Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No.

POLA PERESEPAN OBAT ANTIDIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS


TIPE 2 DI POLI PENYAKIT DALAM RS “X” SIDOARJO PERIODE OKTOBER-
DESEMBER 2019
Yugo Susanto1,Sri Bangun Lestari2, Elly Purwati3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin
Akademi Farmasi Mitra Sehat Mandiri Sidoarjo

Email1: bangun3517@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola peresepan obat antidiabetik pada
pasien diabetes melitus tipe 2 di poli penyakit dalam RS “X” Sidoarjo periode
Oktober-Desember 2019 sesuai dengan pedoman terapi ADA (American Diabetes
Association) 2020. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang bertujuan untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai suatu keadaan secara objektif dengan
metode total sampling dan pengambilan data secara retrospektif. Sampel dalam
penelitian ini mengambil sejumlah 50 lembar resep yang masuk kriteria inklusi dan
tercatat di pengumpul data meliputi nama obat, dosis obat, dan aturan pemakaiaan
yang telah dianalisis. Berdasarkan data penelitian, dapat disimpulkan 72% pasien
DM tipe 2 menggunakan terapi pengobatan OAD (Obat Anti Diabetik). Terapi
pengobatan OAD tunggal sebesar 36% menjadi pilihan utama, OAD dari golongan
Biguanide sebesar 26% adalah lini pertama dan agen farmakologi awal yang
disukai. Terapi pengobatan OAD+Insulin sebesar 28%, dan pemilihan insulin long-
acting sebesar 18%, sedangkan terapi pengobatan OAD kombinasi sediaan dari
golongan biguanide+sulfonilurea sebesar 16%.

Kata Kunci : Antidiabetik, Diabetes Melitus tipe 2, Pola Peresepan

21
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

ABSTRACT
This study is conducted to determine the antidiabetic drugs prescribing pattern of
patients with type 2 diabetes mellitus in internal polyclinic at Sidoarjo’s hospital for
the period of October-December 2019 following the Guideline: ADA (American
Diabetes Association) 2020 Standard of Medical Care in Diabetes. This study is
conducted descriptively with the aim of presenting a complete description of a
situation objectively using total sampling and retrospective data collection. The
sample in this study take 50 sheets of prescription that meet the inclusion criteria
and recorded them in the data collector including the name, the dose, and the
directions of the medicine that has been analyzed. Based on the data, it can be
concluded that 72% of type 2 DM patients use OAD (Oral Antidiabetic Drugs)
treatment therapy. 36% single OAD treatment therapy is the preferred choice, OAD
of the Biguanide group of 26% is the first-line and preferred initial pharmacological
agent. OAD + Insulin treatment therapy is 28%, and the choice of long-acting insulin
is 18%, while combination OAD treatment therapy from the biguanide + sulfonylurea
group is 16%.

Keywords: Antidiabetic, Type 2 Diabetes Mellitus, Prescribing Pattern

22
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

PENDAHULUAN Data di atas menunjukkan


Diabetes melitus (DM) adalah adanya kenaikan jumlah penyandang
salah satu penyakit degeneratif yang DM yang semakin hari makin
tidak menular tetapi menjadi masalah meningkat dan dapat berakibat fatal
serius di lingkup kesehatan bila pengelolaannya tidak tepat. DM
masyarakat. Gaya hidup modern tipe 2 menyumbang sebanyak 90%
dengan pola makan yang serba instan dari kasus DM dan biasanya ditandai
saat ini digemari sebagian masyarakat dengan adanya resistensi insulin dan
dan cara hidup yang kurang sehat relatif defisiensi insulin. DM tipe 2
semakin menyebar ke lapisan terjadi ketika gaya hidup diabetogenik
masyarakat sehingga penyakit (kalori berlebihan, olahraga yang tidak
degeneratif dapat meningkat. Sebuah adekuat dan obesitas) (Dipiro, 2009).
pendapatan per kapita yang meningkat Maka diperlukan
dan perubahan gaya hidup di kota penatalaksanaan DM secara
besar berperan dalam peningkatan multidisiplin yang secara umum
prevalensi penyakit DM (Edwina, meliputi terapi non farmakologi (non
Manaf dan Efrida, 2015). obat) dan terapi farmakologi
Diabetes melitus (DM) adalah (Departemen Kesehatan RI, 2005).
salah satu penyakit degeneratif yang Terapi farmakologi yang
tidak menular tetapi menjadi masalah dimaksud adalah terapi pengobatan
serius di lingkup kesehatan kepada pasien DM, berupa lembar
masyarakat. Gaya hidup modern resep dari dokter untuk pasien.
dengan pola makan yang serba instan Peresepan obat oleh dokter adalah
saat ini digemari sebagian masyarakat salah satu langkah penting dalam
dan cara hidup yang kurang sehat pemberian terapi pengobatan yang
semakin menyebar ke lapisan rasional kepada pasien. Penulisan
masyarakat sehingga penyakit resep merupakan suatu wujud akhir
degeneratif dapat meningkat. Sebuah kompetensi dokter dalam pelayanan
pendapatan per kapita yang meningkat kesehatan secara komprehensif
dan perubahan gaya hidup di kota menerapkan ilmu pengetahuan dan
besar berperan dalam peningkatan keahlian di bidang farmakologi dan
prevalensi penyakit DM (Edwina, terapeutik. Diberikan secara tepat,
Manaf dan Efrida, 2015). aman dan rasional kepada pasien
23
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

khususnya dan seluruh masyarakat adalah total sampling, yaitu dengan


pada umumnya (Amalia dan Sukohar, mengumpulkan semua data pasien
2014). DM tipe 2 yang memenuhi kriteria
Rumusan masalah dari inklusi dan eksklusi.
penelitian ini apakah pola peresepan Kriteria inklusi yaitu resep dari
obat antidiabetik pada pasien diabetes dokter spesialis penyakit dalam
melitus tipe 2 di poli penyakit dalam dengan pasien DM tipe 2 dengan
RS “X” Sidoarjo periode Oktober - rentang usia 20 tahun – usia lanjut
Desember 2019 sesuai dengan diatas 60 tahun. Kriteria ekslusi yaitu
pedoman terapi pasien diabetes resep dokter untuk pasien DM tipe 2
melitus tipe 2. Tujuan dari penelitian ini dengan komplikasi. Data dari lembar
untuk mendeskripsikan pola pengumpul data dikumpulkan,
peresepan obat antidiabetik pada diperiksa, dan apabila ditemukan data
pasien diabetes melitus tipe 2 di poli yang kurang atau tidak lengkap
penyakit dalam RS “X” Sidoarjo ditelusuri kembali serta data yang
periode Oktober - Desember 2019. kurang jelas dilakukan pengecekan
ulang. Data tersebut meliputi nama
obat, dosis obat, aturan pakai dan
METODE PENELITIAN
frekuensi pemakaian.
Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif, yaitu penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan pengamatan selama 3 bulan
Uraian hasil penelitian pola
di poli penyakit dalam Rumah Sakit “X”
peresepan obat antidiabetik pada
Sidoarjo. Waktu pelaksanaan pada
pasien diabetes melitus tipe 2 di poli
bulan Pebruari hingga April 2020.
penyakit dalam RS “X” Sidoarjo
Pengambilan data dilakukan di
periode Oktober – Desember 2019,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit “X”
didapat melalui penelitian yang
Sidoarjo.
dilakukan pada bulan Maret hingga
Penelitian yang akan digunakan
Mei 2020, dengan mengambil 50
merupakan penelitian non
sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
eksperimental dimana data
Klasifikasi pasien diabetes melitus tipe
dikumpulkan secara retrospektif dan
2 di poli penyakit dalam RS “X” yaitu
hasil penelitian disajikan secara
pasien laki-laki berjumlah 28 orang
deskriptif. Teknik pengambilan sampel
dengan persentase 56% dan pasien

24
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

perempuan berjumlah 22 orang Tabel 4. Terapi Pengobatan OAD Tunggal,


Kombinasi, OAD + Insulin Pada Pasien
dengan persentase 44% pada Tabel 1. Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Penyakit
Dalam RS “X”
Tabel 1. Profil Demografi Pasien Jumlah
Berdasarkan Jenis Kelamin Terapi Persentase (%)
Resep
Jumlah
Jenis Kelamin Persentase OAD Tunggal 18 36%
pasien
Laki-laki 28 56% OAD Kombinasi 7 14%
Perempuan 22 44% OAD Tunggal + 11 22%
Total Pasien 50 100% Kombinasi
Sediaan
INSULIN + OAD 8 16%
Tunggal
Tabel 2. Profil demografi pasien
INSULIN + OAD 4 8%
berdasarkan umur menurut WHO tahun
Kombinasi
2020 dan Departemen Kesehatan RI tahun
Sediaan
2009
INSULIN + OAD 2 4%
Jumlah
Umur pasien Persentase Tunggal +
Kombinasi OAD
Dewasa Awal
2 4%
(26-35 tahun)
Dewasa Akhir
(36-45 tahun) 8 16% Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan
Lansia Awal pemakaian OAD tunggal paling
15 30%
(46-55 tahun)
LansiaAkhir banyak diresepkan yaitu 36%,
(56-65 tahun) 18 36%
Manula (diatas
7 14%
sedangkan pemakaiaan OAD + Insulin
65 tahun)
Total Pasien 50 100% hanya 4%.

Berdasarlan Tabel 2 profil demografi Tabel 5. Terapi Pengobatan OAD Tunggal


Jumla
pasien menurut umur yang paling h Persenta
Golongan OAD Tunggal
Rese se
banyak adalah pasien lansia akhir p
umur 56-65 tahun (36%) dan yang Biguanide (Metformin &
13 26%
XR)
paling sedikit adalah dewasa awal Sulfonilurea (Glimepiride,
Gliquidone, Glicazide 3 6%
umur 26-35 tahun (4%). MR)
Penghambat SGLT-2
Tabel 3. Terapi Pengobatan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 (Dapaglifozine/Empaglifo 1 2%
Jumlah Persentase zin)
Terapi Resep (%) Penghambat DPP-IV
1 2%
(Saxagliptin/Linagliptin)
OAD 36 72%
OAD + Kombinasi 32 64%
OAD + Insulin 14 28% Total Resep 50 100%
Total Resep 50 100%

Berdasarkan Tabel 5 terapi


Berdasarkan Tabel 3 peresepan yang
pengobatan OAD tungal dari golongan
banyak digunakan adalah dengan
Biguanide diresepkan paling banyak
menggunakan OAD sejumlah 72%.
sejumlah 26%.

25
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

Tabel 6. Terapi Pengobatan OAD sedikit OAD + Insulin rapid long-acting


Kombinasi Sediaan/Kombinasi Tetap
Jumlah 4%.
Golongan Resep Persentase
Biguanide + 8 16%
Sulfonilurea Tabel 8. Terapi Pengobatan Insuslin + OAD
(Metformin + Kombinasi Sediaan
Glimepiride) Golongan OAD Jumlah
Biguanide + 4 8% Tunggal Resep Persentase
Sulfonilurea OAD + Insulin long- 9 18%
(Metformin + acting
Glibenclamid)
OAD + Insulin rapid- 2 4%
Biguanide + 8 16% acting
Penghambat SGLT-2 OAD + Insulin 3 6%
(Metformin premixed
+Dapaglifozine)
OAD Tunggal, 36 72%
Biguanide + 4 8% Kombinasi Sediaan
Penghambat DPP-IV Total Resep 50 100%
(Metformin +
Saxagliptin)
OAD Tunggal, 26 52%
Berdasarkan Tabel 8 terapi
Kombinasi
Total Resep 50 100% pengobatan insulin + OAD kombinasi
sediaan yang paling banyak
Berdasarkan Tabel 6 terapi
diresepkan dari golongan insulin long-
pengobatan kombinasi sediaan
acting + kombinasi (Biguanide +
sejumlah 16% dari golongan
Penghambat SGLT-2) sejumlah 12%.
Biguanide + Sulfonilurea dan dari
Tabel 9. Terapi Pengobatan OAD Tunggal
golongan Biguanide + Penghambat (Kombinasi 2 Obat)
Jumlah
Golongan
SGLT-2 sejumlah 16%. Resep Persentase
Biguanide + 8 16%
Tabel 7. Terapi Pengobatan Kombinasi Sulfonilurea
OAD + Insulin
(Metformin +
Golongan OAD Jumlah Glimepiride)
Tunggal Resep Persentase
Sulfonilurea + 4 8%
OAD + Insulin long- 9 18%
Penghambat SGLT-2
acting (Glimepiride +
OAD + Insulin rapid- 2 4% Dapaglifozin)
acting
Sulfonilurea + 6 12%
OAD + Insulin 3 6% Penghambat DPP-IV
premixed
(Glimepiride +
OAD Tunggal, 36 72% Saxagliptin)
Kombinasi Sediaan
OAD Kombinasi 32 64%
Total Resep 50 100%
Sediaan, OAD +
Berdasarkan Tabel 7 pemilihan terapi Insulin
Total Resep 50 100%
pengobatan kombinasi (OAD + Insulin)
Berdasarkan Tabel 9 terapi
yang paling banyak diresepkan
pengobatan OAD tunggal (Kombinasi
sejumlah 18% diresepkan OAD +
2 obat) sejumlah 36% , golongan
Insulin long-acting dan yang paling
Biguanide+Sulfonilurea (Metformin +
Glimepiride) paling banyak diresepkan

26
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

dengan persentase 16% dan 16% pada umur dewasa akhir antara
Sulfonilurea+Penghambat SGLT-2 umur 36 – 45 tahun, 30 % pada umur
(Glimepiride+Dapaglifozin) paling lansia awal antara umur 46 – 55 tahun,
sedikit sebesar 8%. 36% pada umur lansia akhir antara
Tabel 10. Terapi Pengobatan OAD Tunggal umur 56 – 65 tahun, dan 14 % pada
(Kombinasi 3 Obat)
Jumlah umur manula yaitu diatas 65 tahun.
Golongan Resep Persentase
Biguanide + 2 4% Dari data tersebut dapat dikatakan
Sulfonilurea +
Penghambat Alfa
pasien DM tipe 2 cenderung pada
Glukosidase umur lansia (46 – 65 tahun), yaitu 30%
(Metformin +
Glimepiride + (umur 46 – 55 tahun) dan 36% (umur
Acarbose)
Biguanide + 2 4% 56 – 65 tahun).
Sulfonilurea +
Penghambat DPP IV Menurut PERKENI (2019) umur
(Metformin +
Glimepiride +
diatas 45 tahun merupakan kelompok
Saxagliptin) risiko tinggi untuk terjadinya diabetes.
OAD Tunggal, 46 92%
Kombinasi Dikarenakan manusia mengalami
Total Resep 50 100%
penurunan fisiologi yang dramatis

Berdasarkan Tabel 10 terapi menurun dengan cepat dengan risiko

pengobatan OAD tunggal (Kombinasi penurunan fungsi endokrin pankreas

3 obat) sejumlah 8% , kombinasi 3 untuk memproduksi insulin (Fatimah,

obat terdiri dari 2015). DM akan semakin meningkat

Biguanide+Sulfonilurea+Penghambat dengan bertambahnya umur dan

Alfa Glukosidase 4% dan paling banyak ditemukan pada umur

Biguanide+Sulfonilurea+Penghambat lebih dari 50 tahun. Hal ini disebabkan

DPP IV 4%. beberapa faktor, yaitu perubahan


komposisi tubuh yang terjadi karena

PEMBAHASAN penurunan jumlah masa otot,

Hasil penelitian dapat dilihat perubahan peningkatan jaringan

persentase berdasarkan klasifikasi lemak, penurunan aktivitas fisik yang

umur menurut badan kesehatan dunia dapat mengakibatkan terjadinya

(WHO) tahun 2020 dan Departemen penurunan jumlah reseptor insulin.

Kesehatan RI tahun 2009 terdapat 4% Perubahan pola makan yang

pasien DM tipe 2 pada umur dewasa disebabkan oleh berkurangnya jumlah

awal yaitu antara umur 26 – 35 tahun, gigi geligi sehingga proporsi jumlah
karbohidrat meningkat, yang dapat

27
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

mengakibatkan terjadinya penurunan sebelumnya dapat dilihat penggunaan


ambilan glukosa karena menurunnya OAD tunggal dengan persentase 36%,
sensitivitas insulin (Firni, Inayah dan dengan harapan pemilihan OAD
Yulis, 2016). tunggal yang tepat sangat menentukan
Hasil penelitian berdasarkan keberhasilan terapi diabetes.Dari tabel
klasifikasi pengobatan dapat dilihat penelitian juga dapat dilihat terapi
penggunaan OAD dengan persentase kombinasi yang diberikan apabila
72%, sedangkan kombinasi OAD dan dengan OAD tunggal sasaran kadar
insulin dengan persentase 28%. glukosa darah belum tercapai,
Terapi farmakologi atau pengobatan pemberian kombinasi disini dapat
DM harus dikelola melalui beberapa menggunakan OAD tunggal maupun
tahapan yang paling terkait, diberikan kombinasi. Apabila ada kegagalan
bersama dengan pengaturan pola pemberian kombinasi OAD, kombinasi
makan dan gaya hidup sehat serta OAD dengan insulin menjadi pilihan
latihan fisik yang cukup. Apabila dalam terapi pengobatan (PERKENI, 2019).
periode tertentu kadar glukosa darah Penggunaan OAD kombinasi dengan
masih tinggi dari normal, baru persentase 14%, OAD tunggal +
diberikan OAD. Pasien DM tipe 2 tidak kombinasi dengan persentase 22%,
tergantung pada insulin, karena insulin sedangkan penggunaan OAD tunggal
yang ada tidak dapat bekerja dengan + insulin dengan persentase 16%,
baik, kadar insulin dapat normal OAD kombinasi + insulin dengan
rendah atau bahkan meningkat tetapi persentase 8%, dan penggunaan OAD
fungsi insulin untuk metabolisme tunggal + kombinasi + insulin dengan
glukosa tidak ada atau kurang. Terapi persentase 4%.
insulin wajib diberikan pada pasien DM Terapi pengobatan OAD
tipe 1, pada pasien DM tipe 2 sekitar tunggal yang bisa dilihat pada tabel
40% juga harus menjalani terapi hasil penelitian menunjukkan
insulin. penggunaan OAD tunggal golongan
Terapi farmakologi dengan Biguanide dengan persentase 26%,
pemberian OAD diawali terapi tunggal golongan Sulfonilurea dengan
yaitu memberikan satu jenis obat saja persentase 6%, sedangkan golongan
yang ditujukan untuk penanganan Penghambat SGLT-2 dan
pasien DM tipe 2 ringan sampai Penghambat DPP-IV dengan
sedang, dari hasil penelitian pada bab persentase yang sama yaitu 2%.

28
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

Menurut rekomendasi ADA tahun 2020 filtrasi ginjal dan tingkat sirkulasi yang
golongan biguanide adalah agen sangat tinggi, misalnya akibat
farmakologi awal yang disukai untuk overdosis atau gagal ginjal akut telah
pengobatan DM tipe 2, setelah dikaitkan dengan asidosis laktat serta
diinisiasi golongan biguanide harus terjadinya komplikasi sekarang
dilanjutkan selama ditoleransi dan diketahui sangat jarang, dan biguanide
tidak dikontraindikasi agen lain, dapat digunakan dengan aman pada
termasuk insulin harus ditambahkan pasien dengan penurunan laju filtrasi
ke golongan biguanide. Biguanide glomerulus yang diperkirakan. Food
harus dimulai pada saat DM tipe 2 and Drug Administration (FDA) telah
didiagnosis kecuali ada kontraindikasi, merevisi label metformin untuk
bagi banyak pasien ini akan menjadi mencerminkan keamanannya pada
monoterapi dalam kombinasi dengan pasien dengan (ADA, 2020).
modifikasi gaya hidup.
Biguanide efektif dan aman, KESIMPULAN DAN SARAN
tidak mahal, dapat mengurangi risiko Kesimpulan
kejadian kardiovaskular, dan kematian. Berdasarkan hasil penelitian,
Biguanide tersedia dalam bentuk rilis dapat disimpulkan pola peresepan
langsung untuk dosis harian (pada obat antidiabetik pada pasien diabetes
dosis 500 mg - 850 mg) atau sebagai melitus tipe 2 di poli penyakit dalam
bentuk rilis diperpanjang yang dapat RS”X” telah sesuai dengan pedoman
diberikan sekali sehari (pada dosis 500 terapi menurut ADA tahun 2020,
mg - 750 mg). Dibandingkan dengan penggunaan terapi pengobatan OAD
sulfonilurea, biguanide sebagai lini menjadi pilihan utama dengan
pertama memiliki efek menguntungkan persentase 72%, pemilihan terapi
pada berat badan, mortalitas pengobatan OAD dari golongan
kardiovaskular, ada sedikit data yang biguanide adalah lini pertama dan
tersedia untuk agen oral lainnya agen farmakologi awal yang disukai
sebagai terapi awal DM tipe 2. Efek dengan persentase 26%, dan
samping utama dari biguanide adalah pengobatan kombinasi (OAD + Insulin)
intoleransi gastrointestinal karena untuk pemilihan insulin long-acting
kembung, ketidaknyamanan perut, dan dengan persentase 18%.
diare, ini dapat dititrasi melalui dosis
tunggal. Biguanide dibersihkan oleh

29
Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS Vol. 1 No. 2

Saran Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.


Dari hasil pembahasan dan 6. Edwina, D. W., A. Manaf dan
kesimpulan, maka penulis memberikan Efrida. 2015. Pola Komplikasi
saran untuk penggunaan pemakaian Kronis Penderita Diabetes Melitus
insulin pada pasien DM tipe 2 lebih Tipe 2 Rawat Inap di Bagian
diperdalam lagi, yang pasti sangat Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil
bermanfaat bagi peneliti dan institusi Padang Januari 2011 – Desember
pendidikan. 2012. Jurnal Kesehatan Andalas.
4(1): 102-106.
REFERENSI 7. Perkumpulan Endokrinologi
1. Abraham. 2012. Pedoman WHO Indonesia. 2019. Konsesus dan
tentang Penulisan Resep yang Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
Baik sebagai Bagian Penggunaaan 2 di Indonesia. Jakarta.
Obat yang Rasional. Majalah 8. Sari, F. D., Inayah dan M. Y.
Kedokteran FK UKI. 28(1): 1-12. Hamidy. 2016. Pola Penggunaan
2. American Diabetes Association Obat Anti Hiperglikemik Oral Pada
(ADA). 2020. Pharmacologic Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Approaches Glycemic Treatment: Rawat Inap Di Rumah Sakit X
Standart of Medical Care in Pekanbaru Tahun 2014. Jurnal
Diabetes -2020. Diabetes Care Online Mahasiswa Fakultas
43(1): 598-5110. Kedokteran Universitas Riau. 3(1):
3. Amalia, D. N., Sukohar, A. 2014. 2-6.
Rational Drug Prescription Writing.
Jurnal Kedokteran. 4(7): 22-30.
4. Dipiro, J. T., B. G. Wells., T. L.
Schwinghammer and C. V. Dipiro.
Pharmacotherapy Handbook 7th
Edition. 2009. NewYork. Mc. Grow
Hill. p.210.
5. Departemen Kesehatan RI 2005.
Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Diabetes Mellitus.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas
Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina

30

Anda mungkin juga menyukai