Anda di halaman 1dari 4

Acidum Acetylsalicylicum 50 mg, Acetaminophenum 275 mg, Coffeinum 50 mg di dalam tiap 1 gram obat.

Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu dalam bentuk serbuk (puyer).

Penjelasan

a. Asam Asetil Salisilat1

Obat yang dikenal sebagai asetosal atau aspirin ini adalah obat analgesik antipiretik dan antiinflamasi yang luas
digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Asam salisilat sangat iritatif.

Farmakodinamik

Efek yang paling sering terjadi adalah induksi ulkus peptikum yang kadang-kadang disertai anemia akibat
perdarahan saluran cerna. Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung adalah iritasi yang bersifat lokal yang
menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan; iritasi atau
perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis PGE2 dan PGI1. Kedua prostaglandin ini
banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi
mukus yang bersifat sitoprotektif. Dan pada dosis yang tinggi dapat mengakibatkan kelainan pada lambung dan
peradangan pada lambung.

Efek samping juga dapat ditemukan pada hati dan ginjal. Toksik salisilat ini lebih berkaitan dengan dosis bukan
akibat reaksi imun. Gejala yang sering terlihat hanya kenaikan SGOT dan SGPT, beberapa dapat mengalami
hepatomegali, anoreksia, mual dan ikterus. Bila terjadi ikterus pemberian aspirin harus dihentikan karena dapat
terjadi nekrosis hati yang fatal. Oleh sebab itu aspirin tidak dianjurkan diberikan pada pasien penyakit hati
kronik. Salisilat juga dapat menurunkan fungsi ginjal pada orang dengan hipovolemia dan gagal jantung.

Farmakokinetik

Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian
besar di usus halus bagian atas. Kecepatan absorpsi tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet,
pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung.

Setelah diabsorpsi, salisilat segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan transeluler. Obat ini mudah
menembus sawar darah otak dan sawar uri. Kira-kira 80-90% salisilat plasma terikat degan albumin. Aspirin
diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama dalam hati, sehingga hanya kira-kira 30
menit terdapat dalam plasma. Biotransformasi salisilat terjadi di banyak jaringan, namun terutama di mikrosom
dan mitokondria hati.

Efek Samping

Obat jenis ini sering digunakan untuk mengobati keluhan-keluhan ringan dan karena itu sering terjadi
penyalahgunaan obat jenis ini. Keracunan umumnya ringan namun dapat mencapai kematian jika keracunan berat.

Efek samping lain yang dapat terjadi oleh pemakaian asam asetil salisilat dalam pemakaian dosis tinggi selain
pada saluran cerna adalah nyeri kepala, pusing, tinitus, gangguan pendengaran, penglihatan kabur, rasa bingung,
lemas, rasa kantuk, banyak keringat, haus, mual, muntah dan kadang-kadang diare. Pada pemberian dengan dosis
toksik obat antiinflamasi ini dapat menyebabkan hepatitis fulminans.

Obat ini juga dapat menghambat agregasi trombosit dan memperpanjang waktu perdarahan pada orang sehat.
Pada beberapa kasus, pemberian aspirin pada anak-anak dapat menyebabkan sindromReye.

b. Acetaminofen2
Asetaminofen adalah obat derivat para amino fenol bersama dengan fenasetin. Asetaminofen merupakan
metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Saat ini yang lebih sering digunakan adalah asetaminofen daripada fenasetin. Hal ini dikarenakan sifat fenasetin
yang menyebabkan analgesik nefropati, anemia hemolitik, dan mungkin kanker kandung kemih. Asetaminofen juga
dikenal dengan nama parasetamol dan tersedia sebagai obat bebas. Perlu diperhatikan bahwa takaran berlebihan
dapat berakibat fatal terhadap kerusakan hati. Dan yang penting diketahui bahwa efek anti-inflamasi dari
asetaminofen hampir tidak ada.

Farmakodinamik

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai
sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti
salisilat. Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.
Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan
lambung tidak terlihat pada asetaminofen, demikian juga pada gangguan pernapasan dan keseimbangan asama
basa.

Farmakokinetik

Asetaminofen diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma di capai
dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
Dalam plasma, 25% asetaminofen terikat protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.
Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat.
Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit dari hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan
methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai
asetaminofen (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

Efek Samping

Manifestasi dari reaksi alergi terhadap obat ini adalah eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa
demam dan lesi pada mukosa. Akibat dosis toksik yang paling serius adalah nekrosis hati. Hepatotoksisitas dapat
terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250 mg/kgB) asetaminofen. Anoreksia, mual, muntah dan
sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selam seminggu atau lebih. Gangguan hepar
juga dapat terlihat dengan peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin
serum serta pemanjangan masa protrombin. Aktivitas alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal.
Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian.

Masa paruh lebih dari 4 jam dapat menjadi petunjuk terjadinya nekrosis hati dan masa paruh lebih dari 12 jam
dapat memprediksi akan terjadinya koma hepatik. Kerusakan hati tidak hanya disebabkan oleh asetaminofen
saja. Faktor-faktor lain juga turut memperparah efek toksisitasnya, misalnya radikal bebas yang sangat reaktif
berikatan dengan makromolekul sel hati, pasien yang juga mendapat barbiturat, antikonvulsi lain atau pada
alkoholik yang kronis.

c. Kafein3

Kafein adalah derivat xantin bersama dengan teofilin dan teobromin. Ketiganya adalah alkaloid yang terdapat
dalam tumbuhan. Kafein terdapat dalam kopi yang didapat dari biji Coffee, teh dari daun Thea sinensis
mengandung kafein dan teofilin, cocao yang didapat dari biji Theobroma cacao mengandung kafein dan
teobromin. Kafein berefek stimulasi.

Farmakodinamik

Obat golongan ini memiliki efek sebagai relaksan otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot
jantung dan meningkatkan diuresis. Kerja obat ini terhadap tubuh juga melibatkan banyak sistem. Pada SSP,
kafein merangsang medula oblongata yang merupakan pusat napas. Kafein dan teofilin dapat menimbulkan mual
dan muntah melalui efek sentral maupun perifer. Muntah akibat teofilin terjadi bila kadarnya dalam plasma
melebihi 15 g/ml.

Kadar yang tinggi kafein dan teofilin juga merangsang sistem kardiovaskuler dan akibatnya denyut jantung
menjadi cepat atau bahkan pada beberapa kasus menyebabkan aritmia pada jantung. Pada sistem pencernaan
kafein menstimulasi sekresi asam lambung dan enzim pencernaan. Pada ginjal metilxantin, khususnya teofilin
tidak memiliki efek diuretik yang kuat. Efeknya dapat berasal dari peningkatan filtrasi oleh glomerulus dan
reabsorpsi natrium yang rendah pada tubulus ginjal. Pada otot polos, sangat berguna bagi penderita asma, dan
dapat sebagai bronkodilator. Sedangkan pada otot rangka berkaitan dengan kerja otot polos. Kafein dan teofilin
dapat memperbaiki ventilasi dan mengurangi sesak napas sehingga oksigen dapat ditransfer ke otot.

Farmakokinetik

Metilxantin cepat diabsorpsi setelah pemberian oral, rektal, atau parenteral. Sediaan cair atau tablet akan
diabsorpsi secara lengkap. Dalam keadaan perut kosong, sediaan teofilin bentuk cair atau tablet tidak bersalut
dapat menghasilkan kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam, sedangkan kafein dalam waktu 1 jam. Jika ada
makanan akan memperlambat penyerapan obat ini. Pada ibu yang mengandung metilxantin didistribusikan ke
seluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Volume distribusi kafein dan teofilin adalah antara
400-600 ml/kg dan pada bayi prematur nilai ini lebih tinggi. Eliminasi metilxantin terutama melalui metabolisme
dalam hati. Sebagian besar diekskresi bersam urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin. Kurang dari
20% teofilin dan 5% kafein akan ditemukan di urin dalam bentuk utuh. Waktu paruh plasma kafein antara 3-7
jam, nilai ini akan menjadi 2 kali lipat pada wanita hamil tua atau wanita yang menggunakan pil kontrasepsi jangka
panjang. Pada bayi prematur kecepatan eliminasi teofilin dan kafein sangat menurun, waktu paruh kafein rata-
rata 50 jam, sedangkan teofilin antara 20-36 jam.

Efek Samping

Pada manusia, kematian akibat keracunan kafein jarang terjadi. Gejala yang biasa paling mencolok pada
penggunaan dosis tinggi adalah muntah dan kejang. Gejala permulaan berupa sukar tidur, gelisah dan eksitasi
yang dapat berkembangmenjadi delirium ringan. Gangguan sensoris berupa tinitus dan kilatan cahaya sering
dijumpai. Otot rangka menjadi tegang dan ekstrasistol, sedangkan pernapasan menjadi lebih cepat. Kadar kafein
dalam darah pasca kematian ditemukan antara 80 g/ml sampai lebih dari 1 mg/ml.

Referensi

1. Wilmana PF, Gan S. Analgesik-antipiretik, analgesik anti-inflamasi nonsteroid, dan obat gangguan sendi
lainnya. In: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2007. p. 230-9.
2. Louisa M, Dewoto HR. Perangsang sususan saraf pusat. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth.
Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. p. 252-8.

Osteoarthritis

Manifestasi klinik: gambaran klinis osteoarthritis umumnya berupa nyeri sendi, terutama apabila sendi berrgerak
atau menanggung beban. Nyeri tumpul ini berkurang bila pasien beristirahat, dan bertambah bila sendi
digerakkan atau bila memikul beban tubuh. Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak
digerakkan beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan. Kekakuan pada pagi
hari, jika terjadi, biasanya hanya bertahan selama beberapa menit, bila dibandingkan dengan kekakuan sendi di
pagi hari yang disebabkan arthritis reumathoid yang terjadi lebih lama. Spasme otot atau tekanan pada saraf di
daerah sendi yang terganggu adalah sumber nyeri. Gambaran lain: terbatas dalam gerakan, nyeri tekan lokal,
pembesaran tulang sendi, sedikit efusi sendi dan krepitasi

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Dengan alasan alasan
yang masih belum diketahui, sintesis proteoglikan dan kolagen meningkat tajam pada osteoarthritis. Tetapi
substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi
kebutuha. Sejumlah kecil cartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada
diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanika dari cartilago. Rawan sendi kemudian
kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab yang sebenarnya dari osteoarthritis tetap
tidak diketahui, tetapi kelihatannya proses penuaan ada hubungannya dengan perubahan-perubahan dalam fungsi
kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi yang mengarah pada perkembangan
osteoarthritis.
Osteoarthritis terutama menyebabkan perubahan biomekanika dan biokimia di dalam sendi; penyakit ini bukan
suatu gangguan peradangan. Namun, seringkali perubahan-perubahan di dalam sendi ini disertai sinovitis,
menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman

Osteoarthritis adalah gangguan arthritis lokal, sehingga tidak ada emeriksaan darah khusus untuk menegakkan
diagnosis. Uji laboratorium adaakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk artritis lainnya. Faktor
reumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena faktor ini meningkat secara normal pada peningkatan usia. Laju
endapan darah eritrosit mungkin akan sedikit meningkat apabila ada sinovitis yang luas.

Gambaran radiologram : penyempitan ruang sendi. Keadaan ini terjadi karena rawan sendi menyusut. Pada sendi
lutut penyempitan ruang sendi dapat terjadi pada salah satu kompartemen saja. Selain ditemukannya
penyempitan sendi juga bisa terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar sendi. Osteosfit (Spur) bisa terlihat
pada aspek marginal dari sendi. Kadangkala terlihat perubahan perubahan kistik dalam berbagai ukuran.

Osteoarthritis bukan suatu penyakit yang simetris, sehingga pembuatan gambar radiogram sendi kontralateral
akan dapat membantu.

Penatalaksanaan bersifat multifaktorial dan individual

Anda mungkin juga menyukai