NUTRITION
Oleh:
Yogeswary Phnnir Salvam
dr. Tjahya Aryasa EM, Sp.An
DAFTAR ISI
1.3 Thiamin
Thiamin (Vitamin B1) dikonversi menjadi koenzim aktif yang bernama thiamin
pirofosfat. Koenzim ini penting untuk dekarboksilasi dari asam α-keto seperti piruvat
dan dalam penggunaan pentosa dalam jalur heksosa-monofosfat. Memang, peningkatan
konsentrasi piruvat plasma adalah tanda diagnostik untuk defisiensi thiamin.
1.4 Riboflavin
Riboflavin (Vitamin B1) dikonversi dalam tubuh ke salah satu koenzim aktif: flavin
mononukleotida (FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD). Karena kemampuannya
untuk “menerima” dua atom hidrogen, koenzim ini utamanya mempengaruhi transpor
ion hidrogen dalam sistem enzim oksidatif, termasuk sitokrom C reduktase, suksinat
dehidrogenase dan xanthin oksidase.
Kebutuhan diet niasin dapat dipenuhi tidak hanya dengan asam nikotinat tapi
juga dengan nikotinamide dan asam amino triptofan. Hubungan antara kebutuhan asam
nikotinat dan asupan triptofan menjelaskan hubungan pellagra dengan diet jagung
defisiensi triptofan. Sindrom karsinoid dihubungkan dengan pengalihan triptofan dari
sintesis asam nikotinat ke produksi serotonon (5-hydroxytryptamine), mengakibatkan
gejala pellagra. Isoniazid menghambat penggunaan asam nikotinat menjadi NAD dan
dapat mengakibatkan pellagra.
Pellagra jarang terjadi di Amerika Serikat, menunjukkan suplementasi tepung
dengan asam nikotinat. Penyebab umum dari pellagra antara lain penyakit
gastrointestinal kronik dan alkoholisme, yang dihubungkan dengan beberapa defisiensi
gizi. Ketika pellagra berat, pemberian asam nikotinat IV diindikaskan. Pada kasus yang
lebih ringan, pemberian asam nikotinat oral sudah adekuat. Respon terhadap asam
nikotinat sangat dramatis, gejala hilang dalam 24 jam setelah mulainya terapi.
Efek toksik dari asam nikotinat antara lain muka memerah, gatal-gatal,
hepatotoksisitas, hiperurisemia dan aktivasi penyakit ulkus peptikum. Asam nikotinat
juga diresepkan untuk menurunkan kadar kolestrol plasma dan meningkatkan
konsentrasi high-density lipoprotein (HDL).
1.6 Piridoksin
Piridoksin (Vitamin B6) dikonversi ke bentuk aktifnya, piridoksal fosfat, oleh enzim
piridoksal kinase. Piridoksal fostat memegang peranan penting dalam metabolisme
sebagai koenzim untuk konversi triptofan ke serotonon dan methionin ke sistein.
perifer seperti sindrom carpal tunnel umum terjadi. Penurunan ambang kejangg dapat
menunjukkan penurunan konsentrasi neurotransmitter inhibitorik asam γ-aminobutirat,
sintesis yang menggunakan enzim yang membutuhkan piridoksal fosfat.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, seseorang dengan defisiensi piridoksin
dapat juga memiliki defisiensi vitamin B lainnya.
1.8 Biotin
Biotin adalah asam organik yang berfungsi sebagai koenzim untuk reaksi karboksilasi
katalase enzim dan sintesis asam lemak. Pada orang dewasa, defisiensi biotin
bermanifestasi sebagai glositis, anoreksia, dermatitis dan depresi mental. Dermatitis
seboroik pada bayi juga kemungkinan besar merupakan bentuk dari defisiensi biotin.
Karena alasan ini, direkomendasikan formula untuk mengandung suplemen biotin.
3.9 Cyanocobalamin
8
hematopoiesis paling jelas pada eritrosit, tapi ketika defisiensi vitamin B12 semakin
berat, sitopenia dapat terjadi. Secara klinis, tanda paling awal dari defisiensi vitamin
B12 adalah anemia megaloblastik (pernisiosa). Anemia dapat menjadi sangat parah
hingga terjadi gagal jantung, terutama pada orang tua dengan cadangan jantung yang
terbatas.
