Serbuk injeksi
Komposisi:
Tiap vial mengandung:
Cefuroxime sodium setara dengan cefuroxime 750 mg
Farmakologi:
Cefuroxime merupakan antibiotik golongan cephalosporin bersifat bakterisidal yang resisten terhadap sebagian
besar enzim β-lactamase dan aktif terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Cefuroxime diindikasikan
untuk pengobatan infeksi, sebelum bakteri yang menginfeksi terindentifikasi atau bila disebabkan oleh bakteri
yang sensitif. Selain itu, cefuroxime merupakan suatu profilaksis yang efektif untuk infeksi pascaoperasi pada
berbagai jenis operasi. Umumnya efektif bila diberikan dalam bentuk tunggal, atau bila sesuai dapat digunakan
secara kombinasi dengan antibiotika aminoglycoside atau dilanjutkan dengan metronidazole (oral, injeksi atau
supositoria), terutama untuk profilaksis pada operasi usus.
Bakteriologi:
Cefuroxime merupakan suatu antibakteri efektif yang memiliki aktivitas bakterisidal terhadap sebagian besar
bakteri patogen, termasuk strain yang menghasilkan β-lactamase. Cefuroxime memiliki stabilitas yang baik
terhadap β-lactamase, dan oleh karena itu aktif melawan strain yang resisten terhadap ampicillin atau
amoxicillin. Efek bakterisidal cefuroxime dihasilkan dengan menghambat sintesis dinding sel melalui pengikatan
protein target yang esensial.
Indikasi:
• Infeksi saluran pernapasan bagian bawah: bronkitis akut dan kronik, bronkiektasis yang terinfeksi,
pneumonia bakterial, abses paru dan infeksi dada pascaoperasi.
• Infeksi saluran kemih: pielonefritis akut dan kronik, sistitis dan bakteriuria asimtomatik.
• Infeksi jaringan lunak: selulitis, erisipelas, peritonitis dan infeksi luka.
• Infeksi tulang dan sendi: osteomielitis dan artritis septik.
• Infeksi obstetri dan ginekologi: penyakit radang pelvis.
• Gonore: terutama bila penicillin tidak cocok.
• Infeksi lain termasuk septikemia dan meningitis.
• Profilaksis terhadap infeksi pada operasi abdominal, pelvis, ortopedi, jantung, paru-paru, esofagus dan
pembuluh darah di mana risiko terhadap infeksi meningkat. Pemberian obat untuk profilaksis sebaiknya
dihentikan dalam waktu 24 jam, tetapi untuk operasi jantung terbuka, terapi dengan injeksi cefuroxime
dianjurkan untuk dilanjutkan setidaknya selama 48 jam setelah prosedur operasi selesai.
Kontraindikasi:
Untuk infeksi yang berat, dosis dapat ditingkatkan menjadi 1,5 gram, tiga kali sehari secara injeksi intravena.
Pemberian injeksi intramuskular atau intravena dapat ditingkatkan menjadi setiap 6 jam sekali dan total dosis
yang dapat diberikan hingga 3-6 gram sehari.
Rekomendasi lainnya
Gonore:
Sebaiknya diberikan dosis tunggal 1,5 gram atau dapat diberikan injeksi 750 mg pada dua tempat yang
berbeda.
Meningitis:
― Bayi dan anak:
150-250 mg/kg BB/hari secara intravena dalam dosis terbagi tiga sampai empat kali.
Dosis ini dapat diturunkan hingga 100 mg/kg BB/hari secara intravena setelah 3 hari atau setelah terjadi
perbaikan klinis.
― Dewasa:
3 gram secara intravena setiap 8 jam.
Belum ada data yang cukup yang direkomendasikan untuk pemberian dosis secara intratekal.
Profilaksis:
Dosis lazim adalah 1,5 gram secara intravena dengan induksi anestesia untuk operasi abdominal, pelvis dan
ortopedi, tetapi dapat ditambah dengan dosis 750 mg secara intramuskular pada 8 dan 16 jam berikutnya.
Pada operasi jantung, paru-paru, esofagus dan pembuluh darah, dosis lazim adalah 1,5 gram secara
intravena dengan induksi anestesia, dilanjutkan dengan pemberian dosis 750 mg secara intramuskular selama
24-48 jam setelah operasi.
Pada kasus patah tulang dan sendi, 1,5 gram cefuroxime serbuk untuk injeksi dicampur kering dengan satu
kemasan polimer methyl methacrylate sebelum penambahan cairan monomer.
Dosis pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal:
Cefuroxime diekskresikan melalui ginjal, sehingga seperti semua antibiotik, pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal dianjurkan agar dosis cefuroxime diturunkan untuk mengimbangi ekskresi yang melambat.
Namun, penurunan dosis tidak diperlukan sampai bersihan kreatinin turun hingga 20 ml/menit. Pada orang
dewasa dengan bersihan kreatinin 10-20 ml/menit, dianjurkan pemberian dosis 750 mg dua kali sehari dan
untuk pasien dengan bersihan kreatinin dibawah 10 ml/menit cukup dengan dosis 750 mg sekali sehari. Bagi
pasien yang menjalani dialisis, dosis 750 mg diberikan secara intravena atau intramuskular pada setiap akhir
dialisis. Bila dilakukan dialisis peritoneal berkelanjutan, dosis yang sesuai adalah 750 mg dua kali sehari.
Selain itu, pada penggunaan parenteral, cefuroxime dapat dimasukkan ke dalam cairan dialisis peritoneal
(umumnya 250 mg untuk setiap 2 liter cairan dialisis yang diberikan secara intravena).
Intravena
Cefuroxime dilarutkan dalam 6 ml water for injection. Untuk infus intravena, cefuroxime dilarutkan dalam 25 ml
water for injection, larutan infus NaCl 0,9% atau larutan infus dextrose 10%.
Cefuroxime sebaiknya tidak dicampur dalam satu syringe dengan antibiotika aminoglycoside.
Efek samping:
• Efek samping penggunaan cefuroxime relatif jarang terjadi dan umumnya bersifat ringan.
• Seperti antibiotik lainnya, penggunaan cefuroxime dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan
pertumbuhan berlebih dari organisme yang tidak rentan seperti Candida.
• Gangguan saluran cerna sangat jarang terjadi, termasuk gejala-gejala kolitis pseudomembran yang
dapat terjadi selama atau setelah pengobatan.
• Reaksi hipersensitivitas yang telah dilaporkan antara lain: kemerahan pada kulit (makulopapular dan
urtikaria), drug fever, dan reaksi anafilaktik tetapi sangat jarang terjadi.
• Perubahan mendasar dalam parameter hematologik nampak pada beberapa pasien yaitu penurunan
kadar hemoglobin, eosinofilia, leukopenia dan neutropenia.
• Tes Coombs positif terjadi pada beberapa pasien yang mendapatkan cefuroxime.
• Terjadi sedikit peningkatan pada enzim hati atau bilirubin serum, terutama pada pasien dengan penyakit
hati, tetapi tidak ada bukti terjadinya kerusakan hati.
• Kemungkinan ada beberapa variasi pada hasil uji biokimia fungsi ginjal, tetapi hal ini tidak menunjukkan
sesuatu yang penting secara klinis. Sebagai tindakan pencegahan, fungsi ginjal sebaiknya dipantau bila
memang terdapat kelainan.
• Rasa nyeri pada area injeksi intramuskular kadang terjadi pada pemberian dosis yang lebih tinggi.
Namun, hal tersebut bukan merupakan penyebab untuk penghentian terapi.
• Kadang-kadang terjadi tromboflebitis setelah injeksi intravena.
Overdosis:
Kadar cefuroxime dalam serum dapat diturunkan dengan hemodialisis dan dialisis peritoneal. Overdosis
cephalosporin dapat menyebabkan iritasi pada serebral yang mengakibatkan konvulsi.
Diproduksi oleh:
PT Dexa Medica
Palembang-Indonesia
Pharmacology:
Cefuroxime is a bactericidal cephalosporin antibiotic which is resistant to most β-lactamase enzymes and is
active against Gram-positive and Gram-negative organisms. Cefuroxime is indicated for the treatment of
infections before the infecting organism has been identified or when caused by sensitive bacteria. In addition, it is
an effective prophylactic against postoperative infection in a variety of operations. Usually cefuroxime will be
effective alone, but when appropriate it may be used in combination with an aminoglycoside antibiotic, or in
conjunction with metronidazole (orally, by injection or as suppository), especially for the prophylaction in
colorectal surgery.
Bacteriology:
Cefuroxime is an effective antibacterial agent which has bactericidal activity against a wide range of common
pathogens, including β-lactamase-producing strains. Cefuroxime has good stability to bacterial β-lactamase, and
consequently is active against many ampicillin-resistant or amoxicillin-resistant strains. The bactericidal action of
cefuroxime results from inhibition of the cell wall synthesis by binding to essential target proteins.
Indications:
• Lower respiratory tract infections: acute and chronic bronchitis, infected bronchiectasis, bacterial
pneumonia, lung abscess, and postoperative chest infections.
• Urinary tract infections: acute and chronic pyelonephritis, cystitis, and asymptomatic bacteriuria.
• Soft-tissue infections: cellulitis, erysipelas, peritonitis, and wound infections.
• Bone and joint infections: osteomyelitis and septic arthritis.
• Obstetric and gynecological infections: pelvic inflammatory disease.
• Gonorrhea: particularly when penicillin is unsuitable.
• Other infections including septicemia and meningitis.
• Prophylaxis against infections in abdominal, pelvic, orthopedic, cardiac, pulmonary, esophageal and
vascular surgery where there is increased risk of infection. Prophylactic administration should be
stopped within 24 hours, but for open heart surgery, it is recommended that therapy with cefuroxime
infection be continued for at least 48 hours after the surgical procedure ends.
Contraindication:
Patient with known hypersensitivity to cephalosporin.
Newborns or neonates
Doses of 30-100 mg/kg body weight/day given as two or three divided doses. During the first weeks of life, the
serum half-life of cefuroxime can be 3-5 times that in adults.
Other recommendations
Gonorrhea:
1.5 g should be given as a single dose or this may be given as 750 mg injections into two different sites.
Meningitis:
― Infant and children:
150-250 mg/kg body weight/day intravenously in three or four divided doses.
This dosage may be reduced to 100 mg/kg body weight/day intravenously after 3 days or when clinical
improvement occurs.
― Adults:
3 gram intravenously, every 8 hours.
Data are not yet sufficient to recommend a dose for intrathecal administration.
Prophylaxis:
The usual dose is 1.5 g intravenously, with induction of anesthesia for abdominal, pelvic and orthopedic
operations, but may be supplemented with 750 mg intramuscular doses, 8 and 16 hours later.
In cardiac, pulmonary, esophageal and vascular operations, the usual dose is 1.5 gram intravenously with
induction of anesthesia continuing with 750 mg intramuscularly for further 24-48 hours.
In fractures and joints, 1.5 gram cefuroxime powder for injection may be mixed dry with each pack of methyl
methacrylate polymer before adding the liquid monomer.
Dosage in impaired renal function:
Cefuroxime is excreted renally, therefore, as with all such antiobiotics, in patients with markedly impaired renal
function it is recommended that the dosage of cefuroxime should be reduced to compensate for its slower
excretion. However, it is not necessary to reduce the dose until creatinine clearance falls to 20 ml/minute. In
adults with creatinine clearance 10-20 ml/minute, 750 mg twice daily is recommended and in patients with
creatinine clearance below 10 ml/minute, 750 mg once daily is adequate. For patients on hemodyalisis a
further 750 mg dose should be given intravenously or intramuscularly at the end of each dialysis. When
continous peritoneal dialysis is being used, a suitable dosage is usually 750 mg twice daily. In addition to
parenteral use, cefuroxime can be incorporated into the peritoneal dialysis fluid (usually 250 mg for every 2
litres of dialysis fluid given IV).
Administrations
Intramuscular
Cefuroxime should be dissolved in 3 ml of water for injection. Shake gently to produce an opaque suspension.
Intravenous
Cefuroxime should be dissolved in 6 ml of water for injection. For intravenous infusion, cefuroxime should be
dissolved in 25 ml water for injection, 0.9% NaCl infusion solution, or 10% dextrose infusion solution.
Cefuroxime should not be mixed in the syringe with aminoglycoside antibiotics.
Adverse reactions:
• Adverse reactions to cefuroxime have occurred relatively infrequently and have been generally mild.
• As with other antibiotics, prolonged use of cefuroxime may results the overgrowth of non-susceptible
Candida.
• Gastrointestinal disturbances, including, very rarely, symptoms of pseudomembranous colitis during or
after treatment.
• Hypersensitivity reactions have been reported such as: skin rash (maculopapular and urticaria), drug
fever, and anaphylactic reactions but is rare in occurence.
• The principal changes in hematological parameters seen in some patients, have been: decreased
hemoglobin concentration, eosinophilia, leukopenia and neutropenia.
• Positive Coombs' test occurred in fewer patients who received cefuroxime.
• Transient rises in serum liver enzymes or bilirubin occur, particularly in patients with liver disease, but
there is no evidence of harm to the liver.
• There may be some variations in the results of biochemical tests of renal function, but these do not
appear to be of clinical importance. As a precaution, renal function should be monitored if this is already
impaired.
• Pain at muscular injection site is more likely at higher doses. However, it is unlikely to be a cause for
discontinuation of treatment.
• Occasionally, thrombophlebitis may follow intravenous administration.
Drug interactions:
Probenecid
Increases and prolongs the serum level of cefuroxime.
Aminoglycoside
In vitro study has shown an additive or synergetic antibacterial of cefuroxime and aminoglycoside activity against
some organisms including Enterobacter, E. coli, Klebsiella, Proteus mirabilis, and Serratia marcescens.
The risk of nephrotoxicity has been increased following concomitant administration of aminoglycoside antibiotics
and cephalosporins.
Manufactured by:
PT Dexa Medica
Palembang-Indonesia