Anda di halaman 1dari 30

EVALUASI PROGRAM

PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

PUSKESMAS KERTAWINANGUN KABUPATEN INDRAMAYU

Disusun oleh:

dr. Kambang Ulung

Pendamping:

dr. Rudi Nardoyo

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PROGRAM

PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

PUSKESMAS KERTAWINANGUN KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh:

dr. Kambang Ulung

Disusun sebagai salah satu persyaratan tugas

Program Dokter Internsip Indonesia

Mengetahui dan Menyetujui,


Pendamping Internsip

dr. Rudi Nardoyo

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga
tim penulis dapat menyelesaikan Laporan Evaluasi Program yang berjudul
“Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kertawinangun
Kabupaten Indramayu”. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpahkan
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada
sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Program Internsip Dokter Indonesia. Penulis menyadari bahwa evaluasi program
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar evaluasi program ini menjadi lebih baik. Semoga
evaluasi program ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan
penyelesaian masalah lebih lanjut dalam rangka meningkatkan mutu Pukesmas
Kertawinangun.

Indramayu, Agustus 2022

dr.Kambang Ulung
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................................2

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................2

1.2 Tujuan.........................................................................................................................4

1.3 Manfaat.......................................................................................................................4

1.4. Profil Puskesmas Kertawinangun.............................................................................5

BAB II METODE ANALISA..................................................................................................12

2.1 Metode Fishbone Analysis untuk Penentuan Akar Penyebab Masalah................12

2.2 Metode MIV/C untuk Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah......................14

BAB III ANALISIS..................................................................................................................16

3.1 Mencari Akar Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Analysis.........................16

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah.....................................................................................19

3.3 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah (Tabel MIV/C)..........................................20

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sindrom atau suatu kumpulan gejala


penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan insulin,
gangguan kerja insulin, atau kombinasi keduanya. DM dibedakan menjadi beberapa
jenis antara lain DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe gestasional, dan DM tipe lainnya.
Diabates mellitus tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak diderita.9

World Health Organization (WHO) memproyeksikan DM akan menjadi


salah satu penyebab utama kematian, karena jumlahnya yang mengalami
peningkatan. Indonesia menduduki negara peringkat ke-4 terbesar dengan
pertumbuhan penderita diabetes sebesar 152% atau dari 8.426.000 orang pada tahun
2000 menjadi 21.257.000 orang pada tahun 2030.2

Data Riskesdas menunjukkan bahwa proporsi diabetes di Indonesia pada


tahun 2018 terjadi peningkatan pada perempuan 1,78% dibandingkan laki-laki
dengan perbandingan 1,21 %. Prevalensi DM pada tahun 2013 menurut data
Riskesdas 2013 pada prevalensi pada perempuan terhadap laki-laki 1,7% terhadap
1,4%. Pada 5 tahun terakhir perempuan menunjukan sedikit peningkatan.
Sedangkan prevalensi laki-laki mengalami penurunan. Proporsi penduduk di
perkotaan yang menderita diabetes mellitus lebih tinggi disbanding dengan
penduduk di pedesaan. DM cenderung meningkat pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan tinggi dan dengan status ekonomi tinggi.6

Menurut data profil kesehatan Propinsi Jawa Barat, prevalensi DM capaian


penyesuaian pelayanan kesehatan bagi penderita diabetes mellitus yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar tahun 2020 adalah sebesar 60,2%
dari jumlah penderita DM.7

2
Berdasarkan capaian pelayanan kesehatan DM dikabupaten kota, capaian
100% terdapat di 9 Kabupaten kota,, yaitu Kabupaten Cirebon, Kota Bekasi, Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kota Sukabumi, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten
Subang, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Bandung. Sedangkan capaian
terendah berada di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bandung Barat dan
Kabupaten Karawang. Capaian pelayanan kesehatan DM di Kab. Indramayu yaitu
sebesar 21.0%. Pencegahan dan pengendalian penyakit DM dlakukan melalui
edukasi dan deteksi dini faktor resiko PTM dan pelayanan kesehatan sesuai
standar.6

Jumlah kasus diabetes mellitus di Kabupaten Indramayu pada tahun 2020


yaitu sebanyak 30.136 dan yang mendapat pelayanan sesuai standar baru mencapai
4.249 atau 14.1%.6

Puskesmas Kertawinagun merupakan salah satu fasilitas kesehatan tingkat


pertama di wilayah Kabupaten Indramayu. Program pokok puskesmas yang belum
mencapai target yang ditetapkan pemerintah harus melaporkan kepada dinas
kesehatan Kabupaten Indramayu. Berdasarkan laporan program PTM profil
puskesmas pada tahun 2021 program pelayanan kesehatan standar pada penderita
diabetes mellitus mencapai 31.20% dari target sasaran sebesar 100%, maka dengan
demikian terdapat kesenjangan sebesar 68.80%. Rendahnya cakupan pelayanan
kesehatan standar pada penderita diabetes mellitus ini dapat menyebabkan
tingginya penderita diabetes mellitus yang mengalami komplikasi dan non-
komplikasi. Capaian program ini masih jauh dari target yang ditentukan yaitu 100%
sehingga perlu dilakukan analisis mengenai permasalahan dalam program
pelayanan kesehatan standar pada penderita diabetes mellitus.10

3
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui masalah yang menjadi penyebab tidak tercapainya target program

Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kertawinangun.

2. Menemukan solusi dari masalah yang menjadi penyebab tidak tercapainya target

program Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas

Kertawinangun.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prioritas masalah yang menjadi penyebab tidak tercapainya target

program Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas

Kertawinangun.

2. Menemukan prioritas solusi dari masalah yang menjadi penyebab tidak

tercapainya target program Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Mellitus di

Puskesmas Kertawinangun.

1.3 Manfaat

a) Bagi Penulis

1) Hasil evaluasi program ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi

penulis dalam melakukan evaluasi program puskemas.

2) Untuk memenuhi salah satu tugas penulis dalam menjalankan program

internsip dokter umum Indonesia

b) Bagi Masyarakat

4
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Diabetes
Mellitus.
2. Meningkatkan kesadaran penderita Diabetes Mellitus untuk menjalani
pengobatan teratur.
3. Meningkatkan kualitas Kesehatan masyarakat sekitar.
c) Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat mengidentifikasi, menganalisis masalah, mencari penyebab, serta


hambatan yang ada pada pelayanan kesehatan Diabetes Mellitus di wilayah
kerja puskesmas Kertawinangun.
1.4. Profil Puskesmas Kertawinangun

1. Sejarah Singkat
UPTD Puskesmas Kertawinangun yang resmi berdiri pada Tahun 1993
dan terletak di Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten
Indramayu.Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertawinangun meliputi 5 (lima)
desa.

2. Visi dan Misi


Visi Puskesmas Kertawinangun menetapkan Visi yaitu : ” Mewujudkan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan di wilayah kerja Puskesmas
Kertawinangun. ”, maka seluruh pelaku kesehatan bersama seluruh elemen
masyarakat di Kecamatan Kandanghaur harus memahami akan makna dari Visi
tersebut, kondisi dimana seluruh masyarakat hidup dalam lingkungan dan
perilaku hidup sehat secara mandiri, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk merealisasikan Visi pembangunan kesehatan tersebut, maka


ditetapkan 5 (lima) Misi pembangunan kesehatan yaitu :
1. Mewujudkan manajemen Puskesmas yang profesional;

5
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia guna mewujudkan tenaga
kesehatan yang profesional;
3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan puskesmas untuk
pelayanan yang optimal;
4. Mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu;
5. Puskesmas Kertawinangun sebagai sarana rujukan bagi kesehatan
masyarakat.

3. Program
Untuk melaksanakan visi dan misi Puskesmas, telah ditetapkan program-
program strategis yang terbagi menjadi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan dan upaya kesehatan penunjang.
1. Upaya Kesehatan wajib, terdiri dari :
1.1. Program Promosi Kesehatan.
1.2. Program Kesehatan Lingkungan.
1.3. Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
( KIA-KB ).
1.4. Program Gizi.
1.5. Program Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M).
1.6. Pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan, terdiri dari :
2.1. Program Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ).
2.2. Program Kesehatan Olahraga.
2.3. Program Kesehatan Kerja
2.4. Program Kesehatan Gigi dan Mulut.
2.5. Program Kesehatan Mata.
2.6. Program Kehehatan Usia Lanjut ( Usila ).
2.7. Program Kesehatan Jiwa.
2.8. Perawatan Kesehatan Masyarakat.
2.9. Pengawasan Pengobatan Tradisional.

6
3. Upaya Kesehatan Penunjang, terdiri dari :
3.1. Laboratorium.
3.2. Pencatatan & Pelaporan ( SP2TP ).
3.3. Farmasi.

4. Pemerintahan

Kecamatan Kandanghaur merupakan salah satu kecamatan yang ada di


Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat dan Kecamatan Kandanghaur secara
administrasi terdiri dari 13 (tiga belas) desa, yaitu: Desa Karanganyar, Desa
Pranti, Desa Karangmulya, Desa Wirakanan, Desa Wirapanjunan, Desa Parean
Girang, Desa Curug, Desa Bulak, Desa Ilir, Desa Eretan Wetan, Desa Eretan
Kulon, Desa Kertawinangun dan Desa Soge.

A. Geografi dan Kependudukan


1. Geografi
Kandanghaur merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Indramayu yang terletak di jalur pantai utara pulau Jawa. Letak geografis
Kecamatan Kandanghaur berada pada 107°51 - 107°54 bujur timur dan
6°35 - 6°39 lintang selatan.

Gambar 1.

Peta Wilayah Kecamatan Kandanghaur

7
UPTD Puskesmas Kertawinangun terletak di wilayah pantai utara
pulau jawa yaitu di wilayah Kecamatan Kandanghaur tepatnya Desa
Eretan Wetan dengan luas wilayah : 5.088.478 m 2. Adapun batas wilayah
kerja Puskesmas Kertawinangun adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Laut Jawa


 Sebelah Barat : Kecamatan Patrol
 Sebelah Selatan : Kecamatan Bongas
 Sebelah Timur : Kecamatan Losarang

Gambar 2.

Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertawinangun

Desa Eretan
ku Kulon

Desa Eretan
we

Kertawinangun

Desa Soge Desa Ilir

Secara umum wilayah kerja Puskesmas Kertawinangun dapat


dijangkau oleh alat transportasi darat baik dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat.

8
Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Kertawinangun terdiri
dari 5 desa yaitu :

1. Ilir
2. Eretan Wetan
3. Eretan Kulon
4. Kertawinangun
5. Soge

Wilayah Kerja Puskesmas Kertawinangun terletak sepanjang


pesisir pantai utara pulau jawa membuat suhu udara cukup tinggi yang
berkisar antara 24 – 32 ᵒC, dengan karakteristik iklim antara lain ;

- Kelembaban udara berkisar antara 70 – 80 %

- Suhu udara harian berkisar antara 24 – 32 ᵒC

- Jumlah hari dengan curah hujan terbanyak 28 hari.

2. Kependudukan
Jumlah penduduk diwilayah kerja UPTD Puskesmas
Kertawinangun Tahun 2018 berjumlah 47.799 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki 21.718 jiwa dan perempuan 26.581 Jiwa, dengan
kepadatan penduduk rata-rata 6187 jiwa/Km² dan rata-rata 4 jiwa/rumah
tangga.Untuk lebih jelasnya mengenai data kependudukan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.

9
Tabel 1

Jumlah Penduduk

Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertawinangun

LAKI JUMLAH SASARAN


No DESA - PEREMPUAN JUMLAH ANAK
LAKI BUMIL BULIN NEO BAYI
BALITA

1 I LI R 5.599 5.842 10.941 263 251 251 238 1.140

ERETAN
2 6.979 8.446 15.425 371 354 354 335 1.605
WETAN

ERETAN
3 5.789 8.246 14.035 338 322 322 306 1.466
KULON

KERTAWINA
4 2.455 3.060 5.515 133 127 127 121 580
NGUN

5 SOGE 896 987 1.883 46 43 43 42 202

JUMLAH 21.718 26.581 47.799 1151 1097 1097 1042 4.993

10
Luas = 514,7 Ha
Penduduk 14.035 jiwa
Laki-laki = 5.789
Perempuan = 8.246 Luas = 362,2 Ha
Penduduk 15.425jiwa
Laki-laki = 6.979
Desa Eretan
Kulon
Desa Eretan Wetan Perempuan = 8.446

Desa Soge
Desa Ilir
Desa
Kertawinagun

Luas = 428,1Ha
Luas = 514,7 Ha
Penduduk 1.883 jiwa
Penduduk 5.515 jiwa Luas = 305,7Ha
Laki-laki=896
Laki-laki = 2.455 Penduduk 10.941 jiwa
Perempuan=987
Perempuan=3.060 Laki-laki=5.099
Perempuan=5.842

11
BAB II

METODE ANALISA

2.1 Metode Fishbone Analysis untuk Penentuan Akar Penyebab Masalah

Diagram Fishbone adalah alat untuk menganalisis suatu proses. Diagram ini

juga disebut sebagai "Diagram Ishikawa". Diagram Ishikawa dipopulerkan pada

tahun 1960-an oleh Kaoru Ishikawa, dikenal sebagai diagram tulang ikan karena

bentuknya yang mirip dengan tampak samping kerangka ikan. Kaoru Ishikawa (1915

- 1989) adalah seorang profesor, penasihat, dan motivator Jepang perkembangan

inovatif dalam bidang manajemen mutu. Diagram ini masih digunakan di banyak

organisasi untuk membuat diagnosis atau pengambilan tindakan konkrit dimana akar

penyebab masalah diidentifikasi.

Diagram menggambarkan penyebab utama dan sub-penyebab yang mengarah

ke efek (gejala). Diagram ini adalah alat curah pendapat tim yang digunakan untuk

mengidentifikasi akar penyebab potensial untuk masalah. Karena fungsinya ini dapat

disebut sebagai diagram sebab-akibat. Dalam diagram Fishbone tipikal, efeknya

biasanya merupakan kebutuhan masalah diselesaikan, dan ditempatkan di "kepala

ikan". Penyebab efeknya kemudian diletakkan di sepanjang "tulang", dan

diklasifikasikan ke dalam jenis yang berbeda di sepanjang cabang.

Ada empat langkah untuk menggunakan diagram ini:

1. Identifikasi masalahnya.

2. Cari tahu faktor utama yang terlibat.

3. Identifikasi kemungkinan penyebabnya.

4. Analisis diagram.

12
Penyebab biasanya dikelompokkan ke dalam kategori utama untuk

mengidentifikasi sumber penyebab, meliputi:

• Man: Siapapun yang terlibat dalam proses;

• Method: Bagaimana proses dilakukan dan persyaratan khusus untuk

melakukannya, seperti kebijakan, prosedur, aturan, regulasi dan hukum;

• Machine: Peralatan, komputer, perkakas, dll yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan pekerjaan;

• Materials: Bahan mentah, suku cadang, pena, kertas, dll digunakan untuk

menghasilkan produk akhir;

• Measurement: Data yang dihasilkan dari proses yang digunakan untuk

mengevaluasi kualitasnya;

• Enviroment: Kondisi seperti lokasi, waktu, suhu, dan budaya dimana proses

beroperasi

Adapun keuntungan menggunakan diagram ini adalah membantu menentukan

akar penyebab, mendorong partisipasi kelompok, menggunakan format yang teratur

dan mudah dibaca untuk membuat diagram sebab dan akibat hubungan,

menunjukkan kemungkinan variasi penyebab, meningkatkan pengetahuan tentang

proses dengan membantu setiap orang untuk belajar lebih lanjut tentang faktor-faktor

di tempat kerja dan bagaimana mereka berhubungan, mengidentifikasi area untuk

mengumpulkan data. (Meyer, 1996)

13
2.2 Metode MIV/C untuk Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah

Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria

matriks. Berikut ini rumus kriteria matriks:

M x I xV
Prioritas (P) =
C

1) Efektivitas Program

Pedoman untuk mengukur efektivitas program:

a. Magnitude ( M ) : Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.

b. Importancy ( I ) : Pentingnya cara penyelesaian masalah.

c. Vulnerability ( V ) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah

2) Efisiensi Program

Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah ( cost ). Kriteria

cost diberi nilai 1-5.

14
Magnitude Importancy Vulnerability Cost
1: Tidak magnitude 1: Tidak penting 1: Tidak sensitive 1: Sangat murah
2: Kurang magnitude 2: Kurang penting 2: Kurang 2: Murah
sensitive
3: Cukup magnitude 3: Cukup penting 3: Cukup sensitive 3: Cukup murah
4: Magnitude 4: Penting 4: Sensitif 4: Kurang murah
5: Sangat magnitude 5: Sangat penting 5: Sangat sensitive 5: Tidak murah

15
BAB III

ANALISIS

3.1 Mencari Akar Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Analysis

Dari hasil analisis diagram ishikawa yang dipadukan dengan hasil brainstorming
dengan pemegang program, ditemukan adanya kendala pada sumber daya manusia
(Man) yaitu kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) terhadap program PTM salah
satunya deteksi dini penyakit DM juga pandemi yang mengakibatkan kerja petugas
dan kader kurang maksimal. (Material) yaitu kurangnya media komunikasi untuk
menyebarkan informasi mengenai skrining diabetes mellitus dan tidak tersedianya
media untuk penyuluhan, lingkungan (Environtment) yaitu pandemic covid-19,
kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk datang ke posbindu PTM,
banyaknya masyarakat di wilayah puskesmas Kertawinangun yang bekerja
sehinggga tidak banyak yang datang ke posbindu PTM, metode (Method) yaitu
kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya skrining diabetes mellitus di PTM

16
posbindu, alur 5 meja di posbindu PTM belum tertatat rapi, penyuluhan diabetes
mellitus jarang dilakukan di puskesmas maupum di posbindu PTM.

No Daftar Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


Masalah
1 Manusia ‐ Kurangnya sumber daya 1. Mengoptimalkan sumber daya
(Man) manusia untuk yang sudah ada dengan
melakukan skrining melakukan pelatihan dan
pengetahuan mengenai
diabetes melitus di
diabetes mellitus
posbindu PTM
‐ Kurangnya sumber daya
manusia untuk
memberikan penyuluhan
mengenai penyakit
diabetes melitus dan
pentingnya skrining
diabetes mellitus

2 Metode 1. Kurangnya 1. Melakukan sosialisasi


(Methods) sosialisasi mengenai secara rutin mengenai
pentingnya skrining pentingnya skrining
diabetes melitus di
diabetes mellitus baik
Posbindu PTM
puskesmas Kelurahan
Kertawinangun maupun di
2. Belum tertata luar puskesmas
rapinya sistem 5 2. Memberikan edukasi
meja mengenai alur posbindu
PTM kepada kader-kader di
wilayah tersebut
3. Penyuluhan
3. Memberikan penyuluhan
tentang diabetes
melitus jarang tentang diabetes mellitus di
dilakukan baik di puskesmas maupun di luar
Puskesmas puskesmas agar menambah
Kertawinangun wawasan masyarakat
maupun di tentang penyakit diabetes
Posbindu PTM. mellitus.

17
3. Sarana 1. Kurangnya 1. Membuat media informasi
(Material) media yang menarik menggunakan
komunikasi leaflet mengenai penyakit
untuk diabetes melitus dibagikan
menyebarkan kepada kader dan masyarakat
informasi
mengenai
skrining
diabetes melitus
2. Tidak tersedianya 2. Membuat media penyuluhan
media untuk yang menarik menggunakan
penyuluhan lembar balik mengenai
seperti lembar
balik di Posbindu
PMT dan di
puskesmas
Kelurahan
Kertawinangun
4. Prasarana 1. Mengusulkan kepada
(Machine) 1. Kurang pemegang program untuk
mencukupinya mengusulkan kepada
perlengkapan puskesmas kecamatan agar
dan peralatan menyediakan strip
yang digunakan pemeriksaan gula darah
untuk kegiatan kepada puskesmas
2. Tidak tersedianya Kelurahan Kertawinangun
strip untuk
pemeriksaan gula
darah di
puskesmas
5. Dana Tidak ada Tidak ada
(Money)

6. Lingkungan 1. Pandemi covid 19 1. Memberikan penyuluhan


(Enviromm 2. Terdapat dugaan mengenai pentingnya
. ent) kurangnya
skrining DM dan
pengetahuan
masyarakat penyuluhan DM kepada
tentang masyarakat
pentingnya
skrining
diabetes
melitus.
3. Kurangnya
kesadaran

18
masyarakat
sekitar untuk
datang ke
posbindu PTM
4. .Kebanyakan
masyarakat di
wilayah tersebut
bekerja sehingga
tidak banyak
masyaraka yang
datang ke
posbindu PTM.

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah

Hasil
Penyelesaian Nilai Kriteria
Akhir Urutan
Masalah
M I V C (M x I x V ) / C

 Mengoptimalkan sumber daya


yang sudah ada dengan melakukan 4 5 3 1 80 II
pelatihan dan pengetahuan
mengenai diabetes mellitus

 Melakukan sosialisasi secara rutin


mengenai pentingnya skrining
diabetes mellitus baik puskesmas 4 4 4 1 64 III
Kertawinangun maupun di luar
puskesmas

 Memberikan edukasi
mengenai alur posbindu PTM 3 5 4 3 20 IV
kepada kader-kader di wilayah
tersebut
 Memberikan penyuluhan tentang
diabetes mellitus di puskesmas
maupun di luar puskesmas agar 5 5 3 1 100 I

menambah wawasan masyarakat


tentang penyakit diabetes mellitus.
 Mengusulkan kepada pemegang 2 5 3 4 7,5 VII

19
program untuk mengusulkan
kepada puskesmas agar
menyediakan strip pemeriksaan
gula darah kepada puskesmas
Kelurahan Kertawinangun
 Membuat media informasi yang
menarik menggunakan leaflet 5
mengenai penyakit diabetes melitus
dibagikan kepada kader dan 15
masyarakat 3 3 3 V
 Membuat media penyuluhan yang
menarik menggunakan lembar balik
mengenai penyakit diabetes melitus 5
dan dibagikan kepada kader dan
pihak puskesmas. 12
 Memberikan penyuluhan mengenai 4 3 5 VI
4
pentingnya skrining DM dan
penyuluhan DM kepada masyarakat 64
4 4 1 III
disaat masa pandemic dan non
pandemic

Keterangan :

M = Magnitude ( besarnya masalah yang dapat diselesaikan)


I = Importance ( pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerbility ( sesuai jalan keluar)
C = Cost (efesiensi jalan keluar)

3.3 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah (Tabel MIV/C)

Setelah penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan


masalah dengan menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan
urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab kendala yang
dihadapi oleh kader kesehatan dan petugas kesehatan di Puskesmas
Kelurahan Kertawinangun adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan tentang diabetes mellitus di
puskesmas maupun di luar puskesmas agar menambah
wawasan masyarakat tentang penyakit diabetes mellitus.

20
2. Mengoptimalkan sumber daya yang sudah ada dengan
melakukan pelatihan dan pengetahuan mengenai diabetes
melitus
3. Melakukan sosialisasi secara rutin mengenai pentingnya
skrining diabetes mellitus baik puskesmas Kelurahan
Kertawinangun maupun di luar puskesmas
4. Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya skrining DM
dan penyuluhan DM kepada masyarakat disaat masa
pandemi dan non pandemi
5. Memberikan edukasi mengenai alur posbindu PTM kepada
kader-kader di wilayah tersebut Memberikan edukasi dan
poster mengenai alur posbindu PTM kepada kader-kader di
wilayah tersebut
6. Membuat media informasi yang menarik menggunakan
leaflet mengenai penyakit diabetes melitus dibagikan
kepada kader dan masyarakat

7. Membuat media penyuluhan yang menarik menggunakan


lembar balik mengenai penyakit diabetes melitus dan
dibagikan kepada kader dan pihak puskesmas
8. Mengusulkan kepada pemegang program untuk
mengusulkan kepada puskesmas kecamatan agar
menyediakan strip pemeriksaan gula darah kepada
puskesmas Kelurahan Kertawinangun.

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Intervensi kegiatan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kertawinangun adalah sebagai berikut, Melakukan wawancara dengan

pemegang program dalam permasalahan yang dihadapi mengenai rendahnya

capaian program pelayanan penderita Diabetes Mellitus sesuai standar. Dalam

diskusi tersebut membahas mengenai kegiatan yang sudah berjalan, target

pencapaian, kendala yang ada dan rencana intervensi yang akan dilakukan.

Setelah dilakukan wawancara disimpulkan dikarenakan kondisi dalam masa

pandemi sehingga kegiatan skrining kesehatan PTM dari Diabetes Mellitus

dan posbindu terhenti dan hal itu membuat kegiatan deteksi skrining

kesehatan PTM dari Diabetes Mellituss menjadi terganggu serta diperantarai

dengan tingkat kesadaran yang rendah dari masayarakat untuk melakukan

pemeriksaan deteksi PTM dari Diabetes Mellitus dan pengobatan ke

puskesmas,hal ini diperberat dengan adanya pandemi sehingga masyarakat

ada rasa takut untuk memeriksakan diri ke puskesmas.

Setelah menentukan penyebab masalah dilakukan rancangan rencana

intervensi program yaitu dimulai dengan penyuluhan dan edukasi mengenai

deteksi PTM dari Diabetes Mellitus dan pengobatannya kepada masyarakat

melalui penyebaran media komunikasi dan informasi yang bertujuan edukasi

mengenai deteksi PTM dari Diabetes Mellitus di puskesmas kertawinangun.

22
Lalu langkah berikutnya agar dilakukan intervensi apa saja yang dapat
diimplementasikan untuk meningkatkan peserta kunjungan yang melakukan
skrining. Intervensi yang dilakukan diantaranya berupa penyuluhan tentang
Penyakit Diabetes Melitus dan peran penting Posbindu untuk Deteksi dini
Penyakit Tidak menular khususnya Diabetes Melitus, melakukan wawancara
kuisioner untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang skrining
Diabetes Melitus dan Posbindu PTM, melakukan sosialisasi dan pelatihan
kepada kader Posbindu tentang alur pelaksanaan Posbindu agar kegiatan
Posbindu dapat berjalan optimal, pembuatan buku catatan kunjungan
Posbindu yang didalam nya berisi pengukuran faktor risiko PTM, catatan
hasil pemeriksaan kesehatan di Posbindu, serta informasi tentang beberapa
penyakit tidak menular. Peneliti mengharapkan intervensi yang dilakukan
dapat mempengaruhi angka kunjungan warga kelurahan Kertawinangun
untuk melakukan skrining PTM khusunya Diabetes Melitus.

23
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi program pencegahan dan


pengendalian PTM yaitu Diabetes Mellitus di Puskesmas
Kertawinangun tahun 2021, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Angka capaian program pencegahan dan pengendalian PTM di
Puskesmas Kertawinangun tahun 2021 adalah sebesar pelayanan
kesehatan standar pada penderita diabetes mellitus mencapai 31.20%
dari target sasaran sebesar 100%, maka dengan demikian terdapat
kesenjangan sebesar 68.80%. Rendahnya cakupan pelayanan
kesehatan standar pada capaian program ini masih jauh dari target
yang ditentukan yaitu 100% . Hal ini menjadi prioritas masalah
dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian PTM DM
di Puskesmas Kertawinangun.
2. Penyebab masalah angka capaian program pencegahan dan
pengendalian PTM DM adalah yang pertama karena angka
kunjungan warga Kertawinangun untuuk melakukan skrining PTM
khususnya Diabetes Melitus masih rendah dikarenakan 1).
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diabtes melitus masih
kurang sehingga masyarakat tidak perduli dengan kesehatnnya, 2).
Masih banyak sekali masyarakat yang tidak mengetahui tentang
posbindu dan kegiatan atau pemeriksaan apa saja yang terdapat
dalam posbindu serta kapan saja diadakannya kegiatan posbindu
tersebut, 3). Kesadaran masyarakat untuk datang memeriksakan
kesehatan di posbindu masih kurang padahal mereka mengetahui
tentang posbindu dan penyakit Diabetes Melitus. 4). Masyarakat
yang sebelumnya sudah pernah ke posbindu tidak melakukan
skrining PTM khususnya Diabetes Melitus dikarenakan
pemeriksaannya masih dipungut biaya sehingga masyarakat tidak
mampu untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
3. Prioritas alternatif pemecahan masalah yang pertama adalah dengan
24
Memberikan penyuluhan tentang diabetes mellitus di puskesmas
maupun di luar puskesmas agar menambah wawasan masyarakat
tentang penyakit diabetes mellitus dan ngengoptimalkan sumber
daya yang sudah ada yaitu petugas dan kader dengan melakukan
pelatihan serta pengetahuan mengenai diabetes melitus.
5.2. Saran

Adapun saran dari evaluasi program pencegahan dan pengendalian


PTM Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Kertawinangun tahun
2021 adalah sebagai berikut:

a. Mengusulkan untuk memberikan sosialisasi mengenai


pentingnya skrining penyakit tidak menular khususnya
Diabetes Melitus untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat, sosialisasi dilakukan di berbagai kegiatan, dapat
juga mensosialisasikan program skrining DM melalui
pemasangan media yang dapat dilihat oleh masyarakat luas
seperti banner atau spanduk, dikarenakan banyak warga yang
belum mengetahui tentang program pengendalian PTM
khususnya skrining DM
b. Penyuluhan dan sosialisasi mengenai program pengendalian
PTM khususnya DM di fokuskan kepada kelompok
masyarakat yang belum sama sekali tahu atau terpapar
dengan kegiatan tersebut, agar dapat meningkatkan
pengetahuan pada kelompok tersebut dan meningkatkan
jumlah cakupan skrining PTM khususnya DM
c. Mengadakan pelatihan kader untuk meningkatkan
pengetahuan dan minat tentang kegiatan skrining penyakit
tidak menular
d. Diadakan rapat rutin antara pemegang program dan kader
untuk membahas mengenai evaluasi dalam pelaksanaan
skrining Penyakit tidak menular
e. Mengusulkan untuk memperbaiki sistem pencatatan
pelaporan dengan cara menggunakan buku catatan
kunjungan Posbindu disetiap kegiatan skrining penyakit

25
tidak menular.
f. Mengusulkan untuk memberikan pengumuman sebelum
dilakukannya kegiatan Posbindu di setiap RW melalui
pengumuman di masjid atau melalui grup chat, agar
warga sekitar dapat mengetahui bahwa akan diadakan
kegiatan Posbindu dan jumlah pengunjung Posbindu
dapat meningkat.

26
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO ‘Noncommunicable diseases’, Noncommunicable
diseases. World Health Organization. Available at:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs355/en/
(Accessed: 28 Oktober 2018).

2. Wild Sarah et al. ‘Global Prevalence of Diabetes:


Estimates for the year 2000 and projection for 2030’.
Diabetes Care, 27(5), pp. 1047–1053. doi:
10.2337/diacare.27.5.1047.2004

3. American Diabetes Association (ADA) (2017) ‘Standard


of medical care in diabetes , Diabetes Care. 40 (sup 1),pp.
s4–s128. doi: 10.2337/dc17-S001.2017

4. Kementerian Kesehatan.‘Profil Kementrian Kesehatan’. pp. 1–7.2016

5. WHO Department of Noncommunicable Disease


Surveillance.Geneva. Definition, Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus and its Complications.
Report of a WHO ConsultationPart 1: Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus . 1999
6. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Litbangkes, Kemenkes. 2019
7. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin: Hipertensi. Jakarta:
Kementerian kesehatan RI. 2019
8. RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta,
2004.

9. Perkeni, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan


Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

10. Puskesmas Kertawinangun ,2022. LaporanPuskesmas


Tahun 2021.Indramayu.
11. Kementerian Kesehatan Rl, Pusat Promosi Kesehatan,
2011. Rencana Operasional Promosi Kesehatan Dalam
Pengendalian PTM Tahun 2010-2014. Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai