Anda di halaman 1dari 300

ANALGETIK – ANTIPIRETIK -

ANTIINFLAMASI
APA ARTINYA
ANALGETIK ?
ANTIPIRETIK ?
ANTIINFLAMASI ?
DEFINISI
ANALGETIK

• Obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri

ANTIPIRETIK

• Obat yang digunakan untuk mengatasi demam

ANTIINFLAMASI

• Obat yang digunakan untuk mengatasi inflamasi (nyeri, panas,


bengkak, merah)
• Contoh Inflamasi : Asam urat tinggi  tangan bengkak; Nyeri
lutut karena osteo arthritis; Dahi kejedot meja  bengkak
PENGGOLONGAN ANALGETIK

ANALGETIK ANALGETIK
OPIOID NON-OPIOID
SSP (Reseptor Opioid) Enzim Cox* atau HRC**

ANALGETIK - ANALGETIK -
ANTIPIRETIK ANTIINFLAMASI
ANALGETIK OPIOID JENIS ALKALOID
OPIUM
Golongan Fenantren

• Morfin
• Kodein  jg sbg Antitusif (Batuk kering)

Golongan Benzilisokinolin

• Noskapin
• Papaverin
MORFIN (FARMAKODINAMIK)
Mekanisme kerja

• Memiliki efek analgetik dengan menempati reseptor opioid jenis


reseptor µ
• Agonis reseptor µ  menghambat transmisi nyeri
• Memiliki afinitas yang lebih lemah ke reseptor ∂ dan K

Efek lain

• Pada SSP  Narkosis berupa euforia, disforia, mengantuk, konsentrasi


berkurang, mual muntah
• Mata  miosis (pelebaran pupil) Onset  PO 60 menit; IV 20
• Saluran nafas  depresi nafas menit; IM 30 – 60 menit; SC 50 -
• Dll 90 menit; Rectal 20 – 60 menit
Durasi  semua rute pemberian
• Morfin  Narkotika  Ketergantungan
sampai 7 jam
MORFIN (INDIKASI)
1. NYERI BERAT

• Nyeri akibat trauma (luka bakar, fraktur, pasca bedah)


• Nyeri Infark Miokard
• Nyeri unstable angina
• Nyeri pasien kanker
• Nyeri Neoplasma
• Nyeri Kolik renal atau empedu

2. EDEMA PARU AKUT

• Morfin IV dapat menghilangkan / mengurangi sesak


nafas karena edema paru / pulmonal
MORFIN (DOSIS DEWASA)
Nyeri berat secara umum

• PO 10 – 30 mg tiap 4 jam atau sesuai petunjuk dokter


• Rectal 10 – 20 mg tiap 4 jam atau sesuai petunjuk
dokter
• IV 2,5 – 20 mg tiap 2 – 6 jam atau sesui kebutuhan
atau memalui iv infusion dengan kecepatan infus 0,8
– 10 mg per jam atau iv infusion dgn kecepatan 2 – 4
mg tiap 5 menit
• IM atau SC 2,5 – 20 mg tiap 2 – 6 jam atau
seperlunya atau melalui infus dgn kec 0,8 – 10 mg
per jam
MORFIN (DOSIS DEWASA lanj…)

Nyeri Infark Miokard

• Parenteral secara umum 2 – 15 mg


diberikan melalui IV dan dosis dapat
diulang setiap 5 menit jika diperlukan
dengan dosis yang lebih kecil misal 1 – 4
mg
• Biasanya pasien membutuhkan dosis
total yang besar mencapai 2 – 3 mg/kg BB
MORFIN (DOSIS DEWASA )
Nyeri Pasien Kanker

• IV continuous awal 0,8 – 10 mg/ jam dan kemudian


ditingkatkan sampai dosis efektif yang dibutuhkan
• Loading dose ≥ 15 mg dapat diberikan sebelum iv continuous
• Dosis maintenance berkisar 0,8 – 80 mg/ jam infus IV

Nyeri unstable angina

• Untuk mengatasi nyeri unstable angina yang tidak merespo


thd pemberian 3x dosis SL Nitrogliserin
• IV 2 – 5 mg (dapat diulang setiap 5 – 30 menit sesuai respon
pasien)
MORFIN (BENTUK SEDIAAN)
Tablet

• PO 15 mg ; 30 mg

Suppositoria

• 5 mg; 10 mg; 20 mg; 30 mg

Injeksi (IV, IM, SC)

• 0,5 mg; 1 mg; 2 mg; 4 mg; 5 mg; 8 mg; 10 mg; 15 mg


/ mL
MORFIN
Efek samping

• Mual muntah • Dermatitis


• Tremor • Pruritus
• Urtikaria • Bersin - bersin

Adiksi

• Habituasi
• Ketergantungan fisik
• Toleransi

Kontraindikasi

• Hipersensitif thd morfi, Depresi nafas, Asma bronkial akut dan parah
KODEIN (INDIKASI + DOSIS DEWASA)

Nyeri

• Untuk nyeri sedang – berat yang tidak dapat diatasi


dengan analgetik-nonopioid
• PO 30 mg tiap 4 jam atau sesuai keperluan dan respon
pasien; dosis berkisar antara 15 – 60 mg setiap 4 – 6 jam

Batuk kering

• PO 10 – 20 mg tiap 4 – 6 jam
PATOFISIOLOGI NYERI, DEMAM, INFLAMASI
Demam juga diregulasi
oleh “heat regulating
center” di hipotalamus
sehingga antipiretik
biasanya bekerja di
Ditemukan di lambung,
renal dan platelets
“heat regulating
center”

COX-1 COX-2

prostaglandin prostaglandin

PGI2 PGE2 TXA2 PGE2 PGF2 Protease

Perlindungan Perlindungan Agregrasi Inflamasi


mukosa lambung lambung platelet
Fungsi Ginjal Nyeri
Demam Berhub dgn
Pembekuan
Nyeri darah fungsi jantung
Analgetik -
Antipiretik

Paracetamol / Asetosal
Ibuprofen
acetaminophen (Aspirin)

Tidak memiliki
Memiliki efek Memiliki efek
efek
antiinflamasi antiinflamasi
antiinflamasi
PARACETAMOL (FARMAKODINAMIK)

Mekanisme kerja

• Menghambat prostaglandin  menghambat


nyeri  memiliki efek analgesik
• Bekerja langsung di hipotalamus “heat-regulating
center”  menurunkan demam  antipiretik
• Walaupun menghambat prostaglandin tidak
memiliki efek antiinflamasi dan tidak berefek
samping ke lambung
PARACETAMOL (INDIKASI)

Nyeri (ringan – sedang)

• Sakit kepala
• Sakit gigi
• Nyeri haid

Demam
PARACETAMOL (DOSIS PEDIATRIC)
Nyeri dan demam

• Dosis PO untuk pediatric adalah sebagai berikut :


PARACETAMOL (DOSIS DEWASA)

Nyeri dan demam

•PO 500 – 650 mg setiap 4 – 6 jam atau


sesuai kebutuhan (max 4 g perhari)
•Rectal 325 – 650 mg tiap 4 jam atau
sesuai kebutuhan
PARACETAMOL
KONTRAINDIKASI

• Hipersensitiv dengan paracetamol / acetaminofen

PERINGATAN DAN PERHATIAN

• Hepatotosik  Pemakaian jangka panjang dapat


menyebabkan gangguan hati (↑ ALT terjadi pada pasien
yang mengkonsumsi 4g PCT selama 14 hari)

EFEK SAMPING

• Reaksi alergi  eritema, urtikaria (jarang terjadi)  cara


mengarasi hentikan pemakaian obat
NSAID (FARMAKODINAMIK)
Mekanisme kerja

• Menghambat cox 1 dan cox 2  menghambat prostaglandin  ANALGETIK + ANTI-INFLAMASI


• Karena menghambat cox 1  menganggu proteksi lambung  semua NSAID efek sampingnya
“MENGIRITASI LAMBUNG”  Harus diminum setelah makan
• Hati – hati pemakaiannya pada pasien dengan gangguan lambun, ginjal

NSAID SELEKTIF

• Terdapat NSAID selektif yang hanya menghambat cox 2  Tidak


menghambat cox 1  TIDAK MENGIRITASI LAMBUNG TAPI MALAH
MEMILIKI RESIKO EFEK SAMPING KE JANTUNG  Sudah tidak
direkomendasikan
• Ex : Celecoxib, Valdecoxib

INDIKASI

• SECARA UMUM NSAID  Nyeri, Inflammatory Disease, Dysmenorrhea


• Salah satu jenis NSAID yaitu Aspirin bisa berfungsi sebagai antiagregrasi platelet pada dos
NSAID (FARMAKODINAMIK)

INDIKASI

• SECARA UMUM NSAID  Nyeri, Inflammatory Disease,


Dysmenorrhea
• Salah satu jenis NSAID yaitu Aspirin bisa berfungsi
sebagai antiagregrasi platelet pada dosis tertentu
karena efek penghambatannya yang kuat pada
tromboksan (TXA2)  Digunakan pada kasus penyakit
karena penyumbatan pembuluh darah; seperti stroke
iskemik
PENGGOLONGAN NSAID

NSAID

Asam
Asam Enolat
Karboksilat

Derivat Asam Derivat asam Derivat Asam Derivat Asam Derivat Derivat
Asetat salisilat Propionat Fenamat Pirazolon Oksikam

Derivat Asam Derivat Asam


Fenilasetat – Asetat indol
DERIVAT ASAM FENIL ASETAT
Derivat Asam Fenil
Asetat

Diklofenak Fenklofenak

Natrium Diklofenak /
Sodium Diklofenak
VOLTAREN

Kalium Diklofenak /
CATAFLAM
Potassium Diklofenak
DIKLOFENAK (INDIKASI)
Inflammatory Disease

• Osteoarthritis
• Rheumathoid Arthritis

Nyeri

• Nyeri lutut
• Nyeri sakit gigi
• dll

Dysmenorrhea
DIKLOFENAK (DOSIS DEWASA)
Inflammatory Disease

Osteoarthritis Rheumatoid Arthritis

• Na Dicklofenak PO 50 • Na Diclofenak PO 50
mg 2 – 3 kali sehari mg 3 – 4 kali sehari
• Kalium diclofenak PO • Kalium Diklofenak PO
50 mg 2 – 3 kali sehari 50 mg 3 – 4 kali sehari
DIKLOFENAK
KONTRAINDIKASI

• Hipersensitif terhadap diklofenak


• Riwayat asma, urtikaria atau reaksi hipersensitif lain karena
aspirin (cross reaction)
• Terapi nyeri perioperative karena operasi CABG
• Sediaan kombinasi Na diklofenak + Misoprostol tidak boleh
untuk wanita hamil

EFEK SAMPING

• Mual
• Iritasi lambung  minum obat setelah makan
• Eritema
INDOMETASIN (INDIKASI)

Inflammatory Disease

• Osteoarthritis (OA)
• Rheumathoid Arthritis (RA)
• Gout Arhtritis

Nyeri

• Nyeri pundak
INDOMETASIN (DOSIS)

OA dan RA

• PO 25 mg 2 – 3 kali sehari, bila diperlukan dalam interval 1 minggu dapat ditingkatkan


25 – 50 mg perhari dengan sampai respon maksimal dgn dosis maksimal 150 – 200
mg/hari
• Rectal 25 mg 2 – 3 kali sehari

GOUT

• PO 50 mg 3 kali sehari sampai nyeri reda kemudian dosis dikurangi secara cepat dan
dihentikan

Nyeri pundak

• PO 75 – 150 mg perhari dalam 3 atau 4 dosis bagi. Hentikan obat jika gejala hilang
• Rectal 75 – 150 mg perhari dalam 3 atau 4 dosis bagi. Hentikan obat jika gejala hilang
• Terapi efektif dalam pemakaian selama 7 – 14 hari
INDOMETASIN

EFEK SAMPING

• Gangguan sal cerna  nyeri perut, diare, perdarahan lambung


• Sakit kepala hebat (20 – 25% pasien) + depresi dan bingung
• Agranulositosis, trombositopenia, anemia aplastik

KONTRAINDIKASI

• Hipersensitif terhadap indometasin


• Riwayat asma, urtikaria atau reaksi sensitif lain karena aspirin
atau NSAID lain (cross reaction)
• Rectal  riwayat perdarahan rectal
• Terapi nyeri perioperative pada operasi CABG
ASAM MEFENAMAT (INDIKASI + DOSIS)
Nyeri + Dysmenorrhea

• Terutama nyeri pada sakit gigi


• PO 500 mg awal selanjutnya 250 mg setiap 6 jam sesuai
kebutuhan
• Biasanya 500 mg 3 kali sehari

Demam

• Sudah tidak direkomendasikan untuk mengatasi demam


(antipiretik) krn efek sampingnya
ASAM MEFENAMAT
Efek samping

• Diare, mual muntah, nyeri perut, perdarahan lambung, urtikaria

Kontraindikasi

• Diketahui hipersensitif terhadap asam mefenamat


• Riwayat asma, urtikaria atau rx sensitifitas lain krn aspirin atau NSAID lain
• Terapi nyeri perioperative pada operasi CABG
• Inflamasi kronik atau ulcer aktif pada sal cerna atas bawah
• Gangguan ginjal

NOTES

• Tidak boleh digunakan pada anak < 14 tahun  dosis dan keamanan belum
dibuktikan
RESUME KATEGORI OBAT ANALGESIK U/ IBU HAMIL FDA

No Nama Obat Kategori FDA


1 MORFIN C
2 KODEIN C
3 MEPERIDIN C
4 METADON C
5 PARACETAMOL B
6 ASPIRIN C ; D pd trimester 3
7 IBUPROFEN C, hindari trimester ke 3
8 NA DIKLOFENAK C, hindari trimester ke 3
9 KALIUM DIKLOFENAK C, hindari trimester ke 3
RESUME KATEGORI OBAT ANALGESIK U/ IBU HAMIL FDA

No Nama Obat Kategori FDA


10 INDOMETASIN C, hindari trimester ke 3
11 KETOPROFEN C, hindari trimester ke 3
12 ASAM MEFENAMAT C, hindari trimester ke 3
13 PIROKSIKAM C, hindari trimester ke 3
14 MELOKSIKAM C. Hindari pd trimester 3
TERIMA KASIH 
OBAT HISTAMIN &
ANTIHISTAMIN
Pendahuluan

Histamin
• Senyawayang normal ada dalam jaringan tubuh
Sel mast & basophil
• Selain di sel mast, histamin cepat mengalami perubahan dan tidak
disimpan
Hidung, Selaput lender, mata, Saluran nafas, Bibir, Kulit, Leukosit
darah, Otak (bebas aktif).
• Hampir semua organ dan jaringan mengandung histamin,terutama
dalam sel mast (terikat & inaktif)
Peran histamin dalam tubuh

• Kontraksi dari otot–otot polos bronchus dan usus.


