201351045
PARASETAMOL
Parasetamol adalah analgesik ringan yang
banyak digunakan di masyarakat luas.
Parasetamol merupakan obat yang memiliki
khasiat untuk meredakan rasa nyeri (analgetik)
dan menurunkan demam (antipiretik). Obat ini
banyak dipakai untuk berbagai kondisi
arthritis dan rematik yang melibatkan nyeri
muskuloskeletal, serta gangguan nyeri lain
seperti sakit kepala, dysmenorrhea, myalgia,
dan neuralgia.
METABOLISME PARASETAMOL
Parasetamol dimetabolisme oleh hati dan
diekskresikan melalui urin. Metabolisme
parasetamol melalui tiga jalur, yaitu glukoronidasi,
sulfasi dan melalui mekanisme oksidatif enzim
sitokrom P450. Sebagian besar parasetamol
dimetabolisme melalui jalur glukuronidasi dan
sulfasi, hanya sekitar 5% yang dimetabolisme
melalui mekanisme oksidatif. Melalui mekanisme
oksidatif, parasetamol dikonversi menjadi metabolit
reaktif N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI)
(Malar dan Bai, 2012; Nambiar, 2012)
Pada dosis terapi, NAPQI dikonjugasi oleh
glutathione menghasilkan asam merkapturat
dan sistein yang kemudian disekresikan lewat
urin. Namun pada kondisi overdosis
parasetamol, jumlah metabolit reaktif
meningkat sedangkan cadangan glutathione
di hepar berkurang. Hepatotoksik terjadi jika
cadangan glutathione berkurang hingga 30%
dari jumlah normal. NAPQI yang
terakumulasi akan membentuk ikatan kovalen
dengan protein atau asam nukleat hepatosit
sehingga menyebabkan nekrosis
(Malar dan Bai, 2012; Nambiar, 2012).
BAHAYA PARASETAMOL
Penggunaan paracetamol terus menerus dapat
menyebabkan overdosis dan
keracunan. Keracunan parasetamol disebabkan
karena akumulasi dari salah satu metabolitnya
yaitu N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI),
yang dapat terjadi karena overdosis, pada pasien
malnutrisi, atau pada peminum alkohol kronik.
Keracunan parasetamol biasanya terbagi dalam 4
fase, yaitu:
Fase 1
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perasaan tak
menentu pada tubuh yang tak nyaman (malaise) dan
banyak mengeluarkan keringat.
Fase 2
Pembesaran liver, peningkatan bilirubin dan konsentrasi
enzim hepatik, waktu yang dibutuhkan untuk pembekuan
darah menjadi bertambah lama dan kadang-kadang terjadi
penurunan volume urin.
Fase 3
Berulangnya kejadian pada fase 1 (biasanya 3-5 hari
setelah munculnya gejala awal) serta terlihat gejala awal
gagal hati seperti pasien tampak kuning karena terjadinya
penumpukan pigmen empedu di kulit, membran mukosa
dan dan sklera (jaundice), hipoglikemia, kelainan
pembekuan darah, dan penyakit degeneratif pada otak
(encephalopathy). Pada fase ini juga mungkin terjadi
gagal ginjal dan berkembangnya penyakit yang terjadi
pada jantung (cardiomyopathy)
Fase 4
Penyembuhan atau berkembang menuju gagal hati yang fatal
Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan kegagalan liver dan
kematian. Parasetamol jika diminum dalam dosis sangat besar, dapat menyebabkan
kerusakan di hati dan ginjal. Oleh karena itu, sebaiknya dijauhkan dari jangkauan
anak-anak
Beberapa poin penting yang perlu dicermati dalam penggunaan paracetamol :
- Hentikan penggunaan parasetamol bila demam berlangsung lebih dari 3 hari
atau nyeri semakin memburuk lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dokter.
- Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultsikan dengan dokter jika hendak
menggunakan obat ini.
- Orang dengan penyakit gangguan liver sebaiknya tidak menggunakan obat ini.
- Konsultasikan dengan dokter sebelum mengkombinasi parasetamol dengan
obat-obat NSAID, antikoagulan (warfarin), ataupun kontrasepsi oral.
- Penggunaan parasetamol bersama alkohol dpat meningkatkan toksisitas hati.
- Konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam
tubuh.
DAMPAK PENGGUNAAN PARASETAMOL