LAPORAN MAGANG
Oleh
M.Rizal Mantovani
NIM.2017.D.01.016
Oleh
M.Rizal Mantovani
2017.D.01.016
Mengetahui,
KUP PS Sarjana Kesehatan Masyarakat
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas Rahmatnya sehingga saya mampu
menyelesaikan laporan magang di UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya Tahun
2021. Sebagai sarana informasi untuk mengetahui hasil pelaksanaan upaya pelayanan
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah magang, dengan tersusunnya
laporan ini bisa lebih memahami dan memperluas pengetahuan. Saya menyadari banyak
kekurangan dalam pembuatan laporan ini, oleh sebab itu, saya membutuhkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan lapor ini dan agar menjadi pelajaran dikemudian hari.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi yang lainnya. Akhir kata saya
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
2.2.8.1 Penyuluhan
3.2.1 Visi
3.2.2 Misi
3.2.3 Motto
3.7.1 Kegiatan
3.7.2 Permasalahan
BAB IV PEMBAHASAN
4.2.1 Advokasi
4.2.5 Kemitraan
Diabetes melitus
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah mampu dan
terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKES Eka Harap, serta
memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab Sarjana Kesehatan
Masyarakat di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta dan mengetahui manajemen
program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan Raya.
1.1.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus program magang ini adalah :
1. Mengetahui Gambaran program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan raya
2. Mengetahui Perencanaan program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan raya
3. Mengetahui Pelaksanaan program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan raya
4. Menegtahui Pengawasan program PROLANIS di UPT Puskesmas Jekan raya
2.2.1 Pengertian DM
Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme yang kronis
terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginyan
keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine atau
mrupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan
kurangnya.
Diabetes melitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah lebih
tinggi dari normal atau hiperglikemia karena tubuh tidak bisa mengeluarkan
atau menggunakan hormon insulin secara cukup.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa
dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon
yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya. (Smeltzer & Bare, 2002).
2.2.2 Gejala DM
Gejala yang muncul pada penderita diabetes mellitus diantaranya:
1. Poliuri (banyak kencing)
Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi apabila kadar gula
darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah yang tinggi akan
dikeluarkan melalui air kemih, jika semakin tinggi kadar glukosa darah
maka ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang banyak.
Akibatnya penderita diabetes sering berkemih dalam jumlah banyak.
2. Polidipsi (banyak minum)
Polidipsi terjadi karena urin yang dikeluarkan banyak, maka penderita akan
merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum.
3. Polifagi (banyak makan)
Polifagi terjadi karena berkurangnya kemampuan insulin mengelola kadar
gula dalam darah sehingga penderita merasakan lapar yang berlebihan.
4. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadangan
energi lain dalam tubuh seperti lemak.
2.2.3 Klasifikasi DM
Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes (Association, 2018)
dibagi dalam 4 jenis yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali
sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang
jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik
pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun
yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat
memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan
insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila insulin
tidak diberikan maka penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga
dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic.
2) Lemak
a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan
tidak diperkenankan elebihi 30% total asupan energi.
b) Komposisi yang dianjurkan, lemak jenuh <7% kebutuhan kalori,
lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
c) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu fullcream, Konsumsi kolesterol dianjurkan 200
g/hari.
3) Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi. Sumber
protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacangkacangan, tahu dan
tempe. Pada pasien dengan efropati diabetik perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari ebutuhan energi,
dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi. Kecuali pada
penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein
menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
4) Natrium
a) Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang
sehat yaitu <2300 mg perhari(B). Penyandang DM yang juga
menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan natrium secara
individual.
b) Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
5) Serat
a) Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang
tinggi serat.
b) Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari
berbagai sumber bahan makanan.
c) Pemanis alternatif
Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas
aman (Accepted Daily Intake/ADI). Pemanis alternatif
dikelompokkan menjadi pemanis berkalori yang perlu
diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan
kalori, seperti glukosaalkohol dan fruktosa. Glukosa alkohol antara
lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol.
Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame
potassium, sukralose, neotame.
2. Diet 3J (Jumlah, Jenis dan Jadwal)
1) Tepat Jumlah Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal yaitu berat badan sesuai tinggi badan. Ada beberapa
cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kal/kgBB ideal.
Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung
pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan,
dan lain-lain.
2) Tepat Jenis
Penderita DM dianjurkan memilih jenis bahan makanan
maupun makanan yang tidak cepat meningkatkan kadar glukosa darah.
bahan makanan atau makanan yang cepat meningkatkan kadar glukosa
darah dikarenakan memiliki indeks glikemik (IG) tinggi. konsep indeks
glikemik dikembang untuk mengurutkan makanan berdasarkan
kemampuannya dalam meningkatkan kadar glukosa darah setelah
dibandingkan dengan makanan standar. Selain dari bahan makanan
yang memiliki indfeks glikemik tinggi, perlu pula cara pemgolahan
makanan, karena terdapat beberapa pengolahan dapat meningkatkan
indeks glikemik, yaitu merebus/mengukus dan menghaluskan bahan
(bubur, juice, dll). persentase protein dan lemak akan menurunkan
indeks glikemik termasuk serta dan zat anti gizi (tanin dan fitat). oleh
karena itu kandungan karbohidrat total makanan dan sumbangan
masing-masing pangan terhadap karbohidrat total harus diketahui.
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi.
penggunaan gula pada bumbu diperbolehklan tetapi jumlahnya hanya
sedikit. anjuran pnggunaan gula tidak lebih dari 5% dari total
kebutuhan kalori. penggunaan pemanis diabetes, aman digunakan asal
tidak melebihi batas aman (accepted daily intake). Misalnya fruktosa
<50 g/hari, jika berlebih akan menyebabkan diare. Sorbitol <30 g/hari
jika berlebih akan menimbulkan kembung dan diare, manitol <20
g/hari, sakarin 1g/hari, asesulfame K 15 mg/kg/BB/hr, siklamat 11
mg/kg BB/hr.
Penggunaan sukrosa pada penderita DM tipe 1 dan 2 tidak
memperburuk kontrol Glukosa darah. sukrosa dari makanan harus
diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak
hanya dengan menambhakannya pada perencanaan makanan. dalam
melakukan substitusi ini kandungan zat gizi dari makananmakann
manis yang pekat dan kandungan zat gizi lain dari makanan yang
mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang selalu
ada bersama sukrosa dalam makanan.
Bahan makanan tinggi asam lemak tidak jenuh seperti pada
nuts, alpukat dan minyak zaitun, baik digunakan dalam perencanaan
makan bagi penderita DM. tambahan suplemen vitamin dan mineral
pada penderita DM (Diabetes Melitus) yang asupan gizinya cukup
tidak diperlukan.
3) Tepat jadwal
Makan dalam porsi kecil tapi sering dapat membantu
menurukan kadar glukosa darah. makan teratur (makan pagi, makan
siang dan makan malam serta selingan diantara waktu makan) akan
memungkinkan glukosa darah turun sebelum makan berikutnya.
4) Latihan Jasmani
Menurut Suryono untuk penderita DM dianjurkan melakukan
latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama + 30 menit,
yang sesuai prinsip CRIPE (continuous, rhythmical, interval,
progressive, endurance training).
2.2.6 Pencegahan Diabetes Melitus (DM)
Usaha Pencegahan pada penyakit DM terdiri dari : Pencegahan
primodial yaitu pencegahan pada orang-orang yang masih sehat agar tidak
memiliki factor resiko untuk terjadinya DM. Pencegahan primer yaitu
pencegahan pada mereka yang belum terkena DM namun memiliki faktor
resiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya DM agar tidak timbul
penyakit DM. Pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi
komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit. Dan pencegahan tersier yaitu
upaya mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah
terjadi komplikasi.
2.2.7 Pencegahan Primodial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan primordial
adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi
agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi
sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan
yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup,
pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar
tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik.
2.2.8 Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi
berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer ini
harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan
upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
Pada pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya
untuk mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu
DM, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk
mengurangi faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk
mengontrol gula darah, perencanaan makan, mengurangi kegemukan, dan
meningkatkan kegiatan jasmani.
2.2.8.1 Penyuluhan
Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit
dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status
kesehatan bagi peserta prolanis. Terbentuknya kelompok peserta (klub)
Prolanis minimal satu klub di tiap fasilitas kesehatan pengelola.
Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan
kebutuhan edukasi. Selain kegiatan edukasi, kegiatan aktivitas klub
Prolanis juga melakukan kegiatan senam. Senam Prolanis dilaksanakan
rutin minimal dua kali sebulan dan diupayakan dilakukan empat kali dalam
sebulan. Pertimbangan keefektifan, setelah kegiatan senam bisa dilanjutkan
dengan kegiatan edukasi.
2.2.8.2 Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer
terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan
insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam
darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Dalam Program
PROLANIS UPT Puskesmas Jekan Raya terdapat juga kegiatan
senam. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara
lain:
1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa
darah dan lipid darah.
2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut
glukosa.
3. Membantu menurunkan berat badan.
4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri.
5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
2. Pengobatan Segera
Intervensi fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa
darah belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan
jasmani. Dalam pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan
yaitu pemberian secara oral atau disebut juga Obat
Hipoglikemik Oral (OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu
insulin. OHO dibagi menjadi 3 golongan yaitu : pemicu sekresi
insulin (Sulfonilurea dan Glinid), penambah sensitivitas
terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion), penambah
absobsi glukosa (penghambat glukosidase alfa).
Selain 2 macam pengobatan tersebut, dapat juga
dilakukan dengan terapi kombinasi yaitu dengan memberikan
kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO
tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga
menggunakan kombinasi kombinasi OHO dengan insulin
apabila ada kegagalan pemakaian OHO baik tunggal maupun
kombinasi.
BAB 3
HASIL KEGIATAN
Puskesmas Jekan Raya merupakan salah satu puskesmas yang berada di Wilayah Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya. Puskesmas Jekan Raya mulai beroperasi pada tanggal 20
Januari 2003 dengan luaswilayah ± 1.172 Km terdiri dari Kelurahan Petuk Katimpun dan
sebagian wilayah Kelurahan Bukit Tunggal, terletak di Jalan Tjilik Riwut Km. 10,5 Palangka Raya
dengan batas wilayah :
Utara : Desa Tanjung Sangalang
Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Tangkiling
Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Kayon
Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Sebangau
Wilayah kerja merupakan daerah yang dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 atau roda 4,
tetapi pada keadaan tertentu (banjir) diwilayah Kelurahan Petuk Katimpun tidak dapat
ditempuh dengan jalurdarat. Dan mata pencaharian penduduk di Kelurahan Petuk
Katimpun adalah nelayan, peternak ikan dan berkebun, sementara di sebagian Kelurahan Bukit
Tunggal mata pencaharian penduduk lebih
bervariasi yakni, pegawai negeri sipil, pedagang, peternak, petani/kebun dantukang
bangunan serta karyawan swasta
Gambar 3.2
Gambar Denah UPT Puskesmas Jekan Raya Kota palangka Raya
Tabel. 3.1
Jumlah Penduduk Kelurahan Petuk Ketimpun
LAKI-LAKI PEREMPUA
N
Berdasarkan dari table di atas dapat kita lihat jumlah penduduk di kelurahan petuk ketimpun laki-
laki maupun perempuan berjumlah 2.667 jiwa.
3.3 Kegiatan yang dilakukan di UPT Puskesmas Jekan Raya antara lain yaitu:
1. Pelayanan poli Umum
2. Palayanan Poli Anak
3. Pelayanan Poli Gigi dan Mulut
4. Pelayanan KIA/KB
5. Pelayanan Laboratorium
6. Pelayanan Farmasi
7. Pelaynan Imunisasi,Pelayanan Gizi
Upaya kesehatan masyarakat ( Esesnsial )
1. Promkes
2. Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
3. KIA & KB
4. Gizi
5. P2P
3.4 Struktur Organisasi Institusi
STRUKTUR ORGANISASI
PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT UPT PUSKESMAS JEKAN RAYA
KOORDINATOR
RITHA YUNI,SST
Tabel 3.2
10 besar penyakit di UP Pueskesmas Jekan Raya Kota palangka raya Tahun 2020
Banyak teori yang berkaitan dengan alasan seseorang ketika memilih dan
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, diantaranya :
4.2.1 Advokasi
Kebijakan pencegahan dan pengendalian PTM khususnya diabetes
melitus (DM) melalui Dinas Kesehatan telah melakukan sosialisasi
kebijakan tersebut ke Puskesmas. Untuk program pencegahan dan
pengendalian PTM, Advokasi dilakukan dengan kegiatan berupa
sosialisasi kebijakan tersebut, kegiatan ini bertujuan untuk mendukung
terlaksananya kebijakan ini. Kegiatan sosialisasi kebijakan ini biasanya
dari Dinas Kesehatan kemudian diturunkan ke Puskesmas dan nantinya
dari pihak Puskesmas yang akan meneruskannya kepada masyarakat.
Pernyataan dari pihak Dinas Kesehatan didukung oleh pernyataan dari
pihak Puskesmas. Tujuan dari kegiatan advokasi ini adalah agar pembuat
kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan
4.2.2 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan individu sebagai promosi kesehatan pada penyakit
diabetes melitus (DM) adalah melakukan kegiatan pemberian
komunikasi, informas dan edukasi (KIE). Seharusnya program untuk
promotif dan preventiflah yang harus menjadi prioritas utama. Dalam
mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu adalah
masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Di Puskesmas kegiatan
pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) ini dilakukan saat
pemeriksaan kepada pasien atau bisa juga dilakukan oleh petugas
kesehatan disaat pasien menunggu antrian di ruang tunggu, atau juga
dalam kegiatankegiatan lainnya. Sasaran Promosi Kesehatan selain
individu adalah keluarga. Kegiatan Pemberdayaan keluarga pun harus
dinyatakan dengan melakukan kunjungan rumah yang dilakukan oleh
petugas promkes. Untuk program-program promosi kesehatan, program
seperti kunjungan rumah ini adalah strategi yang paling tepat untuk
dapat merubah polah pikir masyarakat, karena kita bisa melihat dan
merasakan langsung respon dari keluarga yang dikunjungi, akan terjadi
komunikasi yang lebih baik lagi dengan masyarakat karena dengan
adanya kunjungan rumah ini masyarakat akan merasa sangat
diperhatikan oleh pihak Puskesmas, dengan adanya kunjungan rumah
kita dapat mengontrol status kesehatan keluarga dan dengan adanya
kunjungan rumah setia keluarga yang dikunjungi pasti akan dengan
mudah untuk mengaplikasikan apa yang disarankan oleh petugas
kesehatan. Selain itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat, program
pemberdayaan masyarakat sebagai Promosi kesehatan dipuskesmas yang
dapat dilakukan salah satunya pada kegiatan program prolanis. Kegiatan
ini merupakan kegiatan promotif dan preventif untuk mendeteksi dan
sebagai pengendalian dini bagi faktor resiko PTM. Program ini dapat
dikatakan berhasil apabila program prolanis ini dapat menjangkau
sebanyak mungkin masyarakat yang bisa dijangkau. Kegiatan prolanis
ini merupakan wujud peran serta dari dinas kesehatan untuk masyarakat.
Jadi semua kegiatan yang kelolah adalah petugas kesehatan untuk
masyarakat. Selain tujuannya adalah untuk dapat mengetahui setiap
perubahan dan peningkatan status kesehatan masyarakat.
4.2.3 Program PROLANIS
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,
Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien. Ada 6 Kegiatan Prolanis yang terdiri
dari:
1) konsultasi medis;
2) edukasi peserta prolanis;
3) Reminder SMS gateway;
4) home visit;
5) aktivitas club (senam) dan;
6) pemantauan status kesehatan.
Tujuan prolanis yaitu, untuk Mendorong peserta penyandang penyakit
kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta
terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil
“baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan
Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi penyakit. Kegiatan Prolanis ini tentunya sangat
bermanfaat bagi kesehatan para pengguna peserta BPJS. Selain itu
kegiatan Prolanis dapat membantu BPJS kesehatan dalam meminimalisir
kejadian PTM, dimana pembiayaan untuk pasien dengan penyakit kronis
sangat tinggi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terkait penyakit
kronis.
4.2.4 Bina Suasana
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini
publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti:
tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan
lain-lain. Namun tidak adanya media cetak khusus penyakit Hipertensi
ini ikut mempengaruhi keberhasilan upaya Bina Suasana. Media cetak
tentang penyakit diabetes melitus (DM) ini diharapkan dapat
memberikan informasi lebih untuk masyarakat, karena ketika masyarakat
menerima KIE tentang penyakit diabetes melitus (DM) dan didukung
dengan pemberian media cetak akan memaksimalkan dalam
pengaplikasiannya. Program kegiatan pelatihan kepada petugas
pemegang program pun turut memegang peran penting.
4.2.5 Kemitraan
Sangat perlu untuk menggalang kemitraan dengan individu-
individu, keluarga, pejabat-pejabat atau instansi pemerintahan yang
terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh
masyarakat, media masa dan lain-lain. Dengan adanya dukungan dari
berbagai pihak maka kegiatan promosi kesehatan akan dengan mudah
dilakukan. Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah jika
dilaksanakannya kemitraan serta dengan menggunakan metode dan
teknik yang tepat. Kemitraan merupakan bentuk kerja sama formal baik
antara individu, kelompok maupun organisasi yang dilakukan dengan
tujuan untuk mencapai suatu tujuan dan tugas tertentu. Dari kerja sama
ini sangat diharapkan adanya kesepakatan tentang komitmen dan
harapan, serta peninjauan kembali pada kesepakatan sebelumnya dan
saling berbagi baik dalam untung dan rugi yang diperoleh.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini, sebagai berikut :
5.2 Saran
Keberhasilan suatu program promosi kesehatan dapat dilihat mulai dari perencanaan
program sampai pada pelaksanaan dan evaluasinya, serta Strategi Promosi Kesehatan
yang dilakukan. Upaya-upaya dari strategi Promosi Kesehatan yang dilakukan adalah
upaya Advokasi, Gerakan Masyarakat, program prolanis ,Bina Suasana dan Kemitraan.
Dan di UPT Puskesmas Jekan Raya telah melaksankaan program dengan optimal dalam
kegiatan program prolanis dan posyandu lansia pemberian edukasi maka saran yang
dapat saya berikan untuk laporan kali ini adalah agar program ini tetap berjalan dengan
baik, diharapkan untuk kegiatan prolanis walau tidak berjalan di masa pandemic ini
akan tetapi tetap di kontrol para pasien dengan cara membuat grup whattap tetap
memberikan edukasi dan senam ringan dengan cara share di grup whattap tersebut
dengan tetap melakukan aktifitas fisik dengan cara pelaporan share video kegiatan di
rumah dan untuk pengecekan kadar gula darah sebisa mungkin tetap dilakukan dengan
cara home care minimal 1x sebulan
DAFTAR PUSTAKA
Rosdiana, Ayu Imade, Bambang Budi Raharjo, and Sofwan Indarjo. "Implementasi program
pengelolaan penyakit kronis (Prolanis)." HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development) 1.3 (2017): 140-150.
Team TeachingMagang. 2020. Buku Panduan Magang Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Stikes EKA Harap. Palangka Raya.
Adjei Boakye, E., Varble, A., Rojek, R., Peavler, O.,Trainer, A.K., Osazuwa-Peters, N., &
Hinyard, L. (2018). Sociodemographic factors associated with engagement in diabetes
self-management education among people with diabetes in the United States. Public
Health Reports, 133(6), 685–691.
Chouhan, V.L. & Shalini, V. (2006). Coping strategis for stres adjusment among diabetes.
Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 32 (2), 106–111.
Adejoh, S. (2014). Diabetes Knowledge, Health Belief, And Diabetes Management Among
The Igala Nigeria. Nigeria: Departement of Sociology. Vol. 1-8.
Askandar T. (2011). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Panduan Lengkap Pola
Makan Untuk Penderita Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Basuki E. (2008). Penyuluhan Diabetes Mellitus. Jakarta, Balai Penerbit FK UI, pp. 131-35.
Jelantik IMG. (2014). Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan dan
HIpertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Mataram. Media Bina Ilmiah. Vol I, No. 2.
Anani, S. 2012. Hubungan antara Perilaku Pengendalian Diabetes kadar Glukosa Darah
pasien Rawat jalan Diabetes mellitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon). Medicine Journal Indonesia Vol.20 No.4:466-478 .