Kiaonarni
O.W, Apt
Analgetik :
Obat yang menghilangkan rasa nyeri
dengan cara meningkatkan nilai
ambang nyeri di ssp. tanpa menekan
kesadaran.
Antipiretik :
Obat yang dapat menurunkan panas
yang tidak normal (dalam keadaan
demam).
Mekanisme penurunan panas :
Obat antipiretik bekerja pada
hypothalamus yang merupakan pusat
panas, yaitu dengan menyesuaikan
hipothalamus dengan panas di luar
(semacam termostat) sehingga
terjadi pengeluaran panas yang
bertambah dan produksi panas
tetap.
Anti inflamasi :
Obat yang dapat menghambat
terjadinya keradangan.
I. Golongan SALISILAT : Aspirin, Sod.Salisilat,
Salisilamid, Diflunisal, Benorilat dlsb
FOSFOLIPID
Hambatan kortikosteroid Enzim fosfolipase
ASAM ARAKODINAT
Enzim lipoksiginase Enzim siklo – oksigenase
Dihambat
obat-obat
“AINS”
HIDROPEROKSID HIDROPEROKSID
PGG2 / PGH
LEUKOTRIEN
Tromboksan Prostasiklin
PGE2, PGF2, PGD2
B2
Bekerjanya obat-obat golongan “NSAID”
Hypothalamus :
Anterior pengaturan pengeluaran panas
Posterior pengaturan produksi panas
Mekanisme Antipiretik :
mengembalikkan fungsi thermostat pada
hypothalamus ke keadaan normal
menghambat pembentukkan Prostaglandin E1
(PGE1)
Prototype : Aspirin
Efek farmakologis golongan Salisilat :
analgesic, anti piretik, anti inflamasi,
anti pirai
Ekskresi : renal
Ekskresi bertambah bila diberi Na.Bic
Analgetik, anti piretik, anti rematik
Anti thrombus, terutama untuk orang-orang yang
mempunyai tendensi terjadi throbus yi : orang-
orang yang sering mengalami kelainan pembuluh
darah otak dan jantung dengan dosis kecil
Anti gout ( dengan dosis besar )
Sebagai keratolytic agent pada penyakit jamur
dan sebagai counter irritant ( secara tropical )
EFEK SAMPING :
Alergi, iritasi lambung, hipoprothrombinemia
Gejala-gejala kelainan fungsi ginjal dan hepar
Kelainan pada pendengaran
KONTRA INDIKASI :
Ulcus pepticum
Haemophyli
Alergi
DOSIS :
Analgetic – antipiretik : 0,325g – 1g
Demam rematik akut : 5g – 8g/hari
Rheumatoid Arthritis : 5g – 6g/hari
DOSIS TOXIC MENYEBABKAN :
Salisilismus ( mual, muntah, rasa tidak enak,
bingung, tinnitus, vertigo )
Hypertherm ( terjadi panas yang berlebihan )
Kelainan perilaku ( bingung, agitasi, konvulsi )
Respirasi alkalosis
Respirasi asidosis
Rash
INTERAKSI DENGAN OBAT-OBAT LAIN :
Golongan salisilat karena dapat menyebabkan
acidosis maka dapat mengadakan i.a. dengan :
Diamox & Ammonium Chlorida E.S :asidosis
Chlorpromazin saling mendesak ikatan pada
plasma protein
Phenylbutazone s. d. a
Phenytoin s. d. a
Probenecid s. d. a
Methotrexat s. d. a
Tolbutamid s. d. a
Corticosteroid meng - i efek dari salisilat
Penicillin G meng - i sekresi dari salisilat
Sulfinpirazon mengurangi efek anti pirai
SEDIAAN :
Aspirin ( Acetosal )
Salisilamid, Na. salisilat ( efek <, iritasi >)
As. Salisilat, Metil salisilat ( iritasi >>>>>,
untuk topikal)
Acetanilid *
Phenacetin *
Acetaminophen / Paracetamol
* tidak digunakan lagi ( E/S : kelainan ginjal)
EFEK SAMPING :
Meth haemoglobinemia
Anemia hemolytic
Interstitial nephritis
Renal papillary necrosis
Carcinogenesis agent pada : visicosurinaria dan pelvis
dan urinalis
DOSIS :
anak-anak : 15 – 20 mg 3 – 4 x sehari
Dewasa : 500 – 1000 mg
GLAFENIN
Merupakan derivat sintetis Chloroquin
Khusus untuk analgetik
TOXISITAS :
Hipertensi & oedema ( karena retensi Na &
air )
Neuritis
Dermatitis exfoliativa ( alergi berat )
Ulcus pepticum
Agranulositosis
Kelainan hepar & ginjal
KONTRA INDIKASI :
Hipertensi
Kelainan jantung, ginjal, dan hepar
Alergi terhadap golongan pirazolon
Ulcus pepticum
SEDIAAN :
PHENYLBUTAZON :
Irgapyrin
Duplopyrin
Enkapyrin
OXYPHENBUTAZON :
Tanderyl
Sponderil
Rheozon
Efek :
analgetic, antipiretik (Efek : < ; E/S : >)
anti inflamasi
anti gout
Gol. Propionic. Acid :
Ibuprofen (Axalan; Brufen )
Ketroprofen (Profenid)
Fenoprofen
Naproxen (Naxen ; Synflex)
Gol. Anthranilic Acid :
Mefenamic Acid
Flufenamic Acid (Movilisin)
Meclofenamic Acid (Meclomen)
Gol. Acetic. Acid :
Indomethacin dan Diclofenac
IBUPROFEN Motrin, Brufen, Ifen
Hanya digunakan sebagai analgesic, anti
inflamasi
Absorpsi : lambung ( cepat )
Excresi : urine
Efek samping :
Iritasi lambung, gangguan penglihatan : sukar
membedakan warna ( bersifat, reversible ),
bingung dan sakit kepala, thrombocytopenia,
retensi air.
Kontra Indikasi : bumil & busui
Interaksi dengan obat lain :
di + Warfarin memperpanjang
di + Diuretika mengurangi efek diuretik
NAPROXEN
Absorpsi : lambung
Waktu paruh 14 jam ( jadi cukup 2x sehari )
Interaksi dengan obat lain = Ibuprofen
Efek samping : iritasi lambung, pusing, rasa lelah
Dosis untuk rematik : 2 x 250 – 375 mg/hr
2 x 500 mg/hr
MEFENAMIC ACID = Ponstan
Digunakan untuk analgetik, anti inflamasi, anti rematik
Tidak boleh digunakan untuk anak-anak kurang dari 14
tahun dan bumil karena bahaya yang ditakutkan adalah
Agranulositosis
Efek samping : iritasi lambung, leukopenia, eritema
kulit, anemia hemolitik
Dosis : 250mg tiap 6 jam (tidak boleh lebih dari 7 hari)
Digunakan untuk analgesic, anti rematik
E/S : = Ponstan
Gangguan fungsi hati peningkatan SGOT,
SGPT, alkali fosfat
Kontra Indikasi :
Illitis reginalis
Ulceratic colic
Kelainan hepar, renal
Antipiretik, analgetik, anti inflamasi, anti gout gol.
Salisilat
E/S : > digunakan khusus untuk anti inflamasi dan anti
gout akut
Mekanisme kerja : mengurangi sintesa PG.
Absorpsi : usus ( cepat )
Distribusi : 90% terikat plasma protein
Metabolisme : hepar
Excresi : urine,faeces, empedu (enterohepatic cycle)
Efek samping :
- Sal. Cerna : mual, muntah, diare, ulcus dicolon
& usus besar bagian bawah.
- SSP : halusinasi, vertigo, gangguan penglihatan,
sakit kepala
- Darah : agranulositosis, aplastic anemia, thrombocyte
ber Ө
- Alergi
NSAID yang memiliki unsur baru Oxicam
Waktu paruh 45 jam beri : 1 x sehari
Absorpsi : lambung (cepat)
E/S : iritasi lambung, pusing, tinitus, nyeri
kepala, eritema kulit
INDIKASI : hanya untuk anti inflamasi sendi,
rheumatoid arthritis, osteoarthritis,
spondilitis ankilosa
KONTRA INDIKASI : bumil, ulcus pepticum,
terapi, koagulan
DOSIS : 10 – 20 mg/hari.
Ada 2 kelompok obat utk penyakit pirai yi:
Obat yang menghentikan proses
inflamasi akut
Ex : kolkisin, fenilbutazon,oksifenbutazon,
indometazin
analgesic :Ө
Dosis :
Ringan : 0,2 – 0,4 g/hari
Berat : 0,4 – 0,6 g/hari
Untuk gangguan fungsi ginjal : 0,1 – 0,2
g/hari
Untuk hiperurisemia sekunder : 0,1 – 0,2
g/hari
Untuk anak 6 – 10 tahun : 0,3 g/hari
Untuk anak < 6 tahun : 0,15 g/hari
Mencegah dan mengurangi kerusakan sendi
serta pembentukkan tofi pada penyakit pirai
Tidak aktif untuk mengatasi serangan akut
Untuk pengobatan hiperurisemia sekunder
Kombinasi dengan salisilat : mengurangi efek
probenesid
Probenesid menghambat ekskresi melalui
renal obat-obat : Sulfinpirazon, Indometasin,
Penisilin, PAS dan Sulfonamida, o.k. itu
pemberian kombinasi obat-obat tersebut
perlu sesuaikan dosisnya
Dosis : 2 x 250 mg/hari selama seminggu
Diikuti dengan 2 x 500 mg/hari
mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi
pada penyakit pirai kronik berdasarkan hambatan
reabsorpsi tubular asam urat
serangan pirai akut : Ө
penurunan kadar asam urat lebih kecil daripada
Alopurinol
tidak boleh diberikan pada pasien dengan riwayat
ulkus peptic
hati-hati pemberian obat ini bila dikombinasikan
dengan obat-obat hipoglikemik oral karena
Sulfinpirazon dapat meningkatkan efek insulin
E/S : gangguan saluran cerna, anemia, leucopenia,
agranulositosis
Dosis : 2 x 100 – 200 mg/hari
Dapat dinaikkan ad 400 – 800 mg, kemudian
dikurangi pada dosis efektif minimal
Yaitu :
obat yang dapat
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan adiksi.
Codein
Thebain
Narcotine ( Noscapin )
Narceine
Hydromorphone ( dilaudid )
Hydrocodon ( hycodon )
3. Snythetic Narcotic
Meperidin = Pethidin, Demerol
Methadone
Butorphanol
Diphenoxylate
adiksinya)
Propoxyphene
Levorphanol
4. Narcotic Antagonist
Nalorphin
Naloxon
Naltrexon
Pada S.S.P : analgesik et narcosis, rasa kantuk
MORFIN :
- Dosis kecil 5 – 10mg :
Pada orang sakit, timbul keadaan Euphoria
Pada orang normal (tidak sakit), timbul
Disphoria
(rasa takut, gelisah, mual, muntah, ngantuk,
penurunan kemampuan berfikir)
- Dosis terapetik 15 – 20mg : menyebabkan
tidur dengan mimpi indah et rasa nyeri hilang,
penurunan pernafasan, miosis, konstipasi /
sembelit
- Dosis besar (over dose) : keracunan et koma,
pupil semakin mengecil (pin point), depresi ,
pernafasan death
Pada pusat pernafasan
Morfin menurunkan kepekaan pusat
pernafasan terhadap rangsangan CO2
penimbunan CO2 diserum, darah, alveoli
Kematian o.k. morfin pada umumnya
disebabkan karena : depresi saluran
pernafasan (kegagalan pernafasan)
Pada pusat Batuk
Morfin mendepresi pusat batuk dipakai
sebagai obat batuk
dosis obat batuk : tidak mengganggu pusat
pernafasan
dosis lebih tinggi : menyebabkan gangguan
pernafasan
Jadi : kepekaan morfin pada pusat batuk <
daripada pusat nafas
Pada Chemoreseptor
Morfin menstimulir CTZ = Chemoreceptor
Trigger Zone, pada medulla oblongata
sehingga menyebabkan mual dan muntah.
Pada Sistem Kardiovaskuler Autostatic
Hypotensi
Pada jantung:
Dosis terapi tidak berpengaruh
Dosis besar hambatan kontraksi
( mempengaruhi fetus )
METABOLISME :
di hepar mengalami konjugasi dengan asam
glukuronat
sebagian dikeluarkan dalam bentuk bebas
10% tidak diketahui nasibnya
EKSKRESI :
Lewat ginjal dalam bentuk sudah berubah
( konjugasi )
Sebagian kecil morfin bebas ditemukan
dalam tinja et keringat
Morfin yang terkonjugasi ditemukan dalam
empedu ( sebagian kecil )
Juga pada urine dalam bentuk bebas
Sebagai Analgesia
Menghilangkan rasa sakit yang hebat : trauma
hebat; patah tulang/fraktur; myocard infarct;
Colic pada ureter, empedu, usus; kanker
ganas untuk rasa sakit yang ringan tidak
dianjurkan penggunaannya
Sebagai penenang ( bila disertai nyeri )
Sering digunakan untuk premedikasi
(kombinasi dengan Atropin)
Sebagai obat batuk
Sangat potensi untuk menekan pusat batuk
Sebagai obstipan
Untuk terapi diare golongan anti spasmodik
Penggunaan Obat-obat golongan
narkotika dapat menyebabkan :
Habituasi
Toleransi
Adiksi
HABITUASI :
keinginan untuk terus memakai obat
tersebut dan dapat menyebabkan psychic
dependence.
Narkotika lemah
Codein
Propoxyphene
MORPHINE
METHADON
mempunyai duration of action ( lama kerja ) : lebih
panjang dari morfin
efek addict
efek euphoria < morfin
efek sedasi
Karena efek sedasi < : maka methadone tidak
dipakai sebagai premedikasi pada general anesthesi
MEPERIDIN = PETHIDINE
Efek :
Pada ssp :
- efek hipnotik
- efek analgesia : < morfin
- efek euphoria
- efek addict : > morfin
tidak menimbulkan miosis dan tidak mendepresi
pusat batuk
menyebabkan mual, muntah ( merangsang CTZ )
dosis >> : excitment dan konvulsi
pada otot polos : relaksasi ( seperti Atropin )
pada saluran cerna : spasme ( lebih lemah
daripada morfin )
bronchus : bronkhokonstriksi ( dosis >>>)
Efek Samping :
mulut kering, pandangan kabur
sedasi seperti skopolamin
dosis >>> : stimulasi ssp konvulsi
mual, muntah, keluhan sakit kepala dan efek-efek
seperti pada Atropin
Indikasi : analgesia dan premedikasi anestesi
KERACUNAN PETHIDIN :
depresi ssp : coma meninggal
Konvulsi
SEDIAAN :
Tablet ( p.o ) : 50 – 100mg
Ampul ( i.m ): 50mg /ml ( sering digunakan )
CODEIN
Pada S.S.P :
analgesia dan hypnose
potensi : 1/6 . Morfin
DIPHENOXILATE
Dikombinasikan dengan Loperamid ANTI
DIARE ( kronik )
= Nalorfin
= Naloxon
= Pentazocin
= Levallorphone
= Propiram
INDIKASI :
Mengatasi depresi nafas karena morfin dan
intoksikasinya
Bayi lahir, bila ibunya menggunakan morfin
Terapi ketergantungan morfin
AGONIST PARTIAL
PHENTAZOCINE
Efek terhadap ssp : mirip dengan efek opioid :