Anda di halaman 1dari 4

1.

tinjauan umum
Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan sebagian atau seluruh
selaput peritoneum parietale ataupun viserale pada rongga abdomen4,5,6. Peritonitis seringkali
disebabkan dari infeksi yang berasal dari organ-organ di cavum abdomen. Penyebab tersering
adalah perforasi dari organ lambung, colon, kandung empedu atau apendiks. Infeksi dapat juga
menyebar dari organ lain yang menjalar melalui darah

Prinsip umum dalam menangani infeksi intraabdominal ada 4, antara lain:


(1) kontrol infeksi yang terjadi
(2) membersihkan bakteri dan racun
(3) memperbaiki fungsi organ, dan
(4)mengontrol proses inflamasi.

2. Tatalaksana Terapi Farmakologi

Antibiotika berspektrum luas diberikan secara empirik dan kemudian diubah


jenisnya setelah hasil pembiakan laboratorik keluar. Pilihan antibiotika didasarkan
pada organisme mana yang dicurigai menjadi penyebab.
Pemilihan antibiotik sebaiknya spektrum luas untuk gram positif dan gram negatif
yang juga aktif untuk bakteri aerob dan anaerob pada saluran pencernaan.

Peritonitis umumnya menggunakan antibiotik:


a. Sefalosporin
Penjelasan :
Bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim
autolisis pada dinding sel bakteri.
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik
Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding
sel.Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Antibiotik sefalosporin terbagi menjadi 3 generasi :
Generasi 1. cephalothin dan cephaloridine yang sudah tidak banyak digunakan. Sefalosporin
generasi pertama yang dapat diberikan secara oral adalah sefaleksin, sefradin, dan sefadroksil
Generasi 2. antara lain: cefuroxime, cefaclor, cefadroxil, cefoxitin, dll. digunakan secara luas
untuk mengatasi infeksi berat dan beberapa di antaranya memiliki aktivitas melawan bakteri
anaerob.
Generasi 3 dari sefalosporin di antaranya : ceftazidime, cefotetan, latamoxef, cefotetan, dll.)
mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri gram negatif-basil

Contoh :
Sefadroksil
Dosis :
berat badan lebih dari 40 kg: 0,5-1 g dua kali sehari. Infeksi jaringan lunak, kulit, dan saluran
kemih tanpa komplikasi: 1 g/hari. ANAK kurang dari 1 tahun: 25 mg/kg bb/hari dalam dosis
terbagi. ANAK 1-6 tahun: 250 mg dua kali sehari. ANAK lebih dari 6 tahun: 500 mg dua kali
sehari.
Sefaleksin
Dosis :
250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 8-12 jam. Dapat dinaikkan sampai 1-1,5 g tiap 6-8 jam untuk
infeksi berat.ANAK: 25 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. Dapat dinaikkan dua kali lipat untuk
infeksi berat (maksimum 100 mg/kg bb/hari). Di bawah 1 tahun: 125 mg tiap 12 jam. 1 sampai 5
tahun, 125 mg tiap 8 jam; 6 sampai 12 tahun, 250 mg tiap 8 jam.Profilaksis infeksi saluran kemih
berulang, Dewasa, 125 mg pada malam hari

b. -laktam+anti-laktamase
c. Carbapenem
Penjelasan :
Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang digunakan untuk
perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki kemampuan antibakterial yang sangat
baik untuk melawan bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus,
dan bacteroides. Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim
tertentu untuk melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam tubuh
Contoh :
Imipenem
Dosis :
injeksi intramuskuler: Infeksi ringan dan sedang 500-750 mg tiap 12 jam. Uretritis dan servisitis
gonokokus, 500 mg dosis tunggal.
Injeksi intravena: 1-2 gram per hari (dalam 3-4 kali pemberian). Untuk kuman yang kurang
sensitif, 50 mg/kg bb/hari (maksimum 4 g/hari). ANAK di atas 3 bulan, 60 mg/kgbb (maksimum
2 g/hari) dibagi dalam 3-4 dosis

Ketiga jenis obat diatas Bisa juga dikombinasi Aminoglikosida.

Untuk kasus ringan dan sedang regiment yang direkomendasikan : Ampisilin-Sulbaktam


atau Tikarsilin-Klavulanat

Peritonitis yang diakibatkan oleh sirosis ascites, direkomendasikan Sefotaxim, jika


dicurigai adanya bakteri anaerob maka ditambahkan Clyndamisin atau Metronidazol.
Alternatif lain : Vancomisin, gol sefalosporin lainnya, atau kombinasi antara
Aminoglikosida dengan antipseudomonal penisilin.

Peritonitis yang diakibatkan oleh peritoneal dialisis, direkomendasikan Sefalotin atau


Sefazolin.
Alternatifnya gol Aminoglikosida atau Quinolon.

Peritonitis sekunder direkomendasikan golongan Sefalosporin generasi pertama atau


golongan Penisilin+ anti-laktamase atau Cyprofloksasin+Metronidazole.

Jika terjadi sepsis :


tatalaksana terapinya sama dengan peritonitis akibat sirosis ascites.
Rekomendasi berupa Sefotaxim, jika dicurigai adanya bakteri anaerob maka ditambahkan
Clyndamisin atau Metronidazol. Alternatif lain : Vancomisin, gol sefalosporin lainnya, atau
kombinasi antara Aminoglikosida contohnya gentamicin amikacin dan neomycin dan dengan
antipseudomonal penisilin.

Contoh : Sefotaksim
Dosis :
pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus:1 g tiap 12 jam, dapat ditingkatkan sampai
12 g per hari dalam 3-4 kali pemberian. (Dosis di atas 6 g/hari diperlukan untuk infeksi
pseudomonas). NEONATUS: 50 mg/kg bb/hari dalam 2-4 kali pemberian. Pada infeksi berat,
dapat ditingkatkan 150-200 mg/kg bb/hari. ANAK: 100-150 mg/kg bb/hari dalam 2-4 kali
pemberian. (pada infeksi berat dapat ditingkatkan menjadi 200 mg/kg bb/hari). Gonore: 1 g
dosis tunggal.

3. Pengobatan pada populasi khusus

a. pediatric & geriatric adjustment dose sesuai kondisi pasien (BB, Riwayat penyakit, dll)
b. ibu menyusui sefotaksim, sefadroksil, sefaleksin dan imipenem (aman dijadikan terapi
karena tidak ada kontraindikasi terhadap ibu menyusui.)
c. ibu hamil sefotaksim, sefadroksil, sefaleksin dapat dijadikan terapi ibu hamil karena
kategori keamanannya B.

Anda mungkin juga menyukai