Anda di halaman 1dari 42

GAMBARAN PROGRAM PROLANIS DENGAN KASUS DIABETES

MELITUS DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS JEKAN RAYA


KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2020

LAPORAN MAGANG

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Peminatan Promosi Kesehatan

Oleh
M.Rizal Mantovani
NIM.2017.D.01.016

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP
TAHUN 2021
GAMBARAN PROGRAM PROLANIS DENGAN KASUS DIABETES
MELITUS DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS JEKAN RAYA
KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2020

Oleh
M.Rizal Mantovani
2017.D.01.016

Laporan Magang ini telah diperiksa oleh


Pembimbing Magang dan telah disetujui untuk diseminarkan

Palangka Raya, 2021


Menyetujui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Institusi

Ritha Yuni, S.ST Lensi Natalia Tambunan, SST ., M.Kes


NIP 1973 1203 1992 12 2001 NIDN 1111128601

Mengetahui,
KUP PS Sarjana Kesehatan Masyarakat

Lensi Natalia Tambunan, SST ., M.Kes


NIDN 1111128601
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas Rahmatnya sehingga saya mampu

menyelesaikan laporan magang di UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya Tahun

2021. Sebagai sarana informasi untuk mengetahui hasil pelaksanaan upaya pelayanan

Puskesmas Marina Permai selama tahun 2020.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah magang, dengan tersusunnya

laporan ini bisa lebih memahami dan memperluas pengetahuan. Saya menyadari banyak

kekurangan dalam pembuatan laporan ini, oleh sebab itu, saya membutuhkan kritik dan saran

yang membangun demi kesempurnaan lapor ini dan agar menjadi pelajaran dikemudian hari.

Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi yang lainnya. Akhir kata saya

mengucapkan terima kasih.

Palangka Raya, 11 Februari 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program pengelolaan penyakit kronis (prolanis)

2.1.1 Definisi Prolanis

2.2 Tujuan Diabetes Melitus

2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus

2.2.2 Gejala Diabetes Melitus

2.2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus

2.2.4 Faktor risiko Diabetes Melitus

2.2.5 Pemata Laksanaan Terapi Nutrisi Medis

2.2.6 Pencegahan Diabetes Melitus ( DM )

2.2.7 Pencegahan Premodial


2.2.8 Pencegahan Primer

2.2.8.1 Penyuluhan

2.2.8.2 Latihan Jasmani

2.2.8.3 Perencanaan Pola Makan

2.2.9 Pencegahan Sekunder

2.2.10 Pencegahan Tersier

BAB III HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum Puskesmas

3.2 Rencana Strategi

3.2.1 Visi

3.2.2 Misi

3.2.3 Motto

3.2.4 Tata Nilai

3.3 Kegiatan Yang dilakukan di UPT Puskesmas Jekan Raya

3.4 Struktur Organisasi Institusi

3.5 Struktur Organisasi Bidang/Bagian/Unit Magang

3.6 Kegiatan Magang

3.7 Kegiatan/Permasalahan/Program Fokus Magang

3.7.1 Kegiatan

3.7.2 Permasalahan

3.7.3 Porgram Fokus Magang

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan


4.1.1 Teori Andersen

4.2 Teori/Konsep promosi Kesehatan Pada Diabetes Melitus

4.2.1 Advokasi

4.2.2 Pemberdayaan Masyarakat

4.2.3 Porgram Prolanis

4.2.4 Bina Sauna

4.2.5 Kemitraan

4.3 Penangganan Penyakit Tidak Menular di UPT Puskesmas Jekan Raya

4.4 Perbandingan Teori/ Konsep dengan Praktik strategi Penanganan

Diabetes melitus

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah penduduk Kelurahan Petuk katimpun

Tabel 3.2 10 Besar penyakit di UPT Puskesmas Jekan raya


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Wilayah kerja UPT Puskesmas Jekan Raya

Gambar 3.2 Denah UPT Puskesmas Jekan Raya

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Insitusi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Magang adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar lingkungan kampus untuk


mendapatkan pengalaman kerja praktis yang berhubungan dengan bidang ilmu
Kesehtan Masyarakat, terutama sesuai dengan bidang peminatannya, melalui metode
observasi dan partisipasi. Kegiatan magang dilaksanakan sesuai dengan formasi
struktural dan fungsional pada instansi/unit kerja tempat magang, baik milik
pemerintah maupun swasta atau lembaga lain yang relevan.
Melalui pelaksanaan magang diharapkan para Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM) lulusan Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan EKA HARAP
memiliki bekal pengalaman dan keterampilan yang bersifat akademik dan profesional
sehingga lebih kompetensi atau mampu bersaing dalam dunia kerja yang ada.
Berdasarkan hal tersebut penulis di tempatkan magang di Puskesmas Pahandut Kota
Palangka Raya.
Pada periode magang tahun 2021 ini dilaksanakan pada instansi yang terkait dengan
kesehatan, yakni Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah. Puskesmas yang dimaksud sebagai institusi
tempat magang penulis, yaitu wilayah kerja UPT Puskesmas jekan Raya Kota
Palangka Raya.
Berdasarkan pengertian magang di atas, kegiatan magang ini sangat penting
sebagai bagian dari proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan mengidentifikasi, merumuskan, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi alternatif pemecahan masalah khusunya masalah kesehatan masyarakat
yang muncul di wilayah kerja UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya dalam
hal ini untu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Masalah DM ( Diabetes Melitus) merupakan kategori penyakit tidak menular
(PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami
peningkatan penderita setiap tahun di negara seluruh dunia. Diabetes melitus
merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah
(Infodation, 2014; Sarwono, dkk, 2017)
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakkit kronis yang semakin
banyak jumlah penderitanya. Penyakit ini adalah penyakit metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah karena produksi insulin yang terganggu
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi insulin dalam
tubuh (Tarwoto,2012). Sering kali penderita diabetes tidak menyadari kalau dirinya
mengidap diabetes melitus dan ketika mereka sadar, sudah terjadi komplikasi. Hal
inilah yang menyebabkan penyakit diabetes melitus (DM) sering disebut dengan
silent killer.
Berdasarkan data di wilayah kerja UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka
Raya penderita diabetes melitus (DM) menunjukan angka tertinggi ke TIGA yaitu 351
kasus pada tahun 2020, . Mulai dari usia 15 tahun hingga usia >75 tahun baik itu laki
– laki atau perempuan. Meningkatnya angka kasus penyakit diabetes melitus (DM) di
karenakan kurangya pemahaman masyarakat dan kebiasaan pola hidup yang tidak
sehat
Maka dari itu untuk menekan jumlah kenaikan kasus diabetes melitus (DM) di
wilayah kerja UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya dengan melakukan
Program PROLANIS bekerja sama dengan BPJS melaksanakan kegitan setiap hari
sabtu dengan kegiatan cek gula darah sewaktu ( GDS ) dan Senam Diabetes Melitus (
DM ) dan Hipertensi (HT) ,Edukasi 1x Sebulan.

1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah mampu dan
terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKES Eka Harap, serta
memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab Sarjana Kesehatan
Masyarakat di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta dan mengetahui manajemen
program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan Raya.
1.1.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus program magang ini adalah :
1. Mengetahui Gambaran program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan raya
2. Mengetahui Perencanaan program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan raya
3. Mengetahui Pelaksanaan program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan raya
4. Menegtahui Pengawasan program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan raya

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai
perilaku dan sikap masyarakat berhubungan dengan kurangya pemahaman masyarakat
dan kebiasaan pola hidup yang tidak sehat di wilayah kerja UPT Puskesmas Jekan Raya
Kota Palangka Raya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis)


2.1.1 Definisi Prolanis
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara
terintegrasi. Program Prolanis melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
Kesehatan. Prolanis ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan yang menderita penyakit kronis agar dapat mencapai kualitas hidup
yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS
Kesehatan, 2014). Sasaran dari program ini adalah seluruh peserta BPJS
Kesehatan penyandang penyakit kronis (diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi)
dengan tujuan untuk mendorong peserta yang menyandang penyakit kronis agar
mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang
berkunjung ke FKTP memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap
penyakit DM Tipe 2 sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi penyakit. Kegiatan Prolanis menargetkan penyandang
penyakit diabetes melitus tipe 2 dikarenakan penyakit tersebut dapat ditangani
ditingkat primer dan agar mencegah terjadinya komplikasi (BPJS Kesehatan,
2014).

2.2 Diabetes Melitus (DM)


Adapun penyakit tidak menular yang akan menjadi topik dalam pembahasan
laporan magang yang disusun oleh penulis kali ini, ialah penyakit Dabetes Melitus
(DM).

2.2.1 Pengertian DM
Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme yang kronis
terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginyan
keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine atau
mrupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan
kurangnya.
Diabetes melitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah lebih
tinggi dari normal atau hiperglikemia karena tubuh tidak bisa mengeluarkan
atau menggunakan hormon insulin secara cukup.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa
dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon
yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya. (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.2 Gejala DM
Gejala yang muncul pada penderita diabetes mellitus diantaranya:
1. Poliuri (banyak kencing)
Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi apabila kadar gula
darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah yang tinggi akan
dikeluarkan melalui air kemih, jika semakin tinggi kadar glukosa darah
maka ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang banyak.
Akibatnya penderita diabetes sering berkemih dalam jumlah banyak.
2. Polidipsi (banyak minum)
Polidipsi terjadi karena urin yang dikeluarkan banyak, maka penderita akan
merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum.
3. Polifagi (banyak makan)
Polifagi terjadi karena berkurangnya kemampuan insulin mengelola kadar
gula dalam darah sehingga penderita merasakan lapar yang berlebihan.
4. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadangan
energi lain dalam tubuh seperti lemak.
2.2.3 Klasifikasi DM
Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes (Association, 2018)
dibagi dalam 4 jenis yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali
sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang
jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik
pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun
yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat
memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan
insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila insulin
tidak diberikan maka penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga
dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic.

2. Diabetes Melitus Tipe 2


Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi
insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih
tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya
glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel β pankreas
dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya,artinya terjadi defensiesi
relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi
insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Gejala pada DM tipe ini
secara perlahan-lahan bahkan asimptomatik. Dengan pola hidup sehat,
yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah raga secara teratur
biasanya penderita brangsur pulih. Penderita juga harus mampu
mepertahannkan berat badan yang normal. Namun pada penerita stadium
akhir kemungkinan akan diberikan suntik insulin.

2.2.4 Faktor Resiko Diabetes Melitus


1. Usia
Terjadinya DM tipe 2 bertambah dengan pertambahan usia (jumlah
sel β yang produktif berkurang seiring pertambahan usia).
2. Berat Badan
Berat badan lebih BMI >25 atau kelebihan berat badan 20%
meningkatkan dua kali risiko terkena DM. Prevalensi Obesitas dan
diabetes berkolerasi positif, terutama obesitas sentral Obesitas menjadi
salah satu faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit DM. Obesitas
dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (retensi insulin). Semakin
banyak jaringan lemak dalam tubuh semakin resisten terhadap kerja
insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah sentral atau perut.
3. Riwayat Keluarga
Orang tua atau saudara kandung mengidap DM. Sekitar 40%
diaebetes terlahir dari keluarga yang juga mengidap DM, dan + 60% - 90%
kembar identic merupakan penyandang DM.
4. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukkan dalam
aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya
berolahraga dan minum-minuman yang bersoda merupakan faktor pemicu
terjadinya diabetes melitus tipe. Penderita DM diakibatkan oleh pola
makan yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang pengetahuan tentang
bagaimanan pola makan yang baik dimana mereka mengkonsumsi
makanan yang mempunyai karbohidrat dan sumber glukosa secara
berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik sehingga perlu
pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam mengkonsumsi makanan yang
bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
2.2.5 Penatalaksanaan Terapi Nutrisi Medis
TNM (Terapi Nutrisi Medis) merupakan bagian penting dari
penatalaksanaan DMT secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah
keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas
kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran
terapi TNM (Terapi Nutrisi Medis) sebaiknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan setiap penyandang DM (Diet Melitus).
1. Diet DM (Diabetes Melitus)
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Penyandang DM (Diabetes Melitus) perlu diberikan penekanan mengenai
pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi
insulin atau terapi insulin itu sendiri. Komposisi Makanan yang dianjurkan
terdiri dari :
1) Karbohidrat
a) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
b) Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
c) Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain.
d) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
e) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa, asal
tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily
Intake/ADI).
f) Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori sehari.

2) Lemak
a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan
tidak diperkenankan elebihi 30% total asupan energi.
b) Komposisi yang dianjurkan, lemak jenuh <7% kebutuhan kalori,
lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
c) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu fullcream, Konsumsi kolesterol dianjurkan 200
g/hari.

3) Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi. Sumber
protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacangkacangan, tahu dan
tempe. Pada pasien dengan efropati diabetik perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari ebutuhan energi,
dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi. Kecuali pada
penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein
menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
4) Natrium
a) Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang
sehat yaitu <2300 mg perhari(B). Penyandang DM yang juga
menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan natrium secara
individual.
b) Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
5) Serat
a) Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang
tinggi serat.
b) Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari
berbagai sumber bahan makanan.
c) Pemanis alternatif
Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas
aman (Accepted Daily Intake/ADI). Pemanis alternatif
dikelompokkan menjadi pemanis berkalori yang perlu
diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan
kalori, seperti glukosaalkohol dan fruktosa. Glukosa alkohol antara
lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol.
Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame
potassium, sukralose, neotame.
2. Diet 3J (Jumlah, Jenis dan Jadwal)
1) Tepat Jumlah Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal yaitu berat badan sesuai tinggi badan. Ada beberapa
cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kal/kgBB ideal.
Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung
pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan,
dan lain-lain.
2) Tepat Jenis
Penderita DM dianjurkan memilih jenis bahan makanan
maupun makanan yang tidak cepat meningkatkan kadar glukosa darah.
bahan makanan atau makanan yang cepat meningkatkan kadar glukosa
darah dikarenakan memiliki indeks glikemik (IG) tinggi. konsep indeks
glikemik dikembang untuk mengurutkan makanan berdasarkan
kemampuannya dalam meningkatkan kadar glukosa darah setelah
dibandingkan dengan makanan standar. Selain dari bahan makanan
yang memiliki indfeks glikemik tinggi, perlu pula cara pemgolahan
makanan, karena terdapat beberapa pengolahan dapat meningkatkan
indeks glikemik, yaitu merebus/mengukus dan menghaluskan bahan
(bubur, juice, dll). persentase protein dan lemak akan menurunkan
indeks glikemik termasuk serta dan zat anti gizi (tanin dan fitat). oleh
karena itu kandungan karbohidrat total makanan dan sumbangan
masing-masing pangan terhadap karbohidrat total harus diketahui.
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi.
penggunaan gula pada bumbu diperbolehklan tetapi jumlahnya hanya
sedikit. anjuran pnggunaan gula tidak lebih dari 5% dari total
kebutuhan kalori. penggunaan pemanis diabetes, aman digunakan asal
tidak melebihi batas aman (accepted daily intake). Misalnya fruktosa
<50 g/hari, jika berlebih akan menyebabkan diare. Sorbitol <30 g/hari
jika berlebih akan menimbulkan kembung dan diare, manitol <20
g/hari, sakarin 1g/hari, asesulfame K 15 mg/kg/BB/hr, siklamat 11
mg/kg BB/hr.
Penggunaan sukrosa pada penderita DM tipe 1 dan 2 tidak
memperburuk kontrol Glukosa darah. sukrosa dari makanan harus
diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak
hanya dengan menambhakannya pada perencanaan makanan. dalam
melakukan substitusi ini kandungan zat gizi dari makananmakann
manis yang pekat dan kandungan zat gizi lain dari makanan yang
mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang selalu
ada bersama sukrosa dalam makanan.
Bahan makanan tinggi asam lemak tidak jenuh seperti pada
nuts, alpukat dan minyak zaitun, baik digunakan dalam perencanaan
makan bagi penderita DM. tambahan suplemen vitamin dan mineral
pada penderita DM (Diabetes Melitus) yang asupan gizinya cukup
tidak diperlukan.
3) Tepat jadwal
Makan dalam porsi kecil tapi sering dapat membantu
menurukan kadar glukosa darah. makan teratur (makan pagi, makan
siang dan makan malam serta selingan diantara waktu makan) akan
memungkinkan glukosa darah turun sebelum makan berikutnya.
4) Latihan Jasmani
Menurut Suryono untuk penderita DM dianjurkan melakukan
latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama + 30 menit,
yang sesuai prinsip CRIPE (continuous, rhythmical, interval,
progressive, endurance training).
2.2.6 Pencegahan Diabetes Melitus (DM)
Usaha Pencegahan pada penyakit DM terdiri dari : Pencegahan
primodial yaitu pencegahan pada orang-orang yang masih sehat agar tidak
memiliki factor resiko untuk terjadinya DM. Pencegahan primer yaitu
pencegahan pada mereka yang belum terkena DM namun memiliki faktor
resiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya DM agar tidak timbul
penyakit DM. Pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi
komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit. Dan pencegahan tersier yaitu
upaya mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah
terjadi komplikasi.
2.2.7 Pencegahan Primodial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan primordial
adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi
agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi
sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan
yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup,
pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar
tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik.
2.2.8 Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi
berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer ini
harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan
upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
Pada pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya
untuk mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu
DM, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk
mengurangi faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk
mengontrol gula darah, perencanaan makan, mengurangi kegemukan, dan
meningkatkan kegiatan jasmani.
2.2.8.1 Penyuluhan
Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit
dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status
kesehatan bagi peserta prolanis. Terbentuknya kelompok peserta (klub)
Prolanis minimal satu klub di tiap fasilitas kesehatan pengelola.
Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan
kebutuhan edukasi. Selain kegiatan edukasi, kegiatan aktivitas klub
Prolanis juga melakukan kegiatan senam. Senam Prolanis dilaksanakan
rutin minimal dua kali sebulan dan diupayakan dilakukan empat kali dalam
sebulan. Pertimbangan keefektifan, setelah kegiatan senam bisa dilanjutkan
dengan kegiatan edukasi.
2.2.8.2 Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer
terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan
insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam
darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Dalam Program
PROLANIS UPT Puskesmas Jekan Raya terdapat juga kegiatan
senam. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara
lain:
1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa
darah dan lipid darah.
2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut
glukosa.
3. Membantu menurunkan berat badan.
4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri.
5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular

Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda


santai, jogging,senam dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
2.2.8.3 Perencanaan Pola Makan
Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci
sukses manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet
dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi
kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung
berdasarkan kondisi individu pasien.
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan
DM, meski sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang
sesuai untuk semua pasien, namun ada standar yang dianjurkan yaitu
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat, protein,
dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak = 20-25 %.
Jumlah asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari dan
diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh dan
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak
jenuh. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani
2.2.9 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM (Diabetes
Melitus) serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan -
kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang -
orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi
untuk mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin
dilakukan mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi
menahun. Edukasi dan pengelolaan DM (Diabetes Melitus) memegang
peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
1. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus
Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan
dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar
glukosa dalam darah pasien yang umum dilakukan adalah, sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa. Kadar glukosa
darah normal setelah puasa berkisar antara 70-110 mg/dl.
Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada
pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140
mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari pembuluh vena.
2) Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka
harus dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila kadar
glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri ataupun vena lebih
dari 200 mg/dl.

3) Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).


Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan
DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya
: 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.

2. Pengobatan Segera
Intervensi fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa
darah belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan
jasmani. Dalam pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan
yaitu pemberian secara oral atau disebut juga Obat
Hipoglikemik Oral (OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu
insulin. OHO dibagi menjadi 3 golongan yaitu : pemicu sekresi
insulin (Sulfonilurea dan Glinid), penambah sensitivitas
terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion), penambah
absobsi glukosa (penghambat glukosidase alfa).
Selain 2 macam pengobatan tersebut, dapat juga
dilakukan dengan terapi kombinasi yaitu dengan memberikan
kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO
tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga
menggunakan kombinasi kombinasi OHO dengan insulin
apabila ada kegagalan pemakaian OHO baik tunggal maupun
kombinasi.

2.2.10 Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan
dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini
mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh, acetosal
dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi
pasien DM (diabetes melitus) yang sudah mempunyai penyakit
makroangiopati.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien
dengan dokter mapupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang
terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit DM (Diabetes
Melitus).

BAB 3
HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum Puskesmas

Gambar 3.1 Peta wilayah Kerja UPT Puskesmas Jekan Raya

Puskesmas Jekan Raya merupakan salah satu puskesmas yang berada di Wilayah Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya. Puskesmas Jekan Raya mulai beroperasi pada tanggal 20
Januari 2003 dengan luaswilayah ± 1.172 Km terdiri dari Kelurahan Petuk Katimpun dan
sebagian wilayah Kelurahan Bukit Tunggal, terletak di Jalan Tjilik Riwut Km. 10,5 Palangka Raya
dengan batas wilayah :
Utara : Desa Tanjung Sangalang
Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Tangkiling 
Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Kayon
Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Sebangau
Wilayah kerja merupakan daerah yang dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 atau roda 4,
tetapi pada keadaan tertentu (banjir) diwilayah Kelurahan Petuk Katimpun tidak dapat
ditempuh dengan jalurdarat. Dan mata pencaharian penduduk di Kelurahan Petuk
Katimpun adalah nelayan, peternak ikan dan berkebun, sementara di sebagian Kelurahan Bukit
Tunggal mata pencaharian penduduk lebih
bervariasi yakni, pegawai negeri sipil, pedagang, peternak, petani/kebun dantukang
bangunan serta karyawan swasta

Gambar 3.2
Gambar Denah UPT Puskesmas Jekan Raya Kota palangka Raya

Tabel. 3.1
Jumlah Penduduk Kelurahan Petuk Ketimpun

NO KELURAHAN JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUA
N

1 PETUK KETIMPUN - - 2.667 JIWA

Berdasarkan dari table di atas dapat kita lihat jumlah penduduk di kelurahan petuk ketimpun laki-
laki maupun perempuan berjumlah 2.667 jiwa.

3.2 Rencana Strategi


Adapun rencana strategi atau visi dan Misi dari puskesmas Jekan Raya Kota
Palangka Raya itu sendiri, ialah:
3.2.1 VISI
UPT PUSKESMAS JEKAN RAYA DENGAN PELAYANAN
KESEHATAN BERKUALITAS TAHUN 2021
3.2.2 MISI
1. Menggerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Mematuhi Standar
Pelayanan Kesehatan Terpadu
3. Mendorong Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Bersih Dan Sehat
4. Menggalang Kemitraan Dengan Pihak Yang Terkait
3.2.3 MOTTO
KARIGAS KETON KAHANJAK IKEI
3.2.4 TATA NILAI
D: Disiplin
P: Profesional
R: Ramah

3.3 Kegiatan yang dilakukan di UPT Puskesmas Jekan Raya antara lain yaitu:
1. Pelayanan poli Umum
2. Palayanan Poli Anak
3. Pelayanan Poli Gigi dan Mulut
4. Pelayanan KIA/KB
5. Pelayanan Laboratorium
6. Pelayanan Farmasi
7. Pelaynan Imunisasi,Pelayanan Gizi
Upaya kesehatan masyarakat ( Esesnsial )
1. Promkes
2. Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
3. KIA & KB
4. Gizi
5. P2P
3.4 Struktur Organisasi Institusi

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Institusi

3.5 Struktur Organisasi Bidang/ Bagian/Unit Magang

STRUKTUR ORGANISASI
PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT UPT PUSKESMAS JEKAN RAYA

KOORDINATOR

RITHA YUNI,SST

ANGGOTA TIM KREATIF

Dr.RHIZALL Dr.VIKTOR WIDI DIONYSIUS AJI MEISHA SELIN


MARHUARAR HUTAPEA NUGRAHA WISNANDI PRASETYO,S.FARM,Apt PRATIWI, Amd.Farm
3.6 Kegiatan Magang
Selama magang di UPT Puskesmas Jekan Raya di tempatkan di ruangan KIA
KB . Kegiatan yang dilakukan selama magang yaitu mempelajari sistem
pelayanan puskesmas, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi unit kerja,
melakukan kegiatan penyuluhan/ edukasi dan mengikuti kegiatan Posyandu,
mengamati kegiatan kunjungan kader dan membantu kegiatan lain.
3.7 Kegiatan/Permasalahan/Program Fokus Magang
3.7.1 KEGIATAN
Adapun hasil kegiatan selama penulisan magang di UPT Puskesmas
Jekan raya kota palangka raya mulai dari tanggal 25 januari 2021 s/d 15
februari 2021 di temukan beberapa masalah sesuai dengan data yang telah
di analisis dan di amati selama 2 minggu terakhir, Permasalahan yang
diambil yaitu tentang Kurangnya pemahaman masyarakat dan pola hidup
tidak sehat terhdap penyakit Diabetes Melitus:

Tabel 3.2
10 besar penyakit di UP Pueskesmas Jekan Raya Kota palangka raya Tahun 2020

3.7.2No Nama Penyakit Jumlah Kasus


1 ISPA 1.234
2 HIPERTENSI 582
3 DIABETES MELITUS 351
4 DISPESIA 340
5 MELGIA 260
6 TONSINITIS AKUT 159
7 DIARE 145
8 SELALITIS & LIMFANGITIS AKUT 127
9 DERMATITIS LAIN 90
10 LUKA ROBEK 64
PERMASALAHAN
Dari table di atas dapat kita lihat penyakit Diabetes Melitus urutan ke 3
( Tiga) dengan jumlah kasus 351 kasus. Yang dimana kurangnya
pemahaman masyarakat tentang penyakit tidak menular ini dan kurangnya
pemahaman masyarakat terkait dengan pola hidup sehat menyebabkan
faktor penyebab diabetes melitus di UPT Puskesmas Jekan Raya Kota
Palangka Raya.

3.7.3 Program Fokus Magang


a. Perencanaan,pelaksanaan
Adapun perencanaan, pelaksanaan penyakit diabetes melitus itu
sendiri wilayah kerja UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka
Raya, Puskesmas memiliki perencnaan untuk meningkatkan
pengetahuan dan perbaikan pola hidup masyarakat dengan melakukan
program PROLANIS menekan angka kasus diabetes melitus agar
tercipta masyarakat yang mulai dari usia muda hingga usia desawasa
aatau lansia.
Pelaksanaan, yang dilakukan oleh UPT Puskesmas Jekan Raya
Kota Palangka Raya itu sendiri dalam Kegiatan di laksanakan setiap
hari sabtu dengan 4x senam Hipertensi dan Diabetes Melitus dan
edukasi setiap 1x sebulan akan tetapi karena adanya wabah pandemi
Covid-19 Puskesmas Jekan raya tidak dapat melakukan Kegiatan
Prolanis karena risiko ke pada pasien kunjungan untuk melaksanakan
kegiatan.
b. Pengorganisasi
Dalam Pengorganisasisan UPT Puskesmas Jekan raya berkerja sama
dengan Club ploranis dalam melaksanakannya kegiatan program
prolanis dan di bantu dengan Bidan desa dalam kegiatan

c. Monitoring dan Evaluasi


Adapun hasil monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan dan
perencanaan itu sendiri terkait penyakit diabetes melitus berupa
melakukan pemantauan terkait pasien kunjungan dengan status
penderita diabetes melitus lalu dengan dilakukannya cek Gula Darah
Sewaktu ( GDS ) 1x sebulan
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Banyak teori yang berkaitan dengan alasan seseorang ketika memilih dan
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, diantaranya :

4.1.1. Teori Andersen

Andersen menggambarkan model system kesehatan (health system model)


yang berupa model kepercayaan kesehatan. Model Anderson ini terdapat tiga
kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni karakteristik predisposisi,
karakteristik pendukung, dan karakteristik kebutuhan (Notoatmodjo, 2014) :

a. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)


Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap
individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan
kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri
individu, yang digolongkan ke dalam tiga kelompok, meliputi:

1) Ciri-ciri demografi (seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan).

2) Struktur sosial (seperti pendidikan, pekerjaan kepala keluarga,


kesukuan atau ras, bangsa, agama)

3) Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan


kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

b. Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics)

Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi


yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk
memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen
(1975) membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu :

1) Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga,


keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa,
dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan.

2) Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan


kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam
wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi
pemukiman penduduk. Menurut Andersen semakin banyak sarana dan
jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

c. Kebutuhan (Need Characteristics)

Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling


langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Andersen (1975) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili
kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit
merupakan bagian dari kebutuhan. Penilaian individu ini dapat
diperoleh dari dua sumber, yaitu :

1) Individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan


kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan
terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita.

2) Penilaian klinik (Evaluated need), merupakan penilaian


beratnya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang tercermin antara
lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh
dokter (Ilyas, 2003).

4.1.2. Model Kepercayaan Kesehatan / Health Belief Model

HBM telah berkembang di tahun 1950 oleh para ahli psikologi


sosial. Berkembangnya pelayanan kesehatan masyarakat akibat
kegagalan dari orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha
pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh
provider (Glanz, 2002). Ada 5 variabel yang menyebabkan seseorang
mengobati penyakitnya :
a. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) Persepsi
seseorang terhadap resiko dari suatu penyakit. Agar seseorang
bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus
merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut.

b. Keparahan yang dirasakan (perceived seriousness) Tindakan seseorang


dalam pencarian pengobatan dan pencegahan penyakit dapat
disebabkan karena keseriusan dari suatu penyakit yang dirasakan
misalnya dapat menimbulkan kecacatan, kematian, atau kelumpuhan,
dan juga dampak sosial seperti dampak terhadap pekerjaan, kehidupan
keluarga, dan hubungan sosial.

c. Persepsi manfaat (perceived benefits) Penerimaan seseorang terhadap


pengobatan penyakit dapat disebabkan karena keefektifan dari
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi penyakit.

d. Persepsi hambatan (perceived barriers) Dampak negatif yang


ditimbulkan oleh tindakan pencegahan penyakit akan mempengaruhi
seseorang untuk bertindak. Pada umumnya manfaat tindakan lebih
menentukan daripada rintangan atau hambatan yang mungkin
ditemukan dalam melakukan tindakan tersebut.

e. Isyarat atau tanda-tanda untuk bertindak (cues to action) Cues to action


adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang merasa butuh
mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan
perilaku sehat. Cues to action juga berarti dukungan atau dorongan dari
lingkungan terhadap individu yang melakukan perilaku sehat. Saran
dokter atau rekomendasi telah ditemukan juga bisa menjadi cues to
action untuk bertindak dalam konteks memeriksakan penyakit.

4.2 Teori/Konsep Strategi Promosi Kesehatan pada Diabetes Melitus

Institusi kesehatan sebagai wadah pelayanan kesehatan masyarakat memegang


peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Institusi
kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat sehingga
mampu meningkatkan derajat kesehatannya berdasarkan kebijakan-kebijakan
yang diimpletasikan dalam bentuk program-program yang akan mewadahi
masyarakat. Semakin meningkatnya kasus PTM lebih khusus untuk penyakit
diabetes melitus (DM) perlu menjadi perhatian masyarakat untuk ikut serta
berpartisipasi dan berperan dalam upaya pencegahan dan pengendalian faktor
resiko PTM.Salah satunya dengan adanya program PROLANIS BPJS Kesehatan
telah menerapkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang
merupakan sistem pelayanan kesehatan untuk mengelola penyakit Hipertensi dan
Diabetes Melitus. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan
Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk
mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien dan juga Promosi kesehatan merupakan langkah awal yang
dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Fokus dari promosi kesehatan adalah
perubahan perilaku. Keberhasilan suatu program promosi kesehatan dapat dilihat
mulai dari perencanaan program sampai pada pelaksanaan dan evaluasinya, serta
Strategi Promosi Kesehatan yang dilakukan. Upaya-upaya dari strategi Promosi
Kesehatan yang dilakukan adalah upaya Advokasi, Gerakan Masyarakat,Program
Prolanis, Bina Suasana dan Kemitraan.

4.2.1 Advokasi
Kebijakan pencegahan dan pengendalian PTM khususnya diabetes
melitus (DM) melalui Dinas Kesehatan telah melakukan sosialisasi
kebijakan tersebut ke Puskesmas. Untuk program pencegahan dan
pengendalian PTM, Advokasi dilakukan dengan kegiatan berupa
sosialisasi kebijakan tersebut, kegiatan ini bertujuan untuk mendukung
terlaksananya kebijakan ini. Kegiatan sosialisasi kebijakan ini biasanya
dari Dinas Kesehatan kemudian diturunkan ke Puskesmas dan nantinya
dari pihak Puskesmas yang akan meneruskannya kepada masyarakat.
Pernyataan dari pihak Dinas Kesehatan didukung oleh pernyataan dari
pihak Puskesmas. Tujuan dari kegiatan advokasi ini adalah agar pembuat
kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan
4.2.2 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan individu sebagai promosi kesehatan pada penyakit
diabetes melitus (DM) adalah melakukan kegiatan pemberian
komunikasi, informas dan edukasi (KIE). Seharusnya program untuk
promotif dan preventiflah yang harus menjadi prioritas utama. Dalam
mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu adalah
masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Di Puskesmas kegiatan
pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) ini dilakukan saat
pemeriksaan kepada pasien atau bisa juga dilakukan oleh petugas
kesehatan disaat pasien menunggu antrian di ruang tunggu, atau juga
dalam kegiatankegiatan lainnya. Sasaran Promosi Kesehatan selain
individu adalah keluarga. Kegiatan Pemberdayaan keluarga pun harus
dinyatakan dengan melakukan kunjungan rumah yang dilakukan oleh
petugas promkes. Untuk program-program promosi kesehatan, program
seperti kunjungan rumah ini adalah strategi yang paling tepat untuk
dapat merubah polah pikir masyarakat, karena kita bisa melihat dan
merasakan langsung respon dari keluarga yang dikunjungi, akan terjadi
komunikasi yang lebih baik lagi dengan masyarakat karena dengan
adanya kunjungan rumah ini masyarakat akan merasa sangat
diperhatikan oleh pihak Puskesmas, dengan adanya kunjungan rumah
kita dapat mengontrol status kesehatan keluarga dan dengan adanya
kunjungan rumah setia keluarga yang dikunjungi pasti akan dengan
mudah untuk mengaplikasikan apa yang disarankan oleh petugas
kesehatan. Selain itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat, program
pemberdayaan masyarakat sebagai Promosi kesehatan dipuskesmas yang
dapat dilakukan salah satunya pada kegiatan program prolanis. Kegiatan
ini merupakan kegiatan promotif dan preventif untuk mendeteksi dan
sebagai pengendalian dini bagi faktor resiko PTM. Program ini dapat
dikatakan berhasil apabila program prolanis ini dapat menjangkau
sebanyak mungkin masyarakat yang bisa dijangkau. Kegiatan prolanis
ini merupakan wujud peran serta dari dinas kesehatan untuk masyarakat.
Jadi semua kegiatan yang kelolah adalah petugas kesehatan untuk
masyarakat. Selain tujuannya adalah untuk dapat mengetahui setiap
perubahan dan peningkatan status kesehatan masyarakat.
4.2.3 Program PROLANIS
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,
Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien. Ada 6 Kegiatan Prolanis yang terdiri
dari:
1) konsultasi medis;
2) edukasi peserta prolanis;
3) Reminder SMS gateway;
4) home visit;
5) aktivitas club (senam) dan;
6) pemantauan status kesehatan.
Tujuan prolanis yaitu, untuk Mendorong peserta penyandang penyakit
kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta
terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil
“baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan
Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi penyakit. Kegiatan Prolanis ini tentunya sangat
bermanfaat bagi kesehatan para pengguna peserta BPJS. Selain itu
kegiatan Prolanis dapat membantu BPJS kesehatan dalam meminimalisir
kejadian PTM, dimana pembiayaan untuk pasien dengan penyakit kronis
sangat tinggi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terkait penyakit
kronis.
4.2.4 Bina Suasana
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini
publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti:
tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan
lain-lain. Namun tidak adanya media cetak khusus penyakit Hipertensi
ini ikut mempengaruhi keberhasilan upaya Bina Suasana. Media cetak
tentang penyakit diabetes melitus (DM) ini diharapkan dapat
memberikan informasi lebih untuk masyarakat, karena ketika masyarakat
menerima KIE tentang penyakit diabetes melitus (DM) dan didukung
dengan pemberian media cetak akan memaksimalkan dalam
pengaplikasiannya. Program kegiatan pelatihan kepada petugas
pemegang program pun turut memegang peran penting.
4.2.5 Kemitraan
Sangat perlu untuk menggalang kemitraan dengan individu-
individu, keluarga, pejabat-pejabat atau instansi pemerintahan yang
terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh
masyarakat, media masa dan lain-lain. Dengan adanya dukungan dari
berbagai pihak maka kegiatan promosi kesehatan akan dengan mudah
dilakukan. Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah jika
dilaksanakannya kemitraan serta dengan menggunakan metode dan
teknik yang tepat. Kemitraan merupakan bentuk kerja sama formal baik
antara individu, kelompok maupun organisasi yang dilakukan dengan
tujuan untuk mencapai suatu tujuan dan tugas tertentu. Dari kerja sama
ini sangat diharapkan adanya kesepakatan tentang komitmen dan
harapan, serta peninjauan kembali pada kesepakatan sebelumnya dan
saling berbagi baik dalam untung dan rugi yang diperoleh.

