Anda di halaman 1dari 16

Meninggal Gara-Gara

Overdosis Paracetamol
Intan Yunindiska Herunanda 175020025
Dita Desti Dwi Khilyati 175020027
Lyly Muthiasari 175020060

Kelompok
2
Definisi Keracunan
Keracunan dapat diartikan sebagai
masuknya suatu zat kedalam tubuh yang
dapat menyebabkan ketidak normalan
mekanisme dalam tubuh bahkan sampai
dapat menyebabkan kematian.
KASUS
Merry Wahyuningsih - detikHealth Senin, 19/03/2012 12:01 WIB

Shrewsbury, Inggris,Parasetamol dikenal sebagai obat penurun


demam dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid
dan sakit pada otot. Namun penggunaannya harus memperhatikan dosis
yang diresepkan. Bila tidak, nyawa bisa melayang seperti yang dialami
Cynthia Shearer.
Cynthia Shearer (68 tahun) dirawat karena mengalami patah tulang
pinggul. Ia harus berbaring di rumah sakit dan dokter meyakinkan akan
melakukan apa saja untuk meringankan rasa sakitnya.
Keluarga berharap operasi ringan bisa membuatnya segera pulang ke
rumah. Tapi Cynthia tidak pernah pulang lagi. Setelah 20 hari di rumah
sakit, nenek ini pun harus meninggal dunia di usia 68 tahun.
Bukan karena tulang pinggul yang patah atau operasi yang gagal, Cynthia
meninggal karena diberikan lebih dari 85 persen dosis aman parasetamol
selama 48 jam pertama di rumah sakit.
Lanjutan

Overdosis obat penghilang rasa sakit itu menyebabkannya mengalami


kegagalan multi organ. Dengan berat badan hanya 34,9 kg, Cynthia
seharusnya hanya diberikan parasetamol dosis anak. Perlu diketahui
bahwa dosis intravena harus didasarkan pada berat badan pasien, bukan
usia.

"Ini karena kurangnya kesadaran dari dokter junior, perawat, dokter


senior dan apoteker, termasuk apoteker kepala," jelas Koroner John
Ellery, seperti dilansirMirror.co.uk, Senin (19/3/2012).

Penyelidikan menemukan bahwa kurangnya kesadaran tentang pedoman


mengenai obat yang paling banyak digunakan di antara dokter senior dan
apoteker di Royal Shrewsbury Hospital.
Zat Toksik Paracetamol

Parasetamol dimetabolisme terutama melalui reaksi


konjugasi dalam hati, tetapi parasetamol dosis tinggi
teroksidasi menjadi intermediet kuinon reaktif (toksik)
N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI).
Mekanisme keracunan
Dosis terapi
Sitokrom P450
5-15%
Paracetamol Nacetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI)
dikonversikan
hati

Aktivasi Metabolit

Ginjal

Peran NAPQI sebagai radikal bebas yang hidupnya singkat


Lanjutan.....

Normal NAPQI Didetoksifikasi cepat oleh


enzim glutation di hati

Mengandung gugus Sulfhidril yang mengikat


secara kovalen radikal bebas NAPQI

Konjugat asam merkapturit Konjugat sistein

Eksresikan

Urine
Lanjutan.....
Overdosis
paracetamol Kecepatan pembentukan NAPQI
melebihi kapasitas hati dan ginjal (kapasitas glutation)

glutation gagal mendetoksifikasi

metabolit bereaksi dengan makromolekul hati

NAPQI menyebabkan kerusakan intraseluler dan nekrosis hati,


Dan bisa menyebabkan kegagalan ginjal
Manifestasi keracunan

Manifestasi keracunan paracetamol


Mual
Muntah
Kerusakan hati
Gangguan ginjal
Gangguan pembekuan darah
Menurunnya gula darah
Kerusakan otot jantung
Reaksi kulit
Gangguan otak
Dosis Toksik

Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6


gram pada orang dewasa berpotensi hepatotoksik.
Dosis 4 g pada anak-anak dan 15 g pada dewasa dapat
menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi
nekrosis hati.
Dosis lebih dari 20 g bersifat fatal. Pada alkoholisme,
penderita yang mengkonsumsi obat- obat yang
menginduksi enzim hati, kerusakan hati lebih berat,
hepatotoksik meningkat karena produksi metabolit
meningkat.
Gejala Keracunan Parasetamol

Stadium I (0-24 jam) Asimptomatis atau gangguan sistem pencernaan


berupa mual, muntah, pucat, berkeringat. Pada anak-anak lebih sering
terjadi muntah-muntah tanpa berkeringat.
Stadium II (24-48 jam) Peningkatan SGOT-SGPT. Gejala sistim pencernaan
menghilang dan muncul ikterus, nyeri perut kanan atas, meningkatnya
bilirubin dan waktu protombin. Terjadi pula gangguan faal ginjal berupa
oliguria, disuria, hematuria atau proteinuria.
Stadium III ( 72 - 96 jam ) Merupakan puncak gangguan faal hati, mual
dan muntah muncul kembali, ikterus dan terjadi penurunan kesadaran,
ensefalopati hepatikum.
Stadium IV ( 7- 10 hari) kerusakan hati luas dan progresif dapat terjadi
sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kematian.
(Lusiana Darsono 2002)
Penanganan
Apabila kurang dari 1 jam setalah tertelan paracetamol maka dapat diberikan
karbon aktif, Karbon aktif mampu menyerap paracetamol yang ada dilambung.
Pemberian karbon aktif, jika terjadi penurunan kesadaran karbon aktif diberikan
melalui pipa nasogastrik. Jika dipilih pemberian metionin sebagai antidotum untuk
menstimulasi glutation, karbon aktif tidak boleh diberikan karena akan mengikat
dan menghambat metionin.
Bilas lambung akan efektif bila dilakukan paling lambat dua jam sejak
dikonsumsinya paracetamol karena belum diserap oleh tubuh.
Bila waktu sejak tertelan lebih dari 4 jam, N-asetilsistein merupakan antidotum
terpilih untuk keracunan Parasetamol. N-asetil-sistein bekerja mensubstitusi
glutation, meningkatkan sintesis glutation dan mening-katkan konjugasi sulfat pada
parasetamol. N-asetilsistein sangat efektif bila diberikan segera 8-10 jam yaitu
sebelum terjadi akumulasi metabolit. Pemberian karbon aktif tidak boleh bersamaan
dengan asetilsistein.
Antidotum

Asetilsistein (iv atau oral) dan metion (oral) adalah antidot yang berpotensi
menyelamatkan nyawa pada kasus keracunan paracetamol karena obat-obat tersebut
Meningkatkan sintesis glutation hati.

.Antidotum untuk kasus ini adalah asetilsistein (acetylcysteine). Asetilsistein


berfungsi mengurangi toksisitas paracetamol dengan mengisi kembali (refiling)
kuota tubuh terhadap antioksidan glutathione. Asetilsistein bekerja efektif dalam
waktu 8 jam sejak pasien mengalami overdosis.
Cara Pemberian N-asetilsistein

1. Bolus 150 mg /Kg BB dalam 200 ml dextrose 5 % : secara perlahan selama 15


menit, dilanjutkan 50 mg/Kg BB dalam 500 ml dextrose 5 % selama 4 jam,
kemudian 100 mg/Kg BB dalam 1000 ml dextrose melalui IV perlahan selama 16
jam berikut.
2. Oral atau pipa nasogatrik Dosis awal 140 mg/ kgBB 4 jam kemudian, diberi dosis
pemeliharaan 70 mg / kg BB setiap 4jam sebanyak 17 dosis. Pemberian secara
oral dapat menyebabkan mual dan muntah. Jika muntah dapat diberikan
metoklopropamid ( 60-70 mg IV pada dewasa ).
3. Larutan N asetil sistein dapat dilarutkan dalam larutan 5 % jus atau air dan
diberikan sebagai cairan yang dingin.Keberhasilan terapi bergantung pada terapi
dini, sebelum metabolitnya terakumulasi.Terapi asetilsistein paling efektif bila
diberikan dalam waktu 8-10 jam pasca penelanan parasetamol. N-asetilsistein
harus diberikan secara hati-hati dengan memperhatikan kontraindikasi dan
riwayat alergi pada korban, terutama riwayat asthma bronchial.
Kesimpulan
NAPQI pada dosis berlebih (over dosis) bisa
menyebabkan nekrosis hati.
Antidotum spesifik bagi pasien keracunan
parasetamol adalah N-asetilsistein dan metionin.
N-asetil-sistein bekerja mensubstitusi glutation,
meningkatkan sintesis glutation dan
meningkatkan konjugasi sulfat pada
parasetamol.
Penatalaksanaan bagi pasien keracunan
parasetamol pada kasus ini menggunakan
antidot N-asetilsistein.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai