Anda di halaman 1dari 16

ASKEP INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT

Diposkan oleh exka saputra Kamis, 18 Oktober 2012

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan dan
absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak
kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan.(Mc Graw-Hill
Nursing Dictionary)

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas,
atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.

Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan sering
menyebabkan keracunan pada manusia.Bila tertelan, meskipun hanya dalam jumlah sedikit, dapat
menyebabkan kematian pada manusia.Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam
plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya.Enzim tersebut secara normal
menghidrolisis acetylcholine menjadi asetat dan kholin.Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah
acetylcholine meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat
dan perifer.Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian
tubuh.

Walaupun memiliki sifat toksisitas yang tinggi, tetapi penggunaan organofosfat untuk pengobatan pada
manusia tetap dilakukan berbagai studi untuk mengambil efek terapeutik dari organofosfat (Lindell,
2003).Pada sekitar tahun 1930 sintesis penghambat kolineterase pertama kali dipakai untuk penyakit
gangguan otonom pada otot rangka pada pengobatan Parkinsonisme. Studi kemudian dilanjutkan pada
takrin yang merupakan penghambat kolineterase pertama pada pengobatan penyakit Alzheimerdan
dilepaskan pada pengobatan klinik pada tahun 1993 (Dyro, 2006)

B. ETIOLOGI

Sumber Racun

Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industi yang mengandung logam berat, bahan
makanan yang terkontaminasi oleh kuman salmonella, sthapilococcus clostridium botulinum, jamur
beracun. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis normal tidak menyembuhkan
penyakitnya melainkan memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh.

Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut
masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah :

1. Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin

2. Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan

3. Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon

4. Zat kimia pertanian : Insektisida

5. Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek

6. Bisa ular atau serangga

Keracunan Insektisida

Keracunan organofosfat, salah satu unsur insektisida (racun serangga), lebih sering dijumpai karena
memang banyak dipakai. Organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah. Dengan
demikian, pada keracunan ini harus diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan keracunan minyak
tanah selain akibat organofosfat itu sendiri.

* GEJALA KLINIS

Terjadi proses sekresi atau keluarnya air mata secara berlebih, urinasi, diare, gejala kerusakan lambung,
miosis (pengecilan ukuran manik mata), dan bronkokonstriksi (penyempitan bronkus) dengan sekresi
berlebihan. Disamping itu, anak tampak sesak dan banyak mengeluarkan lendir serta mulutnya berbusa.
Bisa juga terjadi bradikardia atau perlambatan denyut jantung, hingga kurang dari 60 kali per menit.
Gejala lainnya adalah hiperglikemia (konsentrasi gula darah yang tinggi), kejang, penurunan kesadaran
sampai koma.

* PERTOLONGAN PERTAMA

a.Setiap pasien yang datang karena keracunan, maka yang harusdilakukan adalah :

1. Anamnese; cari penyebab dan berapa banyak yang ditelan.

2. Nilai kesadarannya, observasi tanda-tanda vital.

3. Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 3 –4 lt/menit.

b. Pasang infus Dex 5 % /RD/RL

c. Berikan injeksi SA 2 mg IV setiap 15 menit, dan diulangsampai ada gejala atropinisasi :

1) Muka merah
2) Mulut kering

3) Tahikardi

4) Midriasis

d. Isap lendir yang berlebihan dengan suction.

e. Cegah dan perlambat terjadinya absorbsi dengan melakukan :

1) Beri minum susu yang banyak.

2) Bila susu belum tersedia, berikan air putih sebanyakbanyaknya.

3) Rangsang supaya muntah, dengan cara; merangsangpharynx dan belakang lidah dengan tongspatel.

4) Bila kesadaran pasien menurun, maka cepat lakukanpemasangan NGT (Naso Gastric Tube).

f. Lakukan lavage/bilas lambung dengan susu cair, kalau tidak ada atau belum tersedia berikan air hangat
38 derajat Celciussebanyak 300 cc.Miringkan pasien ke sebelah kiri agak setengah telungkup,pertahankan
posisi ini selama prosedur berlangsung.

g. Mulut dihisap dengan suction catheter, mencegah terjadinyaaspirasi pada saat pasien muntah.

h.Lavage lambung ini dilakukan terus sampai bersih, yangterbukti dari susu tidak mengandung minyak
lagi atau airsudah jernih.Prosedur ini tidak boleh ditunda-tunda, harus segera dilaksanakan.Kalau susu/air
hangat belum tersedia, lakukan dengan air biasadulu. Dan pada akhir prosedur, lambung harus kosong
dan NGTsementara jangan dilepas dulu. Pada waktu melakukan bilaslambung, secara simultan dapat
diberikan mucolitik, mylanta sirup,atau injeksi Tagamet/Ulsikur 1 amp IV yang diencerkan dandiberikan
secara perlahan-lahan.Selain itu cegah pasien agar tidak bertambah kedinginan, tetapi jangan diberi
kompres panas, cukup diberi selimut saja. Setelahkegawatan pasien telah diatasi, maka dianjurkan
padapasien/keluarga untuk dirawat

C. Patofisiologi

Insektisida bekerja dengan menghambat dan menginaktifasikan enzim asetilkolin nesterase.Enzim ini
secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan syaraf pusat, ganglion autonom,
ujung-ujung syaraf parasimpatis dan ujung-ujung syaraf motorik.Hambatan asetilkolin nesterase
menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.
SSP

Sambungan
Penekanan aktivitascardiac aspirasi
Gangguan nutrisi kuranag darikebutuhan tubuh

D. Manifestasi Klinis.

E. Gejala keracunan dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :

1. Gejala muskarinik .

Hypersekresi kelanjar keringat, air mata, air liur, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Dapat juga
ditemukan gejala nause, nyeri perut, diare, muntah, inkontinensia alvi dan urin, bronkokontriksi, miosis,
bradikardi, dan hypotensi. Pada keracunan paration tidak selalu ditemukan miosis dan hypotensi.

2. Gejala nikotinik.

Twiching dan fasikulasi otot lurik dan kelemahan otot. Ditemukan pula gejala sentral seperti ketakutan,
gelisah, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi, tremor dan kejang.

F. Komplikasi

Komplikasi keracunan selalu dihubungkan dengan neurotoksisitas lama dan Organophosphorus –


Induceddeleyed Neuropathy ( OPIDN ). Sindrom ini berkembang dalam 8 – 35 hari sesudah pajanan
terhadap organofosfat.

Kelemahan progresif dimulai dari tungkai bawah bagian distal, kelemahan pada jari dan kaki berupa food
drop.
Kehilangan sensori sedikit terjadi serta refleks tendon dihambat.

G. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas
darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG,
Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif.

H. Penatalaksanaan Medis

1. Penatalaksanaan kegawatan

Setiap keracunan dapat mengancam nyawa.Walaupun tidak dijumpai kegawatansetiap kasus keracunan
harus diberlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda vital
seperti jalan nafas/pernafasan, sirkulasi da penurunan kesadaran harus dilakukan secara tepat dan seksama
sehingga tindakan resusitasi yang meliputi ABC ( airway,breathing,circulatory) tidak terlambat dimulai.

2. Penilaian klinis

Penatalaksanaan keracunan harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil penapisan toksikologi.
Walaupun dalam sebagian kasus diagnosa etiologi sulit ditegakkan dengan penilaian dan pemeriksaan
klinis yang cermat dapat ditemukan beberapa kelompok yang memberi arah ke diagnosa etiologi. Oleh
karena itu pada kasus keracunan bukan hasil laboratorium yang harus diperhatikan tetapi standar
pemeriksaan kasus di tiap rumah sakit juga perlu dibuat untuk memudahkan penanganan yang tepat guna.
Beberapa keadaan klinis yang perlu mendapat perhatian karena dapat mengancam nyawa ialah koma,
henti jantung, henti nafas dan syok. Upaya yang paling penting adalah ananmesis atau aloanamnesis yang
rinci.

Dekontaminasi
a) Bila pelarut organofosfat terminum ialah minyak tanah, tindakan untuk memuntahkan atau cuci
lambung sebaiknya dihindari untuk mencegah timbulnya pneumonia aspirasi. Bila pelarut golongan
organofosfat adalah air seperti halnya digunakan dipertanian tindakan cuci lambung atau membuat pasien
muntah dapat dibenarkan.

b) Dilakukan pernapasan buatan bila terjadi depresi pernapasan dan bebaskan jalan napas dari
sumbatan.

c) Bila racun mengenai kulit atau mukosa mata bersihkan dengan air.

d) Atropin dapat diberikan dengan dosis 0,015 - 0,05 mg /kg bb secara intravena dan dapat diulangi
setiap 5 – 10 menit sampai timbul gejala antropinisasi seperti muka merah, mulut kering, takikardi dan
midriasis. Kemudian diberikan dosis rumat untuk mempertahankan atropinisasi ringan selama 24 jam.
Protopan dapat diberikan pada anak dengan dosis 0,25 g secara intravena sangat perlahan-lahan atau
melalui ‘ivfd’.

e) Pengobatan Supportif

BAB III

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian.

Pengkajian pada fase akut, meliputi pengkajian adanya riwayat kontak dengan organofosfat, kaji berapa
lama kontak tersebut, kaji masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindrom toksis yang ditimbulkan
dan kapan terjadinya. Pada pemeriksaan fisik akut singkatan SLUDGE adalah manifestasi penting pada
pasien dengan intoksikasi organofosfat. SLUDGE (salivasi, lakrimasi, urinasi, defekasi, gangguan
gastrointestinal, dan emesis) merupakan manifestasi dari muskarinik (Eddleston, 2008).

Pengkajian pada fase akut dengan toksisitas menegah sampai berat didapatkan adanya kesukaran dalam
bernafas, bunyi nafas tambahan wheezing, berkeringat banyak, serta peningkatan produksi saliva dan air
mata. Pada gastroitestinal didapatkan adanya mual,muntah, keram abdomen, diare, gerakan invulumter
pada proses defekasi ,

Pengkajian laboroturium pada fase akut meliputi : glukosa, BUN, kadar elektrolit, SGOT/PT, serta
protrombin dengan tujuan untuk mengevaluasi pengaruh intoksitasi dengan fungsi system organ
pemeriksaan enzim kolnestrerase pada plasma dan sel darah merah dinilai ntuk diliat inhibisi
kolinestrase . pemeriksaan radiologi foto rontgen dilakukan untuk menilai adnya anspirasi peneumonia
akibat muntah atau material lainnya. Pemerikasaan EKG untuk memonitor kondisi visloiogis jantung dari
adanya kondisi iregularitas jantung.

Pengkajian penatalaksanaan medis

Resusitasi : apabila pasien datang dengan kondisi gagal kardiorespirasi, maka prinsip awal melakukan
resusitasi. Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Untuk mencegah
deplesi cairan, maka infuse dekstrose 5% diberikan. Pemeriksaan EKG dan laborotorium juga
dilaksanakan (srinivas,2005)
Pembedahan : pembedahan seperti trakeotomi dan aksestensi ventilator umum dilakukan pada kasus
toksisistas berat (eddleston, 2008).

Obat-obatan

a) Antiontum (antidotes) agen ini melakukan reaktivitasi kolinestrasi yang menghambat akibat
organofosfat , diantara ya: pralidoxime chloride

b) Antikolinergik agen ini digunakan untuk menurunkan manifestasi klinik yang timbul dari
intoksitasiorganofosfat misalnya : atropine

Penilaian awal ABCD dan penanganan

A.Airway

Yang di nilai :

- Look : Ada gerak napas(ada,pernafasan 28x/menit),

- Listen : ada suara tambahan, pada kasus ini terdengar suara snoring (jatuh pangkal lidah)

- Feel : Ada atau tidaknya ekshalasi

Suara tambahan yang terdengar dapat berupa :

• Gurgling : sumbatan oleh cairan

• Stridor : sumbatan pada plika vokalis

• Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang

Penanganan Airway

Pada kasus ini untuk airway tidak bermasalah, hanya saja kita mesti harus memastikan juga bahwa
memastikan tidak ada sumbatan jalan nafas dengan melakukan chin lift ataupun jaw trust. Karna pasien
mengeluarkan busa dari mulutnya kalau bisa dilakukan pembersihan terlebih dahulu terhadap busa – busa
yang mengumpul di mulut pasien. Jika airway telah terlaksa kita lanjutkan pada pemeriksaan breathing.

B. Breathing

Penilaian :

look : ada adanya terlihat penggunaan otot-otot bantu pernapasan

listen : Suara nafas pada kedua paru-paru

Feel : merasakan udara keluar dari mulut dan hidung


Penanganan Breathing

Jika terjadi takipneu setelah kita bebaskan jalan napas, mungkin terdapat masalah pada pernapasannya,
saat terlihat retraksi otot-otot pernapasan tapi kedua gerak dada simetris, penanganan yang dapat kita
berikan adalah pemberian terapi oksigen .

Indikasi terapi oksigen jangka pendek:

• Hipoksemia akut (PaO2< 60 mmHg: SaO2 < 90%) • Henti jantung dan henti napas • Hipotensi (tekanan
darah sistolik < 100 mmHg) • Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolic (bikarbonat <18
mmol/L) C. Circulation Penilaian sirkulasi Tanda klinis syok : • Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah
• Capillary refill time > 2 detik

• Nafas cepat

• Nadi cepat > 100

• Tekanan darah sistole < 90-100 • Kesadaran : gelisah s/d koma Penangan sirkulasi D. Disability
Penilaian Disability Pemeriksaan neurologis singkat: • AVPU Penilaian sederhana ini dapat digunakan
secara cepat A = Alert/Awake : sadar penuh V = Verbal stimulation :ada reaksi terhadap perintah P =
Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri U = Unresponsive : tidak bereaksi • GCS (Glasgow coma
scale) => GCS pada kasus 11

SECONDARY SURVEY

Anamnesis :

A : Alergi

M: Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)

P : Past Ilness (Penyakit Penyerta, Pregnancy)

L : last meal

E : Event/ Environment

Pemeriksaan Fisik : Head to Toe

Kepala
Vertebra servikalis dan leher

Toraks

Abdomen

Perineum/rektum/penis

Musculo-skeletal

Neurologis

Pemeriksaan penunjang

radiologi

Pemeriksaan Lba : darah, urine

Analisa gas darah

2. Diagnosis Keperawatan

a. Pola Nafas tidak efektif b.d.efek stimulasi nikotonink-muskarinink pada system saraf pusat.

b. Ketidakseimbangan cairan b.d.peningkatan hilangnya cairan tubuh.

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak adekuatnya intake
nutrisi,ketidakinginan untuk makan.

3. Rencana asuhan keperawatan

No. Waktu/tgl Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Interensi (NIC)
Rasional
1 Pola Nafas tidak efektif b.d.efek stimulasi nikotonink-muskarinink pada system saraf
pusat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola napas efektif dengan
Kriteria Hasil:

- Ekspensi dada simetris (5)

- Napas pendek tidaka ada (5)

- Tidak ada penggunaan otot bantu (5) A. Pengkajian

1. Monitor TTV setiap 15 menit untuk beberapa jam.

B. Pendidikan

2. Ajarkan batuk efektif, teknik pernapasan dalam.

C. Kolaboratif

3. Lakukan kolaborasi dengan psikiater klinis

D. Aktivitas mandiri

4. Tinggikan kepala tempat tidur 1. Monitor TTV setiap 15 menit untuk beberapa jam dan
laporkan perubahannya segera kepada dokter. Catat tanda-tanda seperti muntah, mual dan nyeri abdomen.
Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan, intravena sesuai pesanan.

2. Memudahkan ekspansi paru dan mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.

3. Jika keracunan sebagai suatu usaha untuk membunuh diri, maka lakukan safety precaution,
konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian.

4. Menurunkan kemungkinan aspirasi,diafragma bagian bawah meningkatkan inflasi paruh.

Ketidakseimbangan cairan b.d.peningkatan hilangnya cairan tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,di harapkan keseimbangan cairan


adekuat dengan KH:

1. TTV stabil (5)

2. Turgor kulit normal (5)

3. Membran mukosa lembab

A.Pengkajian

1.Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan


B.Pendidikan

2. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus.

C.Kolaborasi

3.Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan cairan parenteral.

D.Aktivitas Mandiri

4.Beriakan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur

1.Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran dan


penggantian cairan

3.Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan/mencegah hipotensi.

4.Pemasukan peroral bergantung pada pengembalian gungsi gastrointestinal

3 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak adekuatnya
intake nutrisi,ketidakinginan untuk makan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi terpenuhi dengan Kriteria
Hasil:

1. Pasien dapat mempertahankan status nutsisi yang adekuat (5)

A. Pengkajian

1. Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, BB, dan derajat penurunan BB, integritas mukosa oral,
kemampuan menelan, riwayat mual muntah dan diare

B. Pendidikan
2. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam program kegiatan/latihan

C. Kolaboratif

3. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.

D. Aktivitas mandiri

4. berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang 1. Memvalidasi dan menetapkan
derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.

2. Dapat meningkatkan pelepasan endorphin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan

3. Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik pasien

4. Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan dan
absorbsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak
kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan. (Mc Graw-Hill
Nursing Dictionary)

Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut
masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah
1) Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin

2) Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan

3) Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon

4) Zat kimia pertanian : Insektisida

5) Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek

6) Bisa ular atau serangga

SARAN

Untuk mencegah diri dari keracunan organofosfat ini sebaiknya di sarankan untuk melakukan Tindakan
perawatan spesifik bertujuan :

 Pencegahan terjadinya keracunan

 Memperthankan saluran pernafasan yang bersih

Daftar Pustaka

http://www.indonesiaindonesia.com/f/10707-keracunan-bahan-kimia makanan/09/06/20

http://luviony.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-keracunan.html

Muttaqin,A.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien Sistem Gastrointestinal Jakarta: Salemba

Medika.

Wilkinson, Judith.M, Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai