KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh:
Pembimbing Fakultas:
dr. Dwi Arini Ernawati, M.PH
Pembimbing Puskesmas:
dr. Tulus Budi Purwanto
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
ii
PRAKATA
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat rahmat Nya sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami sanjungkan kepada Nabi
Muhammas SAW.
Terimakasih kami ucapkan kepada pihak kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan tugas kepada kami
sehingga kami bisa lebih memahami seluruh proses yang terjadi di
dalamnya, baik sejak pembuatan kuesioner, proses pengolahan data,
hingga membuat planning of action kepada masyarakat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tutor kami, dr.Tulus
Budi Purwanto dan dr. Dwi Arini Ernawati, M.PH yang telah
membimbing kami dan memberikan masukan kepada kami.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
PRAKATA.........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
D. Manfaat....................................................................................................................
V. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian...............................................................................................
B. Populasi dan Sampel................................................................................................
C. Variabel Penelitian...................................................................................................
D. Definisi Operasional................................................................................................
E. Instrumen Pengambilan Data..................................................................................
F. Rencana Analisis Data.............................................................................................
G. Waktu dan Tempat...................................................................................................
iv
VI. HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH
A. Analisis Univariat...................................................................................
B. Analisis Bivariat.....................................................................................
C. Skoring Metode Hanlon..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia terutama
negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita
anemia. Anemia banyak terjadi terutama pada remaja dan ibu hamil. Data
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa
prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu
nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia
19- 45 tahun sebesar 39,5% (Kemenkes RI, 2014). Anemia merupakan salah
satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil. Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila dibandingkan dengan
Negara ASEAN lainnya (WHO, 2015). Ibu hamil dengan anemia di 15
kabupaten/kota di jawa Tengah tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi
ibu hamil dengan anemia sebesar 57% (Dinkes Prov. Jateng, 2013).
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, ibu hamil yang
datang periksa Hb dengan hasil kadar Hb 8-10 gr% mencapai 5.307 orang,
keadaan ini menunjukkan masih tingginya angka kejadian ibu hamil dengan
anemia (Dinkes Prov. Jateng, 2013). Berdasarkan data Puskesmas I Wangon
angka kejadian ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas I
Wangon dari bulan Januari - Agustus sebanyak 119 kasus, sedangkan pada
tahun 2018 sebanyak 298 kasus. Sedangkan data terakhir kejadian ibu hamil
dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas I Wangon pada bulan September
– November 2019 sebanyak 35 kasus.
Anemia merupakan suatu kondisi dimana berkurangnya jumlah sel
darah merah, kualitas hemoglobin, dan hematokrit dibawah nilai normal
(Kadar Hb <12g/100 ml). Selama masa kehamilan, terjadi perubahan
perubahan dalam darah dan sumsun tulang serta kebutuhan zat zat makanan
pun bertambah, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30 %,
sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin
untuk membuat hemoglobin, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah
untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30 % lebih
banyak dari pada sebelum hamil oleh karena itu anemia lebih sering dijumpai
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor risiko kejadian ibu hamil dengan anemia diwilayah kerja
Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas?
2. Apa faktor risiko paling dominan dalam kejadian ibu hamil dengan
anemia di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas?
3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah kejadian ibu hamil dengan
anemia diwilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas?
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis)
mengenai faktor risiko kejadian ibu hamil dengan anemia di wilayah
kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor risiko kejadian ibu hamil dengan anemia di wilayah
kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas.
b. Mengetahui faktor risiko yang paling dominan dalam kejadian ibu hamil
dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten
Banyumas.
c. Mencari alternatif pemecahan masalah kejadian ibu hamil dengan anemia
diwilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas.
d. Melakukan intervensi terhadap penyebab kejadian ibu hamil dengan
anemia untuk mengatasi masalah kesehatan diwilayah kerja Puskesmas I
Wangon Kabupaten Banyumas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan, khususnya
pada kejadian ibu hamil dengan anemia.
b. Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I
Wangon Kabupaten Banyumas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas.
4
5
6
B. KEADAAN DEMOGRAFI
1. Pertumbuhan Penduduk
2018
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Wangon Klapagading Klapagading Banteran Rawaheng Pengadegan Randegan
Kulon
Gambar 2.2 Grafik Jumlah Penduduk Desa Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon
Tahun 2018
2. Kepadatan Penduduk
2018
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Wangon Klapagading Klapagading Banteran Rawaheng Pengadegan Randegan
Kulon
5000
3884
4000
3360
2943
3000 2750
2000
1000
0
Wangon Klapagading Klapagading Banteran Randegan Rawaheng Pengadegan
Kulon
4. Kelompok Usia
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5 -9
0 -4
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000
20
20
15 14
13
AKB
10
0
2016 2017 2018
1.2
1
1
0.8
0.6
AKI
0.4
0.2
0
0
0
2016 2017 2018
2. MORBIDITAS
a. Tuberkulosis
Angka kesembuhan pederita TB Paru BTA (+) dievaluasi
dengan melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase
intensif satu bulan sebelum akhir pengobatan dengan hasil
pemeriksaan dahak akhir pengobatan ditambah minimal satu kali
pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum
akhir pengobatan) hasilnya negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak
dilksanakan, namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka
eveluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap.
Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat
secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus MDR
maupun XDR, WHO telah menetapkan strategi untuk mengatasi
kegagalan pengobatan TB yaitu dengan strategi DOT (Directly
Observed Treatment Short Course) yang telah dimulai sejak tahun
1995.
12
Angka Kesembuhan TB
120
100
100
80
60 53.66
46.51
40
20
0
2016 2017 2018
35
30 27
25
20
15
10
5 2.2
0
2016 2017 2018
c. Penyakit HIV/AIDS
13
4
HIV
3 AIDS
0
2016 2017 2018
66 65.2
64
62
60
58
56 55
54.5
54
52
50
48
2016 2017 2018
Gambar 3.6 Angka Kasus Diare yang Ditangani pada semua umur
di Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon
Berdasarkan Gambar 3.6 Angka Kasus diare yang ditangani
pada semua umur di wilayah kerja Puskesmas I Wangon mengalami
penurunan di tahun 2018 yaitu 54,5% dibandingkan tahun 2017 yaitu
65,2%.
14
e. Penyakit Kusta
Berdasarkan data di Puskesmas I Wangon tidak ada kasus kusta
selama tahun 2018.
f. Hepatitis B
Angka Kasus Hepatitis B
14
13
12
10
0 0
0
2016 2017 2018
35
30
25
20
15
10
0
2016 2017 2018
1 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0 0
0
2016 2017 2018
2
2
1.5
1
1
0.5
0.3
0
2016 2017 2018
0
2016 2017 2018
C. UPAYA KESEHATAN
1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
Seorang ibu memiliki peran yang sangat besar dalam
pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang
dialami seorang ibu apalagi yang sedang hamil bisa berpengaruh
terhadap kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa
pertumbuhan bayi dan anaknya.
1) Cakupan Pelayanan K1 dan K4
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan,
baik ibu maupun janin yang dikandungnya, sehingga dalam masa
kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur guna
17
120
100
80
60
40
20
0
2016 2017 2018
Fe 3
98 96.6
96
94.4
94
92
90
88
86
84.5
84
82
80
78
2016 2017 2018
100
97.6
98
96
94.2
94
92
90
87.8
88
86
84
82
2016 2017 2018
100
98 97.61
96
94.06
94
92
90
87.8
88
86
84
82
2016 2017 2018
Gambar 4.4 Grafik ibu nifas yang mendapat Vit. A di Wilayah kerja
Puskesmas I Wangon
Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa, cakupan ibu
nifas yang mendapat Vit.A pada tahun 2018 (87,8%) menurun
dibandingkan tahun 2017 (97,61%) dan 2016 (94,06%). Hal ini
menunjukan, perlunya kerjasama lintas program maupun lintas
sektoral seperti kader posyandu, aparat desa dan lainnya agar ibu
bersalin semakin tahu pentingnya Vit. A dan mempermudah akses
ibu hamil mendapatkan Vit.A.
5) Pelayanan Keluarga Berencana
Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya
antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan usia ini
lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
21
40
35
30
25
20
15
10
0
IUD MOP MOW Implan Kondom Suntik Pil Obat
Vaginal
80 79.4
78
76.4
76
74
72.4
72
70
68
2016 2017 2018
9
8.3
8
7.1
7 6.6
0
2016 2017 2018
120
104.9
101.1
100
81.2
80
60
40
20
0
2016 2017 2018
3) Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk
bayi berumur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB),
imunisasi untuk WUS/ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak
SD (kelas 1: DT dan kelas 2-3: TT).
95
94.3
94
93.08
93
92
91 90.7
90
89
88
2016 2017 2018
83
82
81.1
81
80 79.4
79
78
77
2016 2017 2018
0.8 0 .76
0.7
0.6
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.2
0.1
0
20 16 201 7 2018
4.5
4
4
3.5
2.5
2 2
2
1.5
0.5
0
2016 2017 2018
80
70 67.4
60
50 46.8
40
33.1
30
20
10
0
2016 2017 2018
120
80
60
40
20
0
2016 2017 2018
95
94.5
94.5
94
93.5
93.08 93.1
93
92.5
92
2016 2017 2018
100
90.83
90
81.9
80
68.5
70
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018
80 76.19
70
63 64
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018
120
80 74.9
60
40
20
0
2016 2017 2018
d. Desa STBM
Berdasarkan data tahun 2018, desa STBM di wilayah kerja
Puskesmas I Wangon sudah 100%.
b. Posbindu PTM
Jumlah Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas I Wangon
berdasarkan data tahun 2018 yaitu sebanyak 5 posyandu.
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas I Wangon
sesuai Permenkes No.75 tahun 2014 sebagai berikut :
a. Tenaga Dokter
Puskesmas I Wangon memiliki 4 orang dokter umum (1
PNS, 3 Pegawai Non PNS BLUD). Rasio tenaga medis
puskesmas terhadap penduduk sebesar 6,6 per 100.000
penduduk.
b. Tenaga Dokter Gigi
Puskesmas I Wangon memiliki 1 orang dokter gigi
(Pegawai Non PNS BLUD).
c. Tenaga Perawat
Pada tahun 2018 jumlah perawat di Puskesmas I Wangon
sebanyak 13 orang Perawat Umum (8 PNS dan 5 Non PNS
BLUD), dan 2 orang perawat gigi (1 PNS dan 1 Non PNS
BLUD).
d. Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas I Wangon sebanyak 20
orang, terdiri dari 18 orang PNS, 1 orang Pegawai Non PNS
BLUD dan 1 orang PTT Kemenkes RI
e. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Puskesmas I Wangon memiliki 2 orang tenaga Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.KM).
f. Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tahun 2018 jumlah tenaga sanitarian di Puskesmas I
Wangon sebanyak 2 orang PNS.
g. Tenaga Ahli Laboratorium Medik
Tenaga teknisi medis di Puskesmas I Wangon sebanyak 1
orang analis laboratorium PNS.
32
h. Tenaga Gizi
Jumlah tenaga gizi di Puskesmas I Wangon sebanyak 2
orang nutrisionis, terdiri dari 1 orang PNS dan 1 Non PNS. Hal
ini sesuai dengan standar Puskesmas Rawat Inap dengan
pelayanan gizi klinik dan gizi masyarakat.
i. Tenaga Kefarmasian
Tenaga farmasi di Puskesmas I Wangon terdiri dari 1 orang
apoteker (Non PNS) dan 1 assisten apoteker (PNS).
1 ISPA 6
2 Myalgia 8
3 Dermatitis Kontak Alergi 6
4 Cephalgia 6
5 Demam, unspecified 6
6 Hipertensi esensial 6
7 DM tipe 2 6
8 Gagal Jantung 4
9 Ibu hamil dengan Anemia 8
10 Asma 6
7 DM tipe 2 1 1 1 1 1 1
8 Gagal Jantung 1 1 1 1 1 1
9 Asma 1 1 1 1 1 1
11 Ibu hamil dengan 1 1 1 1 1 1
Anemia
34
5. Penetapan Nilai
Tabel 3.8 Nilai Prioritas Dasar (NPD) dan Nilai Prioritas Total (NPT)
No. Permasalahan A B C NPD D NPT Prioritas
Penyakit
1 ISPA 6 2,6 6 51,6 1 51,6 8
2 Myalgia 6 3,2 8 73,6 1 73,6 2
3 Dermatitis 6 3,3 6 55,8 1 55,8 7
Kontak Alergi
4 Cephalgia 6 3,3 6 55,8 1 55,8 6
5 Demam, 4 4 6 48 1 48 10
unspesified
6 Hipertensi 4 8 6 72 1 72 4
esensial
7 DM tipe 2 4 8 6 72 1 72 3
8 Gagal Jantung 4 8 4 48 1 48 9
9 Ibu hamil 4 6,6 8 84,8 1 84,8 1
dengan Anemia
10 Asma 4 7,3 6 67,8 1 67,8 5
A. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu
mengandung hemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh (Astriana, 2017). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar Hb <11gr/dl pada trimester I dan II atau
kadar Hb <10,5 gr/dl pada trimester II, nilai batas tersebut terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester II (Cunningham. F, 2013).
Tabel 4.1 Kriteria Anemia berdasarkan Rata-rata Kadar Hemoglobin
Normal pada Ibu Hamil
Anemia jika Hb
Usia Kehamilan Hb Normal (g/dl)
kurang dari : (g/dl)
Trimester I : 0-12
11,0-14,0 11,0
minggu
Trimester II : 13-28
10,5-14,0 10,5
minggu
Trimester III : 29
11,0-14,0 11,0
minggu-melahiran
(Sumber: WHO, Clinical Use of Blood)
B. Epidemiologi
Data World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyebutkan
bahwa 40% penyebab kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan
anemia dalam kehamilan. Prevalensi ibu hamil dengan anemia diperkirakan
di Asia sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1% dan Eropa 25,1%. Di
negara-negara berkembang ada sekitar 40% kematian ibu berkaitan dengan
anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan
oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan, jarak keduanya saling
berinteraksi (Hidayah, 2012).
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di
negara berkembang dengan tingkat kesakitan tinggi pada ibu hamil. Total
penderita ibu hamil dengan anemia di Indonesia adalah 70%, artinya dari 10
35
ibu hamil, sebanyak 7 orang akan menderita anemia. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi ibu hamil dengan anemia di
Indonesia sebesar 37% mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebanyak
24,5% (Kemenkes RI, 2014). Pada tahun 2015 prevalensi ibu hamil dengan
anemia di Jawa Tengah adalah 57,1% dan anemia terbanyak terjadi pada ibu
hamil trimester 3. (Dinkes Jateng, 2015).
Menurut Kemenkes RI tahun 2014 menyebutkan bahwa angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut masih jauh dari target Milenium Develpomen Goals (MDG’s) 2015
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu Provinsi Jawa
Tengah tahun 2015 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,16
per 100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
AKI pada tahun 2014 sebesar 126,55 per 100.000 kelahiran hidup, hal ini
berarti terjadi peningkatan permasalahan kematian ibu di Provinsi Jawa
Tengah. Jumlah kematian ibu di provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan
kematian ibu Kabupaten/Kota, pada tahun 2015 tercatat sebanyak 619 kasus
kematian. (Deprika, 2017)
Menurut Luthfiyati (2012) penyebab tingginya angka kematian ibu di
Indonesia yaitu perdarahan, eklampsia, aborsi, partus lama, infeksi serta
buruknya gizi perempuan yang disebut Kekurangan Energi Kronik (KEK)
dan anemia. Anemia merupakan kelanjutan dari dampak kurang zat
mikronutrien (vitamin dan mineral) yang sering menimbulkan gejala seperti,
lemah, letih, lesu, pusing, mata berkunang-kunang dan wajah pucat. Anemia
defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan
menyerang lebih dari 600 juta manusia (Deprika, 2017).
C. Etiologi
Menurut Arisman (2009) dan Soebroto (2009), secara umum penyebab
anemia ada tiga yaitu : Kehilangan darah atau perdarahan secara kronis,
penghancuran sel darah merah yang berlebihan, produksi sel darah merah
yang tidak optimal oleh sumsum tulang belakang, ketidakcukupan asupan
makanan dan penyerapan protein dan zat besi yang tidak adekuat, serta
36
D. Fakor Risiko
1. Usia
Salmariantity (2012) menyatakan ibu hamil pada umur beresiko (<20
tahun) berpeluang mendapatkan anemia 1,8 kali dibandingkan dengan ibu
hamil pada umur tidak beresiko (20-35 tahun). Hal ini dikarenakan
kehamilan diusia < 20 secara biologis belum optimal emosinya cenderung
labil, mentalnya belum matang, dan masih menginginkan tubuh yang ideal
sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilannya (Deprika, 2017). Sedangkan pada usia >35 tahun terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa diusia ini.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah lebih beresiko mengalami anemia
dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang tinggi, karena tingkat
pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi
seperti dampak terjadinya anemia, faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya anemia dan tentang pentingkanya zat besi dalam tubuh
(Deprika, 2017).
37
4. Pendapatan
Perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar
belakang sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara berkembang
diperkirakan menderita anemia dibanding negara maju. Status gizi ibu
hamil ditentukan dengan kesejahteraan keluarga yang dilihat melalui
pendapatan. Pendapatan keluarga merupakan penyebab pola konsumsi
masyarakat kurang baik, tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi
lauk hewani dalam makanan (Purwaningtyas & Prameswari, 2017).
Pendapatan yang rendah akan mempengaruhi ibu hamil terkena anemia
karena tidak terpenuhinya kebutuhan gizi ibu hamil untuk dikonsumsi
sehari-harinya (Mariza, 2015).
5. Paritas
Paritas menunjukkan hubungan sebab akibat dengan kejadian ibu
hamil dengan anemia. Paritas >3 orang merupakan faktor terjadinya
anemia, disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan
zat gizi tubuh ibu (Purwaningtyas & Prameswari, 2017). Seorang ibu yang
sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi, karena selama
hamil zat-zat gizi akan berbagi untuk ibu dan janin yang dikandungnya.
Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar risiko
kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali
wanita melahirkan, jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar
250mg. Hal yang sama ditemukan oleh Ristica (2013) yaitu bahwa ibu
hamil dengan paritas tinggi berisiko 33,0 kali untuk anemia. Ibu hamil
dengan paritas tinggi (melahirkan > 4kali) akan mengalami peningkatan
volume plasma darah yang lebih besar. Sehingga meningkatkan kejadian
anemia dalam kehamilan (Sembiring, 2017).
6. Jarak Kehamilan
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran terlalu dekat. Menurut Meliana & Umar
(2011) ibu yang hamil dengan jarak kehamilan kurang dari 24 bulan akan
berpeluang terjadinya anemia 1,9 kali dibandingkan dengan ibu hamil
39
ibu menderita anemia, di banding ibu dengan status gizi nya baik atau
dengan LILA >23,5 cm (Supariasa, 2002).
\Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak
terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio-sosial dari ibu hamil dan
keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi
pangan, umur, paritas, dan sebagainya yang bisa berujung pada anemia.
10. Infeksi dan Penyakit Kronis
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga penyebab
terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya peningkatan
penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit (Wiknjosastro H,
2009).
E. Klasifikasi
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga
jenis anemia (Alamanda, 2013) :
1. Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan
akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum
tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan
perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak:
MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan
ukuran eritrosit.
2. Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks
eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %).
Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam
folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan
myelodisplasia)
3. Anemia mikrositik hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan
mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks
42
eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %). Penyebab
anemia mikrositik hipokrom:
a. Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
b. Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
c. Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.
F. Patomekanisme
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan disebabkan karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Kebutuhan oksigen lebih tinggi pada kehamilan dapat
memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan
volume plasma terjadi dalam jumlah yang lebih besar bila dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin akibat hemodilusi (Cunninggham et al., 2013). Hemodilusi
(pengenceran) pada saat kehamilan terjadi peningkatan volume plasma 30%-
40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19% yang puncaknya
pada usia kehamilan 32-34 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil
berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan
anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr% (Manuaba,
2012; Smith, 2010).
G. Gejala klinis
Gejala umum anemia apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl,
ditandai dengan 5 L yakni letih lemah lesu lelah lunglai dengan keluhan
pusing, pandangan berkunang-kunang serta telinga mendenging. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjunctiva dan
jaringan di bawah kuku. Sedangkan gejala khas pada anemia adalah:
Koilonychia (kuku sendok), atrofi papil, dan stomatitis angularis (cheilosis)
(Alamanda, 2013).
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah latih lesu nafas
pendek muka pucat susah konsentrasi serta fatigue atau rasa lelah yang
berlebihan. Gejala ini disebabkan karena otak dan denyut jantung penderita
43
H. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesa
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang – kunang, dan keluhan sering mual muntah lebih hebat
pada hamil muda.
2. Pemeriksaan fisik
a. Penderita terlihat lemah.
b. Kurang bergairah.
c. Pada inspeksi wajah, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir dan
dasar kuku kelihatan pucat.
d. Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali
dan takhirkardi.
3. Pemeriksaan Laboratorium (Kadar Hb)
a. 9-10 gr% : anemia ringan
b. 7-8 gr% : anemia sedang
c. <7 gr% : anemia berat
44
E. Tatalaksana
Berikut ini merupakan tatalaksana menurut Buku Pedoman Pelayanan
Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan (2013).
1. Tatalaksana Umum
a. Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan
apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.
b. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang saat ini banyak
tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg
besi elemental dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan
anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90
hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari
pascasalin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam
folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat
pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
2. Tatalaksana Khusus
Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab
anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus
darah tepi.
a. Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan:
1) Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila
ditemukan kadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi dengan
dosis setara 180 mg besi elemental per hari. Apabila kadar
ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC.
2) Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu
dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam
untuk perawatan yang lebih spesifik
b. Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan:
1) Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi,
mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan
2) Infeksi kronik
3) Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan:
45
F. Kerangka Teori
Umur Pendidikan Pengetahua Pendapatan Paritas Jarak Frekuensi Kepatuhan KEK Riwayat
n Kehamilan ANC Konsumsi Infeksi
Tablet Fe Kronis
Fe
Ibu Hamil
Anemia
Gambar 4.2 Kerangka Teori
47
G. Kerangka Konsep
1. Usia
2. Paritas
3. Jarak kehamilan
4. KEK
5. Kunjungan rutin ANC Ibu Hamil Anemia
6. Pendidikan
7. Pengetahuan
8. Pendapatan
9. Ketaatan minum tablet Fe
10. Infeksi dan penyakit kronik
V. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Setiap subjek diambil dalam satu waktu
lalu akan dilakukan pengukuran variabel kemudian hasilnya akan dilakukan
analisis data. Data yang digunakan menggunakan kuesioner yang diberikan
pada subyek penelitian.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah semua warga di area kerja
Puskesmas I Wangon.
b. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu hamil yang
mengikuti kelas ibu hamil risiko tinggi di Puskesmas I Wangon pada
bulan September – November 2019.
c. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability
sampling dengan metode consecutive sampling dimana semua subjek
yang datang ke tempat pengambilan data dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah sampel
minimal terpenuhi (Sastroasmoro, 2014).
d. Besar sampel
e. Besar sampel
Sampel penelitian adalah sebagai berikut:
N
n=
N . d 2 +1
Keterangan:
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
d: presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)
48
49
N
n= 2
N . d +1
31
n= 2
31. 0,1 +1
n=23
n=23
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, paritas, jarak kehamilan,
KEK, kunjungan rutin ANC, pendidikan, pengetahuan, pendapatan,
ketaatan minum tablet Fe, dan infeksi serta penyakit kronik.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian ibu hamil dengan
anemia.
50
E. Definisi Operasional
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
52
2. Tahap pelaksanaan
a. Mencatat dan menentukan nama responden.
b. Pengambilan data primer.
c. Menyusun alternatif pemecahan masalah sesuai hasil pengolahan data
d. Melakukan pemecahan masalah
e. Penyusunan laporan CHA
f. Tahap pengolahan dan analisis data.
g. Tahap penyusunan laporan.
A. Hasil
1. Analisis Univariat
Responden penelitian ini adalah ibu hamil dengan anemia di wilayah
kerja Puskesmas Wangon I. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendata
ibu hamil anemia dan tidak anemia yang pernah datang ke kelas ibu hamil
di Puskesmas Wangon I, kemudian dilakukan pengisian kuisioner oleh ibu
hamil tersebut. Penelitian ini menggunakan metode wawancara langsung
pengisian kuesioner yang dipandu langsung oleh peneliti.
Sebelum mengisi kuisioner, responden diminta untuk mengisi lembar
informed consent penelitian. Responden yang diambil sebanyak 100 orang.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden penelitian
yang dapat dilihat pada Tabel 1.
53
55
79,4% Ibu hamil tidak anemia. Usia ibu hamil yang memiliki risiko atau
berusia < 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 6 dan yang tidak berisiko atau
berusia 20-35 tahun sebanyak 28 ibu hamil. Tingkat pendidikan dari ibu
hamil yang mempunyai pendidikan tinggi jumlahnya lebih banyak
daripada yang berpendidikan rendah. Jumlah ibu hamil dengan pendidikan
tamat SMA atau lebih tinggi adalah 18, sedangkan yang tidak tamat SMA
atau dibawahnya sebanyak 16.
Data pendapatan keluarga ibu hamil menunjukkan bahwa pendapatan
keluarga ibu hamil yang kurang di wilayah puskesmas Wangon I sebanyak
13 yang tergolong tinggi sesuai UMR Banyumas sebanyak 21. Jumlah
data ibu hamil yang memiliki < 2 anak menunjukkan jumlah 20 ibu hamil
dan yang memiliki > 2 anak sebanyak 14 ibu hamil. Data jarak kehamilan
ibu hamil antara anak yang pertama dengan kedua atau seterusnya
menunjukkan bahwa ibu hamil yang jarak kehamilan antar anaknya yang <
2 tahun sebanyak 20 dan yang > 2 anak sebanyak 14.
Jumlah ibu hamil yang sesuai standar kunjungan pemeriksaan
kehamilan selama kehamilan sebanyak 4 kali, dengan kunjungan
trisemester I sebanyak 1 kali, trisemester II sebanyak 1 kali dan trisemster
III sebanyak 2 kali dan disesuaikan dengan usia kehamilan ibu hamil
menunjukkan bahwa sebanyak 24 ibu hamil sudah memenuhi standard
kunjungan sesuai usia kehamilan dan yang tidak sesuai standar sebanyak
10. Jumlah data Ibu hamil dengan KEK sebanyak 5 ibu hamil dan yang
tidak KEK sebanyak 29. Data ibu hamil yang pernah mengalami penyakit
lain seperti malaria, tb, dan kecacingan yaitu 3 ibu hamil.
56
Pernah 0 3
Riwayat Penyakit Infeksi 0,356
Tidak
7 24
Pernah
57
2. Analisis Bivariat
Keterangan:
**Variabel berhubungan dengan Signifikan Uji Chi Square
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat menggunakan regresi logistik dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar sumbangan secara bersama – sama seluruh
faktor risiko terhadap kerjadian demam tifoid.
Step Summarya,b
Step Improvement Model Correct
Chi-square df Sig. Chi-square df Sig. Class % Variable
2 -.504 1 .478 17.657 3 .001 88.2% OUT:
frekuensianc
a. No more variables can be deleted from or added to the current model.
b. End block: 1
58
anemia pada ibu hamil dikarenakan sebagian besar ibu hamil yaitu 68
responden merupakan paritas tidak berisiko. Berdasarkan hasil penelitian,
dari 83 responden paritas tidak berisiko, 39 responden mengalami anemia
dan 44 responden tidak mengalami anemia. Hal ini menunjukkan bahwa
ibu hamil yang belum pernah melahirkan anak sama sekali atau
merupakan kehamilan anak pertama menentukan terhadap kemungkinan
terjadinya anemia.
Hasil analisis bivariat mengenai jarak kehamilan dengan kejadian ibu
hamil dengan anemia menunjuk hasil yang tidak berhubungan bermakna
secara statistik (p=0.919). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
Sepduwiana (2017) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan
antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia, hal tersebut dikarena
lebih banyak responden yang memiliki jarak kehamilan lebih dari 2 tahun,
sedangkan seorang ibu membutuhkan waktu lebih dari 2 tahun untuk
memulihkan organ reproduksi nya. Sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa jarak kehamilan yang baik adalah lebih dari 2 tahun agar status gizi
ibu membaik dan kebutuhan zat besi seorang ibu dapat tercukupi, serta
mempersiapkan stamina fisiknya sebelum hamil berikutnya.
Hasil pengujian hubungan kunjungan ANC dengan kejadian anemia
diperoleh nilai sebesar dengan p-value = 0,006. Hal ini berbanding terbalik
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmasari dan Sumarmi (2018)
didapatkan hasil yang berbanding terbalik dengan nilai p= 0.000 bahwa
ibu hamil yang tidak teratur melakukan kunjungan ANC mengalami
kejadian anemia (80%). Penelitian ini juga diketahui bahwa responden
yang tidak teratur melakukan kunjungan ANC memiliki risiko 4 kali lebih
besar untuk terjadi anemia daripada responden yang teratur melakukan
kunjungan ANC. Ketidakteraturan ibu melakukan ANC dikarenakan
banyak ibu hamil yang baru memeriksakan kehamilannya di trimester II
dan III. Kunjungan ANC Berperan dalam terjadinya kejadian anemia pada
ibu hamil karena dapat menurunkan angka kejadian ibu hamil anemia.
Pelayanan ANC selain mendeteksi secara dini anemia, terapi pemberian
62
Tabel 7.1 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
C
M I V (jumlah biaya
(besarnya (kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
Skor
masalah yang selesainya penyelesaia untuk
dapat diatasi) masalah) n masalah) menyelesaikan
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat Sangat murah
langgeng lambat
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal
66
2 Pengawasan 3 4 3 3 12 2
kepatuhan konsumsi
Tablet Fe melalui
Pengadaan kartu
kontrol konsumsi
tablet tambah darah
3 Pelatihan kader dari 3 4 3 4 9 3
setiap desa untuk
melakukan skrining
penegakan anemia
4 Pembuatan dan 3 4 2 3 8 4
pemasangan poster
mengenai anemia di
PKD
67
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Umum
Menekan angka kejadian ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja
Puskesmas Wangon I.
2. Khusus
Meningkatkan pengetahuan tentang anemia kepada siswi SMK Widyatama
Wangon I.
66
68
C. Bentuk Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk penyuluhan tentang
anemia, serta penyuluhan jenis makanan sehat kepada siswi SMK widyatama
Wangon I.
D. Sasaran
siswi kelas 1-3 di SMK Widyatama Wangon I.
E. Pelaksanaan
IX. Personil
a) Kepala Puskesmas : dr. Tulus Budi Purwanto
b) Pembimbing : dr. Danny Amanati A.
c) Pelaksana : Kus Patrisia Brilianti
Sinta Triagustina
2. Waktu dan Tempat Penyuluhan:
a) Hari : Senin
b) Tanggal : 16 Desember 2019
c) Tempat : Balai Desa Banteran
d) Waktu : 09.00 – 10.30 WIB
F. Rencana Anggaran
Poster anemia : 6 x Rp 12.000,00 = Rp 72.000,00
G. Rencana Evaluasi Program
1. Input
a. Sasaran :Ibu hamil di Desa Banteran yang mengikuti kelas Ibu Hamil
b. Sumber Daya : ruangan, alat tulis, mikrofon, LCD, laptop, pemateri.
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Evaluasi keberlangsungan acara meliputi kehadiran para pengisi
acara yaitu pemberi sambutan dan pemateri, pelaksanaan kegiatan,
serta antusiasme peserta yang dinilai dari partisipasi aktif peserta untuk
bertanya. Materi disampaikan dalam bentuk presentasi yang meliputi
definisi anemia, penyebab anemia, tanda dan gejala anemia, dampak
anemia pada ibu dan janin, pencegahan anemia dengan konsumsi
makanan yang mengandung Fe dan mengurangi makanan yang
69
3. Output
Rerata nilai post-test Ibu hamil di Desa Banteran setelah mengikuti
penyuluhan adalah 65 dari skala 100.
70
A. Pelaksanaan
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu hamil mampu
memahami, menyadari tentang anemia sejak awal kehamilan dan mampu
mempersiapkan diri menghadapi masalah masalah yang mungkin terjadi
dalam kehamilan sehingga dapat mengurangi angka kejadian ibu hamil
dengan anemia terutama di wilayah kerja Puskesmas Wangon I. Pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dan skrining anemia dilaksanakan dengan tahapan
sebagai berikut:
1.Tahap Persiapan
a. Perizinan
Perizinan diajukan dalam bentuk lisan kepada Kepala Puskesmas
Wangon I dan Bidan Desa Pengadegan.
b. Materi
Materi yang disiapkan adalah materi penyuluhan tentang definisi
anemia, penyebab, dampak, pencegahan, dan penatalaksanaan anemia.
c. Sarana
Sarana yang digunakan yaitu ruang PKD, kuesioner pre-test post-test,
dan alat tulis
2. Tahap Pelaksanaan
a. Judul Kegiatan
“Penyuluhan dan Skrining Anemia”
b. Waktu
Selasa, 17 Desember 2019 pukul 10.00-11.45 WIB
c. Tempat
Poliklinik Kesehatan Desa Pengadegan
d. Penanggung Jawab
1) dr. Dwi Arini Ernawati, MPH selaku pembimbing fakultas
2) dr. Tulus Budi Purwanto selaku kepala puskesmas
3) dr. Ventin Mutia selaku pembimbing lapangan
4) Pelaksana Kus Patrisia Brilianti, Sinta Triagustina
69
71
e. Penyampaian Materi
Penyuluan diawali dengan melakukan pre-test yang berkaitan dengan
anemia. Selanjutnya dilakukan penyuluhan dengan materi penyuluhan
tentang definisi anemia, penyebab, dampak, pencegahan, dan
penatalaksanaan anemia. Setelah penyampaian materi ibu hamil
mengerjakan post-test untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil setelah
dilakukan penyuluhan.
f. Skrining Anemia
Ibu hamil dipanggil satu persatu untuk masuk ke dalam ruangan lain dan
skrinning dilakukan oleh dokter muda melalui pemeriksaan konjungtiva
mata dan warna kuku. Ibu hamil yang dicurigai menderita anemia
diminta untuk mendata diri ke petugas agar dapat ditindak lanjutkan oleh
pihak puskesmas.
B. Evaluasi
1. Input
a. Sasaran
Sebanyak 12 ibu hamil hadir dalam kegiatan penyuluhan. Sasaran
yang mengikuti kegiatan penyuluhan terlihat antusias dalam mengikuti
kegiatan. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan oleh
sasaran serta sasaran yang ikut berinteraksi aktif menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh pemateri.
b. Sumber Daya
Ruang untuk penyuluhan telah dipersiapkan oleh bidan desa,
lembar jawab pre-test, post-test dan alat tulis disediakan oleh pelaksana
kegiatan. Pemateri yaitu Sinta Triagustina menyampaikan materi tentang
definisi anemia, penyebab, dampak, pencegahan, dan penatalaksanaan
anemia. Kus PatrisiaBrilianti melakukan skrining terhadap seluruh ibu
hamil.
72
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Acara diselenggarakan di PKD Desa Pengadegan dan berlangsung
kondusif. Semua rangkaian kegiatan terlaksana dengan baik dan
antusiasme peserta baik dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang
diajukan peserta mengenai anemia. Materi disampaikan meliputi definisi
anemia, penyebab, dampak, pencegahan, dan penatalaksanaan anemia.
c. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Kegiatan telah terlaksana pada hari Selasa, 17 Desember 2019. Acara
dimulai pukul 10.00-11-45 WIB. Acara berlangsung selama 105 menit.
Seluruh rangkaian acara terlaksana sesuai dengan alokasi waktu yang
telah direncanakan.
3. Output
Hasil rata-rata nilai post-test Ibu hamil di PKD Desa Pengadegan
setelah mengikuti penyuluhan sebesar 73,3, sehingga memenuhi batas
minimal, yaitu 65 dari skala 100. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai
sebanyak 3,6 dibandingkan rerata nilai pre-test yaitu 69,7 dari skala 100.
73
A. Kesimpulan
1. Hasil analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis)
diwilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas menunjukkan
bahwa ibu hamil dengan anemia menjadi prioritas masalah yang diambil.
2. Faktor risiko yang berhubungan signifikan secara statistik dengan ibu
hamil dengan anemia diwilayah kerja Puskesmas Wangon I adalah
pengetahuan tentang anemia, tingkat pendidikan, kepatuhan minum tablet
Fe, dan kunjungan rutin ANC. Adapun permasalahan yang diangkat untuk
dilakukan intervensi adalah pengetahuan yang rendah mengenai anemia.
3. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih adalah melakukan
penyuluhan dan skrining mengenai anemia yang dilakukan di PKD Desa
Pengadegan guna untuk mencegah anemia terjadi pada Ibu hamil.
4. Penyuluhan berjalan lancar pada hari Selasa, 17 Desember 2019 dan
sesuai dengan target output yaitu nilai post-test mencapai 73,3 dengan
kenaikan sebesar 3,6.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan rutin khususnya mengenai anemia, baik
terhadap ibu hamil maupun calon ibu.
2. Perlu dilakukan tindak lanjut dari skrining yang sudah dilakukan sehingga
dapat mencegah anemia sejak awal kehamilan.
3. Perlu dilakukan skrining secara rutin setiap bulan dari awal kehamilan.
74
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Informed Consent
Tim Peneliti
Kus Patrisia Brilianti dan Sinta Triagustina
Lampiran 3.
DAFTAR PERTANYAAN
Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar !
Pengetahuan ibu hamil tentang anemia
1. Anemia pada kehamilan adalah …..
a. Kadar Hemoglobin (Hb) lebih dari 12 gr%
b. Kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gr%
c. Kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 12 gr%
2. Tanda dan gejala anemia adalah …..
a. Muntah – muntah
b. Sering buang air kecil
c. Lemah dan mudah lelah
3. Tanda-tanda anemia bisa dilihat dari …..
a. Bagian dalam kelopak mata, bibir, dan muka tampak pucat
b. Badan tampak kurus
c. Kaki bengkak
4. Kepala pusing, mata berkunang-kunang, jantung berdenyut lebih cepat dan
peningkatan denyut nadi termasuk tanda dan gejala dari …..
a. Kurang gizi
b. Anemia
c. Kecapekan
5. Pada ibu yang hamil muda (usia kehamilan 1-3 bulan) anemia bisa
menyebabkan …..
a. Persalinan macet
b. Kecelakaan
c. Keguguran
6. Dampak anemia bagi ibu yang melahirkan yaitu …..
a. Bayi prematur
b. Persalinan lancar
c. Persalinan macet
7. Dampak anemia bagi janin adalah …..
a. Ancaman penyakit jantung
b. Perdarahan
c. Janin tumbuh lambat
8. Dampak anemia pada ibu nifas adalah …..
a. Infeksi
b. Bayi prematur
c. Terjadi gangguan his (kontraksi)
9. Pengobatan anemia pada ibu hamil yaitu dengan diberikan …..
a. Tablet tambah darah (Fe)
78
b. Vitamin A
c. Vitamin C
10. Tablet tambah darah dapat diminum setiap …..
a. 1 kali sehari selama kehamilan
b. 3 kali sehari selama kehamilan
c. 2 hari sekali selama kehamilan
11. Kapan sebaiknya ibu hamil meminum tablet besi …..
a. Sebelum tidur malam
b. Setelah bangun tidur
c. Pagi hari sebelum sarapan
12. Buah apakah yang dapat mengurangi rasa mual setelah meminum tablet
besi …..
a. Melon
b. Pisang ambon
c. Durian
13. Tablet tambah darah tidak boleh diminum dengan …..
a. Air putih
b. Air jeruk
c. Air teh
14. Kapan sebaiknya ibu hamil memeriksakan Hemoglobin (Hb) …..
a. Trimester I dan Trimester III
b. Trimester II
c. Trimester I, Trimester II, dan Trimester III
15. Berapa kali sebaiknya ibu hamil memeriksakan Hb selama kehamilan …..
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
16. Berapa jumlah tablet besi yang diberikan selama kehamilan …..
a. 80 tablet
b. 90 tablet
c. 100 tablet
17. Efek samping yang mungkin dirasakan ibu hamil setelah meminum tablet
besi …..
a. Mual
b. Pusing
c. Nyeri
18. Sayuran apakah yang paling banyak mengandung zat besi …..
a. Bayam
b. jengkol
c. petai
19. Anemia disebut juga dengan …..
a. Kurang gizi
79
b. Kurang darah
c. Kurang nafsu makan
20. Kenapa tablet tambah darah tidak boleh diminum dengan teh …..
a. Menghambat penyerapan zat besi
b. Menghambat pertumbuhan ibu
c. Menghambat aliran darah
21. Anemia yang paling sering terjadi pada ibu hamil adalah …..
a. Anemia kekurangan zat besi
b. Anemia megaloblastik
c. Anemia hemolitik
22. Kadar hemoglobin 5gr% termasuk anemia …..
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
23. Minuman apa yang dapat menghambat penyerapan tablet zat besi dalam
tubuh…..
a. Air putih
b. Air teh
c. Air jeruk
24. Berapa mg kadar zat besi yang diperlukan ibu hamil setiap harinya …..
a. 60mg
b. 70mg
c. 80mg
25. Pemeriksaan apakah yang harus dilakukan ibu hamil untuk mengetahui
anemia atau tidak …..
a. Cek hemoglobin (Hb)
b. Cek urin
c. Cek gula darah
80
Lampiran 4
Kartu kontrol konsumsi tablet tambah darah
1. Bagian Depan
81
3. Bagian belakang
83
Lampiran 4
Data Nilai Pre-test Post-test
Lampiran 5
A. Analisis Univariat