Ensefalopati adalah komplikasi yang umum dari defisiensi vitamin B12,
bermanifestasi sebagai myelopati, neuropati optik, dan neuropati perifer, baik berdiri
sendiri atau dalam kombinasi. Komplikasi neurologis tidak muncul bersamaan dengan
anemia megaloblastik. Kerusakan terhadap selubung mielin adalah gejala yang paling
jelas pada disfungsi sistem saraf yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B12.
Demyelinasi dan kematian sel terjadi pada medula spinalis dan korteks cerebri,
bermanifestasi sebagai paresthesia tangan dan kaki dan hilangnya sensasi getar dan
proprioseptif yang berakibat ketidakstabilan gait. Refleks tendon dalam berkurang, dan
pada stadium yang lebih lanjut, kehilangan memori dan kebingungan muncul. Memang,
defisiensi vitamin B12 harus dipertimbangkan pada pasien orang tua dengan psikosis.
Terapi asam folat mengoreksi sistem hematopoiesis, tapi tidak sistem saraf, efek yang
dihasilkan oleh defisiensi vitamin B12.
mulai pengobatan. Gejala dan tanda neurologis yang telah ada untuk waktu yang lama,
terkadang kembali perlahan-lahan dan mungkin tidak pernah kembali ke fungsi
normalnya. Memang, kerusakan neurologis setelah terjadinya anemia pernisiosa yang
tidak dikoreksi setelah 12 sampai 18 bulan biasanya akan menjadi permanen. Setelah
dimulai, terapi vitamin B12 harus dilanjutkan terus dengan interval satu bulan. Sangat
penting untuk mengawasi konsentrasi vitamin B12 plasma dan memeriksa sel darah
perifer setiap 3 sampai 6 bulan untuk mengkonfirmasi adekuat terapi.
Hidroksikobalamin memiliki aktivitas hematopoiesis serupa dengan vitamin B12
tapi sepertinya tidak memberikan keuntungan apapun walaupun lama kerjanya lebih
panjang. Lebih lanjut, beberapa pasien membentuk antibodi terhadap kompleks
hidroksikobalamin dan transkobalamin II. Dosis hidroksikobalamin dosis tinggi telah
disetujui sebagai pengobatan keracunan sianida karena nitroprusside. Secara konsep,
sianida bereaksi dengan kobalt dalam cyanocobalamin, mengurangi konsentrasi ion
sianida.
1.11 Leukovorin
Leukovorin (faktor sitrovorum) adalah metabolit aktif, bentuk tereduksi dari asam folat.
Setelah pengobatan dengan antagonis asam folat, seperti metotrexat, pasien dapat
mendapat leukovorin (terapi penyelamat), yang bertindak sebagai sumber tetrahidrofolat
yang tidak dapat dibentuk karena inhibisi dihdrofolat reduktase dari obat.
Scury ditemukan pada orang tua, peminum alkohol, dan pecandu narkoba.
Kebutuhan asam askorbat meningkat selama kehamilan, laktasi, dan stres seperti infeksi
atau setelah operasi. Bayu yang mendapat diet formula dengan konsentrasi asam
askorbat yang tidak adekuat dapat terkena scurvy. Pasien yang mendapat TPN harus
mendapat suplemen asam askorbat. Pengeluaran asam askorbat yang masuk melalui
urin cukup besar, sehingga membutuhkan dosis harian 200 mg untuk mempertahankan
konsentrasi normal dalam plasma yaitu 1 mg/dL. Peningkatan ekskresi asam askorbat
dari urin disebabkan oleh salisilat, tetrasiklin dan barbiturat.
1.14 Hipervitaminosis A
Hipervitaminosis A adalah sindrom toksik yang terjadi karena asupan berlebih vitamin
A, terutama pada anak-anak. Biasanya, asupan vitamin A yang tinggi terjadi karena
terapi vitamin A profilaksis yang berlebihan. Konsentrasi vitamin A plasma lebih dari
300 μg/dL diagnostik untuk hipervitaminosis A. Pengobatan terdiri dari penghentian
sumber vitamin, yang biasanya setelah 7 hari manifestasi kelebihan vitamin A
menghilang.
Tanda dan gejala awal dari intoksikasi vitamin A antara lain iritabilitas, muntah,
dan dermatitis. Lelah, myalgia, rambut rontok, diplopia, nistagmus, gingivitis, stomatitis
dan limfadenopati juga telah diamati. Hepatosplenomegali disertai sirosis hati,
hipertensi vena portal, dan asites. Tekanan intrakranial dapat meningkat, dan gejala
neurologis, antara lain papilledema, dapat menyerupai tumor otak (pseudotumor
15
1.15 Vitamin D
Vitamin D (Kalsiferol) memiliki dua bentuk, D2 (ergokalsiferol) dan D3
(kolekalsiferol) dengan struktur kimiawi yang identik kecuali bahwa D2 memiliki
tambahan golongan metil pada Karbon 24. D2 berasal dari diet, sedangkan D3 disintesis
di kulit oleh cahaya ultraviolet pada 7-dehidrokolestrol. D2 dan D3 tidak aktif secara
metabolik dan membutuhkan dua reaksi kimiawi untuk menjadi aktif. Pada sel hepar
25-hidroksilase menambahkan golongan hidroksil pada molekul untuk membentuk 25-
hidroksivitamin D atau 25-(OH)D, dan reaksi kedua terjadi di ginjal dimana 1α-
hidroksilase mengkonversi 25-(OH)D ke 1,25(OH)2 vitamin D (kalsitriol) yang aktif
secara metabolik, yang meregulasi konsentrasi kalsium dan fosfat dalam darah. 25-
(OH)D ditranspor ke darah oleh protein pengikat vitamin D (DBP). Setelah diproduksi
di ginjal, kalsitriol berikatan dengan DBP untuk ditranspor ke tempat kerjanya. 25-
(OH)D berikatan dengan DBP bersirkulasi di dalam darah, dan, ketika kadar kalsium
menurun, 25-(OH)D diserap oleh ginjal dan dihidroksilasi ke kalsitriol yang aktif secara
metabolik, lalu dilepaskan kembali ke aliran darah. Proses ini cukup teregulasi dan,
kecuali ada kebutuhan, kalsitriol tidak diproduksi dalam ginjal. Sejauh ini, kalsitriol
diduga adalah molekul metabolik yang aktif dan 25-(OH)D adalah prohormon, tapi
penelitian terbaru pada tikus pingsan dengan defisiensi 1α-hidroksilase telah
menunjukkan bahwa kalsium yang cukup dalam diet dapat menormalkan kadar kalsium
serum, diduga karena kerja dari 25-(OH)D.
Kalsitriol bekerja dengan mengikat dan mengaktifkan reseptor vitamin D
(VDRs) dalam nukleus banyak jenis sel yang berbeda.
Fungsi utama kalsitriol adalah untuk mempertahankan homeostasis kalsium dan
fosfat. Kadar kalsium dipertahankan melalui tiga mekanisme: absorpsi kalsium di
16
duodenum dan jejunum, pelepasan kalsium dari tulang, dan peningkatan pengambilan
kalsium di tubulus distal ginjal.
Ketika kadar fosfat rendah, absorpsi kalsitriol meningkat di usus halus, atau
ketika kadar fosfat meningkat, kalsitriol bekerja di osteosit untuk melepaskan fibroblast
growth factor 23, yang akan meningkatkan pelepasan fosfat di tubulus distal ginjal
VDRs diidentifikasi dalam nukleus dalam berbagai macam sel yang tidak
memegang peranan dalam homeostasis kalsium atau fosfat, dan tidak mengejutkan
bahwa vitamin D memiliki peran dalam regulasi berbagai macam gen.
Penelitian retrospektif telah menunjukkan penurunan 21% dalam mortalitas
penyakit kardiovaskuler dan penurunan sebesar 28% pada mortalitas pasien dengan
kadar vitamin D dua kali lipat dari kontrol. Namun, suplemen vitamin D untuk
menurunkan insiden penyakit kardiovaskuler tidak ditemukan, tapi ada anjuran
pendekatan ini untuk menurunkan morbiditas yang berhubungan dengan penyakit
kardiovaskuler.
Penelitian lain telah menunjukkan korelasi antara konsentrasi vitamin D dan
hasil akhir pada pasien kanker.Kalsitriol memilki peranan dalam penyakit maligna,
mengurangi proliferasi sel maligna melalui beberapa mekanisme. Kalsitriol dapat
meregulasi kemajuan pertumbuhan sel maligna dengan menekan mik protoonkogen,
kinase siklin-dependen, dan fosforilasi protein retinoblastoma dan melalui gangguan
jalur sinyal growth factor dimediasi reseptor. Pengaruh kalsitriol pada apoptosis dapat
juga memiliki peran dalam memodulasi sel kanker maligna.
Kalsitriol juga dapat mempengaruhi fungsi imun, melalui jalur metabolik yang
serupa. Pada monosit, kalsitriol menstimulasi katelisidin, sebuah peptida dengan
karakteristik bakterisidal dan mikrobakterisidal. Kalsitriol juga menghambat jumlah dan
aktivitas sel T helper. Efek ini dapat penting secara klinis dengan memberikan manfaat
pasien yang sepsis, dan pasien dengan penyakit myeloproliferatif.
Kalsitriol dapat memiliki peran dalam diabetes tipe I dan II melalui berikatannya
dengan VDRS sel pankreas atau melalui efeknya pada metabolisme kalsium. Sebagai
tambahan untuk peran teoritis dari kalsitriol pada penyakit kardiovaskuler, kanker,
fungsi imun, dan diabetes, dia juga memiliki efek terhadap morbiditas dan mortalitas
pasien yang sakit kritis.
17
1.15.2 Hipervitaminosis D
Pemberian vitamin D yang berlebihan mengakibatkan hipervitaminosis, yang
bermanifestasi hiperkalsemia, kelemahan otot skelet, sakit kepala, lelah, dan muntah.
Gangguan awal pada fungsi renal dari hiperkalsemia bermanifestasi sebagai poliuria,
polidipsi, proteinuria, dan penurunan kemampuan mempekatkan urin. Sebagai
tambahan dengan penghentian vitamin, pengobatan juga meningkatkan asupan cairan,
diuresis, dan pemberian kortikosteroid.
1.16 Vitamin E
Vitamin E (α-Tokoferol) bukanlah molekul tunggal namun, sebuah kelompok senyawa
larut lemak yang ada pada tanaman. Ada sedikit bukti bahwa vitamin E signifikan bagi
manusia. α-Tokoferol adalah tokoferol yang paling banyak dan penting dari 8 tokoferol
alami yang menyusun vitamin E. Fitur kimia yang penting dari tokoferol adalah mereka
merupakan antioksidan. Dengan bekerja sebagai antioksidan, vitamin E diduga
mencegah oksidasi unsur seluler yang penting atau mencegah pembentukan produk
oksidasi yang toksik. Sepertinya ada hubungan antara vitamin A dan E dalam hal
bagaimana vitamin E memfasilitasi absorpsi, penyimpanan hepatik, dan penggunaan
vitamin A. Sebagai tambahan, vitamin E tampaknya melindungi terjadinya
hipervitaminosis A dengan meningkatkan penggunaan vitamin A. Vitamin A disimpan
di jaringan lemak dan diduga memstabilkan porsi lemak dari membran sel. Fungsi lain
18
dari vitamin E adalah inhibisi produksi prostaglandin dan stimulasi kofaktor penting
dalam metabolisme kortikosteroid.
Kebutuhan vitamin E dapat meningkat pada individu yang terpapar ke
lingkungan dengan oksigen tinggi atau yang mendapat dosis besi terapeutik yang tinggi
atau dosis pengganti hormon tiroid yang tinggi. Vitamin E dapat penting dalam
hematopoiesis, dengan kadang-kadang menyebabkan anemia yang merespon pada
pemberian α-Tokoferol.
Meskipun tidak adanya bukti pendukung yang jelas, vitamin E diberikan pada
wanita dengan riwayat aborsi spontan berulang dan untuk sterilitas pada kedua jenis
kelamin. Pada hewan, defisiensi vitamin E mengakibatkan terjadinya distrofi muskular,
tapi tidak ada bukti bahwa hal yang sama juga terjadi pada manusia. Perubahan yang
serupa dengan yang diamati pada otot skelet juga muncul pada otot jantung dari hewan.
Myopati nekrosis dengan kelemahan otot skelet proksimal dan peningkatan konsentrasi
kreatin kinase plasma dapat muncul pada pasien yang mengonsumsi vitamin E dosis
tinggi. Ada data yang mendukung hubungan antara kadar vitamin E plasma yang rendah
dengan resiko terjadinya kanker paru-paru.
Penelitian epidemiologis telah memberikan bukti dari hubungan terbalik antara
penyakit jantung koroner dan asupan antioksidan, dan terutama suplemen vitamin E.
Hubungan ini karena penemuan bahwa antioksidan mencegah oksidasi leak pada
lipoprotein densitas rendah. Dikatakan bahwa oksidasi lemak pada lipoprotein densitas
rendah (peroksidasi lipid) memulai proses atherogenesis.
1.17 Vitamin K
Vitamin K adalah senyawa diet larut lemak yang penting untuk biosintesis beberapa
faktor yang dibutuhkan untuk pembekuan darah normal. Fitonadion (vitamin K1)
terkandung pada berbagai makanan dan merupakan satu-satunya bentuk natural dari
vitamin K yang tersedia untuk penggunaan terapeutik. Vitamin K2 mewakili beberapa
senyawa yang disintesis oleh bakteri gram positif di traktus gastrointestinal. Sintesis
vitamin K menyediakan sekitar 50% dari kebutuhan vitamin K harian; sisanya disuplai
oleh diet. Vitamin K diabsorbsi dari saluran pencernaan hanya jika ada garam empedu
yang adekuat. Vitamin K disimpan di hati, limpa, dan paru-paru, tapi, walaupun larut
19
lemak, vitamin K tidak disimpan dalam tubuh dalam jumlah yang banyak untuk waktu
yang lama.
Terapi pengganti vitamin K tidak efektif ketika ada penyakit hepatoseluler berat
yang bertanggung jawab atas penurunan produksi faktor pembekuan. Jika tidak ada
penyakit hepatoseluler berat dan adanya garam empedu yang adekuat, pemberian
sediaan vitamin K oral efektif untuk mengoreksi hipoprothrombinemia. Fitonadion dan
menadion adalah sediaan vitamin K yang paling sering digunakan untuk mengobati
hipoprothrombinemia.
1.18 Fitonadion
Fitonadion (vitamin K1) adalah obat pilihan untuk mengobati hipoprothrombinemia,
terutama jika membutuhkan dosis besar atau terapi jangka panjang.
Hipoprothrombinemia neonatus diobati dengan fitonadion, 0.5 sampai 1.0 mg
intramuskular, dalam 24 jam setelah lahir. Indikasi fitonadion yang juga sering adalah
untuk mengoreksi efek antikoagulan oral. Sebagai contoh, fitonadion, 10 sampai 20 mg
oral atau intravena pada laju 1 mg per menit, biasanya adekuat untuk mengoreksi efek
antikoagulan oral. Rute oral dan intramuskular lebih jarang menimbulkan efek samping
dibandingkan injeksi fitonadion IV sehingga lebih dipilih untuk koreksi non emergensi
dari antikoagulan oral. Bahkan dosis tinggi fitonadion tidak efektif pada antikoagulasi
diinduksi heparin. Suplemen vitamin K juga diindikasikan untuk pasien yang mendapat
TPN jangka panjang, terutama jika antibiotik sering diberikan.
Injeksi fitonadion IV dapat menyebabkan reaksi alergi mengancam nyawa
dengan karakteristik hipotensi dan bronkospasme. Pemberian intramuskular dapat
menyebabkan perdarahan lokal pada tempat injeksi di pasien hipoprothrombinemia.
Pada neonatus, dosis fitonadion lebih dari 1 mg dapat menyebabkan anemia hemolitik
dan meningkatkan konsentrasi bilirubin bebas di plasma, sehingga meningkatkan resiko
kernikterus. Terjadinya anemia hemolitik menunjukkan defisiensi enzim glikolisis pada
beberapa neonatus.
1.19 Menadion
Menadion memilik kerja dan penggunaan yang sama dengan fitonadion (Gambar 36-3).
Menadion garam larut air tidak membutuhkan garam empedu untuk absorpsi
sistemiknya setelah pemberian oral. Karakteristik ini menjadi penting ketika malabsorps
vitamin K disebabkan oleh obstruksi bilier.
21
Tabel 36-3
Vitamin
Fungsi Defisiensi Efek toksik Sumber
Thiamin (B1) Metabolisme Beriberi, Sindrom Tidak ada Gandum, kacang
karbohidrat, alkohol, Wernicke-Korsakoff polong, unggas, daging
asam amino
Riboflavin (B2) Reaksi oksidasi-reduksi Stomatitis, Dermatitis, Tidak ada Gandum, produk
seluler Anemia ternak, daging, telur,
sayuran hijau
Asam nikotinat (niasin, Metabolisme oksidatif, Pellagra Muka merah, sakit Daging, unggas, ikan,
B3) menurunkan kolestrol kepala, pruritus, gandum, kacang,
LDL, meningkatkan hiperglikemia, triptofan dalam
kolestrol HDL hiperurisemua makanan
Piridoksin (B6) Metabolisme asam Anemia, cheilosis, Neurotoksisitas Hati, unggas, ikan,
amino, sintesis hem, dermatitis gandum, pisang
eksitabilitas neuronal,
menurunkan kadar
homosistein darah
Asam pantotenat B12 Proses metabolik, Jarang, anemia Tidak ada Banyak makanan, hati,
(kobalamin, sintesis DNA, sintesis megaloblastik, unggas, ikan, produk
cyanokobalamin) myelin, menurunkan neuropati perifer ternak
kadar homosistein
darah
Asam folat Sintesis DNA, Anemia megaloblastik, Tidak ada Kacang polong,
menurunkan kadar defek lahir gandum, buah, unggas,
homosistein darah daging
22
Asam askorbat Sintesis kolagen, Scurvy Nefrolitiasis, diare Buah, sayuran hijau,
(vitamin C) perlindungan terhadap kentang, sereal
kanker tertentu
Vitamin A (retinol, Pengelihatan, integritas Buta malam hari, Teratogenik, Hati, produk ternak,
asam retinoat) epitelial rentan infeksi hepatotoksisitas, edema sayuran hijau
serebri
Vitamin D (kalsiferol) Absorpsi kalsium usus Osteomalasia, ricketsia Hiperkalsemia Produk ternak, ikan,
telur, hati
Vitamin E (tokoferol) Menurunkan Jarang Antagonis vitamin K, Minyak sayur, kacang.
peroksidasi asam sakit kepala gandum
lemak, perlindungan
terhadap
atherosklerosis
Vitamin K Sintesis faktor Diatesis hemoragik Tidak ada Sayuran hijau, bakteri
pembekuan (VII, IX, usus
X)
disebut sebagai suplemen diet atau obat herbla (lebih dari 3 miliar dosis). Produk ini
tidak disetujui FDA karena mereka dianggap nutrien (tidak melalui pengujian ilmiah
untuk membuktikan efektivitas dan tumbuhan dan sebagian dari tumbuhan tidak dapat
dipatenkan) walaupun mereka tidak dapat dipromosikan secara spesifik ntuk
pengobatan, pencegahan, atau penyembuhan penyakit. Namun, produk ini dapat dilabeli
dengan pernyataan dugaan efeknya. FDA tidak dapat mengendalikan industri herbal
dalam hal guideline keamanan yang meregulasi kemurnian dan konsistensi medikasi
terapeutik.
mengonsumsi ephedra. Peluang untuk mengalami reaksi efek samping ketika meminum
ephedra diperkirakan 100 kali lebih besar dibandingkan suplemen diet atau obat herbal
lainnya. Walaupun takikardia dan vasokonstriksi dapat muncul pada pasien sehat,
pasien dengan penyakit jantung atau hipertensi sistemik, atau pasien dengan aktivitas
fisik yang berat, tampaknya memiliki resiko yang lebih besar untuk efek samping
karena ephedra. Berdasarkan resiko reaksi sampingan ini, FDA menyimpulkan bahwa
suplemen diet yang mengandung ephedra memiliki resiko sakit atau cedera yang tidak
dapat dijelaskan. FDA melarang penjualan suplemen diet yang mengandung ephedra
pada April 2004.
Ginseng dapat menyebabkan takikardi atau hipertensi sistemik, terutama dalam
kombinasi dengan obat stimulan jantung lainnya. Sebagai tambahan, ginseng dapat
menurunkan efek antikoagulan dari warfarin. Demam dapat meningkatkan perdarahan
dengan menginhibisi aktivitas platelet. Warfarin juga dapat dikuatkan dengan
penggunaan bawang putih, ginkgo biloba dan jahe secara bersamaan. Ginkgo biloba
telah disebutkan memiliki efek antiplatelet, dan pernah dilaporkan terjadi perdarahan
spontan. St. John’s wort, yang diduga merupakan antidepresan alami, telah
menunjukkan menginhibisi pengambilan serotonin, dopamin dan norepinephrine dan
memiliki kemungkinan interaksi dengan inhibitor monoamin oksidase dan obat
serotonergik lainnya. Valerian, kava-kava, dan mungkin juga St. John’s wort dapat
menghambat sadarnya pasien dari anastesi dengan memperpanjang efek sedatif dari
obat anastesi.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA