Anda di halaman 1dari 4

Definisi hipopituitary

2.1 Pengertian
Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar) Hipopitutarisme is pituitary insuffisienency from destruction of the anterior lobe of the pituitary gland. (Diane C. Baughman) Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah. (Elizabeth C Erorwin) Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C. Long) Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macam macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain lain (Kapita Selekta Edisi:2)

2.2 Etiologi
a. Tumor Otak Kebanyakan kasus hypopituitarism disebabkan adenomas hipofisis menekan jaringan normal di kelenjar, dan jarang lainnya tumor otak luar kelenjar- craniopharyngioma , meningioma , Chordoma , ependymoma , glioma atau metastasis dari kanker di tempat lain di tubuh.

b. Infeksi, peradangan dan infiltrasi otak Pituitary juga dapat dipengaruhi oleh infeksi pada otak ( abses otak , meningitis , ensefalitis ) atau kelenjar itu sendiri, atau mungkin disusupi oleh sel-sel yang abnormal ( neurosarcoidosis , histiocytosis ) atau besi yang berlebihan ( hemochromatosis ). sindrom sella Kosong tidak dapat dijelaskan hilangnya jaringan hipofisis, mungkin karena tekanan luar. hypophysitis autoimun atau limfositik terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara langsung menyerang hipofisis. c. Vascular Sebagai kehamilan datang ke istilah , kelenjar pituitari wanita hamil rentan terhadap tekanan darah rendah , seperti dapat mengakibatkan bentuk perdarahan , kerusakan hipofisis akibat pendarahan setelah melahirkan disebut sindrom Sheehan . hipofisis pitam adalah

perdarahan atau infark (kehilangan suplai darah) dari hipofisis. Bentuk lain dari stroke semakin diakui sebagai penyebab hypopituitarism.

d. Cedera Fisik Penyebab fisik eksternal untuk hypopituitarism termasuk cedera otak traumatis , perdarahan subarachnoid , bedah saraf , dan radiasi pengion (misalnya terapi radiasi untuk tumor otak sebelumnya). e. Bawaan / Keturunan Bawaan hypopituitarism (hadir sejak lahir) mungkin hasil komplikasi persalinan sekitar, atau mungkin hasil pembangunan tidak cukup ( hipoplasia ) dari kelenjar, kadangkadang dalam konteks kelainan genetik tertentu. Mutasi dapat menyebabkan salah

perkembangan cukup kelenjar atau penurunan fungsi. Kallmann sindrom menyebabkan kekurangan gonadotropin saja. Bardet-Biedl dan sindrom Prader-Willi telah dikaitkan dengan kekurangan hormon hipofisis.

Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. primer bila gangguan terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipotalamus. a. Primer: Pembedahan, radiasi, tumor (primer atau metastasis), infeksi, infiltrasi (sarkoidosis), hemokromatosis, autoimun, iskemia (termasuk sindrom Sheehan), aneurisma karotis, trombosis sinus kavemosus, trauma. b. Sekunder (disfungsi hipotalamus atau gangguan pada tangkai hipotalamus): Tumor (termasuk kraniofaringioma), infeksi, infiltrasi, radiasi, pembedahan, dan trauma. Akibat dari hipopitutarisme adalah penurunan berat badan yang ekstrim, pelisutan tubuh, atrofi semua kelenjar serta organ endokrin, kerontokan rambut, impotensi, amenore, hipometabolisme, dan hipoglikemia. Koma dan kematian akan terjadi jika tidak dilakukan terapi hormon pengganti.

2.3 Tanda dan Gejala


1. Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda tanda tekanan intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.

2.

Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).

3.

Hiperprolaktinemia: amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.

4.

Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetes mellitus, osteoporosis.

5. Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak anak. 6. Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria, amenore pada wanita. 7. Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidism. 8. Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal. 9. Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia, dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorik. Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun. 2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika a. Foto polos kepala

b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional) c. Pneumoensefalografi

d. CT Scan e. Angiografi serebral

3. Pemeriksaan Lapang Pandang a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan

b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik 4. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron

b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH

c.

Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.

G. Komplikasi 1. Gangguan hipotalamus. 2. Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal primer. 3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik. 4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik. 5. Syndrom parkinson

Anda mungkin juga menyukai