,
yaitu pembesaran tangan dan kaki. Sebagian besar (98%) kasus akromegali
disebabkan oleh tumor hipofisis. Gejala klinis yang dijumpai pada pasien
akromegali disebabkan oleh massa tumor dan hipersekresi hormon
pertumbuhan (growth hormone) yang terjadi setelah lempeng pertumbuhan
tulang menutup.l-4 Seiring dengan kemajuan dalam bidang pencitraan dan
waluasi hormonal, makin banyak pasien Akromegali ditemukan dan
mendapatkan tata laksana di Indonesia. Pada tulisan ini akan dibahas
mengenai akromegali ditinjau dari aspek patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, serta tatalaksana.
Apabila kelebihan GH terjadi setelah dewasa, dimana lempeng
efisisnya sudah menutup maka yang terjadi adalah akromegali. Penyakit ini
jarang sekali. Insiden pasien baru adalah 3 – 4 / 1 juta penduduk / tahun. Usia
rata-rata pada saat ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40 – 45 tahun.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu
rata-rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun.
Gambaran klinis akromegali / gigantisme  dapat berupa akibat kelebihan GH /
IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Akromegali?
2. Apa etiologi dari Akromegali?
3. Bagiamana patofisiologi Akromegali?
4. Apa saja tanda dan gejala Akromegali?
5. Bagaimana penatalaksanaan Akromegali?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan Akromegali?
7. Apa pemeriksaan penunjang untuk penderita Akromegali?

C. Tujuan umum
Secara umum, makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sistem Endokrin.

D. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dari kelainan Akromegali.
2. Mengetahui etiologi dari Akromegali.
3. Mengetahui tanda dan gejala dari Akromegali.
4. Mengetahui patofisiologi dari kelainan Akromegali.
5. Mengetahui  penatalaksanaan terhadap pasien kelainan Akromegali.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien Akromegali
7. Memahami berbagai macam pemeriksaan penunjang pada penderita
kelainan Akromegali.

E. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan pengetahuan tentang gangguan pada hormonal khususnya
akromegali.Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis,sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang akromegali;
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang gangguan menstruasi baik
secara teoritis maupun secara praktik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Hipofisis


Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Hipofisis Kelenjar Hipofisis terdapat di
sela tursika bertulang yang berada di bawah lapisan dura mater. Kelenjar ini
terbagi menajdi tiga lobus, yaitu lobus anterior, lobus inferior, dan lobus
intermediat. Namun, lobus intermediat ini rudimenter (tidak berkembang)
pada manusia (Karch, 2010).

1. Lobus Anterior (Adenohipofisis)


Hormon yang menstimulasi dan menghambat hipofisis mengalir
dalam sistem porta pembuluh darah dari hypothalamus mengendalikan
hormon yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Enam
hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior termasuk empat hormon
yang merangsang struktur endokrin lain (hormon tropik), yaitu:
a. Hormon Adenokortikotropik (ACTH)
b. Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
c. Gonadotropine Hormone, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH)
dan Lutienizing Hormone (LH)
Dan dua hormon sisanya bekerja pada jaringan lain, yaitu:
a. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)
b. Prolaktin
2. Lobus Posterior (Neurohipofisis)
Lobus posterior tidak menghasilkan hormon, tetapi menyimpan dan
menyekresi dua hormon, yaitu Antidiuretic Hormone dan Oksitosin.
Kedua hormon tersebut dihasilkan di hipothalamusn dan mengalir dalam
serabut tangkai ke hipofisis posterior. Pelepasan hormon tersebut dari
hypothalamus dikendalikan oleh saraf dari hypothalamus (Brooker, 2008)

B. Pengertian
Akromegali berasal dari bahasa Yunani, akros yang berarti ekstremitas,
dan megas, yang berarti besar. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang
ditandai oleh pertumbuhan tulang ekstremitas, muka, rahang, dan jaringan
lunak secara berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat hipersekresi
hormone pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi penutupan lempeng
epifiseal (Sudiono, 2007).

C. Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan
oleh tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus
yang mengarah pada pelepasan hormon berlebihan (Price, 2005), Namun
menurut Saputra, Lyndon, 2014 penyebab lainnya :
1. Adenoma hormon yang mensekresikan prolaktin
2. Tumor yang mensekresikan growth hormone (GH)
3. Sindrom Cushing yang disebabkan oleh disfungsi hipofise
4. Adenoma yang menskresikan LH,FSH atau TSH
Penyebab yang sering ditemukan antara lain :
1. Adenoma hormon yang mensekresikan prolaktin
2. Tumor yang mensekresikan growth hormone (GH)
D. Patofisiologi
Menurut Saputra, Lyndon, 2014 perjalanan penyakit Akromegali yaitu
antara lain :
1. Sekresi GH yang berlebihan terjadi sesudah penutupan epifise
2. Sekresi GH yang berlebihan menyebabkan perumbuhan kartilago,
tulang dan jaringan lunak yang berlebihan; dan melebarkan kelenjr
keringat, kelenjar sebasea dan gonad.
3. Hipermetabolisme yang diinduksi oleh GH menyebabkan
perubahan hormon.
Pada akromegali, sekresi GH naik dan kontrol dinamis sekresi menjadi
abnormal. Sekresi tetap episodik, namun jumlah, durasi, dan amplitudo
episode sekresi meningkat. Sekresi terjadi secara acak dalam periode 24 jam.
Pelepasan karakteristik saat nokturnal juga tidak ditemukan, dan terjadi
respon abnormal terhadap supresi dan stimulasi. Supresibilitas glukosa
hilang, dan stimulasi GH akibat hipoglikemia tidak ditemukan.
Efek dari hipersekresi GH kronik diakibatkan oleh stimulasi IGF-I
dalam jumlah berlebihan dan level plasma dari IGF-I meningkat dalam
akromegali. Efek promosi pertumbuhan yang ditimbulkan IGF-I (Sintesis
DNA, RNA, dan protein) menyebabkan munculnya gejala karakteristik
seperti proliferasi tulang, kartilagom dan jaringan lunak serta peningkatan
ukuran organ lain. Resistesi insulin dan intoleransi karbohidrat yang muncul
pada akromegali dikarenakan efek langsung dari GH.

E. Manifestasi Klinis
Menurut Saputra, Lyndon, 2014 adapun tanda dan gejala antara lain :
1. Gambaran wajah yang kasar
2. Lidah yang membesar
3. Rahang yang menonjol
4. Kelainan skeletal

Tanda dan gejala yang lain pada penderita Akromegali adalah


proliferasi jaringan lunak, disertai pembesaran tangan dan kaki serta
peningkatan berketingat, intoleransi panas, kulit berminyak, cepat lelah, dan
kenaikan berat badan.
Ditemukan manifestasi klasik berupa perubahan akral dan jaringan
lunak. Perubahan tulang dan kartilago mempengaruhi muka dan tengkorak
paling berat. Perubahan berupa penebalan calvarium, pertambahan ukuran
sinus frontal, pembesaran hidung, dan pembesaran mandibula ke bawah dan
ke depan yang menimbulkan prognatisme dan gigi yang terpisah jauh. Tangan
dan kaki terpengaruh oleh pertumbuhan jaringan lunak, sehingga mereka
menjadi besar, tebal. Jabat tangan yang terasa berkeringat dan tebal
memberikan gambaran diagnosis, dan terjadi pertambahan ukuran cincin,
sarung tangan, dan sepatu.

Anda mungkin juga menyukai