4.3 Penanganan Penyakit Tidak Menular di UPT Puskesmas Jekan raya

Penanganan penyakit tidak menular selain di dalam Gedung juga


dilakukan di luar Gedung misalnya pada kegiatan Prolanis . Kegiatan
polaris biasanya di lakukan pada hari sabtu sebelum hari kegiatan
biasanya petugas kesehatan mengigatkan kembali kepada peserta Polaris
untuk menikuti kegiatan Polaris esok hari, dalam kegiatan juga penderita
PTM melakukan senam hipertensi dan Diabetes melitus sebanyak 4x
lalu melakukan cek Gula Darah Sewaktu ( GDS ), Di wilayah UPT
Puskesmas jekan raya penderita PTM cukup tinggi. Disamping itu
kegiatan Polaris yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
posyandu lansia, kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular (PTM) di lakukan promosi kesehatan pada penderita diabetes
mlitus (DM) serta penyuluhan terkait Penyakit Tidak Menular.
Berdasarkan data penyakit yang telah dianalisis diabetes melitus (DM)
merupakan kasus penyakit dengan urutan ke tiga terbanyak di wilayah
kerja UPT Puskmas Jekan Raya Kota Palangka Raya, dikarenakan
menurut buku register dan laporan bulanan kesakitan menunjukan bahwa
pasien yang berkunjung yang tercatat pada tahun 2020 dari bulan Januari
hingga bulan Desember menyatakan 351 kasus diabetes melitus (DM)
baik itu laki – laki ataupun perempuan mulai dari usia 20 tahun s/d usia
75 tahun.
4.4 Perbandingan Teori/Konsep dengan Praktik Strategi Penanganan Diabetes
Melitus
Promosi kesehatan merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk
memberdayakan masyarakat dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi
setiap orang. Fokus dari promosi kesehatan adalah perubahan perilaku.
Keberhasilan suatu program promosi kesehatan dapat dilihat mulai dari
perencanaan program sampai pada pelaksanaan dan evaluasinya, serta Strategi
Promosi Kesehatan yang dilakukan. Upaya-upaya dari strategi Promosi
Kesehatan yang dilakukan adalah upaya Advokasi, Gerakan Masyarakat, kegiatan
prolanis,Bina Suasana dan Kemitraan. Berdasarkan kebijakan yang telah ada
Puskesmas jekan raya saat ini telah memiliki program prolanis dan kegiatan
Posyandu lansia. Disamping itu selain kegiatan prolanis penderita PTM yang
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan posyandu lansia, kegiatan pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular (PTM) yang di lakukan juga pada
kegaiatan prolanis penderita diabetes melitus (DM) untuk mencegah terjadinya
komplikasi serta penyuluhan terkait Penyakit Tidak Menular di Posyandu lansia.
Sejauh ini kebijakan yang ada dan yang sudah diterapkan di lahan sudah sangat
optimal karena telah dilaksanakan nya program prolanis pada penderita PTM
bersamaan dengan kegiatan posyandu lansia, kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular (PTM) di lakukan juga pada kegiatan
prolanis penderita DM serta penyuluhan terkait Penyakit Tidak Menular di
Posyandu lansia. Karna strategi dari kemitraan kesehatan pun saat ini targetnya
ialah untuk membentuk kegiatan prolanis untuk penderita PTM di seluruh daerah
yang ada di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota namun yang
menjadi target utamanya saat ini adalah untuk sebanyak mungkin penderita
penyakit tidak menular (PTM ) pada masyarakat bisa ikut serta pada kegiatan
prolanis ini. Untuk pelayanan selanjutnya akan terus dilakukan oleh setiap kader
yang sudah dilatih di desa-desa dan tentunya di monitoring oleh Puskesmas.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini, sebagai berikut :

1. Program Prolanis adalah Prolanis dilaksanakan secara integratif dengan melibatkan


peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal menggunakan pendekatan proaktif (Purnamasari, 2015). Selain
meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi tingkat risiko penyakit,
program ini juga diharapkan dapat menurunkan risiko komplikasi dan dapat
memanfaatkan biaya secara efektif dan rasional. Prolanis yang diselenggarakan oleh
BPJS telah terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup khususnya bagi Pasien DM.
Hal tersebut didukung dengan penelitian Rahmi dkk (2015) yang menyimpulkan
sebagian responden setuju setelah mengikuti kegiatan prolanis, mereka menerapkan
pola hidup sehat sehari-hari yang sebelumnya tidak mereka ketahui sebelum
mengikuti kegiatan Prolanis. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan Prolanis telah
berpengaruh dalam perubahan pola hidup mereka yang lebih baik
2. Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perilaku.
3. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin aau retensi insulin, di tandai dengan tingginyan keadaan glukosa
darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine atau mrupakan sindroma klinis yang
ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya.
4. Institusi kesehatan sebagai wadah pelayanan kesehatan masyarakat memegang
peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Institusi
kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat sehingga mampu
meningkatkan derajat kesehatannya berdasarkan kebijakan-kebijakan yang
diimpletasikan dalam bentuk program-program yang akan mewadahi masyarakat.
Semakin meningkatnya kasus PTM lebih khusus untuk penyakit diabetes melitus
(DM) perlu menjadi perhatian masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dan
berperan dalam upaya pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM.
5. Kebijakan pencegahan dan pengendalian PTM khususnya diabetes melitus (DM)
melalui Dinas Kesehatan telah melakukan sosialisasi kebijakan tersebut ke
Puskesmas. Untuk program pencegahan dan pengendalian PTM, Advokasi
dilakukan dengan kegiatan berupa sosialisasi kebijakan tersebut, kegiatan ini
bertujuan untuk mendukung terlaksananya kebijakan ini.

5.2 Saran
Keberhasilan suatu program promosi kesehatan dapat dilihat mulai dari perencanaan
program sampai pada pelaksanaan dan evaluasinya, serta Strategi Promosi Kesehatan
yang dilakukan. Upaya-upaya dari strategi Promosi Kesehatan yang dilakukan adalah
upaya Advokasi, Gerakan Masyarakat, program prolanis ,Bina Suasana dan Kemitraan.
Dan di UPT Puskesmas Jekan Raya telah melaksankaan program dengan optimal dalam
kegiatan program prolanis dan posyandu lansia pemberian edukasi maka saran yang
dapat saya berikan untuk laporan kali ini adalah agar program ini tetap berjalan dengan
baik, diharapkan untuk kegiatan prolanis walau tidak berjalan di masa pandemic ini
akan tetapi tetap di kontrol para pasien dengan cara membuat grup whattap tetap
memberikan edukasi dan senam ringan dengan cara share di grup whattap tersebut
dengan tetap melakukan aktifitas fisik dengan cara pelaporan share video kegiatan di
rumah dan untuk pengecekan kadar gula darah sebisa mungkin tetap dilakukan dengan
cara home care minimal 1x sebulan
DAFTAR PUSTAKA

Rosdiana, Ayu Imade, Bambang Budi Raharjo, and Sofwan Indarjo. "Implementasi program
pengelolaan penyakit kronis (Prolanis)." HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development) 1.3 (2017): 140-150.

Team TeachingMagang. 2020. Buku Panduan Magang Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Stikes EKA Harap. Palangka Raya.

Ningrum, Wulan Agustin, et al. "Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan


Responden Prolanis Terhadap Pengobatan Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan." Proceeding of The
URECOL (2020): 26-30.

Habiba, L. A. (2020). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN


PROLANIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS KOTA
MAKASSAR (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Habiba, Laksmi Ainun. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN


PROLANIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS KOTA
MAKASSAR. Diss. Universitas Hasanuddin, 2020.

Adjei Boakye, E., Varble, A., Rojek, R., Peavler, O.,Trainer, A.K., Osazuwa-Peters, N., &
Hinyard, L. (2018). Sociodemographic factors associated with engagement in diabetes
self-management education among people with diabetes in the United States. Public
Health Reports, 133(6), 685–691.

Chouhan, V.L. & Shalini, V. (2006). Coping strategis for stres adjusment among diabetes.
Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 32 (2), 106–111.

Adejoh, S. (2014). Diabetes Knowledge, Health Belief, And Diabetes Management Among
The Igala Nigeria. Nigeria: Departement of Sociology. Vol. 1-8.
Askandar T. (2011). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Panduan Lengkap Pola
Makan Untuk Penderita Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Basuki E. (2008). Penyuluhan Diabetes Mellitus. Jakarta, Balai Penerbit FK UI, pp. 131-35.

Chilton, L. (2006). Health Promoting Lifestyle And Diabetes Knowledge In Hispatic


American Adult. America: Home Health Care Management & Practice. Vol. 18, No. 5.

Jelantik IMG. (2014). Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan dan
HIpertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Mataram. Media Bina Ilmiah. Vol I, No. 2.
Anani, S. 2012. Hubungan antara Perilaku Pengendalian Diabetes kadar Glukosa Darah
pasien Rawat jalan Diabetes mellitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon). Medicine Journal Indonesia Vol.20 No.4:466-478 .

Anda mungkin juga menyukai