Anda di halaman 1dari 13

FARMAKOTERAPI

HIPOTIROIDISME

Nama Kelompok :
Tina Dwi Rahayu
Ismariyah
Ida Yuliani
Ersa Hartoguan H.H
M. Ansar
Ayu Novia
PATOFISIOLOGI
- Memiliki kegagalan kelenjar tiroid
(hipotiriodisme primer), karena tiroiditis
autoimun kronik (penyakit hashimoto),
hipotiriodisme iatrogenik, defisiensi iod,
kekurangan enzim, hipoplasia tiroid, dan
goitrogen.
- Kegagalan pituitari (hipotiriodisme
sekunder), karena beberapa penyakit
seperti tumor pitiutari, terapi operasi,
tuberkulosis, mekanisme autoimun, tumor
metastatik, nekrosis pituitari, histiositosis,
GEJALA
- kecemasan, gugup, lekas marah
- Usus berbunyi (peningkatan peristaltik
usus)
- Kesulitan tidur
- Penglihatan ganda
- Aritmia
- Perubahan rambut
- Sembelit
- Kulit kasar dan kering
- Sulit konsentrasi
TANDA
Tingginya anti bodi terhadap
peroksidase di sirkulasi, dan
mungkin juga dengan kadar
tiroglobulin ysng tinggi meski ini
jarang terjadi. Dapat juga terjadi
hambatan antibodi terhadap
reseptor TSH, terjadi eksaserbasi
hipotiroidisme.
KASUS
Seorang wanita berusia 76 thn.
Menderita konstipasi parah, tidak
buang air besar selama 7 hari dengan
sakit perut dan muntah dengan
riwayat penyakit hipotiroidisme,
wanita tersebut diberi resep codein
dan paracetamol oleh dokter, untuk
mengobati osteoatritis pada
pinggulnya. Kerjakan sesuai
SOAPnya?
SOAP
Proble Subjek Assesment (A) Plan (P) Monitoring (M)
m (S)Obje
k (O)

Hipotiro S= Sakit Parasetamol dan kodein Levotiroksin 25-50 mcg Efek samping
id perut, sebagai obat untuk per hariMK: mengobati levotiroksin: jantung
muntah osteoarthritis- hipotiroid , dengan cara berdetak kencang, cemas,
O= ParasetamolMK: meningkatkan metabolism, tangan gemetar (tremor) ,
konstipas mengatasi nyeri dengan curah jantung, sintesa muka menjadi merah,
i, cara menghambat protein dan pemakaian banyak berkeringat,
osteoarth suntesis rostaglandin glikogen- penurunan berat
ritisriway pada SSP-KodeinMK: Parasetamol (500mg setiap badanEfek samping
at mengatasi nyeriES: 4-6 jam) untuk meredakan parasetamol:
hipotiroi >10%: Konstipasi ,1% to nyeri osteoarthritis- hepatotoksikEfek
disme, 10%: Hipertensi, Capcaisin (dioles 4 kali samping capcaisin: iritasi
takikardi, bradikardi sehari pada sendi yang pada kulitEfek samping
sakit- bisacodyl: mual dan
MgOH 30 mL 2x1 muntah <10%Efek
Laksatif perangsang untuk samping vometa: pusing
konstipasi. 1-10%, diare <1%,
dysuria, insomnia
Paracetamol
Farmakodinamik : Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Semua obat
analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase
sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin
terganggu. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat
lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan
Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek
pada pusat pengaturan panas. Parasetamol tidak
mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung
prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol
menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade
langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen
endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi
demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin
tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab
lain, seperti latihan fisik. (Aris 2009)
Farmakokinetik : Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran
pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-
60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati,
sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui
urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau
asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu
hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi
metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan
gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik.
Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari
protein hati.
Efek Samping : Dermatologic: Rash; Hematologic: Anemia,
blood dyscrasias (neutropenia, pancytopenia, leukopenia)
;Hepatic: Bilirubin increased, alkaline phosphatase
increased;Renal: Ammonia increased, nephrotoxicity with
chronic overdose, analgesic nephropathy
Levotiroksin
Farmakokinetik: Onset untuk sediaan Oral: 3-5
hari; I.V. 6-8 jam, efek puncak untuk sediaan
IV: 24 jam. Absorption: Oral: Tidak menentu
(40% to 80%); may be decreased by age and
specific foods and drugs, ikatan Protein:
>99%, Metabolisme di hati menjadi bentuk
aktif triiodothyronine. Mencapai waktu puncak
serum: 2-4 jam. T 1/2 eliminasi: Euthyroid: 6-7
days; Hypothyroid: 9-10 days; Hyperthyroid:
3-4 days. Excretion: Urine and feces;
decreases with age.
Farmakodinamik: Levotiroksin dan
liotironin memiliki kerja yang serupa.
hormon-hormon ini meningatkan tingkat
metabolisme, curah jantung, sintesa
protein, dan pemakaian glikogen.
Efek samping : Cardiovascular: Angina,
arrhythmia, blood pressure increased.
Hepatic: Liver function tests increased.
Respiratory: Dyspnea
Capsaicin
Farmaodinamik : Capsaicin dari cabai yang bisa digosokkan
di daerah nyeri dan bisa mengurangi sakit dan bekerja
dengan cara mengurangi saraf tubuh dari pemancar kimia
P yang mengirimkan sinyal sakit ke tubuh.
Farmakokinetik :
Onset of action: 14-28 days
Peak effect: 4-6 weeks of continuous therapy
Duration: Several hours
Metabolism/Transport EffectsSubstrate of CYP2E1 (minor)
Efek samping :
Dermatologic: Gatal, sensasi menyengat, eritema
Local: Terbakar sementara pada aplikasi yang biasanya
berkurang dengan penggunaan berulang
Respiratory: Batuk
Magnesium Hidroksida
Mekanisme: Meningkatkan pengosongan usus dengan
menyebabkan retensi osmotik cairan yang mana terjadi
peregangan usus dengan meningkatkan aktivitas
peristaltik; bereaksi dengan asam klorida dalam
lambung untuk membentuk magnesium klorida
Farmakokinetik:
Onset kerja magnesium klorida sebagai laksatif yaitu 30 menit
sampai 6 jam. Obat ini di ekskresikan melalui urin (hingga
30% diabsorbsi sebagai ion magnesium) dan melalui fases
sebagai obat tidak diserap.
Farmakodinamik:
Magnesium hidroksida adalah garam yang bekerja di
usus kecil dan besar dengan menarik dan
mempertahankan air dalam lumen usus, sehingga
meningkatkan tekanan dalam usus. Retensi cairan
dalam usus menghasilkan stimulasi reseptor peregangan
dan peningkatan peristaltik, yang meningkatkan
pengosongan usus.
Efek Samping: pemberian dengan dosis
tinggi dapat menyebabkan overaktif usus
(ditandai dengan kejang, diare, atau mual)

Anda mungkin juga menyukai