Anda di halaman 1dari 3

K.

Ketamine

Ketamine (ketalar)
Ketamine merupakan antagonis non kompetitif dari reseptor n-methyl-D-
aspartate (NMDA) yang juga dapat berikatan pada reseptor kappa dan mu opioid.
Penggunaan obat ini telah dilegalkan untuk digunakan sebagai agen anestetik
tindakan diagnostik/terapeutik dengan durasi singkat. Penggunaannya di ICU dapat
digunakan sebagai agen analgetik adjuvant yang dapat dikombinasikan dengan
golongan opioid. Penggunaanya memiliki efek analgesik yang baik pada dosis
subanestetik. Kombinasi dengan midazolam atau golongan benzodiazepine lainnya
dapat menurunkan efek samping obat
Ketamine dapat digunakan pula pada kasus asma berat, dimana obat ini
memiliki efek bronkodilatasi melalui 2 jalur mekanisme berbeda, pertama, obat ini
pada sistem saraf pusat dapat menginduksi pelepasan katekolamin yang dengan itu
akan menstimulasi reseptor β2 adrenergik, lalu yang kedua melalui penghambatan
jalur vagal sehingga menimbulkan efek antikolinergik pada otot polos bronkial.
Ketamine terkadang salah digunakan sebagai obat-obatan rekreasional,
dimana dapat memberikan efek halusinogen dan euforia. Di Inggris, ketamine
dikategorikan sebagai “controlled drug” dimana penggunaanya diregulasi.
Penggunaan ketamine secara berlebihan dapat menimbulkan katatonia dan kondisi
disosiatif, dimana sering diistilahkan sebagai kondisi masuk dalam “K-hole”.
Ketamine juga dapat menyebabkan ulserasi pada kandung kemih atau sering
disebut sebagai ketamine bladder, dimana kondisi ini sering terjadi pada orang
dengan ketergantungan ketamine ataupun yang menggunakan ketamine hampir
setiap hari.

Kegunaan
● Sebagai analgetik adjuvant opioid dan bronkodilator pada asma (unlicensed)
● Anestetik pada prosedur singkat dan intubasi

Kontraindikasi
● Hipertensi
● Preeklampsia/eklampsia
● Penyakit jantung koroner berat
● Trauma serebral
Administrasi
Semua sediaan ketamine terformulasikan sebagai 1.15 mg ketamin hydrochloride
● Analgetik
o Infus IV : 10-45 mcg/kg/menit diatur sesuai dengan respon
o Loading dose : IV 2-3 mg/kg, dapat dilanjutkan dengan pemberian
dengan dosis pemeliharaan 0.05-1 mg/kg/jam, atau IM 1.5-2 mg/kg
o 0.15-0.4 mg/kg IV selama 10 menit , dapat mengikuti infus IV 0.1-0.2
mg/kg/jam1
● Anestetik
o Pemberian dosis IM pada prosedur singkat : 6.5-13 mg/kg (rata-rata
10mg/kg diberikan 12-25 menit sebelum prosedur tindakan). Pada
prosedur diagnostik yang menimbulkan nyeri : dosis IV 4 mg/kg
o Intubasi : 1-2 mg/kg IV selama 2-4 menit
o Ketamine oral (unlicensed route) dapat diberikan dengan preparasi IV
secara oral/sublingual, dengan dosis awal 10 mg 4 kali sehari, sampai
dengan dosis maksimal 200 mg 4 kali perhari. Onset : 20 menit. Preparasi
ini dapat dikombinasikan dengan jus untuk mengurangi rasa pahit. Sekitar
20% kasus disertai dengan hipersalivasi dengan pemberian oral.
Pemberian ketamine dapat dikombinasi dengan glikopirolat (mencegah
hipersalivasi) dan midazolam (mencegah halusinasi).
Ketamine tersedia dalam sediaan 200 mg/20 cc, 500 mg/10 cc dan 1000 mg/10
cc.
Dosis 200 mg/ 20 cc dan 500 mg/10 cc dapat diberikan tanpa perlu diencerkan.
Sediaan 1000 mg/10 cc perlu diencerkan dengan cairan NaCl 0.9% atau D5
menjadi sediaan 50 mg/cc

Farmakokinetik
● Absorbsi : bioavailabilitas 20-25% (oral), 25-50% (nasal), dan 93%
(intramuskular).
● Distribusi : 20-50% terikat protein pada plasma. Waktu paruh distribusi
adalah 11 menit.
● Metabolisme : dimetabolisme di hati oleh N-demetilsasi dan hidroksilasi
melalui sitokrom enzim P450 dari cincing sikloheksilamin; dan diubah menjadi
bentuk metabolit glukoronida inaktifnya yaitu norketamine, yang memiliki
potensi kerja hanya ⅓ dari ketamine.
● Ekskresi : Produk metabolitnya dapat diekskresikan ginjal dalam urin dengan
waktu paruh 2-3 jam.

1
Interaksi obat
Jangan diberikan bersamaan dengan akses IV yang terhubung dengan preparat
barbiturate atau diazepam karena dapat membentuk endapan,

Efek samping
Ikterik, takikardia, hipertensi, delirium, penurunan ambang batas kejang,
hipersalivasi, mual-muntah, nyeri kepala, pusing berputar

Perhatian khusus
Hipertensi dan takiaritmia sedang berat, intoksikasi alkohol kronik/akut,
peningkatan tekanan cairan serebrospinal, trauma orbita/peningkatan tekanan
intraocular, kejang, porfiria akut/intermiten, hipertiroid dalam pengobatan, infeksi
saluran nafas atas, massa intrakranial. Ketamine dapat menurunkan efek kerja dari
teofilin, atracurium, dan bersifat antagonis terhadap efek hipnotik thiopental

Gagal organ
Renal : tidak perlu pengaturan dosis
Hepar : sirosis ringan-sedang : gunakan dosis inisial dengan dilanjutkan setengah
dari dosis pemeliharaan
Sirosis hepatic berat : gunakan dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat

Referensi
James Ducharme, 2016, . Analgesia, Anesthesia, and Procedural Sedation. In: Tintinalli
JE, Stapczynski JS, Ma OJ, Yealy Donald, Meckler GD, Cline DM, eds. Tintinalli’s
emergency medicine a comprehensive study guide. 8th edn. United States:
McGraw-Hill Education, pp.231-237
Katzung, B.G. & Vanderah, T.W., 2021. Basic & Clinical Pharmacology, 15th ed,
McGraw-Hill, New York, Chapter 20 : Drugs Used in Asthma & Chronic
Obstructive Pulmonary Disease, pp. 529-530.
Paw, H., Shulman, R., 2019. Handbook of Drugs in Intensive Care, 6th ed. Cambridge
University Press, Cambridge, pp. 157-158.
Scarth, E., Smith, S., 2016. Drugs in Anaesthesia and Intensive Care, 5th ed. Oxford
University Press, Oxford, pp. 200-201.

Anda mungkin juga menyukai