Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan

Jurnal Volume
Keperawatan 12 12
Volume No 1,
No Hal
1, 23
Hal- 32,
23 -Maret 2020 2020
32, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
p-ISSN Kendal
2085-1049
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8118

PENGETAHUAN MANAJEMEN DIABETES BERHUBUNGAN DENGAN


MOTIVASI PERAWAT DALAM MEMBERIKAN EDUKASI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
Sri Yanti1*, Gusti Agung Ayu Raka Mertawati2
1
Program Studi S1 Keperawatan, STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Jln Tamtama no 06 Lubuhbaru Timur Kec.
Payung Sekaki kota Pekanbaru Riau, Indonesia 28291
2
RS Santa Maria Pekanbaru, Jl. Jend. Ahmad Yani No.68, RT./RW/RW.001/001, Pulau Karam, Kec. Sukajadi,
Kota Pekanbaru, Riau, Indonesia 28127
*ysri9232@yahoo.com

ABSTRAK
Peningkatan prevalensi diabetes mellitus (DM) menunjukkan pentingnya upaya pencegahan.
Penatalaksanaan DM terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi
salah satunya dengan merubah perilaku pasien DM. Sehingga dibutuhkan edukasi yang giat dari
tenaga keperawatan yang membantu proses keperawatan selama 24 jam di rumah sakit. Pemberian
edukasi oleh perawat tergantung dari keinginan dan kemampuan seorang perawat dalam memberikan
edukasi, dan didukung oleh tingkat pengetahuan perawat tersebut tentang manajemen DM. Penelitian
ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan manajemen diabetes terhadap motivasi perawat
mengedukasi pasien DM di rawat inap RS Santa Maria Pekanbaru. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain cross sectional study. Data dikumpulkan dengan kuesioner tentang
pengetahuan manajemen DM dan motivasi perawat dalam mengedukasi pasien DM. Data dianalisis
dengan uji chi square. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2018 dengan jumlah sampel
42 responden. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,005 < 0,05, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan pengetahuan manajemen DM terhadap motivasi perawat dalam mengedukasi pasien DM,
dimana dari 21 perawat yang mempunyai pengetahuan kurang, memiliki motivasi rendah (75%) dan
yang memiliki motivasi tinggi (27,3%). Perawat dengan pengetahuan yang baik lebih banyak memiliki
motivasi tinggi (72,7%) dan motivasi rendah (25%).

Kata kunci : pengetahuan. motivasi, perawat, diabetes mellitus

DIABETES MANAGEMENT KNOWLEDGE IS RELATED TO NURSING


MOTIVATION IN GIVING EDUCATION TO DIABETES MELITUS PATIENTS

ABSTRACT
Increased prevalence of Diabetes Mellitus (DM) show the importance of prevention efforts. DM
management consists of pharmacological and non-pharmacological therapies. Non-pharmacological
therapy was how to change the behavior of people with DM. To change the behavior of patients with
DM, need for careful education from nursing staff who help the nursing process for 24 hours in the
hospital. The provision of education by nurses depends on the desire and ability of a nurse to provide
education, and is supported by the level of knowledge of the nurse about DM management. The
purpose of these study to determine the relationship of knowledge management of diabetes to the
motivation of nurses to educate DM patients in hospitalization Santa Maria Hospital Pekanbaru. This
research was a quantitative research with cross sectional study. Data wa collected by questionnaire
about knowledge of diabetes management and nurses motivation to educate DM patients. This
research was conducted from March to July 2018 involving 42 samples. The results of this study
showed p value = 0.005 < 0.05, it showed that there is a relationship of knowledge management DM
on the motivation of nurses in educating DM patients in inpatient ward, where from 21 nurses who
have less knowledge, more have a low motivation of 75% compared with high motivation only 27.3%,
from 21 nurses who have good knowledge have more high motivation that is 72.7% compared with
low motivation 25%.

Keywords: knowledge, motivation, nurse, diabetes mellitus

23
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN menurunkan kadar gula darah yaitu melalui


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu empat pilar penatalaksanaan DM seperti
gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani
lemak yang ditandai oleh hipergikemia atau dan terapi farmakologi (Eliana, 2015).
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang Peningkatan indikator kesehatan pasien DM
terjadi akibat kelainan sekresi insulin atau dan kualitas hidup pasien DM membutuhkan
menurunnya kerja insulin (Endocrinologist, pendidikan kesehatan dalam pengobatannya,
2015). Hiperglikemia dapat berdampak buruk yang bertujuan untuk mengajarkan pasien
pada berbagai macam organ tubuh seperti tentang manajemen DM dalam meningkatkan
neuropati diabetik, ulkus kaki, retinopati kualitas hidup dan memanajemen penyakitnya
diabetik, nefropati diabetik dan gangguan secara mandiri (American Association of
pembuluh darah (Prices & Wilson, 2012). Clinical Endocrinologists, 2015).
Komplikasi akibat gula darah yang tidak
terkontrol dapat mengakibatkan tingginya Edukasi pemantauan kadar glukosa darah
angka morbiditas sehingga dapat sangat penting karena merupakan indikator
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya yang menentukan diagnosa penyakit DM.
(Cortez, Reis, Souza, Macedo, & De Carvalho Kadar glukosa darah dapat diperiksa sewaktu,
Torres, 2015). dan ketika puasa. Seseorang di diagnosa
menderita DM jika dari hasil pemeriksaan kadar
Penderita DM di seluruh dunia pada tahun 2014 gula darah sewaktu ≥200 mg/dl, sedangkan
diperkirakan sebesar 422 juta, terjadi kadar gula darah ketika puasa ≥126 mg/dl.
peningkatan dua kali lipat sebesar 8,5% dari Edukasi yang dapat diberikan tidak hanya
4,25% tahun 2013 (World Health Organization, mengenai glukosa darah namun juga dapat
2016). Berdasarkan data (Aguiree et al., 2013), berupa pola makan yang sehat, aktivitas fisik
jumlah penderita DM di dunia sebanyak 415 yang baik bagi DM, penggunaan obat dengan
juta dan diperkirakan pada tahun 2040 benar, melakukan perawatan kaki secara
meningkat menjadi 642 juta. Berdasarkan berkala, dan pemanfaatan fasilitas pelayanan
(Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan dengan benar (Eliana, 2015).
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013),
jumlah penderita DM di Indonesia tertinggi Setiap penderita diabetes memiliki takaran gizi
terdapat di provinsi DI Yogyakarta dengan yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan
prevalensi sebanyak 2,6% dari total populasi kalori dan zat gizi masing-masing penderita.
Indonesia dan urutan kedua di provinsi DKI Takaran makan dan pemberian dosis insulin
Jakarta dengan prevalensi 2,5% dari total harus seimbang, agar tidak menyebabkan
populasi Indonesia serta Riau menempati urutan terjadinya hipoglikemi (Eliana, 2015).
keempat dengan jumlah 41.071 penderita DM. Pengaturan makan harus diiringi dengan
olahraga dan kepatuhan pasien dalam
Rumah Sakit Santa Maria yang merupakan pengobatan. Perilaku keteraturan konsumsi obat
salah satu rumah sakit swasta di kota anti DM menjadi salah satu upaya untuk
Pekanbaru. Tahun 2015 jumlah pasien rawat pengontrolan dalam pengendalian glukosa
inap dengan diagnosa DM adalah 615 pasien, darah ataupun komplikasi yang dapat
rawat jalan adalah 2842 pasien dengan total ditimbulkan. Bila penderita DM tidak patuh
pasien DM adalah 3457 pasien. Tahun 2016 dalam melaksanakan program pengobatan yang
jumlah pasien rawat inap naik menjadi 781 telah dianjurkan oleh dokter atau tenaga
pasien dan rawat jalan 3282 pasien dengan total kesehatan lainnya maka akan dapat
pasien 4063 pasien sedangkan tahun 2017 memperburuk kondisi penyakitnya (Putri &
jumlah pasien DM yang dirawat inap adalah Isfandiari, 2013).
sebanyak 821 orang dan pasien dan rawat jalan
3842 pasien dengan total pasien 4663 pasien Keberhasilan dari pengobatan DM ini selain
(Rekam Medis Rumah Sakit Santa Maria dengan pengobatan secara medik, dalam bentuk
Pekanbaru Riau, 2016) Peningkatan prevalensi pemberian obat juga dipengaruhi dengan pola
DM dan komplikasi menunjukkan pentingnya diet dan olahraga untuk menjaga kebugaran
upaya pencegahan. Pencegahan DM adalah tubuh. Olahraga merupakan suatu program
dengan mengupayakan kadar glukosa darah latihan jasmani yang bertujuan untuk
dalam tubuh menjadi normal. Upaya untuk mengurangi resistensi insulin sehingga kerja

24
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

insulin lebih baik dan mempercepat hasil yang optimal adalah motivasi yang berasal
pengangkutan glukosa masuk ke dalam sel dari dalam diri individu itu sendiri, yang
untuk kebutuhan energi. Olahraga dapat mendorong dirinya menjadi produktif
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan (Hasibuan, 2012).
memperbaiki kendali glukosa darah (Putri &
Isfandiari, 2013). \Motivasi diiringi oleh pengetahuan, perawat
perlu mengetahui apa yang akan
Edukasi berupa pendidikan kesehatan sangat disampaikannya dan mampu
penting bagi pasien DM, dimana pasien perlu mengkomunikasikannya kepada pasien. Teknik
mendapatkan informasi minimal setelah pendekatan yang digunakan dalam pendidikan
diagnosis DM ditegakkan, baik pengetahuan pasien tersebut dikenal dengan istilah
dasar tentang diabetes, pemantauan mandiri, “METHOD” (Medications, Environment,
sebab-sebab tingginya kadar glukosa darah, Treatments, Health Teaching, Outpatient
obat hipoglikemia oral, perencanaan makan, referral, Diet). Tujuan dari Pendidikan
perawatan, kegiatan jasmani, tanda-tanda kesehatan agar pasien dan keluarga mengetahui
hipoglikemi dan komplikasi. Penyandang DM tentang obat yang diberikan, lingkungan yang
yang mempunyai pengetahuan cukup tentang baik untuk pasien, terapi dan latihan yang perlu
DM, kemudian selanjutnya mengubah untuk kesehatan pasien, infomasi waktu kontrol
perilakunya, sehingga akan dapat ulang dan pelayanan di komunitas serta diet
mengendalikan kondisi penyakitnya. Pemberian (Eliana, 2015). Perawat dalam menjalankan
informasi yang tepat dapat meningkatkan perannya sebagai “Health Educator”
kepatuhan penderita dalam menjalani program membutuhkan motivasi yang merupakan faktor
pengobatan yang komprehensif, sehingga utama untuk menentukan keberhasilannya.
pengendalian kadar glukosa darah dapat Motivasi merupakan faktor yang
tercapai. Dengan kepatuhan yang lebih, maka mempengaruhi kinerja perawat sebagai pemberi
akan lebih mudah menyerap informasi edukasi kesehatan. Semakin tinggi motivasi
berkaitan dengan penyakitnya sehingga pasien kerja seseorang maka akan seakin baik dalam
DM relative dapat hidup normal bila melakukan perannya sebagai health educator
mengetahui kondisinya dan cara (Sunaryo, 2013)
penatalaksanaan penyakitnya tersebut (Peimani,
Tabatabaei Malazy, & Pajouhi, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit (RS)
Melakukan pendidikan kesehatan tentang DM Santa Maria Pekanbaru tanggal 23 Maret 2018,
bukanlah hal mudah bagi perawat. Banyak hal diketahui bahwa RS Santa Maria memiliki 7
yang mempengaruhi dilakukannya pendidikan (tujuh) ruang rawat inap, dimana 4 (empat)
kesehatan tersebut yakni pengetahuan, motivasi, ruangan diantaranya merupakan ruangan
beban kerja dan sebagainya. Meskipun fasilitas perawatan umum yang juga ditempati oleh
memadai, organisasi dan manajemen baik, pasien DM. Hingga saat ini, RS Santa Maria
tanpa adanya motivasi tinggi, maka sulit sediri belum memiliki ruangan khusus
melakukan pendidikan kesehatan terhadap perawatan DM. Jumlah perawat yang bertugas
pasien dengan baik. Kegiatan pendidikan pada ruangan perawatan umum sebanyak 74
kesehatan ini bergantung pada motivasi untuk orang dengan kualifikasi pendidikan minimal
melakukan (80-90%) dan kemampuan (10- D3 keperawatan. Dari 10 orang perawat yang
20%) (Waluyo, 2010). diwawancarai, 100% mengatakan tidak ingat
tentang 4 pilar dalam manajemen DM, 100%
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang mengatakan memberi edukasi tentang
didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri mengurangi makan makanan yang tinggi
orang tersebut, dan kekuatan pendorong inilah karbohidarat dan makanan yang manis, 70%
yang disebut sebagai motivasi. Motivasi memberi edukasi tentang pengelolaan terapi,
merupakan suatu proses dimana kebutuhan- hanya 20% yang memberikan edukasi tentang
kebutuhan mendorong seseorang untuk aktifitas dengan mengikuti senam kaki DM.
melakukan serangkaian kegiatan yang Peneliti juga mewawancarai 10 pasien yang
mengarah ke tercapainya suatu tujuan tertentu sedang dirawat diruang perawatan VIP yang
(Waluyo, 2010). Salah satu bentuk motivasi menderita DM dan melalui wawancara
yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian diketahui bahwa 70% pasien yang

25
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

diwawancarai sudah menderita DM lebih dari Variabel independen pada penelitian ini adalah
lima tahun dan telah lebih dari 3 kali masuk RS, penegetahuan perawatn tentang manajemen DM
80% menyatakan tidak pernah kontrol rutin dan yang merupakan segala sesuatu yang diketahui
hanya control saat ada keluhan saja. Dari segi perawat terkait 4 pilar penatalaksanaan DM
gizi 70% penderita mengatakan tahu bahwa yaitu : diit, latihan, edukasi dan pengobatan.
harus menghindari makan manis tapi tidak bisa Sementara yang menjadi variable dependent
patuh melaksanakannya, 100% pasien telah adalah motivasi perawat mengedukasi pasien
mengalami komplikasi yang diantaranya 60% DM yang merupakan keingginan pperawat
penyakit jantung dan ginjal, 40% menderita dalam melakukan edukasi pada pasien DM.
ulkus gangren. Seluruh pasien yang
diwawancarai (100%) mengatakan perawat Instrumen yang digunakan adalah lembar
kurang lengkap dalam memberi informasi kuesioner tentang data demografi perawat dan
tentang perawatan diabetes selama dirumah. kuesioner tentang pengetahuan dan motivasi
Responden menuturkan bahwa perawat lebih perawat. Sebelum kuesioner disebarkan kepada
banyak mengelola obat dan kadang hanya responden, terlebih dahulu di uji validitas dan
menjelaskan untuk mengurangi makanan yang reliabilitasnya. Uji coba instrument ini
manis saja. dilakukan kepada 20 perawat yang tidak
dijadikan sebagai sampel penelitian di ruang
Merujuk dari studi pendahuluan yang telah perawatan umum RS Santa Maria Pekanbaru.
dilakukan, peran Health Educator disini sangat Hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan
penting, perawat dituntut untuk mampu hasil semua pertanyaan dinyatakan valid dan
menumbuhkan motivasi bagi penderita untuk reliabel. Kuesioner motivasi valid dengan r
kontrol rutin dan menjaga agar kadar gula hasil (0.476 – 0.861) > r table (0,444) dan nilai
dalam darah tetap normal sehingga komplikasi reliabilitas (0,922) > r tabel (0,6) sedangkan
yang sampai menimbulkan kematian dapat untuk kuesioner pengetahuan dalam penelitian
dicegah. Berdasarkan fenomena tersebut, perlu ini telah valid dengan r hasil (0.503 – 0.977) > r
dilakukan penelitian tentang hubungan table (0,444) dan nilai reliabilitas (0,967) > r
pengetahuan manajemen diabetes terhadap tabel (0,6). Data responden yang telah
motivasi perawat mengedukasi pasien DM di terkumpul kemudian diolah menggunakan
ruang rawat inap RS Santa Maria Pekanbaru. sistem komputerisasi dan dianalisa
menggunakan analisa univariat dan analisa
METODE bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chi
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. square untuk mengetahui hubungan antara
Desain penelitian deskriptif korelasi dengan variabel .
pendekatan cross sectional. Penelitian ini
mengidentifikasi hubungan antara variabel HASIL
bebas dengan variabel terikat yang diukur pada Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan
waktu yang sama dan hanya dilakukan satu kali atau mendeskripsikan karakteristik variabel-
pengukuran. Populasi pada penelitian ini adalah variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan
seluruh perawat yang bertugas pada ruangan gambaran umum berkaitan dengan karakteristik
rawat inap perawatan umum Rumah Sakit Santa responden. Adapun hasil analisa univariat dapat
Maria sebanyak 74 orang. Teknik pengambilan dilihat pada uraian berikut:
sampel yang akan digunakan penelitian ini
adalah Consecutive sampling yaitu sebanyak 74 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 42 perawat
orang yang diambil berdasarkan kriteria inklusi didapatkan data bahwa mayoritas perawat
penelitian. Sampel penelitian berjumlah 42 berada pada usia 21-35 tahun (25,6%),
orang. Kriteria inklusinya adalah perawat yang mayoritas berpendidikan D3 keperawatan
berstatus sebagai perawat pelaksana dan (88,1%) dan sebagian besar lama kerja adalah
bertugas ruangan perawatan umum. Sementara 5-10 tahuan (57,1%).
kriteria eksklusi penelitian ini adalah: prawat Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 42 perawat
yang sedang cuti melahirkan dan sedang sakit didapatkan data bahwa sebagian besar
lebih dari 2 minggu. responden memiliki pengetahuan yang kurang
tentang DM (50%) dan pengetahuan yang baik
tentang DM (50%).

26
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 1.
Karakteristik Perawat (n=42)
Karakteristik Pasien f %
Usia
21-35 tahun 38 90,5
36-60 tahun 4 9,5
Pendidikan
D3 Keperawatan 37 88,1
S1 Keperawatan 1 2,4
S1 + Ners 4 9,5
Lama Kerja
0-1 Tahun 6 14,3
1-5 Tahun 4 9,5
5-10 Tahun 24 57,1
> 10 Tahun 8 19

Tabel 2.
Pengetahuan Perawat tentang DM (n = 42)
Pengetahuan f %
Kurang 21 50
Baik 21 50

Tabel 3.
Motivasi Perawat dalam Memberikan Edukasi DM (n= 42)
Motivasi Perawat f %
Rendah 20 47,6
Tinggi 22 52,4
Hasil analisis pada tabel 3 menunjukkan rendah dalam memberikan edukasi DM di
bahwa dari 42 perawat didapatkan sebagian ruang rawat inap (47,6%).
besar responden memiliki motivasi yang

Tabel 4
Distribusi Perawat Berdasarkan Pengetahuan Manajemen Diabetes dan Motivasi Mengedukasi Pasien
DM di Rawat Inap RS Santa Maria PekanbaruTahun 2018 (n=42)
Motivasi
Total p value
Pengetahuan Rendah Tinggi
f % f % f %
Kurang 15 75 6 27,3 21 50
0,005
Baik 5 25 16 72,7 21 50
Tabel 4 didapatkan nilai p value =0,005 < α : PEMBAHASAN
0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat Hasil penelitian terhadap 42 perawat
hubungan antara pengetahuan manajemen DM didapatkan data terbanyak berusia pada
terhadap motivasi perawat dalam mengedukasi rentang 21-35 tahun (25,6%). Hal ini
pasien DM di ruang rawat inap. Dimana dari menunjukkan bahwa perawat RS Santa Maria
21 perawat yang mempunyai pengetahuan berada pada usia produktif yang mampu dalam
yang kurang, lebih banyak memiliki motivasi berfikir dengan baik, bersosialisasi dan mampu
yang rendah yakni 75% dibandingkan dengan memberikan pelayanan terbaik. Kemampuan
yang memiliki motivasi tinggi hanya 27,3%, berfikir meningkat secara teratur selama usia
dan dari 21 perawat yang mempunyai dewasa. Umur 25 s/d 40 tahun masuk dalam
pengetahuan yang baik lebih banyak memiliki masa dewasa awal dimana pada masa ini
motivasi yang tinggi yakni 72,7% seseorang akan memusatkan harapan-
dibandingkan dengan yang memiliki motivasi harapannya untuk mendapatkan pekerjaan,
rendah 25%. memillih teman hidup, mempertahankan
kondisi kesehatan, membentuk keluarga dan
bersosialisasi (Notoadmodjo, 2012).

27
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Penelitian Ariani, Sitorus, dan Gayatri (2012) seseorang akan semakin banyak pengalaman
pasien DM membutuhkan suatu pendidikan dan pengetahuannya. Hal ini akan
kesehatan secara berkelanjutan. Seiring dengan mempengaruhi sikap dan tindakan perawat
usia perawat pada penelitian ini, perawat dalam pelayanan kepada pasien. Perawat
dengan rentang usia produktif memiliki dibekali dengan berbagai pelatihan tentang
kemampuan untuk memberikan edukasi secara diabetes terutama tentang 4 pilar manajemen
berkala kepada pasien dan keluarga. Edukasi DM yang meliputi nutrisi, latihan, edukasi dan
dapat diberikan untuk tujuan preventif, pengobatan.
promotif, kuratif dan rehabilitative. Sehingga
pasien akan mendapatkan edukasi secara Berdasarkan penelitian ditemukan 50 %
berkelanjutan baik di tatanan pelayanan perawat dengan pengetahuan baik dan 50%
kesehatan maupun di komunitas. perawat dengan pengetahuan kurang.
Pengetahuan responden ini dapat dipengaruhi
Hasil penelitian, mayoritas perawat sudah oleh usia, lama bekerja dan pendidikan. Begitu
berpendidikan D3 keperawatan (88,1%). juga dengan motivasi perawat dalam
Perawat sudah menempuh pendidikan di mengedukasi pasien DM didapatkan 52 %
perguruan tinggi dengan kualifikasi yang tepat perawat memiliki motivasi yang baik. Hal ini
dibidang keperawatan. Pendidikan yang tepat didukung oleh usia yang masih produktif,
akan memberikan dampak positif terhadap pendidikan yang sudah pendidikan vokasi D3
pelayanan keperawatan. Perawat sudah keperawatan dan lama kerja yang rata-rata
memiliki keilmuan dasar dalam memberikan diatas 5 tahun. Namun faktor pendukung
edukasi terhadap pasien DM. Tidak ada baiknya motivasi perawat yang lain dapat
perawat dengan pendidikan menengah seperti dipengaruhi oleh fasilitas dan dukungan
SPK, sementara perawat sarjana dan Ners manajerial dalam memberikan asuhan
masih berada pada tingkatan manajerial rumah keperawatan terbaik kepada pasien yang
sakit atau belum bertugas sebagai perawat merupakan bagian dari visi misi rumah sakit.
pelaksana di ruang rawat inap.
Berdasarkan hasil analisis uji chi square
Hal ini mendukung dalam proses terlaksananya diperoleh p value: 0,005 < 0,05 yang
pendidikan kesehatan dengan di ruang rawat menunjukkan terdapat hubungan yang
inap rumah sakit Santa Maria Pekanbaru. bermakna secara statistic antara pengetahuan
Perawat dengan latar belakang Diploma manajemen DM dengan motivasi. Perawatan
pendidikan keperawatan telah memiliki dengan penegetahuan manajemen DM baik
kemampuan dan pengetahuan serta teknik berpeluang 8 kali memiliki motivasi
edukasi dalam pelayanan kesehatan dan mengedukasi pasien DM dengan baik (CI 95%,
keperawatan. Namun belum memiliki OR : 2, 012 ; 31,803). Pengetahuan tentang
pendidikan khusus spesialisasi keperawatan DM menjadi syarat atau upaya yang dapat
tertentu terutama kekhususan endokrin atau membantu pasien dalam mengelola penyakit
diabetes. Perawat di Santa Maria juga memiliki DM selama hidupnya sehingga semakin baik
suatu kelompok yang menaungi perlumkulan pengetahuan tentang penyakitnya maka akan
para diabetisi khusus di rimah sakit. Sehingga semakin mengerti bagaimana harus berperilaku
para perawat dengan mudah akan memberikan dalam penanganan penyakitnya.
edukasi secara continue kepada pasien dan
keluarganya. Hasil pengamatan di rumah sakit, Peran perawat sebagai edukator sangat
pihak manajemen dengan giat dibutuhkan oleh pasien DM karena DM
menyelenggarakan dan memotivasi para merupakan penyakit kronis yang memerlukan
perawat untuk meningkatkan jenjang perilaku penanganan mandiri yang khusus
pendidikannya. Hal tersebut bertujuan untuk seumur hidup. Pasien membutuhkan
meningkatkan pengetahuan perawat dan pemantauan dan supervise medis yang tepat.
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan Diet, aktivitas fisik serta emosional dapat
pada pasiennya. mempengaruhi pengendalian diabetes, maka
pasien harus belajar untuk mengatur
Berdasarkan penelitian diketahui lama bekerja keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan
yang terbanyak adalah dalam rentang 5-10 hanya harus belajar keterampilan untuk
tahun (57,1%). Semakin lama masa kerja merawat diri sendiri setiap hari guna

28
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

menghindari penurunan atau kenaikan kadar sebagai “Health Educator” membutuhkan


glukosa darah yang mendadak, tetapi juga motivasi yang merupakan faktor utama untuk
harus memiliki prilaku yang preventif dalam menentukan keberhasilannya. Motivasi
gaya hidup untuk menghindari komplikasi merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja
diabetik jangka panjang (Smeltzer & Bare, perawat sebagai pemberi edukasi kesehatan.
2015). Semakin tinggi motivasi kerja seseorang maka
akan seakin baik dalam melakukan perannya
Berdasarkan hasil penelitian, dari 42 perawat sebagai health educator (Sunaryo, 2013).
didapatkan data bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan yang kurang Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
tentang DM (50%) dan pengetahuan yang baik yang telah dilakukan oleh (Fahra, Widayati, &
tentang DM (50%) serta memiliki motivasi Sutawardana, 2017) tentang hubungan peran
yang rendah (47,6%) dan motivasi baik perawat sebagai edukator dengan perawatan
(52,54%) dalam memberikan edukasi DM di diri pasien DM Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam
ruang rawat inap. Melalui uji statistik Rumah Sakit Bina Sehat Jember. Hasil
didapatkan nilai p value = 0,005 < α 0,05, hal penelitian menunjukan terdapat hubungan
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran perawat sebagai
pengetahuan manajemen DM terhadap educator dengan perawatan diri pasien DM
motivasi perawat dalam mengedukasi pasien tipe 2 (p value : 0,000 < 0,05).
DM di ruang rawat inap, dimana dari 21
perawat yang mempunyai pengetahuan yang Pasien DM membutuhkan edukasi secara terus
kurang, lebih banyak memiliki motivasi yang menerus sehingga pemantauan terhadap 4 pilar
rendah yakni 75% dibandingkan dengan yang managemen DM dapat dilaksanakan dengan
memiliki motivasi tinggi hanya 27,3%, dari 21 baik. Seiring dengan meningkatkanya
perawat yang mempunyai pengetahuan yang kemungkinan terjadi komplikasi akibat DM
baik lebih banyak memiliki motivasi yang pada semua system tubuh membutuhkan
tinggi yakni 72,7% dibandingkan dengan yang pemantauan yang lebih ketat juga. Pasien
memiliki motivasi rendah 25%. dituntut mampu melakukan perawatan secara
mandiri terhadap kondisi diabetes yang
Melakukan pendidikan kesehatan tentang DM dialami. Pemantauan mandiri meliputi diil,
bukanlah hal mudah bagi perawat. Banyak hal latiha, edukasi dan pengobatannya. Hal ini
yang mempengaruhi dilakukannya pendidikan membutuhkan edukasi yang tepat dari tim
kesehatan tersebut yakni pengetahuan, medis terutama perawat yang selalu
motivasi, beban kerja dan sebagainya. memberikan perawatan selama 24 jam kepada
Meskipun fasilitas memadai, organisasi dan pasien.
manajemen baik, tanpa adanya motivasi tinggi,
maka sulit melakukan pendidikan kesehatan Menurut penelitian (Ariani et al., 2012)
terhadap pasien dengan baik. Kegiatan tentang motivasi dan efikasi diri pasien DM
pendidikan kesehatan ini bergantung pada menyatakan bahwa faktor internal yang
motivasi untuk melakukan (80-90%) dan meliputi perhatian, pengamatan, persepsi,
kemampuan (10-20%) (Waluyo, 2010). motivasi, fantasi, sugesti, depresi, dan
sebagainya yang merespon stimulus dari luar.
Salah satu bentuk motivasi yang sangat Jika seorang individu tidak berminat atau
berpengaruh terhadap pencapaian hasil yang termotivasi untuk merespon stimulus dari
optimal adalah motivasi yang berasal dari lingkungan luar seperti dukungan sosial,
dalam diri individu itu sendiri, yang keluarga, dan lingkungan maka akan sulit
mendorong dirinya menjadi produktif untuk merubah perilakunya ke arah yang
(Hasibuan, 2012). Disamping motivasi positif. Misalnya, pada individu yang
instinsik, motivasi ekstrinsik juga sangat mengalami depresi yang sulit untuk menerima
penting dalam meningkatkan motivasi perawat stimulus dari luar dirinya.
dalam mengedukasi pasien DM. Motivasi
diiringi oleh pengetahuan, perawat perlu Seberapa besar pun keluarga dan lingkungan
mengetahui apa yang akan disampaikannya memberikan dukungan, termasuk perawat
dan mampu mengkomunikasikannya kepada tidak akan merubah perilaku individu tersebut,
pasien. Perawat dalam menjalankan perannya jika tidak ada keinginan dari individu itu

29
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

sendiri untuk berubah. Sehingga dibutuhkan SIMPULAN


kiat-kiat khusus oleh perawat dalam terdapat hubungan pengetahuan manajemen
mengedukasi pasien DM dengan berbagai DM terhadap motivasi perawat dalam
keunikan masing-masing. mengedukasi pasien DM di ruang rawat inap.
Dimana dari 21 perawat yang mempunyai
Ketidaksiapan ini dapat diakibatkan oleh masih pengetahuan yang kurang, lebih banyak
kurang memadainya pendidikan perawat, memiliki motivasi yang rendah yakni 75%
rendahnya pengetahuan perawat karakter dibandingkan dengan yang memiliki motivasi
pribadi parawat dan keterbatasan waktu. tinggi hanya 27,3%, dari 21 perawat yang
Pendidikan yang kurang memadai, karakter mempunyai pengetahuan yang baik lebih
pribadi perawat yang pemalas dan tidak kreatif banyak memiliki motivasi yang tinggi yakni
membuat perawat kurang mampu memberikan 72,7% dibandingkan dengan yang memiliki
pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan pasien. motivasi rendah 25%.
Selain itu kurang distandarisasikan dan kurang
jelasnya materi pendidikan, delegasi, DAFTAR PUSTAKA
pendokumentasian dan koordinasi yang kurang Aguiree, F., Brown, A., Cho, N. H., Dahlquist,
juga mempengaruhi pendidikan kesehatan G., Dodd, S., Dunning, Hirst, M., …
yang diberikan oleh seorang perawat. Hal ini Whiting, D. (2013). IDF Diabetes Atlas.
menyebabkan rendahnya motivasi perawat (L. Guariguata, T. Nolan, J. Beagley, U.
dalam memberikan pendidikan kesehatan Linnenkamp, & O. Jacqmain, Eds.) (6th
kepada pasien, sehingga perawat seringkali ed.). Basel, Switzerland: International
melakukan duplikasi dokumentasi pendidikan Diabetes Federation.
kesehatan atau malah tidak dilakukan sama
sekali, kurangnya komunikasi antara perawat American Association of Clinical
dan tenaga kesehatan yang lain serta materi Endocrinologist. (2015). Diabetes Care.
diambil dari berbagai sumber yang belum valid Diagnosis and Classification of
(Bastable, 2012). Diabetes Mellitus.
https://doi.org/10.2337/dc15-S001
Perencanan pemberian edukasi yang baik dan
komprehensif serta sesuai dengan kebutuhan Ariani, Y., Sitorus, R., & Gayatri, D. (2012).
pembelajaran pasien akan mengurangi biaya Motivasi dan Efikasi Diri Pasien
pelayanan kesehatan, dan meningkatkan Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Asuhan
kualitas pelayanan. Pemenuhan kebutuhan Keperawatan. Jurnal Keperawatan
informasi klien dalam hal ini pendidikan Indonesia, 15(1), 29–38.
kesehatan merupakan salah satu indikator https://doi.org/10.7454/jki.v15i1.44
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Semakin tinggi tingkat keberhasilan pemberian Badan Penelitian dan Pengembangan
pendidikan kesehatan yang diberikan atau Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
semakin tinggi tingkat kepuasan pasien (2013). RISET KESEHATAN DASAR.
terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan Jakarta.
oleh perawat, maka semakin tinggi kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Bastable, S. B. (2012). J. E. (2012). Perawat
sebagai pendidik: Prinsip-prinsip
Keterbatasan penelitian ini masih belum pengajaran dan pembelajaran. Jakarta:
melihat pengaruh factor kounfounding yang EGC.
mempengaruhi pngetahuan dan motivasi
perawat dalam mengedukasi pasien DM. Cortez, D. N., Reis, I. A., Souza, D. A. S.,
Diantara terdiri dari factor internal (seperti Macedo, M. M. L., & De Carvalho
pendidikan, usia, lama kerja, dll serta faktor Torres, H. (2015). Complications and
eksternal perawatnya seperti dukungan the time of diagnosis of diabetes
manajemen, pemahaman visi misi rumah sakit, mellitus in primary care. ACTA Paulista
keluarga, lingkungan, budaya, fasilitas, dan de Enfermagem, 28(3), 250–255.
lain sebagainya. https://doi.org/10.1590/1982-
0194201500042

30
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Eliana, F. (2015). Penatalaksanaan DM Sesuai Indonesia Buku Ajar Ilmu Penyakit


Konsensus Perkeni 2015 (pp. 1–7). Dalam (IV). Jakarta: Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Endocrinologist, A. A. of C. (2015). Diabetes
Care. Diabetes Care, 38(January), S1– Waluyo, G. E. Pengaruh pendidikan kesehatan
S2. https://doi.org/10.2337/dc15-S001 terhadap kepuasan pasien di ruang rawat
inap RSUD Kota Madiun tesis Gakuk
Fahra, R. U., Widayati, N., & Sutawardana, J. 2010., Tesis 1–141 (2010).
H. (2017). Hubungan Peran Perawat
sebagai Edukator denagn Perawatan Diri World Health Organization. (2016). Global
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli Report on Diabetes. WHO (Vol. 978).
Penyakit Dalam Rumah Sakit Bina https://doi.org/ISBN 978 92 4 1565257
Sehat Jember. NurseLine Journal, 2(1),
1–43.

Hasibuan, M. (2012). Manajemen Sumber


Daya Manusia (6th ed.). Jakarta: Bumi
aksara.

Notoadmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan &


ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan


Aplikasi dalam Praktik keperawatan
profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Peimani, M., Tabatabaei Malazy, O., &


Pajouhi, M. (2010). Nurses’ role in
diabetes care; a review. Iranian Journal
of Diabetes and Lipid Disorders,
9(May), 1–9.

Prices, S. ., & Wilson, L. M. (2012).


Patofisiologi Klinis Konsep-konsep
Penyakit. Jakarta: EGC.

Putri, N., & Isfandiari, M. (2013). Hubungan


Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe 2
dengan Rerata Kadar Gula Darah.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), 234–
243.

Rekam Medis Rumah Sakit Santa Maria


Pekanbaru Riau. Rekam Medis RS Santa
Maria. (2016).

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2015).


Textbook of Medical Surgical Nursing
(12th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer
Health; Lippincott Wiliams& Wilkins.

Sunaryo. (2013). Psikologi untuk keperawatan.


Jakarta: EGC.

Suyono, S. (2006). Diabetes melitus di

31
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 23 - 32, Maret 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

32

Anda mungkin juga menyukai