• Memperbesar permeabilitas kapiler udem & pengembangan
mukosa.
• Stimulasi ujung–ujung saraf nyeri & gatal–gatal.
• Vasodilatasi pembuluh kemerahan & rasa panas di wajah,
menurunnya resistensi perifer & tekanan darah.
• Memperkuat sekresi asam lambung, kelenjar ludah dan air mata.

Keadaan normal jumlah histamin dalam darah 50 mcg/L, sehingga


efek tersebut tidak nyata
Biosintesis Histamin

• Histamin: produk dari pertukaran zat asam amino


histidinberlangsung dalam jaringan tubuh secara enzimatis.
• Dalam usus halus: histidin berasal dari makanan yang
masukterutama daging.
• Histamin (manusia) diekskresikan sebagai metabolit polar
Reseptor Histamin (reseptor H1)
Reseptor H2
Reseptor H3

• Berfungsi : autoreseptor neural (prasinapsis) untuk memodulasi


sintesis & pelepasan histamin di SSP
• Reseptor : superfamili reseptor terkopel-protein G
• Reseptor H3 :
a. Jaringan syaraf yakni Sentral, Perifer
b. Lambung, paru2, jantung (hewan)

Wilson & Gisvold, 2013, Buku Ajar Kimia Medisinal Organik dan Kimia
Farmasi, Edisi 11
Antihistamin
A. Antagonis H1 Generasi Pertama
a. Golongan Aminoalkil Eter (Etanolamin)
b. Golongan etilendiamin

Mempunyai daya
anastesi lokal :
dikunyah diminum
bersama makanan
c. Golongan Piperazin (Siklizin)
Lanjutan…
d. Golongan Propilamin

• Feniramin : gugus fenil, gugus 2-piridil aril & gugus dimetilamino


terminal
• Merupakan antihistamin H1 paling aktif, efek sedasi <<Memiliki
sedikit kerja antiemetic
• Aktivitas antikolinergik signifikan (< aminoalkil eter)
e. Golongan Fenotiazin

1. Metdilazin
• ESO : kantuk
• Penggunaan bersama minuman beralkohol & depressan SSP harus
dihindari(1) Metdilazin, USP
• Digunakan sebagai tablet kunyah (kelarutan dlm air rendah)
• Terjadi anestesi lokal, jika tablet dikunyah & tidak segera ditelan
Lanjutan…

2. Prometazin HCl
• Kerja: antihistamin, antiemetik, antikolinergik & sedatif yg
potenSignifikan: memperkuat kerja obat analgesik & sedative
• Dosis lazim, Oral : 12,5 mg/4-6 jam atau 35 mg q.d.dI.M/ I.V :
12,5-25 mg/4-6 jam
• Bentuk sediaan : sirup, tablet, injeksi, suppositoria
f. Golongan Dibenzosikloheptan
B. Antagonis H1 Generasi Kedua

• ≠ efek sedasi pd dosis tx penetrasi SSP buruk &


afinitasthd reseptor histamin pusat, kolinergik
& adrenergik rendah
• Antagonis H1 kerja lama (> 12 jam) selektif krn
disosiasi lambat pd reseptornya.
• Sedikit afinitas thd reseptor muskarinik,
serotonik / adrenergik (gugus
difenilmetilpiperidin).
• Interaksi : antifungi imidazol (ketokonazol,
itrakonazol, flukonazol) & AB makrolida
(Eritromisin, Klaritromisin)
• Menghambat metabolisme: kadar obat
proaritmia
• Metabolit oksidatifprimer terfenadinBlocker reseptor H1 selektif
(antihistamin ≈ terfenadin)
• Efek antikolinergik ≠ signifikan.Interaksi : ≠ abnormalitas ritme
jantung
• Hanya 5 % dari total dosis yg dimetabolisme sisanya diekskresi
dalam empedu & urinT ½ 14 jam
• Dosis lazim, Oral : 60 mg b.i.d
Antagonis H2 (Inhibitor Pompa Proton)
Omeprazol

• Sediaan kapsul (lepas-lambat/salut enterik) ≠ tahan asam


• Mekanisme kerja: inhibitor pompa proton
• Kerja antisekretori : 24–72 jam, t ½ 1 jam
• Penggunaan: tx resiko kambuhan tukak duodenal, refluks
gastroesofageal, tukak lambung, hipersekretori patologis
• Dosis, lazim dewasa : oral 20 mg q.d
Lansoprazol

• Seperti Omeprazol
• Prodrug dlm biofase sel parietal (asam) metabolit aktifyg
berinteraksi dg secara permanen dg ATPase pompa.
• Formulasi : sbg granul salut-enterik per oral (terlindungi oleh
asam lambung)
• Dosis, tukak duodenum : 15 mg sekali sehari
• Esofagitis erosif : 30 mg
C. Antagonis H3 neuron peptidergik
Hisitaminergik Noradrenergik
• Reseptor histamin H pelepasan neurotransmitter
a. Neuron
b. Peptidergik
c. Hisitaminergik
d. Noradrenergik
e. Dopaminergik
f. Kolinergik
g. Serotonin
• Peran tx antagonis reseptor histamin H3-
a. Gangguan ingatan
b. Gangguna hiperaktivitas
c. Obesitas
d. Epilepsi
Penghambat Pelepasan Histamin (Penstabil
Sel Mast)
Terimakasih
HIPNOTIK SEDATIF
SEDATIF
Menekan aktivitas
Menghambat respon thd
rangsangan emosi
Menenangkan

HIPNOTIK
 kantuk
 mempermudah tidur
 mempertahankan tidur fisiologis
INDIKASI LAIN HIPNOTIK-SEDATIF

• Pelemas otot
• Antiepilepsi
• Antiansietas
• Induksi anestesi
KLASIFIKASI

1. Barbiturat
2. Non Barbiturat
• Benzodiazepin
• Kloralhidrat
• etklorvinol
• paraldehid
Barbiturat
 Klasifikasi → long acting (phenobarbital)
short-intermed acting
(pentobarb,secobarb)
ultra-short acting (thiobarb)
 Lipid soluble → absorpsi baik dan distribusi luas
 Metabolisme → hepar, inducer enz mikrosm → mdh
toleran
 Indikasi → “sedatif”, hipnotik, antikonvulsan, anestesi
umum, induksi konyugasi bilirubin pd icterus neonatus
 Efek samping→ngantuk, inkoordinasi, iritable, mulut
kering, (hangover) dan toleransi
 Intoksikasi → alkalinisasi urin
BARBITURAT

OBAT
– Fenobarbital, amobarbital, dll

MEKANISME KERJA
– Dosis rendah → Inhibisi sinaps dipertahankan
– Dosis tinggi → menurunkan kepekaan membran post synaptik
terhadap neurotransmitter perangsang
BARBITURAT
SSP ➔ depresi
– Sedasi – hipnotik – anestesi – koma - mati
SARAF PERIFER
– Menekan transmisi ganglion otonom
PERNAFASAN
– Depresi nafas sesuai dengan dosis
– Hipostatic Pneumonia → long acting
BARBITURAT

CVS
– TD menurun, DJ menurun ➔ syok

GIT
– Mengurangi tonus otot & amplitudo ➔
mengobati diare, muntah

HEPAR
– Meningkatkan aktivitas enzimatik sitokrom
P450, sehingga kecepatan metabolisme
meningkat
BARBITURAT
➢ FARMAKOKINETIK
➢ Peroral absorbsi cepat dan sempurna
➢ Melewati plasenta
➢ Terikat protein plasma
➢ EFEK SAMPING
➢ Vertigo
➢ Mual
➢ Diare
➢ Mialgia
➢ Neuralgia
➢ Artralgia
➢ Alergi
Intoksikasi Barbiturat

 Pupil konstriksi, RC +
 Depresi Napas
 Tekanan darah
 Oliguria → Anuria
 Pneumonia Hipostatik
Intoksikasi Barbiturat

▪ Penatalaksanaan
▪ Syok → Terapi Syok
▪ <24 jam → Bilas lambung
▪ Karbon aktif
▪ Pencahar
▪ Tx. Symptomatik
Benzodiazepin
 Efek tidur lbh enak dp barbiturat → menekan
fase 3-4 non REM
 Rebound terjadi stl 4-6 minggu (kecuali
flurazepam)
 Indikasi → anxiety, depresi, panic disorder,
muscle relaxant, premedikasi anestesi,
alkohol withdrwal syndr, hipnotik
sbg antikonvulsi→ status epileptikus,
tetanus, febrile conv.
 Efek samping
drowsiness, confusion, amnesia,hipotensi,
potensiasi dg obat depresan SSP
Benzodiazepin

 Flurazepam (Dalmane)
 Oxazepam (Serax)
 Lorazepam (Ativan)
 Diazepam (Valium)
 Chlordiazepoxide (Librium)
 Triazolam (Halcion) → (t1/2 < 2jam)
BZD Pharmacokinetics
IM/IV Dose Onset Dist Elim Active
Equiv t1/2 t1/2 Metab
Alprazolam 0.5 Int.(?) Int. 6-20 No

Chlordiazepoxide IV 10 Int. Slow 30-100 Yes

Clonazepam 0.25 Int. Int. 18-50 No

Clorazepate 7.5 Fast(?) Fast 30-100 Yes

Diazepam IV 5 Fast Fast 30-100 Yes

Lorazepam IM, IV 1 Int. Int. 10-20 No

Oxazepam 15 Slow Int. 8-12 No

Arana & Rosenbaum, Handbook


of Psychiatric Drug Therapy, 2000
BENZODIAZEPIN

SSP
➢ Hipnosis
➢ sedasi
➢ relaksasi
➢ ansiolotik
➢ antikonvulsi

CVS
➢ Vasodilatasi koroner (IV)
➢ TD menurun
➢ Umumnya ringan kecuali ada intoksikasi berat
BENZODIAZEPIN

PERNAFASAN
➢ Depresi ringan
➢ Depresi berat bila bersama dengan alkohol

GIT
➢ Pd tikus → mencegah timbulnya ulkus akibat
stress
➢ Pd manusia → Mengurangi sekresi asam
lambung waktu malam
BENZODIAZEPIN

FARMAKOKINETIK
➢ Diabsorbsi sempurna
➢ Bzd dan metabolit aktifnya terikat protein plasma
➢ Dapat melewati sawar uri
➢ Diekskresi ke ASI
➢ Metabolisme di hepar
BENZODIAZEPIN

EFEK SAMPING
❖ Lambat bereaksi,
❖ Inkoordinasi motorik,
❖ Ataksia,
❖ Gangguan fungsi mental & psikomotor,
❖ Gangguan koordinasi berfikir,
❖ Disartria,
Antagonis Benzodiazepin

Flumazenil
 MOA → menghambat potensiasi sbg kompetitif
inhibitor GABA-Bzd-Cl ionofor komplek
 Indikasi :
 Confirm Diagnose intoksikasi Benzodiazepin
 Terapi Intoksikasi → ETT -
 Terapi Hepatik Ensefalopati
ANTIKONVULS
AN
ANTIKONVULSI → ANTIEPILEPSI

 Epilepsi→ gangguan SSP, spontan


episodik,berulang dan berhubungan dengan
neuronal discharge berupa letupan listrik yang
berlebihan.
 Fokus ektopik → neuron epileptik
 Gejala serangan (seizure) dapat disertai kejang atau tidak
Klasifikasi Epilepsi

 General seizures :
 Generalized tonic-clonic (grandmal)
 Absence (petitimal)
 Atypical absence seizure
 Partial seizures :
 Simple partial seizure
 Complex partial seizure
 Partial secondarily generalized →
berkembang menjadi general → epilepsi
psikomotor
ETIOLOGI
 Partial seizure → lesi pd korteks
mekanisme seluler tidak jelas →
fokus ischemia, neuron inh (-), supersenst,
defesiensi nerotrans inh., aktivitas Na-K-ATPase
Faktor sistemik → hypoksia, alkalosis, kekurangan
elektrolit, eklamsia, gagal ginjal, kortikoid >,
alcohol withdrwal, intoksikasi logam berat

 General seizure → biasanya genetik


Mekanisme seizure

 Neuron :
 Neuron epileptik mencetuskan letupan depolarisasi
paroxysmal merubah potensial membran, berulang-
ulang, IPSP hilang dan letupan depolarisasi abnormal
menjalar ke sel sekitar
 Kanal ion :
 Terjadi defect pada transmisi sinap antar neuron
Mekanisme Kerja Antikonvulsan

1. Meningkatkan nilai ambang neron epileptik


2. Mencegah penyebaran seizure ke neron yang
masih normal

Pd umumnya obat antikonvulsan dapat


menghilangkan gejala (seizure)→50%,
sebagian seizure dapat ditekan sehingga
tidak menyebar
Efek Samping
 Phenytoin (Dilantin)→ mdh terjadi toksik :
 SSP → ataksia, diplopia, disarthria, ngantuk
 Kulit → hypersens: skin rash, steven-johnson
 Hyperplasi gingiva
 Hirsutisme
 Nausea, vomiting
 Agranulositosis (blood diskrasia)
 Hepatotoksik, teratogenik
 Interaksi obat
 Carbamazepine (Tegretol)
 ataxia,diplopia,dizziness,drowsiness
 Nystagmus, anorexia, nausea, rash, edema
 Agranulositosis, aplastic anemia
 Interaksi obat
Efek samping
 Phenobarbital (Luminal)
 Induksi enz mikrosom hepar
 Skin rash
 Nistagmus, ataxia
 Hypoprotrombinemia pd bayi
 Megaloblastik anemia
 Osteomalacia
 Primidone (Mysoline)
 Drowsiness, vertigo, nausea, ataxia
 Interaksi = phenobarbital
 Valproic acid
 Nausea, vomiting, anorexia
 Alopecia reversible, ataxia, insomnia
 Hepatic toxicity & pancreatitis
BENZODIAZEPIN
OBAT
– Diazepam, klordiazepoksid, lorazepam, klobazam,dll

MEKANISME KERJA
– Potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai
mediator

GABA + Bzd + klorida ionofor komplek



Pembukaan kanal Cl-

meningkatkan potensial listrik → Sel sukar tereksitasi
Obat
Psikotropika
Psikotropik

 Obat yg bekerja secara selektif pd susunan saraf


pusat (SSP) dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind
behavior altering drug)
 Digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik
Risiko Obat Psikotropik

 Obat Psikotropik
 Digunakan secara salah → misuse
 Disalah-gunakan →Abuse

Gangguan Jiwa :
 Intoksikasi akut
 Sindrom ketergantungan
 Keadaan putus obat
 Gangguan Psikotik
Klasifikasi Psikotropik

 ANTIPSIKOSIS
 ANTIANSIETAS
 ANTIDEPRESI
 PSIKOTOMIMETIK
Klasifikasi Psikotropik

 ANTIPSIKOSIS typical
 Derivat fenotiazin
 Klorpromazin,
 Thioridazin,
 Asetofenazin,
 Trifluoperazin triopopazat,
 Flufenazin, dll
 Non Fenotiazin
 Klorprotiksen
 Butirofenon
 Haloperidol
 ANTIPSIKOSIS atypical → obat antipsikosis baru
 Clozapin
 Sulpiride
 Risperidone
Klasifikasi Psikotropik

 ANTIANSIETAS
 Benzodiazepin
 Non Benzodiazepin
 ANTIDEPRESI
 MAOI (Mono Amin Oksidase Inhibitor)
 Nialamid
 Moclobemide
 TCA (TriCyclic Antidepressant)
 Amitriptilin
 Imipramin
 Clomipramin
 PSIKOTOMIMETIK
ANTIPSIKOSIS

 Sindrom psikosis terjadi berkaitan


dengan aktivitas neurotransmiter
Dopamine yang meningkat
(Hiperaktivitas dopaminergik sentral)
 Mekanisme kerja
Typical → memblokade Dopamine
pada reseptor dopamine pada otak
Atypical → Bekerja dengan Dopamin
dan serotonin reseptor sebagai
antagonis
Efek samping

 Sedasi dan inhibisi psikomotor


 Gangguan otonomik
 Gangguan Ekstrapiramidal
 Gangguan Endokrin
 Gangguan hematologik
SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA

 Psikiatrik Emergency
 Reaksi idiosinkrasi
 Gejala :
 Suhu badan >38
 Terdapat sind. Ekstra piramidal berat
 Gx. Disfungsi Otonomik
 Perubahan status mental
 Perubahan tingkat kesadaran
 Semua gejala timbul secara cepat
SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA

 Penatalaksanaan
 Hentikan segera antipsikosis
 Perawatan suportif
 Obat Dopamin agonis
 Bromokriptin
 L-Dopa
 Amantadin
Interaksi Obat

 Antipsikosis + Tricyclic antidepressant


 Efek samping antikolinergik meningkat
 Antipsikosis + antiansietas
 Efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk
kasus dengan gejala agitasi dan gaduh
gelisah yang sangat hebat
 Antipsikosis + Antasida
 Menurunkan efektifitas antipsikosis karena
gangguan absorpsi
ANTIDEPRESI

 Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif


salah satu atau beberapa “Aminergic-
neurotransmiter” (Noradrenaline, Serotonin,
dopamine) pada sinaps di SSP
 Mekanisme kerja :
 Menghambat re-uptake aminergic neurotransmiter
 Menghambat penghancuran neurotransmiter oleh
enzim Monoamin Oksidase
Mono Amin Oksidase Inhibitor
(MAOI)
 Fungsi MAO :
→ Deaminasi oksidatif katekolamin
di mitokondria
 MAOI menghambat proses
deaminasi oksidatif dengan
membentuk senyawa kompleks
dengan MAO
→ Kadar Noradrenalin dan
Adrenalin meningkat
Efek samping MAOI

 Sedatif
 Tremor
 Insomnia
 Konvulsi
 Ortostatik hipotensi
 Fenomena Tiramin
→Krisis Hipertensi
Tricyclic Antidepressant

 Mekanisme kerja dengan menghambat re-


uptake neurotransmiter di otak
 Efek samping :
 Sedatif
 Gangguan Otonomik
 Ortostatik Hipotensi
 Hiperhidrosis
 Kesulitan BAK
INTERAKSI OBAT
 MAOI + SSRI/TCA
→ Serotonin Malignant Syndrome
 Mual, muntah, diare
 Agitasi
 Gelisah

 MAOI + Obat simpatomimetik


→ Potensiasi terjadinya krisis hipertensi dan resiko
terjadi stroke
 MAOI + senyawa mengandung Tiramin
→ Dapat terjadi krisis hipertensi, dimana ada resiko
terjadinya stroke pada usia lanjut
 Obat antidepresi + CNS Depresan
→ Potensiasi efek sedasi dan penekanan terhadap
pusat napas resiko timbulnya “respiratory failure”
ANTIANSIETAS
 Sindrom ansietas disebabkan oleh hiperaktivitas dari
sistem limbik yg terdiri dari “dopaminergik, Serotoninergik,
noradrenergik neuron” yg dikendalikan oleh GABA-ergic
(suatu inhibitory neurotransmiter”
 Mekanisme kerja : Adanya ikatan antara obat
antiansietas dengan reseptornya akan meng-reinforce
GABA-ergic neuron sehingga hiperreaktivitas tersebut
mereda
Klasifikasi obat
antiansietas
 Benzodiazepin
 Diazepam
 Klordiazepokzid
 Lorazepam
 Clobazam
 Alprazolam
 Bromazepam
 Non Benzodiazepin
 Sulpiride
 Buspirone
Efek samping

❖ Lambat bereaksi,
❖ Inkoordinasi motorik,
❖ Ataksia,
❖ Gangguan fungsi mental & psikomotor,
❖ Gangguan koordinasi berfikir,

❖ Disartria,
SPEKTRUM KLINIS

 Diazepam/Klordiazepokzid
→ Broadspektrum
 Nitrazepam/Flurazepam
→ lebih efektif sbg anti Insomnia
 Midazolam
→ Onset cepat kerja singkat → premedikasi
operatif
 Bromazepam, Lorazepam, Clobazam
→ lebih efektif sebagai antiansietas
 Sulpiride
→ efektif untuk antiansietas dan resiko
ketergantungan kecil
OBAT ANTIANSIETAS

Nama Sediaan Dosis


Diazepam Tab. 2, 5 mg Oral 10-30 mg/hr

Inj. 10mg/2cc Inj. 2-10 mg/x

Rectal tube 5 mg/2,5 cc <10 kg = 5 mg

Rectal tube 10 mg/2,5 cc >10 kg = 10 mg

Klordiazepokzid Tab 5 mg 15-30 mg/hr

Lorazepam Tab 0,5-1-2 mg 2 x 1 mg/hr

Clobazam Tab 10 mg 2 x 10 mg/hr

Alprazolam Tab 0,25-0,5-1 mg 3 x 0,5 mg/hr

Sulpiride Cap 50 mg 100-200 mg/hr

Buspirone Tab 10 mg 15-30mg/hr


INTERAKSI OBAT

 Benzodiazepin + CNS stimulan


→ Antagonisme efek antiansietas, sehingga efek
benzodiazepin menurun
 Benzodiazepin + Antipsikosis
→ Manfaat efek klinis dari Benzodiazepin
mengurangi kebutuhan dosis antipsikosis,
sehingga resiko efek samping antipsikosis
berkurang
Terima
Kasih
OBAT PADA SALURAN
PERNAFASAN
1. Bronkodilator
2. Antihistamin

Pertemuan 4, 5
Sistem Pernafasan dan Fungsinya

Sistem Pernafasan terdiri atas saluran nafas dan pusat-pusat pernafasan

Saluran nafas terbagi atas saluran nafas bagian atas yang terdiri dari laring,
nasofaring, rongga hidung dan saluran nafas bagian bawah yang terdiri dari
atas alveolus,bronchus, bronchiolus dan trachea

Pusat-pusat Pernafasan berfungsi mengatur ritme pernafasan. Pusat batuk


berhubungan dengan pusat pernafasan

Ganguan Sistem Pernafasan terjadi karena depresi pusat pernafasan ,


hambatan pada saluran nafas, radang saluran nafas dan emfisema, pleuritis,
asma dan tumor
Depresi P u s a t P e r n a f a s a n

Apabila pusat pernafasan mengalami depresi karena


keracunan obat depresan seperti morfin, barbiturat ,
anestesi atau bahan industri umumnya diberi
pernafasan buatan

Penderita gangguan sistem pernafasan pada umumnya


mengalami kesulitan mengeluarkan dahak yang muncul
dalam bentuk penyakit :

• Asma
• ISPA (infeksi Saluran Nafas Akut )
• ISPA non Pneumonia
• Pneumonia
• Batuk
• Pilek
• Flu
Penyakit Asma
Penyakit asma dapat disebabkan oleh alergi akibat
debu,jamur, serbuk sari bunga atau bahan alergen lainnya
,stress , olah raga berlebihan yang mengakibatkan
kekejangan saluran nafas

Gejala asma :

• Sesak nafas
• Nafas bunyi (mengi)
• Batuk

Terapi asma dapat dilakukan dengan obat maupun non obat


Te r a p i asma t a n p a O b a t

Terapi asma tanpa obat terutama


ditujukan untuk pencegahan antara lain
dengan memberitahukan kepada
penderita agar mengetahui :
• Gejala awal sedini mungkin
• Faktor pencetus penyakitnya
Pentingnya olah raga pernafasan
• Faktor psikologis
Terapi asma d e n g a n O b a t

Terapi asma dengan obat ( farmakoterapi )


terutama ditujukan untuk mengatasi atau
mencegah penyempitan saluran nafas :
• Obat anti peradangan (anti inflamasi )
• Obat bronkhodilator (ekspektoran )
Obat asma hanya digunakan pada penderita yang telah dipastikan oleh dokter
bahwa ia menderita asma karena terkait dengan jenis obat yang kan digunakan
dan dosisnya
Sesak nafas tidak selalu berarti asma tetapi bisa juga karena penyakit paru
lainnya seperti TBC, emfisema, pneumoni dan bronkhitis kronis
Pengobatan Asthma dibagi atas : terapi
serangan akut, dan terapi pemeliharaan
• Serangan asthma akut diatasi dengan
spasmolitikum untuk melepaskan kejang bronchi.
Piliihan utama adalah rute inhalasi: salbutamol,
terbutaline. Bila perlu dibantu suppo aminofilin.
Jika tidak berefek, inhalasi dapat diulangi, bila
efek tetap tidak timbul, dapat diberikan injeksi i.v
dari aminofilin atau salbutamol. Beberapa model
terapi melengkapi dengan injeksi adrenalin.
• Terapi pemeliharaan dilakukan atas prinsip bahwa
asthma adalah peradangan. Maka beberapa jenis
antiinflamasi perlu diberikan sedini mungkin :
– Asthma ringan (1x/bln) dapat diobati dengan
salbutamol
monoterapi, atau terbutaline (1-2 inhalasi/minggu)
– Asthma sedang (1-4x/bln) : kortikosteroida
inhalasi spt beklometason dan flutikason dosis
rendah. Bila perlu kombinasi salbutamol.
– Asthma serius (1- 2x/mgg): kortikosteroide
dosis tinggi dan kombinasi salbutamol.
– Asthma berat (diatas 3x/mgg); diberika
kortikosteroid dosis tinggi, dan pada malam hari
B2- adrenergikum kerja panjang (salmeterol).
Bila perlu dikombinasi teofilin slow-release
1. Bronkhodilator:
* β2 adrenergik
* Antikolinergik
* Derivat Xantin
2. Antialergi:
* Antihistamin
* Mencegah pelepasan histamin
3. Kortikosteroid/antiradang
4. Mukolitik dan ekspektoran
Bronkodilator

Obat Simpatomimetik

( Adrenalin, efedrin, isoproterenol dan derivatnya :


salbutamol, terbutalin, fenoterol). Obat β2 adrenergik
mengaktivasi enzim adenilsiklase di dalam membrane
sel sehingga merubah ATP menjadi AMP.

Peninggian AMP dalam sel mengakibatkan efek tertentu


diantaranya pelemasan otot- otot yang menyebabkan
pelebaran bronkus.
Obat Asma

• Aminophyllin tablet 250 mg guna mengatasi kejang otot, emfisema


dan bronkhitis kronis
• Ketotifen Fumarate untuk pencegahan asma bronkhial dan rhinitis
kronis :
• Astifen tablet / syrup ( Kalbe Farma )
• Pehatifen tablet /syrup ( Phapros )
• Salbutamol sulfate untuk mengatasi asma khronik, emfisema,
bronkhospasme ;
• Dilatamol tablet / syrup (Bernofarma ),
• Ventolin tablet/syrup,inhaler (Glaxo)
• Nasal Decongestan
– Systemic, direct & indirect adrenergic agonist
• pseudoephedrine
– Topical, alfa-agonist
• Oxymetazoline, naphazoline, phenilephrine
• Antihistamins : CTM (Chlor Tyramin Maleat)
• Antitusive
– Central
• Opiate : codein, noscapine, dextromethorphan
• Nonopiate : carbetapentane, caramiphen
– Peripher : benzonatate
• Expectorant : gliseril guaiacolate
• Mucolytic :
Dekongestan sistemik
Pseudoefedrin
• Vasokonstriksi pembuluh darah mukosa
menurunkan kongesti hidung
• KI: hipertensi, pasca infark miokard,
hipertiroid
Dekongestan topikal
Oksimetazolin, nafazoline, fenilefrin
• Vasokonstriksi pembuluh darah mukosa
menurunkan peradangan dan sumbatan
pada hidung
• Efek samping
– Rebound congestion
– Irregular heartbeat
– Headeache
– Dizzines
– Tremor
Antihistamin
CTM
• Mencegah histamin bekerja pada reseptor
H-1
• Mencegah stimulasi refleks bersin
• Efek antimuskarinik menurunkan sekresi
lendir dan meningkatkan dilatasi bronkus
• Efek samping:
– Paralisis gerakan cilia
– Efek antikolinergik
– Sedasi
Antitusif
Kodein
• Menekan batuk, analgesik
• Kelemahan:
– Rasa pahit
– Mual & muntah
– Menurunkan peristalsis Î konstipasi
– Adiktif, euforia
– Sebabkan pelepasan histamin
– Overdosis: depresi nafas
Antitusif
Noskapin, dekstrometorfan
• Menekan batuk, tidak adiktif, kurang
menurunkan peristalsis
• Kelemahan:
– Tidak seefektif kodein
– Sebabkan pelepasan histamin
– Overdosis: efek halusinasi
Antitusif
Carbetapentane caramiphen,
chlorphedianol
• Dosis kecil pada pediatrik yang
dikontraindikasikan menggunakan opiat
• Kelemahan:
– Efek antikolinergik
Antitusif
Benzonatate

• Menurunkan sensitivitas reseptor batuk


perifer
• Kelemahan:
– Confusion
– Reaksi hipersensitifitas
– Konvulsi
Ekspektoran
Gliseril Guaiacolate
• Merangsang iritan-reseptor di lambung, sebabkan
stimulasi parasimpatik pada saluran cerna dan saluran
nafas
• Sebabkan sekresi mukus yang encer
• Meningkatkan gerak cilia
• Kelemahan : gangguan gastrointestinal
penggunaan pada anak ?
• Obat lain:
– Saponin (radix polygalae, radix primulae)
– Obat Emetik (radix ipekak, emetin)
– Amonium klorida, Kalium iodida
– Minyak atsiri (menthol, eukaliptus, thymi,
Mukolitik
Bromheksin & metabolitnya (ambroksol)
• Menguraikan mukus: meningkatkan hidrolisis
lisosoma & stimulasi kelenjar mukus
• Ambroksol merangsang produksi surfaktan,
menurunkan tegangan permukaan sehingga adesi
mukus pada bronkus menurun
Mukolitik

• Asetil sistein :
– Menguraikan mukus: memutus ikatan disulfida
protein
• Karbosistein:
– Bekerja intrasel : pembentukan lendir encer
Obat-obat penyebab kelainan saluran nafas
• Batuk : ACEi (kaptopril dll)
• Serangan asma:
– Reaksi anafilaksis obat
– Beta antagonis / simpatolitik
– Kolinomimetik (pilokarpin, piridostigmin)
– Salisilat
– Pentamidine nebulized
– Propafenone
– Prostaglandine f-2a
– Tartrazine
Obat-obat penyebab kelainan saluran nafas
• Acute pulmonary oedema / adult respiratory
distress syndrome
– Beta agonis iv
– Cytosine arabinoside
– HCT Nalokson
– Analgesik narkotik
– Salisilat
– Trombolitik

Obat-obat penyebab kelainan saluran nafas
• Emboli pulmonal
– Kontrasepsi oral
• Lupus like syndrome
– Hidralazine
– Fenitoin
– Prokainamide
• Interstitial pneumonia & fibrosis
– Amiodarone
– Obat sitotoksik / imunosupresif
Obat-obat penyebab kelainan saluran nafas
• Depresi nafas
– Alkolhol
– Antidepresan
– Antihistamin
– Analgesik narkotik
– Hipnotik sedatif (barbiturat & benzodiazepine)
• Efusi pleura & fibrosis
– Bromokriptin
– Dantrolene
– Methotrexate
– Metisergid
Obat-obat penyebab kelainan saluran Napas
• Infiltrasi akut & eosinofilia
– Nitrofurantoin
• Infiltrasi eosinofil kronik
– Aspirin - Naproksen
– Bleomisin - Penicillamine
– Carbamazepine - Penisilin
– Chlorpromazine (CPZ) - Fenitoin
– Garam emas - Procarbazine
– Imipramine - Sulfasalazine
– Methotrexate - Sulfonamide
– Asam Nalidiksat - Tetrasiklin
HIPERTENSI

Evi Mustiqawati, S.Si., M.Biomed


Hipertensi dikenal secara luas sebagai
penyakit kardiovaskular.

Selain mengakibatkan gagal jantung, penyakit ini dapat berakibat


terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.

Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan,


dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut.
Definisi

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial secara


presisten. Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang diukur pada
dinding arteri dalam satuan mmHg
• Dua tekanan darah arteri yang diukur

1. tekanan darah sistolik


(systolic blood pressure [SBP])
2. dan tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure [DBP]).

SBP didapat setelah kontraksi jantung dan diwakili dengan nilai puncak,
sementara DBP terjadi setelah kontraksi saat ruang jantung terisi dan
diwakili dengan nilai nadir.
Klasifikasi
The Seventh Report of the Joint National Committee on the
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC7) mengklasifikasikan tekanan darah dalam 4 kategori yaitu
tekanan darah normal, pre hipertensi, Hipertensi tahap 1, dan
hipertensi tahap2.

KATEGORI SBP (mmHg) DBP (mmHg)

Normal < 120 Dan <80


Pre HTN¹ 120 – 139 Atau
80-89
HTN tahap 1 140 – 159 Atau

HTN tahap 2 ≥ 160 Atau 90-99

≥100
Mekanisme

• Mekanisme humoral Hipertensi yaitu karena terjadinya abnormalitas


Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (SRAA). Sistem Renin-
Angiotensin-Aldosteron dimulai dengan adanya Renin yang
merupakan enzim yang disimpan di dalam sel juxtaglomerular yang
berada di arteriol aferen ginjal. Pelepasan renin dimodulasi oleh
faktor intrarenal (seperti angiotensin II, katekolamin, dan tekanan
perfusi ginjal), dan juga faktor ekstrarenal (seperti natrium, klorida,
dan kalium).
Sel juxtaglomerular berfungsi sebagai alat sensor, dimana pada
penurunan tekanan ateri ginjal dan aliran darah ginjal dapat dikenali
oleh sel ini, dan kemudian menstimulasi pelepasan renin. Begitu juga
dengan peristiwa menurunnya kadar natrium dan klorida yang
ditranspor ke tubuls distal, peningkatan katekolamin, serta penurunan
kalium dan/atau kalsium intrasel dapat memicu sel juxtaglomerular
untuk melepaskan reni
Renin mengkatalisis perubahan angiotensinogen menjadi angiotensin I
di dalam darah. Angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II oleh
angiotensin converting enzyme (ACE). Setelah berikatan dengan
reseptor spesifik (yang diklasifikasikan sebagai subtipe AT1 dan AT2),
angiotensi II menyebabkan respon biologis pada beberapa jaringan.
Pasien yang mengalami hipertensi mungkin saja tampak sehat atau
memiliki faktor-faktor risiko kardiovaskuler seperti:
1. Usia (≥ 55 th untuk pria; dan 65 th untuk wanita)
2. Diabetes mellitus
3. Dislipidemia (peningkatan kolesterol low-density lipoprotein [LDL],
kolesterol atau trigliserida total; rendah kolesterol high-density
lipoprotein [HDL])
4. Mikroalbuminuria
5. Riwayat keluarga yang mengalami penyakit kardiovaskuler di usia
muda
6. Obesitas (body mass index = 30 kg/m2 )
7. Kurangnya aktivitas fisik
8. Merokok
Terapi Non Farmakologi

• Pengobatan non farmakologis terdiri dari :

1. Menurunkan berat badan berlebih


2. Mengurangi konsumsi alkohol berlebih
3. Mengurangi asupan garam
4. Membatasi minum kopi
5. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan
asupan lemak
6. Menghentikan merokok
7. Cukup istirahat dan tidur
8. Latihan fisik
Terapi Farmakologi
5 kelas yang paling umum digunakan dalam terapi Hipertensi
adalah sebagai berikut: (antihipertensif primer) yaitu:

1. Diuretik

Ada empat kelas diuretik, dimana diuretik tiazid dianggap sebagai obat
hipertensi pilihan utama sebagai obat tunggal atau dikombinasi dengan
antihipertensi golongan lain yang dapat meningkatkan efektivitasnya.
Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menengah yang
menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium
pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan
volume urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada
arteriol,
sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama yang dapat
diberikan sekali sehari.
2. Penghambat Reseptor b (b-blocker)
Diperkirakan ada beberapa cara b-bloker untuk menurunkan
tekanan darah, yaitu :

1. Pengurangan denyut jantung dan kontraktilitas miokard


menyebabkan curah jantung berkurang. Refleks
baroreseptor serta hambatan reseptor b2 vaskular
menyebabkan resistensi perifer pada awalnya meningkat.
Pada pemberian kronik r esistensi perifer menurun, mungkin
sebagai penyesuaian erhadap pengurangan curah jantung
yang kronik
2. Hambatan pelepasan norepinefrin melalui hambatan
reseptor b2 prasinaps
3. Hambatan sekresi renin melalui hambatan reseptor b1 di
ginjal, dan
4. Efek sentral.
Contoh obat-obat golongan β-blocker antara lain, propanolol,
atenolol,βxolol, bisoprolol, acebutolol.
3. ACE inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi)
menghambat secara kompetitif pembentukan
angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif,
yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal,
jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II
merupakan vaso‐konstriktor kuat yang memacu
penglepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral
dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin
II ini akan menurunkan tekanan darah.
4. Antagonis Angiotensin II(Angiotensin II Reseptor
Blocker [ARB])
Reseptor angiotensin II ditemukan pada pembuluh
darah dan target lainnya. Disubklasifikasikan menjadi
reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1 memperantarai
respon farmakologis angiotensin II, seperti
vasokonstriksi dan penglepasan aldosteron. Dan oleh
karenanya menjadi target untuk terapi obat. ARB
mempunyai banyak kemiripan dengan ACEi, tetapi
ARB tidak mendegradasi kinin. Efek samping ACEi dan
ARB diantaranya mengganggu fungsi ginjal,
hiperkalemia karena menurunkan produksi
aldosteron. Perbedaan antara ACEi dan ARB adalah
batuk kering yang merupakan efek samping yang
dijumpai pada 15% pasien yang mendapat terapi ACEi.
5. Penghambat Saluran Calsium (Calcium channel blocker)

Calcium channel blockers (CCB) dapat dibagi kedalam dua


kelas yaitu golongan dihidropiridin (nifedipin) dan
golongan nonhidripiridin (verapamil dan diltiazem).
CCB dihidropiridin sangat efektif untuk pasien yang
mengalami isolates systolic hypertension.
CCB bekerja dengan cara menurunkan influks ion kalsium
ke dalam sel miokard, sel‐sel dalam sistem konduksi
jantung, dan sel‐sel otot polos pembuluh darah.
Efek ini akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan
pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung
dan memacu aktivitas vasodilatasi, interferensi dengan
konstriksi otot polos pembuluh darah.
Semua hal di atas adalah proses yang bergantung pada ion
kalsium. Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia pada
beberapa pasien DM tipe 1 dapat berkurang.
OBAT ANTI HIPERTENSI
Obat anti hipertensi

• Hipertensiadalahpenyakitkardiovaskuleryang terbanyak

• 24% penduduk AS memiliki hipertensi

• Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah diginjal,


jantung dan otak

• Kerusakan pembuluh darah akan mengarah pada peningkatan insiden


sigagal ginjal, penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke
Pengaturan tekanan darah

Tekanan darah dipertahankan melalui


pengaturan cardiac output dan peripheral
vascular resistance pada lokasi:
- Arteriol
- Postcapillaryvenules
- Jntung
• Lokasi ke4 adalah ginjal

• Mengaturtekanan darah dengan cara mengatur volume intravaskular

• Barorefleks diperankan oleh saraf otonom yang bekerja sama dengan


mekanisme humoral, Sistem Renin-angiotensin-aldosteron

• Berfungsi untuk mengkoordinasi4 lokasi pengaturan untuk


mempertahankan tekanan darah
• Semua obat antihipertensi bekerja pada satu
atau lebih mekanisme pengaturan tekanan darah

• Terdapat4 kelompok obat antihipertensi

• Diuretika

• Obat-obatan simpatoplegia

• Vasodilator

• Obat-obatan yang menghambat produksi atau kerja angiotensin


Terimakasih
Obat Kardiovaskuler
Tujuan Instruksional:
– Menjelaskan sistem kardiovaskuler
– Menjelaskan patofisiologi kardivaskkuler
– Menjelaskan jenis-jenis obat
kardiovaskuler
Kardiovaskuler

• Sistem dari Kardiovaskuler :


1. Sirkulasi darah ke seluruh tubuh diatur oleh jantung
2. Kontraksi otot jantung dan irama jantung diatur oleh SSO
3. Kontraksi jantung terjadi karena rangsagan adrenoseptor beta yang menyebabkan
pertukaran ion Na dan K dsertai inlfuks ion Ca
4. Jantung berkontraksi dengan otomatis
5. Setiap gangguan ada jantung akan berpengaruh pada pembuluh
darah demikian sebaliknya.
6. Semakin bertambah usia seseorang akan berpengaruh pada fungsi jantung dan
kelenturan pembuluh darah
Patofisiologis Kardiovaskuler
• Decompensatio Cordis
– Disebut gagal jantung karena daya pompanya lemah sehingga aliran
darah
terganggu dan menimbulkan oedema
• Aritmia Jantung
– Aritmia adalah gangguan irama jantung karena
terjadinya peningka tan frekuensi detak jantung
(tachycardia ventriculer ), fibrilas dan flutteri
• Angina Pectoris & Infark
– Angina pectoris adalah nyeri dada yang disebabkan
berkurangnya aliran darah di arteri koroner
– Infark terjadi karena penyumbatan pada arteri koroner
sehingga menimbulkan kematian jaringan otot jantung
Patofisiologis Kardiovaskuler

• Hipertensi
– Tekanan darah yang tinggi memaksa jantung bekerja
keras dan mengalam gangguan Apabila diastolenya
menetap tinggi akan menyebabkan gagal jantung
• Aterosklerosis dan Arteriosklerosis
– Aterosklerosis adalah kondisi pengerasan pembuluh
darah yang
disebabkan karena faktor usia lanjut
– Arteriosklerosis bukan penyakit karena faktor usia lanjut
Penggolongan Obat Jantung

• Obat Gikosida Jantung untuk penderita Gagal Jantung (


decompensatio cordis )
• Obat Anti aritmia untuk penyakit aritmia
• Obat Dilator Koroner untuk pengobatan infark dan angina
pectoris
• Obat Antihpertensi untuk pengobatan hipertensi
• Obat Antisklerotik untuk atherosklerosis
Obat Glikosida Jantung
• Glikosida jantung juga disebut kelompok obat digitalis
• Jenis obat ini mampu meningkatkan kerja otot jantung namun
ekskresi obat ini berjalan lambat sehingga cenderung
menimbulkan kumulasi
• Efek obat ini mengurangi sesak nafas, oedemproduks kemih
meningkat, tekanan darah, nadi dan EKG terjaga dalam batas
normal
• Gejala toksisitas obat digitalis a.l. :
• Mual,muntah dan diare
• Bradikardia
• Psiksis, sakit kepala dan bingung
Obat Glikosida Jantung

• Sediaan obat :
– Digitalis tablet
– Digitoxintablet , i.v
– Digoxin tablet, i.v.
– Lanatosid tablet, iv
– Strofantin i.v. untk kondisi
darurat
Antiaritmia
• Dua jenis obat yang umum diberikan :
– Quinidine Sulfat 200 mg- 400 mg
– Prokainamid 500 – 1000 mg
– Kedua obat dapat diberikan secara oral dan i.m
• Gejala toksisitas obat ini yaitu:
– Sakit kepala, bingung, mual, muntah, nyeri perut.
Obat Dilator Koroner

• Fungsi obat ini pada umumnya


melebarkan arteri koroner dan menjaga
agar tidak terjadi penyumbatan
• Sediaan obat dilator koroner a.l.:
• Golongan Nitrat
• Antagonis kalsium
• β-blocker
Obat Dilator Koroner

• Fungsi obat ini pada umumnya


melebarkan arteri koroner dan menjaga
agar tidak terjadi penyumbatan
• Sediaan obat dilator koroner a.l.:
• Golongan Nitrat
• Antagonis kalsium
• β-blocker
Antagonis Kalsium

• Fungsi obat antagonis kalsium adalah untuk menghambat


influks kalsium kedalam otot jantung sehingga kontraksi otot
antung berkurang
• Jenis obat ini yaitu :
• Verapamil tablet
• Diltiazem tablet , Herbresser tablet (Tanabe Abadi)
• Nifedipin – Adalat (Bayer) tablet 5 mg,10 mg
β Blocker
• Obat β blocker menghambat adrenoseptor di jantung, pembuluh
darah perifer, bronchus, pankreas, dan hati digunakan juga sebagai
obat antihipertensi
• Jenis obat ini dalam bentuk sediaan:
• Propanolol ( generik ) tablet, atau Inderal tablet (Astra Zeneca
) 10 mg tablet
• Bisoprolol (generik ) tablet 10mg atau Concor (Merck )
5mg dan10 mg tablet
• Atenolol ( generik ) tablet , Tenormin ( Astra Zeneca ) table 50
mg dan 100 mg
• Pindolol ( generik ) atau Visken ( Novartis ) tablet 5 mg
Obat Hipertensi (antihipertensi)

• Jumlah penderita hipertensi di Indonesia semakin meningkat aiat pola


makan yang berlemak yang berarti juga meningkatnya penderita
penyakit jantung
• Berdasarkan tinjauan klinis, hipertensi dibedakan atas hipertensi primer
dengan penyebab yang tidak jelas (e causa incognita) dan hipertensi
sekunder yang disebabkan perubahan pada organ tubuh secara patologik
• Berdasarkan tingkat keparahannya, hipertensi dibedakan atas
• Hipertensi berat : diastolik > 1 1 0 mm Hg dan/atau
sistolik ≥ 180 mm Hg
• Hipertensi sedang : diastolik 100-109 mm Hg
dan/atau sistolik 160-179 mm Hg
• Hipertensi ringan : diastolik 90 –99 mm Hg dan/atau
sistolik 140-159 mm Hg
Obat Hipertensi (anthipertensi )

• Tujuan pengobatan hipertensi adalah mengurangi morbiditas


dan mortalitas penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi
dengan cara mengendalikan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler
• Pengobatan hypertensi dapat dilakukan dengan
farmakoterapi dan non farmakoterapi
• Pengobatan non farmakoterapi dengan mengendalikan BB,
pembatasan asupan Sodium, lemak jenuh dan alkohol, olah
raga dan tidak merokok
Hipertensi dan pengobatannya

• Tekanan darah yang tinggi menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan
apabila tekanan diastole berkecenderungan menetap tinggi maka dapat
dipastikan akan terjadi kegagalan fungsi jantung
( heart failure )
Faktor-faktor yang menyebabkan hypertensi a.l.
– Perubahan cardiac output, viskositas darah, elastisitas pembuluh
darah , hormon thtyroid dan adrenalin, sekresi renin di ginjal .
Untuk mengatasi hipertensi :
– Jangan merokok
– Kurangi berat badan
– Olah raga
– Atasi stress
– Minum obat anti hipertensi
Farmakoterapi Hipertensi

• Obat Diuretik
• β Blocker
• Antagonis Kalsium
• Vasodilator
• Penghambat ACE
• Adrenolitik
Obat antihipertensi
• Sistem pengaturan tekanan darah dalam tubuh sudah ada yang disebut
Renin-
Angitensin-Aldosteron System ( RAAS).
• Bila tekanan darah di glomeruli turun, sel ginjal otomatis membentuk renin
yang dilepas kedalam plasma darah dan setelah bertemu dengan protein
tertentu menjadi angitensin 1 .
• Angiotensin 1 oleh enzym ACE diubah menjadi Angiotensin 2 yang lebih
bersifat aktif
• Angiotensin 2 menimbulkan rangsangan sekresi hormon
aldosteron yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
• Obat antihipertensi antara lain :
• Captopril , enapapril yang menghambat enzym ACE
• Saralasi yang berfungsi menghambat reseptor Angiotensin 2
• Beta blocker dan Diuretika yang berfungsi mempengaruhi
sekresi renin
Obat antihipertensi

• Sistem pengaturan tekanan darah dalam tubuh sudah ada yang


disebut Renin-Angitensin-Aldosteron System ( RAAS).
• Bila tekanan darah di gomeruli turun, sel ginjal otomatis membentuk renin
yang dilepas kedalam plasma darah dan setelah bertemu dengan protein
tertentu menjadi angitensin 1 .
• Angiotensin 1 oleh enzym ACE diubah menjadi Angiotensin 2 yang
lebih bersifat aktif
• Angiotensin 2 menimbulkan rangsangan sekresi hormon aldosteron yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
• Obat antihipertensi antara lain :
• Captopril , enapapril yang menghambat enzym ACE
• Saralasi yang berfungsi menghambat reseptor Angiotensin 2
• Beta blocker dan Diuretika yang berfungsi mempengaruhi sekresi
renin
Obat Antisklerotik
• Atherosklerosis merupakan penyakit gangguan metabolisme
lipoprotein yakni kolesterol, trigliserid,fospolipid dan asam lemak
( HDL/LDL)
• Etiologi atherosklerosis a.l. faktor keturunan, banyak makan-kurang
gerak, obesitas, gangguan hormonal, asap rokok, polusi, emosi negatif
da alkohol
• Sediaan obat atherosklerosis a.l. Clofibrate, Suplemen
Omega 3, Simvastatin, Kolestiramin, Probukol dls
Terimakasih
PRINSIP DASAR
TERAPI ANTIMIKROBA
beserta contoh obatnya
REALITA …
 Antimikroba = penggunaan dan
penyalahgunaan paling tinggi di dunia.
 Kewaspadaan meningkat namun peresepan
antimikroba yang tidak rasional tetap saja
menjamur, swamedikasi yang tidak jelas,
tekanan waktu pada dokter untuk segera
memberi resep (dan menghasilkan duit tentu
saja !), dan hasil diagnosis yang tidak tepat.
“Jika penanganan penyakit infeksi ingin
diperbaiki, maka para dokter dan apoteker
harus lebih jeli dan lebih bijaksana dalam
pemilihan dan penggunaan antimikroba”.
MIKROBA
 BAKTERI
 VIRUS
 FUNGI
 PROTOZOA
PRINSIP PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK

1. Apakah antibiotik perlu untuk diberikan?


2. Apakah spesimen yang tepat telah diambil,
diperiksa, dan dikulturkan?
3. Mikroorganisme apa yang paling banyak
ditemukan?
4. Jika terdapat beberapa pilihan antibiotik,
manakah yang terbaik untuk digunakan?
5. Apakah kombinasi antibiotik diperlukan?
PRINSIP PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK
6. Hal-hal apa sajakah yang penting untuk
dikenali sehubungan dengan keadaan pasien?
7. Rute pemberian apa yang terbaik digunakan?
8. Berapa dosis yang tepat?
9. Apakah terapi awal memerlukan modifikasi
setelah data kultur diperoleh?
10. Berapa durasi pengobatan yang optimal, dan
apakah terjadi perkembangan resistensi selama
terapi jangka panjang diberikan?
INDIKASI ANTIBIOTIK
1) Infeksi serius yang mengancam nyawa pasien
(mis; meningitis, endokarditis, atau pasien yang
mengalami neutropenia dan mengalami demam
sehingga mengancam nyawa)
2) Infeksi terlokalisasi (pneumonia, ISK, infeksi
pada luka, dll)
3) Kecurigaan adanya infeksi (sampai data kultur
diperoleh, pengobatan tetap dilanjutkan, jika
hasil kultur negatif baru dihentikan)
MEKANISME AKSI
 Menghambat metabolisme sel
Mis ; sulfonamid, trimetoprim
 Menghambat sintesis dinding sel
Mis ; Gol.Beta laktam dan sefalosforin
 Mengganggu permeabilitas membran sel
Mis; polimiksin
MEKANISME AKSI
 Menghambat sintesis protein
Mis; Kloramfenikol dan tetrasiklin
 Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat
Mis; rifampisin dan gol. kuinolon
DIAGNOSIS INFEKSI
 Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(laboratorium)
 Fisik : ada tidaknya demam (>36-37,8oC), nyeri, dan
gejala spesifik lain (misalnya ruam)
 Laboratorium : pemeriksaan LED, hitung darah
lengkap (FBC), Pemeriksaan mikrobiologis, C-
Reactive Protein (CRP), tes fungsi hati, apusan darah
tepi, pemeriksaan urin, tinja, dll
 Teknik untuk uji lanjutan (ELISA dan PCR)
 Pemeriksaan penunjang antara lain : foto toraks,
USG abdomen dan jantung, CT-scan, MRI, dan
radioactive-nuclear imaging
JENIS MIKROORGANISME
Berdasarkan informasi klinis dan data pengecatan
gram, sebuah “tebakan cerdas” biasanya mesti
dilakukan.
1) Focal findings (genitourinarius, pulmoner, kulit,
dll) akan memberi pengaruh yang kuat dalam
penentuan jenis m.o
Mis; pasien pneumonia-dapatan memiliki
sputum gram + diplokokus, terapi diarahkan
untuk mengatasi Streptococcus pneumoniae
2) Umur pasien (mis; pada kasus pneumonia, usia
rentan = tua (>45 thn)
JENIS MIKROORGANISME
3) Infeksi nosokomial, biasanya adalah kasus basil
gram negatif yang resisten terhadap antibiotik
(MRSA atau Vankomycin-Resistant Enterococci)
4) Tingkat keparahan penyakit, biasanya
dipengaruhi oleh kondisi m.o yang sudah
bermutasi
5) Data kultur (yang lebih cepat diperoleh), akan
lebih membantu dalam mencegah resistensi
antibiotik dan melihat seberapa efektif
antibiotik empirik yang diberikan
PILIHAN ANTIBIOTIK
1) Lihatlah pedoman pilihan obat yang ada
(pharmacotherapy handbook dan Blue book of
infections)
2) Periksalah efek samping yang akan dihasilkan
(mis; reaksi anafilaksis akibat penisilin,
kerusakan gigi akibat tetrasiklin, penghambatan
pembentukan kartilago oleh cipro)
3) Apakah antibiotik tersebut dapat berpenetrasi
pada daerah infeksi? (penting untuk
pengobatan meningitis, osteomielitis, dan
prostatitis)
PILIHAN ANTIBIOTIK
4) Perhatikan spektrumnya (bakteriostatik atau
bakterisid). Pilihlah sesuai kebutuhan
5) Besar biaya yang akan digunakan (didasarkan
atas biaya antibiotik itu sendiri (generik atau
paten), biaya pemberian (spoit atau alat lain),
jumlah antibiotik yang diberikan (tunggal atau
kombinasi), dll)
SPEKTRUM ANTIMIKROBA
 Mikrostatik (contoh bakteriostatik)
Bakteriostatik : antimikroba hanya menghentikan
pertumbuhan mikroorganisme
 Mikrosid (contoh bakterisid)
Bakterisidal : antimikroba dapat mematikan mikroorganisme
 Resistensi : kemampuan mikroba untuk tidak
terbunuh/terhambat pertumbuhannya oleh suatu
antimikroba
 Kadar hambat minimal: kadar minimal yg diperlukan utk
menghambat pertumbuhan org
 Kadar bunuh minimal : kadar minimal yg diperlukan utk
membunuh mikroorganisme
 Aktivitas mikrostatik dapat menjadi mikrosid bila kadar ditingkatkan melebihi
KHM
KOMBINASI ANTIBIOTIK
1) Pencapaian efek sinergisme (cotrimoxazole,
penisilin-aminoglikosida)
2) Pada pasien demam dan leukopenia
3) Superinfeksi (multipel infeksi)
4) Menghambat resistensi (digunakan secara luas
pada kasus tuberkulosis)
5) Pencegahan inaktivasi obat (ampi-sulbaktam,
amox-as.klavulanat)
6) Pencegahan metabolisme obat yang tidak
diinginkan (cilastatin-imipenem, cilastatin
mencegah ginjal memetabolisme imipenem)
SINERGIS VS ANTAGONIS
 Sinergisme sangat diharapkan saat melakukan
kombinasi antimikroba utamanya pada pasien
imunosupresan
 Contoh penggunaan sinergisme : kasus endokarditis
bakterialis yang ditangani dengan penisilin +
gentamicin (atau streptomisin) lebih dapat diterima
secara farmakologis daripada penggunaan penisilin
sendiri
 Mikrostatik pada umumnya tidak dikombinasi
dengan mikrosid karena tidak memberikan makna
klinis
MEKANISME RESISTENSI
 Kondisi / sifat tidak terganggunya kehidupan sel
mikroba oleh antimikroba
1) Perubahan tempat kerja obat pada mikroba
2) Mikroba turunkan permeabilitas membran
selnya sehingga obat sulit tembus
3) Inaktivasi obat oleh mikroba
4) Mikroba bentuk jalan pintas untuk hindari tahap
yang dihambat oleh AM
5) Mikroba tingkatkan produksi enzim yang
dihambat oleh AM
TINJAUAN PASIEN
1) Faktor Genetik, defisiensi glukosa-6-fosfat
dehidrogenase dapat menyebabkan hemolisis
akibat penggunaan sulfonamid, nitrofurantoin,
dan kloramfenikol
2) Kehamilan dan masa menyusui, lihat dalam
profil tiap antibiotik (mana yang diekskresi
lewat air susu atau dapat ditransfer via
plasenta)
3) Fungsi ginjal, monitor kadar kreatinin, cystatin-
C, dan BUN
4) Fungsi hati, cek enzim hati (SGPT, SGOT)
TINJAUAN PASIEN
5) Umur,
❑ Neonatus miliki organ yang belum berkembang
sepenuhnya ; Fungsi glukuronasi hepar belum
lancar, mudahkan efek toksik kloramfenikol,
Fungsi ginjal belum sempurna, mudahkan
efek toksik obat yang lambat eliminasi
❑ Lansia alami kemunduran fungsi organ, reaksi
tubuh terhadap obat berubah
RUTE PEMBERIAN
1) Intravena , digunakan pada infeksi serius
a) Continuous, sedikit iritasi pada vena
b) Intermiten, lebih disukai untuk antibiotik
bakterisid (fluorokuinolon dan aminoglikosid)
untuk tetap menjaga konsentrasi obat sambil
mencegah efek resistensi
2) Oral, digunakan pada infeksi ringan sampai
sedang (tidak mengancam jiwa)
SEBAB KEGAGALAN TERAPI

1. Dosis kurang
2. Masa terapi kurang
3. Salah tetapkan etiologi
4. Faktor farmakokinetik (accelerated elimination)
5. Pilihan AM kurang tepat
6. Faktor pasien
TERIMAKASIH
OBAT-OBAT
GASTROINTESTINAL
(antiemetic, H2-blocker
dan PPI)
Pertemuan 11, 12
OBAT PENCERNAAN
adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobiliar
Saluran pencernaan terdiri dari :
• mulut,
• tenggorokan,
• kerongkongan,
• lambung,
• usus halus,
• usus besar,
• rektum
• anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu : pankreas,
hati, kandung empedu.
Sistem pencernaan berfungsi :
• menerima makanan
• memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses
yang disebut pencernaan)
• menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
• membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
dari tubuh
KLASIFIKASI
1. Antasida
2. H2 reseptor antagonis
3. Antiemetik
4. Antikolinergik
5. Hepatoprotektor
6. Antibiotik
7. Proton pompa inhibitor
8. Prokinetik
9. Antidiare
10. Laksatif
8 Kategori besar yaitu :
1. Obat antasida dan antiulserasi
2. Obat regular GIT, antiflatulen (obat kembung) dan
anti inflamasi
3. Obat antispasmodik
4. Obat antidiare
5. Obat laksatif atau obat pencahar (obat sembelit)
6. Obat digestan
7. Obat kolagogum, kolelitolitik dan hepatoprotektor
8. Obat hemoroid
• HCL
• Disekresi oleh sel parietal karena rangsangan makanan
• Mempertahankan pH lambung 1 s/d 4
• Sekresi, dirangsang oleh
• Makanan berlemak
• Alkohol yang berlebihan
• Stres emosional
• Tipe obat-obatan pengontrol asam
• Antasida
• H2 antagonist
• Proton pump inhibitor
• Antasida : Mekanisme kerja
• Meningkatkan mekanisme pertahanan mukosa
• Sekresi:
• Mukus: barier protektif terhadap HCL
• Bicarbonat : buffer asam dari HCL
• Prostaglandin: mencegah aktivasi proton pump penurunan
produksi HCL
• Antasid tidak mencegah overproduksi asam
• Antasida menetralisir asam
ANTASIDA DAN ANTIULSERASI

mengobati ulkus / luka / tukak ( Ulkus Peptikum adalah


luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena
lapisan saluran cerna telah termakan oleh asam lambung
dan getah pencernaan ) seperti :
• Ulkus duodenalis / ulkus duodenum, merupakan jenis ulkus peptikum yang
paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari), yaitu
beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.
• Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang
lengkung atas lambung.
• Esofagitis ( peradangan) dan ulkus esofagealis karena regurgitasi (aliran
balik) berulang dari asam lambung ke dalam kerongkongan bagian bawah.
• Hiperasiditas (keasaman berlebih) dan kondisi hipersekresi asam lambung
oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison, mastositosis sistemik).
Gastritis / maag
• Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi
oleh Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel
penghasil lendir di lapisan lambung). Maka obat maag yang
sering diberikan mengandung bismuth atau antibiotik
(misalnya amoxicillin dan claritromycin) dan obat anti-tukak
(omeprazole).
• Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang
paling berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma
(cedera) yang terjadi secara tiba-tiba.
Pencegahan : antasida (untuk menetralkan asam lambung) dan
obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan
pembentukan asam lambung).
• Antasida : Efek obat
• Mengurangi nyeri terkait dg asam lambung
• Meningkatkan pH lambung dari 1,3 1,6 (menetralisr 50% asam
lambung)
• Meningkatkan pH 1 point (1,3 2,3) menetralisir 90% asam
lambung
• Mengurangi keasaman mengurangi nyeri
• Digunakan tunggal atau kombinasi
• Antasida: garam aluminium
• Bentuk: carbonat, hydroxida
• Menyebabkan konstipasi
• Sering digunakan bersama magnesium untuk menekan efek
konstipasi
• Contoh:
• Aluminium carbonat
• Garam hydroksida
• Produk kombinasi (aluminium dan magnesium): maalox, mylanta
dll
• Garam magnesium
• Bentuk: carbonat, hydroxide, oxide, trisilicate
• Sering menyebabkan diare, biasanya dikombinasaikan dg
zat lain untuk menekan efek ini.
• Hati-hati pada penderita gagal ginjal, menyebabkan
hypermagnesemia
• Contoh:
• Garam hydroksida: magnesium hydroksida
• Garam carbonat (bentuk kombinasi)
• Produk kombinasi: Maalox dan Mylanta (alumenium dan
magnesium)
• Garam Kalsium
• Bentuk bermacam-macam, namun paling banyak bentuk
carbonate
• Beberapa menyebabkan konstipasi
• Dapat menimbulkan batu ginjal
• Penggunaan lama dapat menimbulkan rebound fenomen
(hyperacidity)
• Contoh : calsium carbonate
• Sodium bicarbonat
• Sangat larut
• Buffer keasaman HCL
• Onset cepat namun lama kerja singkat
• Dapat meyebabkan alkalosis metabolik
• Antasida dan antiflatulens
• Antiflatulens digunakan untuk mengurangi gejala-gejala
nyeri terkait gas
• Beberapa obat digunakan untuk mengikat atau
mempengaruhi gas saluran cerna dan sering ditambahkan
pada produk antasida kombinasi
• Efek samping antasida
• Minimal dan tergantung senyawa yg digunakan
• Aluminium dan calsium: konstipasi
• Magnesium : diare
• Calsium carbonat: menimbulkan gas dan sendawa, sering
dikombinasi dg simetikon
• Interaksi obat
• Menurunkan absorpsi obat lain yg digunakan bersama
antasida
• Chelating
• Ikatan secara kimiawi dan inaksivasi obat lain
• Menghasilkan komplex yg tidak larut
• Antagonist Histamin Type 2 (H2)
• Mengurangi sekresi asam
• Paling populer:
• Cimetidin (tagamet)
• Famotidine (pepcid)
• Ranitidin (Zantac)
• Mekanisme Kerja
• Blok histamin (H2) pada reseptor sel parietal penghasil asam
• Produksi ion hidrogen berkurangberkurang produksi HCL
• Indikasi:
• GERD
• PUD
• Erosive esophagitis
• Terapi tambahan kontrol perdarahan GI
• Efek samping:
• 3% insiden E/S
• Cimetidin: impoten dan gynecomastia
• Gejala lain: Sakit kepala, lethargy, bingung, diare, urtikaria, berkeringat,
flushing.
• Interaksi obat
• Cimetidin
• Berikatan dg enzym mikrosom P-450 pada hati, sehingga
menghambat oksidasi beberapa obat dan meningkatkan
kadar obat
• H2 antagonist menghambat absorpsi obat yg memerlukan
suasana asam
• Smoking mengurangi efektifitas H2 bloker
• Proton Pump Inhibitor
• Berikatan dg enzim H+/K+ ATPase
• Hasilnya: achlorhydria (semua sekresi asam lambung
diblok)
• Contoh:
• Omeprazole (prilosec)
• Lansoprazole
• Pantoprazole
• Esomeprazole (nexium)
• Indikasi:
• GERD
• Erosive esophagitis
• Zolinger-Ellison syndrome
• H.pylori –induced ulcer
• Misoprostol
• Analog Prostaglandin sintetik
• Prostaglandin mempunyai aktifitas sitoprotekstif:
• Melindungi mukosa gaster dari injuri dg meningkatkan
produksi mukus atau bicarbonat
• Meningkatkan regenerasi sel lokal
• Membantu mempertahankan aliran darah mukosa
• Digunakan untuk mencegah NSAID-induced gastric ulcers
REGULATOR GIT ANTIINFLAMASI &
ANTIFLATULEN
Pada kelompok obat ini adalah obat-obat yang berfungsi
sebagai:
• Pengatur fungsi dan gerak dari gastrointestinal atau sering
disebut regulator GIT
• Obat kembung atau antiflatulen digunakan untuk
meteorisme.
• Anti radang atau pembengkakan pada saluran cerna atau
disebut antiinflamasi
Contoh obat kelompok ini adalah :
• Cisapride, meningkatkan pergerakan atau kontraksi dari lambung dan
usus.
• Dimethicone dan derivatnya, menurunkan tegangan permukaan dari
gas sehingga buih di dalam pencernaan membentuk gelembung yang
besar yang mudah dikeluarkan oleh tubuh.
• Clebopride, diindikasikan untuk mual & muntah yang disebabkan
berbagai hal baik obat maupun penyakit.
• Metoclopramide, merangsang motilitas saluran pencernaan
makanan tanpa mempengaruhi sekresi lambung, empedu atau
pankreas.
• Domperidone, antiemetik (antimuntah) prokinetik, dengan efek
seperti metoclopramide.
• Hyoscine, antikolinergik dengan fungsi untuk gangguan kontraksi
saluran pencernaan, kandung empedu, saluran kemih dan saluran
alat kelamin wanita.
ANTISPASMODIK
obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna
yang mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan
sebagainya.
Beberapa contoh :
• Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah kejang
otot),
• Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan untuk
mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat ini membantu mengobati
kram perut dan abdominal.)
• Mebeverine
• Papaverine, (golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan
empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer
dan mesenterik.)
• Timepidium
• Pramiverine
• Tiemonium
• Antidiare dan laxatives
• BAB sering dan lunak
• Diare akut:
• Onset tiba-tiba pd penderita yg sebelumnya sehat
• Berlangsung selama 3 hari sampai 2 minggu
• Diare kronis
• Berlangsung lebih dari 3 minggu
• Sering disertai dg deman, hilang nafsu makan, muntah, penurunan
BB dan badan lemas yg kronis
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi
buang air besar.( Perubahan frekuensi & konsistensi ) dari kondisi
normal. Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60-90% air,
pada diare airnya bisa mencapai lebih dari 90%.

Diare merupakan suatu gejala, pengobatannya tergantung


pada penyebabnya.
• untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti
difenoksilat, codein, paregorik (opium tinctur) atau
loperamide.
• untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin,
pektin dan attapulgit aktif.
• diarenya berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di
rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui
infus.
• Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan
yang mengandung air, gula dan garam
• Mekanisme kerja
• Absorbent:
• Melapisi ddg sal.cerna
• Mengikat bakteri atau toksin penyebab, kemudian dikeluarkan melalui
tinja
• Contoh: bismuth subsalicylate, kaolin-pectin, activated charcoal,
attalpugite(kaopectate)
• Anticholinergik:
• Menurunkan tonus otot polos dan peristaltik GITract
• Contoh: alkaloid belladona, atropin.
• Intestinal flora modifiers
• Organisme lactobacillus: menggantikan bakteri yg hilang pd sal GItract,
menekan pertumbuhan bakteri penyebab diare.
• Contoh: L.acidophilus
• Opiat
• Mengurangi motilitas usus dan mengurangi spasme rectum
• Menurunkan transit time usus banyak air dan elektrolit terserap
• Contoh: codein, loperamid..
• Efek samping obat antidiare
• Anticholinergik:
• Retensi urin, impotence, sakit kepala, mengantuk, bingung, cemas,
kulit kering, flusing, mata kabur, hipotensi, bradikadia
• Opiat:
• Mengantuk, lethargy, nusea, vomiting, anoreksia, konstipasi,
depresi nafas, bradikardia, retens urin, flushing.
Anti diare yang ideal :
• harus bekerja cepat,
• tidak menyebabkan konstipasi,
• mempunyai indeks terapeutik yang tinggi,
• tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat,
• tidak menyebabkan ketergantungan..
Contoh antidiare :
• Racecordil, memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya mengembalikan
keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus.
• Loperamide, golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas
saluran cerna
• Nifuroxazide , bakterisidal terhadap E coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan P aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
• Dioctahedral smectite, melindungi barrier mukosa usus & menyerap toksin, bakteri,
serta rotavirus
• Laxatif (obat pencahar)
• Konstipasi
• Defekasi yg sulit dan jarang
• Gejala, bukan penyakit
• Gangguan gerakan kolon dan atau rectum
• Dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan obat-obatan.
• Mekanisme kerja
• Bulk forming (pembentuk massa)
• Tinggi serat
• Menyerap air untuk meningkatkan masa feses
• Distensi usus untuk memulai aktivitas usus
• Emollient
• Pelunak feses dan lubrikans
• Meningkatkan jumlah air dan lemak dalam feses
• Lubrikasi feses dan dinding usus
• Contoh: stool softener (docusate salt), lubricants (mineral
oil).
• Hyperosmotic
• Meningkatkan kandungan air feses
• Menyebabkan: distensi usus, meningkatkan peristaltik, dan
defekasi
• Contoh: polyethylene glycol, sorbitol, glyserin, lactulosa
• Saline laxative
• Meningkatkan tekanan osmotik dalam sal.cernadistensi
usus, meningkatkan peristaltik dan defekasi
• Contoh: magnesium sulfate, megnesium hydroxida,
magnesium citrate, sodium phosphate( fleet enema)
• Indikasi
• Laksatif: pemebentukan masa feses
• Emollient: softening feses yg mengeras.
• Hyperosmotik : konstipasi kronis, persiapan diagnostik
• Saline: konstipasi, persiapan diagnostik
• Stimulans: konstipasi akut, persiapan diagnostik
• Efek samping
• Pembentuk massa: tinja keras, overload cairan
• Emollient: skin rash, berkurangnya absorpsi vitamin
• Hyperosmotic: kembung, iritasi rectum
• Saline: keracunan magnesium( renal insuff), cramp, diare,
haus.
• Stimulant: malabsorpsi nutrien, skin rash, gastric iritasi,
iritasi rectum.
• Semua laxansia menyebabkan elektrolit imbalance.
LAKSATIF/PENCAHAR
Sembelit (konstipasi) adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami kesulitan buang air besar atau jarang
buang air besar. Jika konstipasi disebabkan oleh suatu
penyakit, maka penyakitnya harus diobati.
pencegahan dan pengobatan terbaik untuk konstipasi adalah
gabungan dari olah raga, makanan kaya serat. Sayur-sayuran,
buah-buahan dan gandum merupakan sumber serat yang
baik.
usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah
atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang
memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik).
Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah
:
• Bulking Agents. Bulking agents (gandum, psilium, kalsium
polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada
tinja.
• Pelunak Tinja. Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat
diserap oleh tinja.
• Minyak Mineral. Minyak mineral akan melunakkan tinja dan
memudahkannya keluar dari tubuh.
• Bahan Osmotik. Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar
air ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah
dilepaskan.Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus
besar dan merangsang kontraksi.Pencahar ini mengandung garam-
garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan
sorbitol).
• Obat-obat antiemetik
• Definisi:
• Nusea: perasan tidak enak sebelum muntah
• Emesis(vomiting): pengeluaran isi lambung dan kadang isi usus
secara tiba-tiba.
• Vomiting centre (VC) dan chemoreceptor trigger zone (CTZ) berada
di intracerebral, stimulus area ini menyebabkan muntah
• Mekanisme kerja:
• Anticholinergik (ACh blocker)
• Berikatan dan memblok reseptor ACh di labyrinth telinga bagian
dalam
• Blok transmisi rangsangan mual ke CTZ
• Blok transmisi rangsangan mual dari formasi retikularis ke VC
• Contoh : scopolamine
• Digunakan pada mabuk perjalanan
• Antihistamin (H1 receptor blockers)
• Menghambat Ach dg mengikat reseptor H1
• Mencegah stimulasi cholinergik pd area vestibular dan
retikular, sehingga mencegah Nusea dan Vomiting
• Contoh: Diphenhydramine(Benadryl),
prometazine(Phenergan)
• Juga digunakan untuk batuk nonproduktif dan untuk sedasi
• Neuroleptic agents
• Antagonist reseptor dopamin pd CTZ
• Contoh: Chlorpromazine (CPZ), Prochlorperazine.
• Digunakan untuk gangguan psychotic
• Prokinetic agents
• Antagonist reseptor dopamin pada pusat CTZ
• Menyebabkan CTZ tidak sensitif thd impuls yh berasal dari
GItract
• Juga merangsang peristaltik GItract, meningkatkan waktu
pengosongan lambung
• Contoh : Metoclopramide(premperan), cisaprid dan agonist
motilin (erytromisin)
• Digunakan juga untuk GERD, waktu pengosongan lambung
yg lambat
• Serotonin blockers
• Blok reseptor serotonin pd GItract, CTZ dan VC
• Contoh: Dolasetron, Granisetron(Kytril),
Ondansetron(Zofran)
• Digunakan pada pasien mual-muntah post kemoterapi dan
postoperasi
• Tetrahydrocannabinoids(THC)
• Zat psychoactive dalam marijuana
• Efek hambatan pd formatio reticularis, thalamus dan cortex
cerebri
• Merobah persepsi tubuh dan perasaan thd lingkungan
• Contoh: Dronabinol (Marinol)
• Digunakan pd penderita post kemoterapi dan wasting synd.
Pd penderita AIDS
KOLAGOGUM, KOLELITOLITIK DAN HEPATIK
PROTEKTOR
Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan saluran
cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah.Obat yang
menstimulasi aliran empedu ke duodenum disebut Kolagogum.
Hingga kini belum ada pengobatan efektif pilihan untuk penyakit hepatitis yang
kronis karena virus.
Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini , seperti di bawah
ini :
• Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung, dan efek pada siklus
enterohepatik pada efek korelatif potensial asam empedu dan efek
imunomodulate.
• AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial
yang terdiri dari asam amino Valin, Leusin, & Isoleusin. Pada penderita
penyakit hati kronis atau sirosis hati kadar AARC ini akan menurun.
Pemakaian biasanya dikombinasi dengan asam amino lainnya atau vitamin
dan mineral.
• Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat
asam organik utama yang diproduksi oleh hati, disintesa hati
dari kolesterol. Chenodeoxycholic acid dan asam kolat adalah
asam empedu yang paling penting pada manusia. Indikasi :
batu empedu kolesterol, khususnya pada pasien yang
beresiko tinggi untuk pembedahan, tidak dapat ditolong
dengan pembedahan sama sekali atau yang menolak
kolesistektomi (membuang kandung empedu yang sakit atau
yang berisi batu dengan pembedahan).
• Zat aktif lainnya, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin,
ekstrak rimpang-rimpangan maupun tanaman lainnya yang
dalam penelitian bermanfaat untuk kesehatan hati.
HEMOROID
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang
mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding
rektum dan anus. Wasir yang tetap berada di anus disebut
hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari
anus disebut hemoroid eksternal (wasir luar). Wasir bisa
terjadi karena peregangan berulang selama buang air besar,
dan sembelit (kesulitan buang air besar, konstipasi) bisa
membuat peregangannya bertambah buruk. Penyakit hati
menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal dan
kadang-kadang menyebabkan terbentuknya wasir
Pengobatan Hemoroid / Wasir
• Biasanya, wasir tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila menyebabkan
gejala.
• Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan
yang menyertainya.
• Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami
perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.
• Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi,
diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan
wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
• Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin
3-6 kali pengobatan.
• Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser),
sinar infra merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik
(elektrokoagulasi).
• Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal
Kandungan obat hemoroid / wasir

• Polidocanol, sediaan injeksi (ampul).


• Senyawa bismuth dan kombinasinya, Kombinasi
Hydrokortison, suppositoria.
• Ekstrak tumbuh-tumbuhan, Graptophyllum pictum,
Sophora japonica , dll
• Senyawa flucortolone dan kombinasi senyawa alumunium,
senyawa zink, hydrokortison dan lidokain dalam bentuk
krim.
OBAT DIGESTAN
Obat membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau
campurannya, berguna memperbaiki fungsi pencernaan, bermanfaat
pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan.
Sediaan digestan :
• Enzim pankreas
Dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin & pankrelipase.
Mengandung amilase, tripsin (protease) & lipase. Pankrelipase
berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipase relatif lebih tinggi dari
pankreatin.
• Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan
enzim pankreas.
• Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya, mengatasi
batu kolesterol kandung empedu
OBAT-OBAT ANTIHIPERLIPIDEMIK
Defenisi

Obat-obat antihiperlipidemik
(hipolipidemika) adalah golongan obat yang digunakan
untuk menurunkan kadar lipida darah yang melebihi
ambang batas normal.

Lipida darah (lipid plasma) terdiri dari lemak-lemak


netral (trigliserida), kolesterol (kolesterin) dan
fosfolipida. Karena lipid tidak larut dalam air, zat
tersebut dibawa dalam plasma dari jaringan ke
jaringan dengan cara terikat pada protein. Lipid yang
terikat dengan protein plasma ini disebut lipoprotein.
Lipoprotein dikelompokan menjadi 4, yaitu :

1. Khilomikron
2. Lipoprotein kerapatan (densitas) sangat
rendah (VLDL = Very Low Density Lipoprotein),
disebut juga pre--lipoprotein.
3. Lipoprotein kerapatan rendah (LDL = Low
Density Lipoprotein), disebut juga -
lipoprotein.
4. Lipoprotein kerapatan tinggi (HDL = Hight
Density Lipoprotein), disebut juga -
lipoprotein.
HDL memiliki prosentase protein lebih
banyak dan prosentase lipid lebih
sedikit. Fungsinya adalah untuk
menghilangkan kolesterol yang
tertimbun dari aliran darah dan
membawanya ke hati.
Karena itu HDL dikatakan mempunyai
kerja melindungi terhadap
aterosklerosis (pengerasan, hilangnya
elastisitas serta penyempitan lumen
pembuluh arteri), sehingga HDL
disebut kolesterol “baik”.
Farmakoterapi

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan


kelebihan lipida darah (Hiperlipidemia) biasanya
ditujukan untuk :

1. menurunkan produksi lipoprotein oleh jaringan


2. meningkatkan perombakan (katabolisme)
lipoprotein dalam plasma
3. mempercepat bersihan kolesterol dari tubuh.
Obat-obat dapat digunakan tunggal atau
kombinasi, tetapi harus disertai diet rendah lipid,
terutama kolesterol dan lemak jenuh.
Obat-obat
1. Niasin atau Asam Nikotinat (vitamin B7)
Obat ini mempunyai kemampuan menurunkan lipid yang luas,
tetapi penggunaan dalam klinik terbatas karena efek samping
yang tidak menyanangkan
Mekanisme kerja : menghambat lipolisis
trigiliserida menjadi asam lemak bebas.
Di hati, asam lemak bebas digunakan
sebagai bahan sintesis trigliserida yang
selanjutnya senyawa ini diperlukan untuk
sintesis VLDL. VLDL selanjutnya
digunakan untuk sintesis LDL. Dengan
demikian obat ini dapat menurunkan
kadar trigiliserida (dalam VLDL) dan
kolesterol (dalam VLDL dan LDL).
• Penggunaan : berdasarkan atas
kemampuannya menurunkan kadar plasma
kolesterol dan trigliserida, maka digunakan pada
hiperlipoproteinemia tipe IIb dan IV dengan VLDL
dan LDL yang meningkat. Niasin juga merupakan
obat antihiperlipisemia paling paten untuk
meningkatkan kadar HDL plasma.

• Efek samping : kemerahan pada kulit (disertai


perasaan panas) dan pruritus (rasa gatal pada
kulit), pada sebagian pasien mengalami mual
dan sakit pada abdomen, meningkatkan kadar
asam urat (hiperurikemia) dengan menghambat
sekresi tubular asam urat, toleransi glukosa dan
hepatotoksik.
2. Derivat Asam Fibrat
Termasuk golongan ini adalah Fibrat-
Klofibrat-Bezafibrat dan Gemfibrozil yang
menurunkan kadar trigliserida darah. Obat
ini sedikit menurunkan kadar kolesterol.
Digunakan terutama untuk menurunkan
VLDL pada hiperlipidemia tipe IIb, III dan V.

Mekanisme kerja : memacu aktivitas lipase


lipoprotein, sehingga menghidrolisis
trigliserida pada kilomikron dan VLDL.
Efek samping :
1. Efek gastrointestinal : gangguan pencernaan
ringan
2. Litiasis : pembentukan batu empedu
3. Keganasan : terutama Klofibrat yang dapat
menyebabkan keganasan terkait dengan
kematian
4.Otot : Miositis (peradangan otot polos)
Interaksi obat :
berinteraksi dengan antikoagulan Kumarin,
sehingga meningkatkan efek anti koagulan.
Kontra indikasi :
pasien dengan kelainan fungsi hati, ginjal
atau pasien dengan penyakit kandung
empedu.
3. Resin Pengikat Asam Empedu
Termasuk golongan ini adalah Kolesteramin dan Kolestipol.

Mekanisme kerja : obat ini merupakan resin (damar) penukar ion


yang bersifat basa, yang mempunyai afinitas tinggi terhadap asam
empedu. Asam empedu akan diikat oleh resin ini, membentuk
senyawa yang tidak larut dan tak dapat direabsorbsi untuk
selanjutnya diekskresi melalui feses. Dengan demikian ekskresi
asam empedu yang biasanya
sedikit akibat peredaran darah enterohepatik, dapat ditingkatkan
hampir 10 kalinya.
Kekurangan asam empedu didapat
dari sintesis baru dari kolesterol
(yang terdapat dalam LDL), dengan
demikian kadar LDL plasma
menurun.
Penggunaan : obat ini (yang biasa
dikombinasi dengan diet atau
niasin) adalah obat-obat pilihan
dalam mengobati hiperlipidemia
tipe IIa dan IIb.
Efek samping :
1. Efek gastrointestinal : konstipasi, mual dan
kembung (flatulen)
2. Gangguan absorbsi : mengganggu absorbsi
vitamin larut lemak (A,D,E,K) pada resin dosis
tinggi.
Interaksi obat : berinteraksi dengan Tetrasiklin,
Fenobarbital, Digoksin, Warfarin, Pravastatin,
Fluvastatin, Aspirin dan Diuretik Tiazid dengan
mengganggu absorbsinya dalam usus. Karena
itu, obat-obat tersebut harus diminum 1-2 jam
sebelum atau 4-6 jam setelah obat resin
pengikat empedu diminum.
5. Inhibitor HMG-CoA
(Hidroksimetilglutaril koenzim A)
Reduktase
Termasuk golongan ini adalah
Lovastatin, Pravastatin, Simvastatin dan
Fluvastatin.
Mekanisme kerja : menghambat enzim
HMG Co A reduktase dalam sintesis
kolesterol, dengan demikian akan
meningkatkan penguraian kolesterol
intrasel sehingga mengurangi simpanan
kolesterol intrasel.
Penggunaan : efektif untuk menurunkan kadar
kolesterol plasma pada semua jenis
hiperlipidemia.

Efek samping : kelainan biokimiawi fungsi hati


dan gangguan oto (miopati)

Interaksi obat : meningkatkan kadar Kumarin


(antikoagulan) sehingga meningkatkan risiko
pendarahan.

Kontra indikasi : ibu hamil dan menyusui, anak-


anak dan remaja.
6. Minyak Ikan

Sediaan minyak ikan yang kaya


akan trigliserida laut omega-3,
bermanfaat dalam pengobatan
hipertrigliseridemia berat. Meskipun
demikian, kadand-kadang minyak
ikan dapat memperburuk
hiperkolesteromia.
Terimakasih
Konsep umum antigout
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolisme yang sebagian
besar biasanya terjadi pada laki-laki usia paruh baya sampai lanjut dan
perempuan dalam masa post-menopause. Penyakit metabolik ini disebabkan
oleh penumpukan monosodium urate monohydrate crystals pada sendi dan
jaringan ikat tophi. Berdasarkan onsetnya, artritis gout dibagi menjadi dua,
yaitu episode akut dan kronik. Secara epidemiologi, variasi prevalensi
dipengaruhi oleh lingkungan, pola makan, dan pengaruh genetik.
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan
potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,
gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi.
Gout adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling
sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol
kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki,
lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon.
• Gout merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan
metabolisme purin di dalam tubuh. Dimana akan terjadi peningkatan
produksi asam urat dan penurunan ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga menyebabkan penumpukan kadar asam urat di sendi dan
saluran ginjal.
• Gout adalah hasil dari metabolisme tubuh oleh salah satu protein
(purin) dalam ginjal. Dalam hal ini, ginjal berfungsi mengatur
kestabilan kadar asam urat dalam tubuh dimana sebagian sisa asam
urat dibuang melalui air seni (urin)
• Gejala yang khas pada artritis gout adalah adanya keluhan nyeri, bengkak,
dan terdapat tanda-tanda inflamasi pada sendi metatarsal-phalangeal ibu
jari kaki (atau yang disebut dengan podagra). Artritis gout fase akut
menyebabkan morbiditas yang tinggi, namun apabila diterapi segera
setelah munculnya gejala dapat menghasilkan prognosis yang baik. Pada
fase kronik, gout dapat menyebabkan destruksi sendi yang berat dan
gangguan ginjal.
• Serangan akut gout artritis dicirikan oleh rasa sakit yang hebat, bengkak,
daninflamasi. Serangan awalnya pada daerah terbatas, terutama pada
persendian metatarsophalangeal pertama (podagra), dan lalu, menurut
tingkat keseringan,daerah pertemuan telapak kaki dan pergelangan kaki,
pergelangan kaki, tumit,lutut, pinggang, jari dan siku.
• Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat). Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun
idiopatik.
• Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh
yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat.
• Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang
berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit
lain atau pemakaian obat-obatan tertentu
• Gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer,
kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas
• Purin yang merupakan sumber asam urat berasal dari tiga sumber:
a. Purine dari makanan
b. Perubahan asam nukleat jaringan menjadi nukleotida purine, dan
sintesis de nouvo basa purine.
Asam urat juga bisa overproduksi sebagai konsekuensi dari peningkatan
penghancuran asam nukleat jaringan, seperti pada myeloproliferasi dan
kelainan limfoproliferasi.
Obat yang menurunkan kliren asam urat oleh ginjal melalui
modifikasi filtrasi atau salah satu proses pada transpor tubular
termasuk diuretik, salisilat (<2 g/hari), pirazinamide, etambutol, asam
nikotinat, etanol, levodopa, siklosporin dan obat sitotoksik.
Penyimpanan asam urat pada cairan sinovial mengakibatkan
inflamasi yang melibatkan mediator kimia yang menyebabkan
vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan aktivitas
kemotaktik untuk leukosit polimorfonuklear.
Tujuan terapi
a. Menghilangkan rasa nyeri yang mengganggu.
b. Mencegah kekambuhan pada penderita kronik.
c. Mencegah komplikasi karena adanya kristal asam urat didalam
jaringan.
• TERAPI NON FARMAKOLOGI :
1. Minum dalam jumlah yang cukup.
2. Kompres daerah yang nyeri dengan menggunakan air dingin.
• TERAPI FARMAKOLOGI
Kortikosteroid NSAID memiliki khasiat yang sangat baik dan toksisitas
minimal dengan penggunaan jangka pendek. Efikasi kortikosteroid setara
dengan NSAID; golongan obat-obat ini dapat digunakan secara sistemik atau
dengan injeksi intraarticular (IA). Terapi sistemik diperlukan jika serangan
terjadi poli artikular. Kolkisin oral merupakan salah satu obat pilihan utama
ketika terjadi serangan gout artritis akut, akan tetapi pemberian obat ini
tidak dianjurkan pada penderita yang onset serangannya telah lebih dari 36
jam.
• Proses metabolisme purin
berjalan sebagai berikut;
Pertama, purin diubah
menjadi adenosin kemudian
adenosin diubah oleh enzim
adenine deaminase menjadi
adenin dan isonine dan
phosphorylase. Keduanya
lalu diubah menjadi
hipoxantine dan oleh xantin
oksidase, hipoxantin diubah
menjadi xantin yang
kemudian menjadi asam
urat. Tidak seperti mamalia
lain, manusia tidak memiliki
enzim urikase sehingga asam
urat langsung diekskresi
melalui ginjal.
Produksi asam urat yang terbentuk sebagai hasil
samping metabolisme dalam kondisi normal akan
dikeluarkan dari tubuh melalu ginjal bersama urine.
Namun dalam kondisi atau sebab tertentu, asam urat
tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal. Penyebabnya adalah
karena produksi asam urat yang sangat tinggi sehingga
ginjal tidak bisa mengatasi untuk mengeluarkannya
Gejala penyakit asam urat

Beberapa gejala terjadinya gout antara lain;


Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan dan bahkan
membengkak dan berwarna kemerahan (meradang).
Biasanya persendian terasa nyeri saat pagi hari (baru
bangun tidur) atau malam hari rasa nyeri pada sendi
terjadi berulang-ulang yang diserang biasanya sendi jari
kaki, jari tangan, dengkul, tumit, pergelangan tangan
dan siku.
Sasaran terjadinya gout
Faktor terjadinya penyakit asam urat

Terganggunya fungsi ginjal

Asam urat menjadi masalah bila ekskresi atau proses pembuangan


tidak terjadi dengan baik karena ginjal mengalami gangguan
fungsi. Ginjal tidak rusak tapi kemampuannya membuang asam
urat kurang. Hal ini biasanya karena faktor keturunan. Oleh sebab
itu bila ada gangguan fungsi ginjal, kadar asam urat dalam darah
akan meningkat atau disebut sebagai hiperurisemia.
Faktor asupan makanan

Konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi merupakan salah satu penyebab
timbulnya asam urat. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang
menyusun asam inti sel yang jika bereaksi dapat meningkatkan asam urat
dengan cepat. Purin masuk dalam tubuh akan mengalami metabolisme dan
menghasilkan asam urat, sehingga jika kita mengkonsumsi makanan yang
mengandugn purin secara berlebihan, purin akan dimetabolisme menghasilkan
asam urat dg kadar yang berlebihan sehingga penyakit asam urat dapat terjadi.

Kondisi tubuh yang kurang baik

Secara tidak langsung, kondisi umum tubuh yang kurang baik juga dapat menjadi penyebab
asam urat. Oleh karena itulah asam urat lebih banyak diderita orang yang berusia lanjut.
Namun demikian tentu saja asam urat bisa terjadi pada usia yang lebih muda karena gaya
hidup yang kurang sehat.
Ketidakseimbangan hormon
Ketidak seimbangan hormon dalam tubuh akan mepengaruhi sistem kerja
dalam tubuh berjalan tidak sebagaimana mestinya. Baik sistem kerja kelenjar
yang lain maupun sistem metabolisme tubuh secara umum. Ketidak
seimbangan hormon bisa mempengaruhi proses pembentukan purin dalam
tubuh menjadi meningkat yang pada akhirnya hasil sampingan motabolisme zat
purin juga akan meningkat yaitu zat asam urat. Ketidakseimbangan hormon
sangat dipengaruhi oleh antara lain:
1. Ketidakseimbangan emosi dan pola hidup yang tidak teratur
2. Penumpukan racun dalam tubuh
3. Radikal bebas

Faktor lain

Penyakit darah dapat juga menjadi penyebab asam urat. Penyakit sumsum
tulang dan polisitemia, misalnya, bisa menjadi penyebab tingginya kadar asam
dalam darah yang menjadi penyakit asam urat. Selain itu, obat-obatan seperti
alkohol dalam obat, obat kanker, dan vitamin B12 pun juga bisa menjadi
penyebab asam urat.
Proses terjadinya penyakit asam urat
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme
purin (nukleoprotein) yang berasal dari makanan
maupun sel – sel rusak yang seharusnya dibuang
melalui urin atau feses.
Asam urat asalahasam lemah yang pada pH normal
(7) akan terionisasi di dalam darah dan jaringan
menjadi ion urat. Sebagian besar asam urat
ekstraseluler membentuk garam monosodium urat
(MSU). Garam urat lebih mudah larut di dalam
plasma, cairan sendi, dan urin.
Umumnya darah manusia dapat
menampung asam urat sampai
tingkat tertentu. Bila kadar
asam urat plasma melebihi daya
larutnya, maka plasma darah
menjadi sangat jenuh
(hiperurisemia). Pada keadaan
ini,darah tidak dapat mampu
menampung asam urat lagi
sehingga terjadi pengendapan
kristal asam urat di berbagai
organ seperti sendi dan ginjal.
Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7
mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl.
Perjalanan penyakit yang klasik biasanya dimulai
dengan suatu serangan atau seseorang memiliki
riwayat pernah cek asam uratnya tinggi di atas 7
mg/dl, dan makin lama makin tinggi. Jika
demikian, kemungkinannya untuk menjadi
penyakit gout itu semakin besar. Biasanya 25%
orang yang asam uratnya tinggi akan menjadi
penyakit gout.
Bahaya penyakit asam urat
Kadar asam urat terlalu tinggi juga dapat memicu berbagai
gangguan kesehatan lagi seperti ;
• Batu ginjal
karena banyaknya kristal asam urat yang mengendap,
saringan pada ginjal dpt tersebut sehingga menyebabkan
batu ginjal
• Jantung koroner
Kristal asam urat dapat merusak lapisan bagian dalam
pembuluh darah koroner pada jantung. Rusaknya
pembuluh darah itu akan menimbulkan serangan jantung
koroner.
• Tulang keropos
Pada kasus yang parah, penderita sampai tidak bisa jalan
Pencegahan
Meskipun penyakit asam urat juga disebabkan karena faktor genetika, akan tetapi asam
urat juga bisa menyerang setiap orang apabila gaya hidupnya kurang sehat. Maka dari itu
kita masih bisa terbebas dari asam urat asal faktor-faktor penyebab yang bisa dikendalikan
dapat dihindari.

- Hindarkan menkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin, terutama bagi yang
mempunyai masalah dengan ginjal. Dalam kondisi ginjal normal tidak terlalu masalah
untuk mengkonsi makanan tinggi purin kerena ginjal akan mampu mengeluarkan hasil
samping metabolisme yang tidak diperlukan tubuh.

- Hindarkan sama sekali dari minuman beralkohol karena alkohol selain mengandung
purin juga, Alkohol juga bisa memicu enzim tertentu di dalam liver yang memecah protein
dan menghasilkan lebih banyak asam urat.
Alkohol juga menyebabkan pembuangan asam urat lewat urin tergannggu sehingga asam
urat tetap bertahan dalam darah.
- Konsumsi makanan yang mengandung potasium tinggi seperti kentang,
yogurt, dan pisang
- Konsumsi buah yang banyak mengandung vitamin C, seperti jeruk, pepaya
dan strawberry
- Contoh buah dan sayuran untuk mengobati penyakit asam urat: buah naga,
belimbing wuluh, jahe, labu kuning, sawi hijau, sawi putih, serai dan tomat
- Perbanyak konsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi
- Kurangi konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula,
permen, arum manis, gulali dan sirup
- Jangan bekerja terlalu keras / kelelahan
- Pada orang yang kegemukan (obesitas), biasanya kadar asam urat cepat naik
tapi pengeluaran sedikit, maka sebaiknya turunkan berat badan dengan
olahraga yang cukup
- Sesuaikan asupan energi dengan kebutuhan tubuh, berdasarkan tinggi dan
berat badan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai